Você está na página 1de 27

MATERI TEKNIS

LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
(AKDL)

KERJASAMA WHO-DIREKTORAT JENDERAL PPM & PL


DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
2001

KATA PENGANTAR
Pencemaran lingkungan adalah masalah lingkungan yang penting yang
sering menimbulkan dampak kesehatan masyarakat. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 872/Menkes/SK/III/1997 tentang pedoman teknis analisis
Dampak

Kesehatan

Lingkungan

(AKDL)

dilaksanakan

dalam

lingkup

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari suatu usaha dan kegiatan


pembangunan yang dapat menimbulkan dampak penting. Jajaran kesehatan
diberikan wewenang untuk melakukan upaya pengamanan dampak kesehatan dari
suatu

pembangunan

sebelum

pembangunan

tersebut

dilaksanakan

dan

pelaksanaan program-program kesehatan.


Keputusan Kepala Bapedal No Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDL), Menyatakan AKDL merupakan komponen dari proses
AMDAL yang mengkaji dampak kesehatan dimana pembangunan terjadi. AKDL
juga berupaya untuk memperkirakan dampak kesehatan dari suatu pembangunan
sebelum usulan pembangunan itu disetujui.
Direktorat Jenderal PPM & Pl memandang perlu melengkapi peraturan
perundang-undangan yang melandasi AKDL dengan materi teknis sebagai
referensi untuk mengambil langkah-langkah operasional analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan. Materi ini harus perlu dikembangkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan, ruang dan waktu, sehingga petugas kesehatan lingkungan dan
berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan AMDAL, penilaian
dampak kesehatan dari pembangunan dapat menerapkannya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, khusunya unit
kerja lintas sektoral yang telah membantu penyusunan materi hingga tersusunnya
materi teknis AKDL.
Jakarta, Maret 2001
DIREKTUR JENDERAL PPM & PL
Prof. DR. Umar Fahmi A
Nip.130520334

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Hal
BAB 1

BATASAN

1-1

BAB 2

KERANGKA DAN LANGKAH-LANGKAH ARKL

2-1

BAB 3

DATA DAN INFORMASI


3.3 Data primer

3-1

3.4 Data sekunder

3-3

3.5 Pemilihan Metoda

3-4

3.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan catatan 3-7


BAB 4

BAB 5

KEPEDULIAN MASYARAKAT
4.5 Sebelum Kunjungan Lapangan

4-1

4.6 Selama Kunjungan Lapangan

4-5

4.7 Setelah Kunjungan Lapangan

4-6

4.8 Laporan

4-7

MENETAPKAN PENCEMAR SASARAN


5.1 Pendahuluan

5-1

5.2 Identifikasi Pencemar

5-2

5.3 Evaluasi Data dan Teknik Sampling

5-3

5.4 Mempelajari Tingkat Konsentrasi

5-4

5.5 Membandingkan Data

5-4

5.6 Penggunaan Data Konsentrasi Latar Belakang

5-5

5.7 Membandingkan Konsentrasi Lingkungan dengan Standar 5-7

BAB 6

5.8 Kepedulian Masyarakat

5-8

5.9 Inventarisasi Pelepasan Bahan Kimia Beracun

5-8

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI JAILER PEMAJANAN


6.1 Pendahuluan
6.2 Identifikasi Elemen 1 : Sumber Pencemar

6-1

6.3 Identifikasi Elemen 2 : Media Lingkungan dan Transport

6-2

6.4 Identifikasi Elemen 3 : Titik Pemajanan

6-3

6.5 Identifikasi Elemen 4 : Cara Pemajanan

6-9

6.6 Identifikasi Elemen 5 : Populasi Reseptor

6-10

6.7 Kategorisasi Jalur Pemajanan Riel dan Potensial

6-12

6.8 Eliminasi Jalur Pemajanan

6-15

6.9 Pemajanan

6-17

BAB 7 PERKIRAAN DAMPAK KESEHATAN


7.1 Pendahuluan

7-1

7.2 Evaluasi Toksikologi

7-1

7.3 Evaluasi data Outcome Kesehatan

7-8

7.4 Evaluasi Kepedulian Masyarakat

7-13

BAB 8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


8.1 Umum

8-1

8.2 Menyusun Kesimpulan

8-1

8.3 Merumuskan Rekomendasi

8-3

8.4 Kerangka Tindak Kesehatan Masyarakat

8-6

BAB 9 PENGELOLAAN RESIKO


9.1 Pendahuluan

9-1

9.2 Pihak-Pihak Yang Terlibat dan Perannya

9-1

9.3 Pilihan Pengelolaan

9-5

9.4 Pengambilan Keputusan

9-6

9.5 Penetapan Parameter

9-7

9.6 Komunikasi Resiko

9-7

BAB 10 LAPORAN
10.1 Pendahuluan

10-1

10.2 Ringkasan

10-3

10.3 Latar Belakang

10-3

10.4 Kepedulian Masyarakat

10-5

10.5 Kontaminasi Lingkungan dan Bahaya lain

10-6

10.6 Analisis Jailer pemajanan

10-8

10.7 Dampak Kesehatan

10-11

10.8 Kesimpulan

10-15

10.9 Rekomendasi dan Saran Tindak

10-15

10.10 Penyusunan Laporan1

10-17

10.11 Bahan Bacaan

10-17

10.11 Apendiks

10-17

DAFTAR BOKS
BOKS 2.1

Langkah-langkah ADKL

2-2

BOKS 2.2

Simpul Informasi ADKL

2-3

BOKS 2.3

5 Elemen Jailer Pemajanan

2-4

BOKS 2.4

Kesimpulan dan Rekomendasi

2-5

BOKS 5.1

Informasi Untuk Menetapkan Pencemar

5-1

BOKS 9.1

Aktor dan Perannya Dalam Pengelolaan Resiko

9-2

BOKS 9.2

Peran Universitas

9-3

BOKS 10.1

Format Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan 10-2

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Isi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

1-5

Lampiran 3.1 Data dan Informasi Untuk Pelaksanaan ADKL

3-9

Lampiran 5.1 Konfirmasi Sampling Media Lingkungan

5-9

Lampiran 6.1 Mekanisme Transport

6-20

Lampiran 6.2 Sifat Fisika yang Mempengaruhi Transformasi Bahan


Kimia dan Transport Antar Media Lingkungan

6-21

Lampiran 6.3 Faktor Lokasi Spesifik Yang Perlu Dilihat Dalam


Mempelajari Transformasi dan Transport

6-22

Lampiran 6.4 Ikhtisar faktor Kimia Dan Lokasi Spesifik Yang


Mempengaruhi Mekanisme Transport

6-23

Lampiran 8.1 Kriteria dan Tindakan Untuk Tingkat Bahaya kesehatan

8-9

Lampiran 8.2 Kriteria Untuk Menentukan Tindak Kesehatan Lanjutan

8-14

Lampiran 9.1 Pendekatan Pengelolaan Resiko

8-15

LAMPIRAN 1.1. ISI ADKL


1. Uraian lengkap dari proponen dan rencana pembangunan
1.1. Identitas pemegang proyek
1.2. Uraian rencana pembangunan
1.3. Uraian rencana alternative
2. Uraian lokasi, latar belakang dan iklim
2.1. Peta lokasi
2.2. Dampak terdahulu oleh penggunaan yang sama di lokasi tersebut
2.3. Iklim lokal
3. Uraian populasi yang berpotensi terkena dampak
3.1. Demografik

Data demografik populasi dalam wilayah

Populasi lain

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan umur

Perubahan jumlah penduduk dan karakteristik penduduk

Uraian lengkap tentang sosial-ekonomi

Identifikasi tentang faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi


kepekaan individual

Kedekatan lokasi proyek terhadap penduduk beresiko tinggi

3.2. Status kesehatan penduduk saat ini

Kematian

Kesakitan

Kasus kanker

Kelahiran

Lahir cacat

4. Infrastruktur yang ada


4.1. Penyediaan air bersih
4.2. Penyediaan makanan dan bahan pangan
9

4.3. Pembuangan limbah


4.4. Energi
4.5. Transpor
4.6. Pelayanan kesehatan
4.7. Perawatan anak
4.8. Perumahan
4.9. Tempat rekreasi
4.10. Tempat kerja, bisnis
4.11. Pelayanan
4.12. Tempat ibadah
5. Identifikasi
5.1. Proses off-site

Uraian umum transportasi

Dampak selama transport

5.2. Proses on-site

Dampak kesehatan karena bahan on-site (kimia, fisika, mikroba atau


radioaktif)

6. Ketersediaan air dan kualitas


6.1. Perubahan dalam ketersediaan air
6.2. Air limbah

Air limbah yang disimpan on-site dan air daur ulang

Air limbah dibuang dari site

6.3. Perubahan kualitas air


7. Makanan
7.1. Produktivitas
7.2. Akses langsung terhadap makanan
8. Keamanan lokasi

10

9. Issue kesehatan kerja


9.1. Merokok di dalam gedung
9.2. Bahan dengan potensi dampak pada kesehatan
9.3. Kecelakaan
10. Kesempatan untuk memilih sehat
11. Perubahan lingkungan yang berdampak kesehatan
12. Dampak global
12.1. Perubahan iklim global
12.2. Perkiraan dampak kesehatan global
12.3. Dampak global lain
13. Dampak sosial dan dampaknya pada kesehatan
13.1. Tipe dampak

Sosio-ekonomi, pengangguran dan ratio ketergantungan

Perubahan infrastruktur (transport, pelayanan, perumahan)

Pergeseran normal sosial dan budaya

Dampak kebisingan, cahaya, bau, visual

Akses terhadap pelayanan kesehatan dan makanan

Kesempatan dan rekreasi

Narkoba dan judi

Kebutuhan dan kelompok marginal

Gangguan sosial

11

BAB 1
BATASAN
1.1 Ada dua pengertian yang sering diartikan sama dalam lingkup analisis
dampak kesehatan, yaitu Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) dan
Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Dua pengertian itu memang
berbeda, paling tidak pada tingkat aplikasinya, yaitu :
(a) Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) menggunakan suatu
rencana

pembangunan sebagai titik awal dan melihat dampak

kesehatan yang berhubungan. Dampak tersebut bisa bersifat langsung atau


tidak langsung. ADKL merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
perencanaan untuk suatu pembangunan (mis:industri baru).
(b) Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dimulai dengan masalah
lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan resiko pada
kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan tersebut.
Analisis resiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah
lingkungan saat ini atau di masa lalu (mis: lokasi tercemar)
1.2

ADKL berupaya untuk memperkirakan dampak

kesehatan dari suatu pembangunan sebelum usulan pembangunan itu disetujui.


Melalui cara ini potensi dampak negative dapat dikenali dan dikurangi atau
dihindari dan pada saat yang bersamaan potensi dampak positif dapat
ditingkatkan. Lebih jauh ADKL merupakan komponen dari proses AMDAL yang
tidak saja ,melihat dampaknya pada kesehatan tetapi juga dampak pada
lingkungan dan sistem ekologi dimana pembangunan terjadi. Namun buku
pedoman ini tidak akan masuk ke dalam ADKL pada pengertian (a) tetapi lebih
pada pengertian )b) Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan. ADKL dalam
kerangka AMDAL secara umum dapat dilihat pada lampiran 1.1.
1.3

ARKL

berupaya

untuk

mempelajari

factor

lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan determinan penyakit pada manusia.


Upaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

12

Upaya analisis yang diawali dengan adanya kasus gangguan


kesehatan yang diikuti dengan pengujian bahaya potensial. Kajian
semacam ini biasanya merupakan suatu reaksi terhadap health
outcome yang buruk. Pendekatan ini umumnya dipersulit oleh
pemajanan berganda dalam lingkungan.

Upaya analisis yang diawali dengan identifikasi bahaya potensial dan


kemudian menguji dampaknya pada kesehatan manusia. Kajian
semacam ini biasanya merupakan reaksi terhadap outcome
lingkungan yang buruk atau proaksi untuk menganalisis dampak dari
suatu rencana pembangunan. Pendekatan ini umumnya diperumit
dengan tidak tersedianya batasan yang jelas tentang diseases end
points.

1.4

Analisi resiko mempunyai batasan yang bermacam-macam, tetapi secara


umum apabila membahas analisis resiko umumnya mencakup empat langkah
sebagai berikut:
Langkah pertama

: Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)

Langkah kedua

: Dose Response Evaluation (Evaluasi Dosis


Respon)

Langkah ketiga

Exposure

Assesment

(Pengukuran

Pemajanan)
Langkah keempat
1.5

: Risk Caracterisation (Penetapan Resiko)

Identifikasi Bahaya bertujuan untuk mengenali dampak buruk kesehatan


yang disebabkan oleh pemajanan sutu bahan yang sedang dipelajari dan
memastikan mutu dan kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya. Dampak
buruk kesehatan yang perlu memperoleh perhatian adalah daya racun yang
bersifat sistematik dan karsinogen.

1.5.1

Daya racun sistemik adalah untuk menjelaskan secara umum dampak

buruk kesehatan yang terjadi dalam tubuh manusia sebagai hasil dari kontak
dengan bahan berbahaya dari luar tubuh. Daya racun ini hendaknya dibedakan

13

dengan daya racun local yang diartikan sebagai dampak buruk kesehatan pada
bagian tubuh yang kontak langsung dengan bahan (Bagian ini tidak akan
dibahas lebih lanjut). Tergantung pada dosis, pemajanan oleh bahan dapat
menimbulkan berbagai dampak toksik semacam ini dari kematian atau
timbulnya penyakit serius seperti kanker keperubahan minor pada biokimia,
fisiologi ataupun patologi tubuh. Bahan kimia yang menimbulkan toksisitas
selain kanker disebut bahan beracun sistemik karena dapat mempengaruhi
fungsi berbagai sisitem organ. Perhatian kesehatan lingkungan biasanya juga
diarahkan pada dampak toksik yang terjadi pada dosis yang lebih rendah.
Dampak toksik semacam ini dikenal sebagai critical effect. Di bawah
tingkat critical effect diasumsikan semua dampak toksik tidak terjadi.
1.5.2

Daya racun karsinogen adalah untuk menjelaskan bahan yang dapat

menimbulkan kanker. Cara-cara yang digunakan untuk menilai apakah suatu


bahan bersifat karsinogen sama dengan cara untuk menilai daya racun
sistemik, tetapi ada beberapa caution yang perlu mendapat perhatian dalam
ekstrapolasi data dari hewan percobaan ke manusia. Ekstrapolasi bukan satusatunya cara untuk menjelaskan dampak karsinogen, studi epidemiologi
merupakan cara yang saling melengkapi.
1.6

Evaluasi Dose Response bertujuan melihat daya racun yang terkandung


dalam suatu bahan (kimia berbahaya) atau secara spesifik adalah untuk
menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (car, dosis, frekuensi dan
durasi) oleh suatu bahan yang berhubungan dengan dampak kesehatan yang
timbul. Evaluasi Dose Response umumnya diarahkan pada dua dampak yaitu:
efek sistemik dan karsinogen. Konsep Reference Dose biasanya digunakan
untuk evaluasi efek sistemik. Reference Dose didasarkan pada NOAEL (No
Observed Adverse Effect Level) yang umumnya diperoleh dari hasil
pengamatan hewan percobaan. Dengan demikian, ketidakpastian merupakan
hal yang lumrah terjadi dan faktor ini merupakn masalah tersendiri pada
evaluasi. Evaluasi terhadap efek karsinogenik mengikuti cara yang digunakan

14

untuk evaluasi efek sistemik dengan penerapan asumsi dan criteria yang lebih
ketat.
1.7

Pengukuran pemajanan adalah suatu prroses pengukuran atau perkiraan


besar, freukensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh senyawa dalm
lingkungan. Dalam pengukuran pajanan juga diperkirakan jumlah, sifat dan
tipe populasi yang terpajan. Dalam melaksanakan pengukuran pemajanan
perlu mempertimbangkan semua jalur pemajanan yang terdiri dari 5 elemen.
Pengukuran pemajanan menghasilkan perkiraan pemajanan numeric yang
dapat digunakan dalam langkah-langkah untuk mengkuantifikasi resiko pada
kesehatan manusia. Pemajanan pada manusia dapat diukur langsung dengan
mengukur tingkat bahan kimia yang dicurigai dalam lingkungan atau
menggunakan personal monitor. Pada banyak hal yang ada di media
lingkungan (udara,air, tanah) dikombinasikan dengan model chemical fate
and transport dalam lingkungan dalam dan model pola kegiatan manusia.

1.8

Penetapan resiko merupakan langkah akhir dari analisis resiko dalam mana
informasi tentang daya racun dan pemajanan diintegrasikan ke dalam
Perkiraan Batas Atas dari resiko kesehatan yang terkandung dalam suatu
senyawa. Bataa atas cenderung digunakan untuk tujuan melindungi kesehatan
masyaraka, apakah batas atas suatu bahaya, dosis, dan/atau pemajanan.
Analisis resiko biasa menghasilkan upper bound estimate of risk, sehingga
resiko sebenarnya tidak akan lebih besar dari resiko yang diperkirakan. Untuk
daya racun yang bersifat sistemik, penetapan resiko melibatkan penetapan
apakah perkiraan rata-rata dosisi harian pada terpajan (ditetapkan dalam
pengukuran pemajanan) lebih besar dari dosis referensi (dosis tanpa resiko).
Sementara untuk kanker, penetapan resiko melibatkan pekerjaan penetapan
batas atas resiko kanker seumur hidup bagi individu yang terpajan dengan
mengalikan resiko yang ditetapkan dalam evaluasi dose-respons dengan dosis
harian rata-rata seumur hidup dari suau karsinogen.

15

1.9

Pengelolaan resiko adalah upaya untuk mengendalikan resiko sampai pada


tingkat yang tidak membahayakan. Upaya ini umumnya meliputi 3 langkah,
yaitu: (a) Partisipasi Masyarakat, (b) Pengendalian Bahaya, dan (c)
Pemantauan Resiko perlu diingat bahwa tujuan perbaikan berbeda-beda untuk
setiap stakeholder

1.9.1

Masyarakat

seringkali

berharap

bahwa

kondisi

lingkungan

bias

dikembalikan seperti dahulu kala (keadaan sebelum terjadi pencemaran);


bagi pengusaha adalah bagaimana menyelesaikan issue dengan biaya secepatcepatnya tanpa kehilangan citranya sebagai pemeerintah yang bertanggung
jawab. Untuk kondisi seperti itu perlu partisipasi dan menerima sifat dasar
partisipasi bahwa dia membutuhkan waktu dan menguras sumber daya untuk
sapai pada keputusan walau untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya
sederhana.
1.9.2

Apabila keputusan telah dibuat tentang bahaya atau resiko yang ingin

dikendalikan,

maka

pilihan

pengendalian

resiko

perlu

dirumuskan.

Pengendalian itu biasanya diarahkan kepada dua sasaran, yaitu: (a)


pengendalian pada sumbernya, dan (b) pengendalian pemajanan. Kegiatan
pengendalian itu perlu diikuti dengan pemantauan untuk menjamin bahwa
resiko dapat dijaga pada tingkat tidak membahayakan.
1.10

Komunikasi Resiko suatu upaya untuk menginformasikan dan

menyarankan masyarakat umum tentang hasil analisis resiko dan dampaknya,


mendengar reaksi mereka, dan melibatkan mereka dalam perencanaan
pengelolaan resiko. Komunikasi resiko yang baik adalh proses dua arah antara
Masyarakat yang terkena resiko dan Institusi Pengatur untuk merumuskan
kesepakatan tentang bagaimana bahaya lingkungan akan diatasi dan harus
menjadi bagian integral dalam analisis resiko dan pengelolaan resiko.

16

BAB 2
KERANGKA DAN LANGKAH-LANGKAH ADKL
2.1.

Merujuk

pada

Keputusan

Menteri

Keshatan

Nomor

872/Menkes/SK/VIII/1997 tanggal 15 Agustus 1997 tentang Pedoman


Teknis Analisis Dampak Lingkungan menetapkan bahwa Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan (ADKL) dilaksanakan dalam lingkup perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian dari satu saha dan/ kegiatan pembangunan
yang dapat menimbulkan dampak penting. Lebih lanjut dikatakan bahwa
ADKL dapat diterapkan pada dua hal pokok, yaitu: (a) kajian aspek
kesehatan masyarakat dalam rencana usaha dan / kegiatan pembangunan
dan (b) kajian aspek kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup.
2.2.

Kejadian pencemaran lingkungan adalah masalah lingkungan penting yang


sering menimbulkan dampak kesehatan masyarakat. Dalam kaitan dengan
masalah tersebut, sektor kesehatan khususnya staf teknis kesehatan
lingkungan dituntut berperan lebih proaktif melakukan kajian aspek
kesehatan masyarakat dan bersama-sama sektor lain terkait melaksanakan
pengelolaan lingkungan untuk mendukung kesehatan masyarakat.

2.3.

Pedoman ini disusun sebagai pegangan bagi petugas teknis kesehatan


lingkungan untuk secara efektif melaksanakan kajian aspek kesehatan
masyarakat. Lebih spesifik digunakan untuk mengkaji apakah suatu bahan
pencemar yang lepas dan masuk kedalam lingkungan manusia telah,
sedang, ataukah akan menimbulkan dampak kesehatan. Luaran dari
pelaksanaan ADKL adalah seperangkat informasi yang akan berguna bagi
perencana dan manager program/proyek untuk menekan atau mengurangi
kemungkinan dampak dimaksud.

2.4.

Untuk dapat melakukan kajian maka bahan dasar yang perlu tersedia
tentunya adalah data dan informasi. Data dan informasi tersebut mungkin
akan digunakan secara langsung dan beberapa mungkin perlu dilakukan
manipulasi dengan memanfaatkan teknik-teknik tertentu. Data dan
informasi ini bisa diambil dari sumber manapun apakah dalam sektor
17

kesehatan ataupun instansi lain. Secara umum data dan informasi itu
mencakup data dan informasi yang relevan untuk mencermati:
(a) Ciri tipe dampak kesehatan yang timbul
(b) Ciri pemajanan dan hubungan dose-respons. Dengan mengetahui
cirri-ciri tersebut akan dapat dilakukan
(c) Perkiraan resiko kesehatan
(d) Perumusan saran-saran tentang bahan pencemar yang diperkenankan
ada dalam media lingkungan (udara, air, makanan) dan tindakan
terbaik untuk melakukan pengelolaan lingkungan
2.5.

Salah satu focus ADKL dalam pedoman ini adalah untuk mencermati
apakah bahan pencemar dimaksd telah memajani penduduk. Mencermati
cirri pemajanan ini cukup rumit dan untuk itu memerlukan data dan
informasi tentang:
(a) Lokasi sumber pencemar (selanjutnya akan disebut lokasi),
(b) Nasib dan perjalanan bahan pencemar di media lingkungan,
(c) Sifat dan kondisi media lingkungan, deskripsi demografik penduduk
terpajan, dan
(d) Peristiwa pemajanan pada manusia.

2.6.

Idealnya, kajian itu dilakukan sampai tuntas tetapi karena data dan
informasi yang kurang memadai atau bahkan tidak tersedia, maka kajian
ini dikategorikan sebagai kajian sementara (ADKL pendahuluan) dan perlu
dilanjutkan bila data dan informasi yang diperlukan telah diperoleh.
ADKL pendahuluan itu bias saja berupa ringkasan data yang dapat
diperoleh sampai saat itu. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data
tambahan dan atau pengamatan langsung terhadap lokasi kasus untuk
bahan melanjutkan kajian yang belum tuntas.

2.7.

ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyarakat atau kecurigaan


yang terbaca dari hasil pemantauan lingkungan dan surveilans penyakit,
dilanjutkan dengan langkah-langkah ADKL. Dengan demikian, ADKL
tidak berhenti sekali jalan, melainkan merupakan kegiatan berulang yang
dinamis sesuai dengan tipe data yang tersedia dari berbagai perspektif.
Kadang-kadang perlu dilakukan studi khusus lanjutan untuk menganalisis

18

dampak kesehatan secara lebih dalam. Langkah-langkah ADKL umumnya


dibedakan kedalam 8 langkah praktis namun langkah-langkah itu bisa
bervariasi tergantung pada keunikan lokasi kejadian. Langkah-langkah
dimaksud digambarkan dalam BOKS 2.1.
ADKL
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
Langkah 7
Langkah 8

2.8.

LANGKAH-LANGKAH

BOKS

Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan


lokasi kejadian (mencakup informasi simpul 1,2,3,
dan 4
Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran
Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian
Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan
Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
Kesimpulan dan rekomendasi
Pengelolaan risiko
Laporan

Langkah 1 Evaluasi informasi kejadian pencemaran dilakukan untuk

mengenal lebih baik hal-hal yang berkaitan dengan kejadian dimaksud. Merujuk
pada paradigm kesehatan lingkungan, evaluasi diarahkan kepada 4 simpul
sebagaimana yang diuraikan pada BOKS 2.2. tidak semua informasi diperlukan
untuk kegiatan pengkajian, namun makin lengkap informasi yang tersedia maka
akan memberikan hasil kajian yang lebih baik. Data informasi dijelaskan lebih
lanjut pada BAB 3.
2.9.

Langkah 2 lebih lanjut, perlu juga ditangkap suasana dan respons yang

berkembang di lapangan untuk melengkapi 4 simpul informasi pada langkah 1.


Mempelajari kepedulian dan respons tentang kejadian pencemaran dari
masyarakat, LSM, massmedia maupun kepedulian dari sektor lain baik yang
bersifat negative (keluhan) atau positif (upaya tindakan penanggulangan).
Langkah-langkah lebih lengkap dijelaskan pada BAB 4.
2.10.

Langkah 3 pencemar yang akan dijadikan sasaran kajian lebih jauh

tentang dampaknya pada kesehatan. Penetapan ini mungkin tidak cukup dilakukan
sekali tetapi perlu berulang sehingga diperoleh keyakinan bahwa bahan tersebut

19

benar sebagai bahan pencemar penting. Langkah-langkah lebih lengkap dijelaskan


pada BAB 5.
2.11

Langkah 4 Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan adalah suatu proses

dimana seseorang mungkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan


mencakup semua elemen yang menghubungkan semua sumber pencemar ke
penduduk terpajan. Jalur pemajanan itu terdiri dari 5 elemen sebagaimana
digambarkan pada Boks 2.3. Langkah ini culup rumit memerlukan cukup banyak
informasi. Penjelasan lebih lengkap untuk melaksanakan langkah ini dijelaskan
pada BAB 6.
BOKS 2.2

SIMPUL INFORMASI ADKL


Jenis dan skala kegiatan Misalnya: pabrik, lokasi

BOKS 2.2

yang

diduga

menjadi pembuangan limbah atau

sumber

pencemar

lokasi

yang

atau sampah,

bekas

menjadi penambangan, dsb.

tempat timbunan/ buangan


BOKS 2.2

bahan pencemar
Media lingkungan
tanah,

BOKS 2.2

udara,

(air, Misalnya: iklim dan cuaca,


biota) hidrogeologik

tanah,

dengan segala komponen sosio-demografik,


dan sifatnya
topografik, dsb
Hasil kontak (pemajanan) Misalnya:
minum

air

antara bahanpencemar dan tercemar, menghirup udara


BOKS 2.2

manusia

pada

titik-titik tercemar, makan makanan

pemajanan
terkontaminasi, dll
Dampak kesehatan yang Misalnya:
keracunan
timbul akibat kontak atau pestisida,
terpajan

oleh

pencemar hipertensi,

melalui berbagai cara

20

bronchiale, dll

kanker,
asma

BOKS 2.3

5 ELEMEN JALUR PEMAJANAN

1.

Adalah asal pencemar (misal: pabrik


SUMBER

yang membuang limbah ke lingkungan)


atau

2.

3.

MEDIA
LINGKUNGAN
DAN
MEKANISME
TITIK

media

lingkungan

(timbunan

sampah)
Adalah lingkungan dimana pencemar
dilepaskan: air,tanah,udara, dan biota
yang

kemudian

disebarkan

dengan

mekanisme penyebaran tertentu ke titiktitik pemajanan

4.
5.

CARA

PENDUDUK

Adalah suatu area potensial atau riel


dimana terjadi kontak antara manusia
dengan

media

lingkungan

tercemar,

misal sumur atau lapangan bermain


Adalah cara dengan mana pencemar
masuk
manusia:

atau

kontak

tertelan,

dengan
pernapasan

tubuh
atau

kontak kulit
Adalah orang-orang yang terpajan atau
berpotensi terpajan oleh pencemar pada
titik-titik pemajanan
2.12

Langkah 5 Memperkirakan dampak kesehatan adalah membuat

perkiraan apakah pencemaran yang lepas dan/ atau berada di media lingkungan
berpotensi atau telah menimbulkan dampak kesehatan. Karena demikian banyak
dampak pencemaran yang ada di media lingkungan, maka kemungkinan dampak
kesehatan juga banyak. Karena itu perlu dicari untuk mempersempit analisis. Ada
21

3 cara yang dapat dilakukan, yaitu: (a) evaluasi toksikologi, (b) evaluasi jenis
dampak, dan (c) evaluasi kepedulian masyarakat. Ketiga cara tersebut lebih
lengkap dijelaskan pada BAB 7.
2.13.

Langkah 6 Kesimpulan dan rekomendasi adalah menyusun kesimpulan

tentang dampak kesehatan yang berkaitan dengan kejadian pencemaran dan


menyiapkan rekomendasi dengan merinci tindakan yang telah diambil dan yang
masih perlu diambil. Kesimpulan dan rekomendasi secara aksplisit perlu
mengkomunikasikan hal-hal penting seperti pada Boks 2.4. Penjelasan tentang
cara-cara mempersiapkan kesimpulan dan rekomendasi disajikan pada BAB 8.

BOKS 2.4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


KESIMPULAN:
1. DAMPAK KESEHATAN
2. KELEMAHAN INFORMASI
3. KEPEDULIAN MASYARAKAT
4. KESIMPULAN YANG BERKENAAN DENGAN JALUR PEMAJANAN
REKOMENDASI:
1. KEGIATAN UNTUK MELINDUNGI MASYARAKAT
2. KEGIATAN UNTUK MEMPEROLEH TAMBAHAN INFORMASI
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
3. KEGIATAN UNTUK MEMPEROLEH TAMBAHAN INFORMASI
YANG BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN
4. TINDAKAN KESEHATAN MASYARAKAT
2.14.

Langkah 7 Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan

untuk mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan


risiko lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan yang

22

mengandung risiko yang diketahui dari hasil analisis risiko sebelumnya. Banyak
hal

perlu

memperoleh

pertimbangan

secara

proporsional

mengingat

kompleksitasnya. Uraian pengelolaan risiko secara lebih lengkap disajikan pada


BAB 9.
2.15.

Langkah 8 Laporan adalah menuangkan semua hasil langkah-langkah

diatas kedalam suatu format yang mudah diikuti dan dicerna namun menyajikan
data dan informasi yang lengkap. Laporan disarankan untuk dikelompokkan
kedalam 4 bagian pertama : (a) pengumpulan informasi yang relevan, (b)
dokumentasi kepedulian masyarakat, (c) identifikasi pencemaran, dan (d) evaluasi
penyebaran pencemaran dan proses pemajanan. Kemudian dilanjutkan pada (e)
dampak kesehatan berdasarkan hasil kajian terhadap data jenis dampak dan
toksikologi. Bagian terakhir (f) adalah kesimpulan dan rekomendasi. Materi dan
format laporan disajikan pada BAB 10.
2.16.

Penutup Seringkali, saran atau tindakan yang dilakukan belum

sepenuhnya menyelesaikan masalah. Maka menjadi kewajiban sector kesehatan


untuk mengikuti atau memantau apakah saran telah diperhatikan dan tindakan
telah diambil. Perlu senantiasa melakukan pendekatan kepada instansi berwenang
(seperti yang tercantum dalam saran dan rekomendasi) agar mereka lebih peduli
dan melakukan tindakan yang diperlukan.
BAB 3
DATA DAN INFORMASI
3.1.

Data dan informasi merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan

ADKL. Data tersebut tidak selalu tersedia, oleh karenanya perlu dicari.
Sebagaimana dijelaskan di depan, maka kebutuhan data juga diklasifikasikan
kedalam 4 simpul. Kategori data dan kegunaannya disajikan dalam lampiran 3.1.
3.2.

Data dan informasi sebagaimana pada butir 3.1 perlu dicari dengan

menggunakan metodologi yang benar. Metoda pengumpulan data dan informasi


bisa bermacam-macam. Metoda hendaknya disusun dan digunakan sesuai dengan
sifat data, dibedakan dua metoda pokok, yaitu pengumpulan data primer dan data
sekunder.

23

3.3.

Data primer. Metoda pengumpulan data primer bermacam-macam. Yang

umum digunakan adalah : wawancara, kuesioner dengan mengisi sendiri,


pengamatan, pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan, dan kunjungan lapangan.
3.3.1. Wawancara adalah metoda yang paling banyak digunakan. Metoda ini
dapat digunakan untuk mengumpulkan data pemajanan sekarang atau pemajanan
masa lalu. Manun, keduanya tidak bebas dari kekeliruan oleh adanya
kecenderungan subyek untuk tidak melaporkan semua pemajanan yang pernah
dialami. Perilaku social yang disukai cenderung lebih banyak dilaporkan.
Kekeliruan seperti ini disebut social desirability bias. Kekeliruan lain yang
mungkin terjadi adalah subyek memberikan jawaban berlebihan bila dia diminta
untuk mengingat hal-hal tertentu dalam suatu periode di masa lalu. Subyek
cenderung mengingat pemajanan yang terjadi diluar periode pemajanan itu dan
melaporkannya terjadi dalam periode pemajanan. Kekeliruan semacam ini disebut
telescoping. Keterlibatan pewawancara dalam proses pengumpulan data dapat
membantu untuk menjamin terbentuknya kerjasama dengan subyek, mengurangi
kesalahpahaman tentang maksud/ arti pertanyaan dan memaksimalkan

24

Pengumpulan data yang benar-benar berguna. Metoda wawancara bisa


memperoleh data dengan lebih banyakdan lebih detil serta kompleks,
namun relatif mahal dan kemungkinan masuknya kesalahan-kesalahan
yang dilakukan pewawancara.
3.3.2

Kuesioner- pada dasarnya data yang dapat dikumpulkan dengan


wawancara dapat pula dikumpulkan dengan kuesioner. Namun jumlah
data yang dapat dikumpulkan dengan metoda ini terhambat oleh rating
jawaban yang kembali, terutama untuk kuesioner yang panjang.
Disamping itu, metoda ini menghadapi risiko kesalahan substansial atau
tidak mampu menampung jawaban terhadap butir-butir individu yang
kompleks. Pengalaman menunjukkan bahwa kuesioner yang dilakukan
melalui surat menghasilkan rating jawaban yang rendah. Namun, ada caracara yang ditempuh untuk menaikkannya, misalnya dengan penetapan
responden yang tepat, memberi topik yang menarik, penyediaan insentif
atau hadiah dari sponsor. Pemilihan tahun survei dll. Antar jemput
kuesioner dan supervise yang baik dapat meningkatkan rating jawaban.
Pekerjaan antar jemput ini harus dilakukan oleh tenaga lapangan terlatih,
cakap, rajin, dan bisa membangun kerjasama dan mampu menjelaskan
pentingnya jawaban dalam studi. Kuesioner dengan supervise biasanya
dilakukan bila data dikumpulkan dari kelompok subyek (mis:anak-anak
sekolah) atau subyek harus berkumpul di suatu tempat untuk beberapa
pengukuran lain (misal: untuk pemeriksaan darah).

3.3.3

Pengamatan

terhadap

subyek-dilakukan

pemajanan saar ini. Atribut

untuk

dapat

mengetahui

sex, misalnya, bisa diukur dengan

pengamatan. Atribut lain seperti warna rambut dapat dicatat sepenuhnya


secara subyektif oleh petugas lapangan, namun bisa dibuat lebih obyektif
dengan cara membandingkan dengan warna standar yang disediakan.
Pengamatan variabel atribut atau perilaku subyek secara langsung
memerlukan partisipasi aktif pengamat dalam kehidupan subyek selama
periode pengamatan. Misalnya : seorang ahli gizi mengamati waktu makan
di rumah tangga subyek, mencatat atau bahkan mengambil sampel (untuk

25

dianalisis) apa yang dimakan oleh subyek. Pengamatan langsung tentang


perilaku belum begitu banyak dilakukan sebagai metoda utama dalam
epidemiologi karena masalah validasi dalam metoda pengukuran lain.
Dalam pengukuran perilaku, pengamatan langsung mengandung kekuatan
dan kelemahan.
Kekuatan itu antara lain:
-

lebih obyektif

dapat digunakan untuk perilaku berdampak rendah

dimungkinkan untuk menggali detil yang substansial.

3.3.4. Pengukuran fisik dan kimiawi tentang subyek kegunaan pengukuran


fisik atau kimiawi untuk epidemiologi sebagian besar tergantung pada
apakah metoda itu menunjukkan adanya hubungan dengan atribut atau
variable yang pasti dari subyek atau lingkungan. Seberapa besar variasi
atribut juga sangat penting. Misalnya, penukuran genetic (tipe HLA) yang
relatif tetap sepanjang hidup dan dengan demikian dapat diukur kapan
saja. Sebaliknya terjadi pada pengukuran karbon monoksida (CO) dari
udara pernafasan, yang pada faktanya hanya berhubungan dengan intake
asap rokok (atau sumber CO lain) beberapa jam sebelumnya. Hanya
variable yang ada sekarang yang bisa diukur dengan metoda fisik atau
kimiawi. Namun bila variable itu stabil, sampai batas tertentu status masa
lalu dapat ditunjukkan oleh status saat ini, missal: variable lapis timah
hitam gusi dan konsentrasi merkuri di rambut dan kuku.
3.3.5. Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan menghadapi masalah yang
sama dengan pengukuran subyek, kecuali adanya pengaruh penyakit dalam
subyek. Pengukuran ini biasanya hanya berkaitan dengan lingkungan
sekarang, kecuali bila ada catatan lain. Kadang-kadang bisa terjadi bahwa
pengukuran sekarang mencerminkan kondisi lingkungan masa lalu (misal
timah hitam dalam penyediaan air minum dari rumah mereka terdahulu).

26

3.3.6. Kunjungan lapangan terkadang, informasi yang tersedia kurang mampu


memberikan rambaran riel. Ada beberapa fakta yang tidak bisa diungkap
melalui laporan. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan lapangan. Melalui
kunjungan lapangan dimungkinkan mengamati secara langsung situasi dan
kondisi lokasi serta memperoleh pengetahuan, menangkap situasi dan
kondisi yang sedang terjadi, dan kepedulian kesehatan masyarakat dari
tangan pertama. Hasil kunjungan laporan itu bersama-sama dengan
laporan-laporan rutin yang ada akan sangat membantu menemukan issue
penting tentang lokasi. Disamping itu, interaksi dengan masyarakat
ataupun orang perorang dalam masyarakat selama kunjungan lapangan
merupakan wahana penting untuk memperoleh petunjuk tentang jenis
informasi tambahan yang mungkin perlu dikumpulkan lebih lanjut. Selama
kunjungan, bisa dimanfaatkan untuk bertemu dengan para pejabat lokal
baik dalam intern pelayanan kesehatan (Puskesmas/rumah sakit) maupun
sektoral ______

27

Você também pode gostar