Você está na página 1de 21

TUGAS PRODUKSI

KELOMPOK III






UBAYA
UNIVERSITAS SURABAYA


Disusun oleh:
KELOMPOK 3

Resti Pratiwi 91387043
Ratna Kurniasari 91387044
Ayu Angger P 91387050
Vitriyanti S.U 91387046
Melisa Shu 91387028







PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA
2014



SOAL :
1. Nama sediaan yang di produksi
a. Komposisi sediaan
b. Tabel penimbangan
c. Cara pembuatan
d. Quality control
e. Evaluasi
f. Pembahasan
g. Hitung farmakoekonomi

2. Sebutkan nama sediaan yang digunakan sebagai pengawet jaringan, bagaimana
perhitungan dan cara pembuatannya
3. Uraikan alur permintaan produk
4. Uraikan alur distribusi produk
5. Bagaimana langkah mencuci tangan
6. Sebutkan cara sterilisasi dari
a. Ruang steril
b. Botol vial
c. Karet penutup vial
d. Aluminium voil
e. Pakaian steril
f. Pengaduk kaca
g. LAFC
h. Timbangan analitik
7. Uraikan langkah melepas APD
8. Uraikan langkah pengelolaan limbah sitostatika
9. Sediaan cyclophosfamid 800mg direkonstitusi ke dalam NaCl 0,9% 250ml
a. Bagaimana penyimpanannya
b. Bagaimana stabilitasnya
10. Uraikan langkah menangani tumpahan obat sitostatika di LAFC




1a. Nama Sediaan yang Diproduksi : Unguentum LCD
a. Komposisi Sediaan
R/ LCD 50 cc
Vaselin album ad 1000 gr

Monografi:
1. LCD ( Liquor Carbonis Detergent)
Zat hidrat arang dan zat fenol. Dibuat melalui pemanasan dengan kayu atau
batu bara dengan suhu tinggi. Khasiatnya antara lain sebagai antiradang,
antigatal, antibakteri, anti jamur.
2. Vaselin album
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Berflouresensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir
tidak berasa (FI IV).
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan
kadang-kadang beropalesensi lemah (FI IV).
Khasiat : Zat tambahan, sebagai dasar salep hidrokarbon (FI III)

b. Tabel Penimbangan
BAHAN BERAT YANG DITIMBANG
LCD 50 cc
Vaselin album ad 1000 gr

c. Cara Pembuatan
1. Timbang semua bahan sesuai
2. Timbang vaselin album
3. Tambahkan Lcd sedikit demi sedikit gerus ad homogen
4. Masukkan ke dalam wadah
5. Beri etiket biru

d. Quality Control
1. Organoleptis (Bentuk, bau, warna)
2. pH sediaan
3. Viskositas Sediaan
4. Ukuran Partikel
5. Uji Kadar
e. Evaluasi
a. Organoleptis
Bentuk : salep
Bau : bau khas
Warna : oranye muda
b. pH sediaan
Alat : pH meter
Cara kerja:
a. Kaliberasi pH meter
1. Siapkan larutan buffer pH 4,0 dan 7,0
2. Pasang elektrode kombinasi
3. Tombol ditekan untuk menyalakan alat
4. Elektrode dimasukkan pada buffer pH 4,0 kemudiaan diatur tombol
sebelah kanan alat sampai digital menunjukkan angka 4,0
5. Elektrode dikeluarkan dari buffer 4,0 dicuci dengan aquadem dan
keringkan
6. Elektrode dimasukkan pada buffer pH 7,0 kemudian diatur tombol sebelah
kanan alat sampai digital menunjukkan angka 7,0
7. Elektrode dikeluarkan dari buffer 7,0 dicuci dengan aquadem dan
keringkan, pH meter siap dipakai
b. Pengukuran pH sediaan
1. Sediaan dimasukkan dalam beaker glass secukupnya
2. Elektrode dimasukkan dalam sediaan
3. Angka yang muncul pada digital di catat
4. Diulang sebanyak 3 kali, sebelumnya elektode dibilas dulu

c. Viskositas Sediaan
Pengukuran parameter Rheologi dengan Viskometer Brookfield
Alat : viskometer Brookfield, beaker glass, pengaduk, stopwatch
Bahan : gliserin p.a, aquadem, sediaan uji
Cara kerja:
a. Menentukan viskositas dan sifat alir sediaan
Letakkan viskometer pada posisi yang benar dengan mengatur letak
gelembung udara tepat di tengah lingkaran
Pilihlah spindel yang kira-kira sesuai dengan viskositas bahan yang
diperiksa
Masukkan spindel ke dalam sediaan, hubungkan dengan rotor dengan cara
mengencangkan aliran
Turunkan posisi spindel beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada
spindel
Siapkan rpm yang dikehendaki, mulailah dari rpm paling rendah
Tekan rem dan nyalakan putaran rotor, lepaskan rem perlahan-lahan,
biarkan sampai mencapai 3-5 kali putaran
Tekan rem, pada saat penunjuk tampak pada piringan matikan rotor dengan
rem tetap ditekan, baca skala pada piringan, catat dan lepaskan rem.
Lakukan hal yang sama dengan menaikkan besarnya rpm

f. Pembahasan
Berdasarkan proses dan hasil kerja pembuatan salep dari kelompok kami
sudah memenuhi standard SOP yang telah disediakan tetapi pada saat
pencampuran di dalam mortar kami mengalami kesulitan karena kecepatan
pengadukan berbeda. Sehingga pencampuran antara larutan LCD dengan
vaselin album sedikit agak susah dan mortar terasa licin.

g. Farmakoekonomi

No. Nama Bahan Harga satuan Harga 33 pot
(utk 1000 gr)
Harga (per
pot/30 g))
1. LCD 50ml 1870000/ liter 93500 Rp 2833,-
2. Vaselin album
1000gr
40000/ kg 40000 Rp 1212,-
3. Kemasan pot
50 cc
675/ pot 22275 Rp 675,-
4. Upah tenaga
kerja
25000/orang 25000 Rp 758,-
Total Biaya Rp. 180775,- Rp 5478,-

Harga jual = Rp 5.478,-(kemasan 30 gr)
Harga 1 gr = Rp 183


Harga di salep LCD di pasaran: Rp 7.000,-/30 gr
Harga 1 gr = Rp 233,-
Kesimpulan: Harga unguentum LCD yang diproduksi di RSAL Ramelan
memiliki nilai farmakoekonomi dibandingkan dengan harga produk di
pasaran.

1b. Nama Sediaan yang Diproduksi : Unguentum AAV
a. R/ Asam salisilat 1 gr
Acid benzoikum 3 gr
Lanolin 12 gr
Vaselin flavum ad 100 gr

Monografi:
1. Asam salisilat
Khasiat : Keratolitikum, Anti fungi
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir
tidak berbau; rasa agak manis dan tajam (FI IV)
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) p;
mudah larut dalam klorofom P; larut dalam larutan amonium aselat,
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P, dan natrium sitrat P (FI
IV)

2. Asam Benzoat
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap, tidak berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis (FI IV).
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air , dalam 3 bagian air mendidih , dalam 16 bagian
etanol (95 %) P dan dalam 5 bagian gliserol P (FI IV).
Khasiat : Antiseptikum ekstern (FI III)

3. Adeps lanae
Pemerian : Zat serupa lemak, liat, kuning muda atau kuning pucat, agak tembus
cahaya bau lemah dan khas (FI IV).
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar air dalam etanol (95%) P
Khasiat : Zat tambahan (FI III)

4. Vaselin kuning
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning; sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa
diaduk. Berflourensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir
tidk berasa (FI IV).
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan
kadang-kadang beropalesensi lemah (FI IV).
Khasiat : Zat tambahan, sebagai dasar salep hidrokarbon (FI III)

b. Tabel penimbangan
Komposisi Sediaan Jumlah (1 L)
Asam salisilat 10 g
Acid benzoicum 30 g
Adeps lanae 120 g
Vaselin flavum 840 g

c. Cara Pembuatan
a. Timbang semua bahan
b. Buat unguentum lanolin pindahkan dalam wadah lain
c. Masukkan acid salisilat + alcohol 70% qs gerus ad larut
d. Masukkan acid benzoikum gerus ad halus dan homogen
e. Tambahkan unguentum lanolin gerus ad homogeny
f. Masukkan ke dalam wadah
g. Beri etiket biru

d. Quality Control
1. Organoleptis (Bentuk, bau, warna)
2. pH sediaan
3. Viskositas Sediaan
4. Ukuran Partikel
5. Uji Kadar

e. Evaluasi
a. Organoleptis
Bentuk : salep
Bau : bau khas
Warna : Kuning muda
b. pH sediaan
Alat : pH meter
Cara kerja: Kaliberasi pH meter
1. Siapkan larutan buffer pH 4,0 dan 7,0
2. Pasang elektrode kombinasi
3. Tombol ditekan untuk menyalakan alat
4. Elektrode dimasukkan pada buffer pH 4,0 kemudiaan diatur tombol
sebelah kanan alat sampai digital menunjukkan angka 4,0
5. Elektrode dikeluarkan dari buffer 4,0 dicuci dengan aquadem dan
keringkan
6. Elektrode dimasukkan pada buffer pH 7,0 kemudian diatur tombol
sebelah kanan alat sampai digital menunjukkan angka 7,0
7. Elektrode dikeluarkan dari buffer 7,0 dicuci dengan aquadem dan
keringkan, pH meter siap dipakai
Pengukuran pH sediaan
1. Sediaan dimasukkan dalam beaker glass secukupnya
2. Elektrode dimasukkan dalam sediaan
3. Angka yang muncul pada digital di catat
4. Diulang sebanyak 3 kali, sebelumnya elektode dibilas dulu

c. Viskositas Sediaan
Pengukuran parameter Rheologi dengan Viskometer Brookfield
Alat : viskometer Brookfield, beaker glass, pengaduk, stopwatch
Bahan : gliserin p.a, aquadem, sediaan uji
Cara kerja:
1. Menentukan viskositas dan sifat alir sediaan
Letakkan viskometer pada posisi yang benar dengan mengatur letak
gelembung udara tepat di tengah lingkaran
Pilihlah spindel yang kira-kira sesuai dengan viskositas bahan yang
diperiksa
Masukkan spindel ke dalam sediaan, hubungkan dengan rotor dengan cara
mengencangkan aliran
Turunkan posisi spindel beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada
spindel
Siapkan rpm yang dikehendaki, mulailah dari rpm paling rendah
Tekan rem dan nyalakan putaran rotor, lepaskan rem perlahan-lahan,
biarkan sampai mencapai 3-5 kali putaran
Tekan rem, pada saat penunjuk tampak pada piringan matikan rotor dengan
rem tetap ditekan, baca skala pada piringan, catat dan lepaskan rem
Lakukan hal yang sama dengan menaikkan besarnya rpm
2. Menentukan pengaruh lamanya pengadukan terhadap viskositas sediaan
Berdasarkan data percobaan diatas dipilih satu harga rpm yang hasil
pembacaan skalanya mendekati 100, kemudian dengan macam dan nomer
spindel yang sama dan rpm yang sesuai dengan kriteria tersebut dilakukan
pengamatan pengaruh lamanya pengadukan terhadap viskositas dengan lama
pengadukan yang berbeda-beda. Penghitungan lamanya pengadukan sejak
awal percobaan dilakukan secara kumulatif.
3. Menentukan pengaruh temperatur terhadap viskositas sediaan
Lakukan percobaan seperti cara kerja nomer 2 diatas tetapi dilakukan dengan
mengamati sediaan yang temperaturnya telah berubah sebagai akibat
pemanasan sesuai temperatur yang dikehendaki. Lama pengadukan untuk
masing-masing pengamatan pada saat viskometer dijalankan dibuat konstan
berkisar 3-5 putaran spindel.
d. Ukuran Partikel
Alat : mikroskop optik, mikrometer okuler dan obyektif, gelas obyek dan gelas
penutup
Bahan : sediaan uji
Cara kerja:
a. Kaliberasi mikrometer okuler terhadap obyektif
Mikrometer okuler yang akan dikaliberasi dipasang di dalam lensa okuler
Mikrometer obyektif di pasang di bawah lensa obyektif
Skala 0,0 pada mikrometer obyektif dihimpitkan hungga segaris dengan
salah satu skala pada skala okuler
Sejumlah skala pada skala obyektif yang segaris dengan sejumlah skala
pada skala okuler dicatat, lakukan 3 replikasi
Mikrometer obyektif dilepas
b. Pembuatan Preparat
Ambil sediaan uji
Teteskan pada obyek glass
c. Amati ukuran partikel sebanyak 50 kali, catat
d. Catat ukuran partikel terbesar dan terkecil untuk membuat interval kelas
e. Hitung diameter tengahannya yang berupa d
ln
, d
sn
, d
vn
, d
sl
, d
vs
, dan d
wm


e. Uji Homogenitas
Alat : Mikroskop
Bahan : sediaan uji
Cara Kerja:
a. Kocok sediaan yang akan diuji
b. Teteskan sediaan di atas object glass lalu tutup dengan cover glass
c. Tarik secara perlahan dan amati sebarannya di mikroskop
d. Beri kesimpulan dari pengamatan tersebut
e. Cara tersebut juga dapat dilakukan dengan menggunakan alas berwarna gelap
(tanpa mikroskop).

f. Uji Kadar
Timbang saksama tidak kurang dari 580 mg dan tidak lebih dari 620 mg di dalam
krus platina yang telah ditara, tambahkan 10 gram natrium karbonat anhidrat P,
campur dengan memutar krus. Lebur di atas api besar hingga leburan jernih,
lanjutkan pemanasan selama 30 menit. Dinginkan, letakkan krus dalam gelas
piala 400 mL, tambahkan 250 mL air, aduk dengan batang pengaduk kaca,
panaskan hingga leburan melepas. Angkat krus dari gelas piala, cuci dengan air,
kumpulkan cairan cucian di dalam gelas piala. Bilas bagian dalam krus dengan 2
ml asam asetat 6 N kemudian dengan air, kumpulkan cairan cucian di dalam gelas
piala, lanjutkan pemanasan dan pengadukan hingga leburan hancur. Dinginkan
gelas piala dalam tangas es hingga endapan mengendap, tuangkan beningan hati-
hati melalui kertas Whatman nomor 40 atau yang setara, jaga sesedikit mungkin
adanya endapan masuk ke dalam kertas saring. Cuci endapan dua kali dengan
cara enaptuang sebagai berikut. Cuci bagian dalam gelas piala dengan lebih
kurang 10 mL larutan natrium karbonat P (1 dalam 50) dingin sambil digoyang,
biarkan endapan mengenap, tuang bening melalui kertas saring yang sama,
dengan sesedikit mungkin adanya endapan masuk ke dalam kertas saring.
Letakkan gelas piala berisi endapan barium karbonat di bawah corong, cuci kertas
saring lima kali, tiap kali dengan 1 ml asam klorida 3N, kemudian cuci dengan
air. Tambahkan 100 ml air, 5,0 ml asam klorida P, 10,0 ml larutan ammonium
asetat P (2 dalam 5), 25 ml larutan kalium bikromat P (1 dalam 10) dan 10,0 g
ureum P. Tutup gelas piala dengan kaca arloji, digesti pada suhu 80
0
sampai 85
0

selama tidak kurang dari 16 jam. Saring selagi panas melalui krus penyaring kaca
masir berpori halus yang telah ditara dan pindahkan semua endapan dengan
pertolongan pengaduk brujung karet. Cuci endapan dengan larutan kalium
bikromat P (1 dalam 200) dan akhirnya dengan lebih kurang 20 ml air. Keringkan
pada suhu 105
0
selama 2 jam, dinginkan, timbang bobot barium kromat yang
diperoleh dikalikan dengan 0,9213 menunjukkan bobot barium sulfat (FI IV,
124).

f. Pembahasan
Pada proses produksi unguentum AAV membutuhkan peleburan adeps lanae
menggunakan waterbath selama 15 menit. Konsistensi salep dapat terbentuk dengan
baik maka diperlukan pengadukan yang konstan. Hasil dari produksi salep tersebut
masih terasa kasar, hal ini dimungkinkan karena asam benzoate yang belum
tercampur dengan sempurna.

g. Hitungan farmakoekonomi
Satu kali produksi 1000 gr, kemasannya tiap pot 30 gram, maka dihasilkan 33,33
pot= 33 pot
No. Nama Bahan Harga satuan Harga 100
pot
Harga (per
botol/100 pot)
(utk 1000 gr)
1. Asam Salisilat
10 gram
Rp.110.000,-/Kg Rp. 1.100,- Rp 11,-
2. Asam Benzoat
30 gram
Rp. 19.000,-/Kg Rp. 570,- Rp 6,-
3. Adeps lanae/
Lanolin
anhidrad 120 gr
Rp. 247.500,-/Kg Rp. 29700,- Rp 297,-
4. Vaselin flavum
840 gr
Rp. 50.000,-/kg Rp. 42000,- Rp 420,-
5 Kemasan pot
50 cc
675/ pot Rp. 22275 Rp 223,-
6 Upah tenaga
kerja
25000/orang Rp. 25000 Rp 250,-
Total Biaya Rp. 120645,- Rp 1207,-
Harga jual = Rp 1.207,- (kemasan 10 g)
Harga 1 g= Rp 122
Harga di pasaran: Rp 2.500,-/10 gr
Harga 1 ml = Rp 397,-

Kesimpulan Farmakoekonomi:
Harga unguentum AAV yang diproduksi di RSAL Ramelan memiliki nilai
farmakoekonomi dibandingkan dengan harga produk di pasaran. Membandingkan 2
sediaan yang memiliki khasiat yang sama dengan memfokuskan pada penentuan
biaya sediaan mana yang paling rendah. Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa biaya produksi unguentum aav lebih murah dibandingkan dengan
produk yang beredar di pasaran dengan khasiat yang sama (ekuivalen).


2. Sebutkan nama sediaan yang digunakan sebagai pengawet jaringan, bagaimana
perhitungan dan cara pembuatan
Formalin:
Komposisi
Sodium hidrogen fosfat 40 gram
Disodium hydrogen fosfat 55 gram
Formalin 40% atau 38% 1000/ 2800 mL
Aquadest 10000 mL

Perhitungan:
Formalin 10%:
V
1
x N
1
= V
2
x N
2

x ml x 40% = 10000 ml x 10%
x = 2500 ml

Jadi volume formalin 40% yang dibutuhkan 2500 ml untuk membuat 10000 ml larutan
formalin 10%.

Cara pembuatan:
1. Timbang semua bahan
2. Mengukur Aquadest
3. Larutkan sodium hydrogen fosfat ad larut
4. Larutkan disodium hydrogen fosfat ad larut
5. Tambahkan formalin aduk ad homogen
6. Tambahkan aqua aduk ad homogen
7. Masukkan ke dalam wadah
8. Beri etiket biru

3. Uraikan alur permintaan produk

















Permintaan produksi
(tertulis) dari ruangan
menggunakan resep
Tanda tangan oleh
Kepala Ruangan
Bagian produksi
Permintaan produksi
(tertulis) dari apotek
menggunakan copy resep
Tanda tangan oleh
Apoteker Pengelola
Apotek
4. Uraikan alur distribusi produk























5. PROSEDUR TETAP CARA MENCUCI TANGAN

1. Basahilah tangan Anda dengan air bersih yang mengalir setinggi pergelangan
tangan atau boleh dilebihkan. Berilah sabun pada telapak tangan Anda.
Dianjurkan untuk tidak menggunakan sabun batang, karena kuman akan
Permintaan sediaan jadi dari apotek atau
ruangan dibuat rangkap 3 ditandatangani:




tanganioleh:
Memberi perintah kepada produksi untuk
mengeluarkan barang
Tugas farmasi:
Membuat BK (bukti Keluar) barang
di tanda tangani oleh penerima barang
Mencatat BK ke dalam buku besar
barang keluar
Mendokumentasikan BK
Mendistribusikan ke apotek/ ruangan
sesuai BK

Ruangan/ apotek
Permintaan
apotek atau
ruangan (tertulis)
Kadep Farmasi
Produksi
1. Kepala ruangan
2. Dokter ruangan
3. KaDep Wat
4. Apotek
menumpuk pada sabun batang. Lebih baik pula menggunakan sabun yang
mengandung antiseptik.
2. Gosokanlah kedua telapak tangan Anda yang sudah dibasahi dan diberi sabun.
Gosok sampai tangan berlumuran dengan busa selama kurang lebih 15 20 detik.
3. Gosoklah punggung tangan dengan telapak tangan yang lainnya secara bergantian
serta gosoklah sela-sela jarinya.
4. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
5. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar.
Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
6. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan
kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya. Pegang pergelangan
tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula
untuk tangan kiri.
7. Bilas kembali tangan Anda dengan air bersih yang mengalir sampai betul-betul
bersih. Keringkanlah tangan Anda. Dianjurkan untuk menggeringkan dengan
tissue atau handuk bersih. Hindari menggunakan mesin pengering yang biasa
terdapat di toilet mall. Karena, tentunya sudah banyak kuman yang terdapat pada
mesin pengering tersebut.

5. Cara sterilisasi dari:
a. Ruang Steril
Kegiatan Desinfeksi dan sterilisasi ruang dengan menggunakan sinar UV. Sinar ini
mempunyai kemampuan membunuh mikroba seperti bakteri, jamur, dan mikroorganisme
lain. intensitas sinar ultra violet juga dipengaruhi oleh jarak jangkauannya.semakin jauh
jarak suatu obyek dengan lampu ultraviolet maka intensitas sinar ultraviolet yang diterima
pun semakin kecil. Berikut cara sterilisasinya:
Ruang steril Bersihkan seluruh bagian ruangan dari sisa bahan produksi dan
kotoran
Sapu bersih lantai dan dinding ruang transfer dengan sapu yang telah di
siapkan
Pel lantai dengan larutan desinfektan lisol, alcohol atau laruatan desinfektan
lainnya yang tersedia,
Lantai dibersihkan sehari sekali dengan di pel bila tidak ada produksi yang
berjalan
Sinari ruangan dengan sinar uv minimal 30 menit
Ruangan ditutup dan dijaga dari masuknya udara luar dengan cara dialirkan
udara steril yang bebas mikroorganisme ke dalam ruangan,
Menurut Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Ruang steril (Clean room) harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000partikel
2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 22C
4) Kelembaban 35 50%
5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter

b. Botol Vial
1. Cuci vial dengan aquadest
2. Buat pengenceran HCl dalam suatu wadah
3. Rendam vial selama 2 hari
4. Buat larutan sama banyak tepol 1% dan natrium bikarbonat 1%
5. Rendam vial dalam larutan tersebut selama 1 hari
6. Bilas botol vial dengan aquadest
7. Bungkus satu per satu botol vial menggunakan aluminium foil sebelum
dimasukkan ke dalam oven untuk menghindari kontaminasi secara langsung pada
saat pada saat botol vial tersebut dikeluarkan
8. Susun dengan rapi vial diatas loyang yang sudah tersedia
9. Oven pada suhu 200
o
C selama 1 jam

Pada saat melakukan sterilisasi, botol vial yang di sterilisasi sebaiknya di sterilkan
sampai benar benar steril. Hal ini dimaksudkan agar botol vial tersebut tidak
mencemari bahan obat yang akan dimasukan kedalamnya. Larutan HCl berguna untuk
melarutkan kotoran kotoran yang ada pada bahan yang akan disterilkan. Sedangkan
botol direndam selama 2 hari dalam larutan HCl adalah agar kotoran-kotoran yang
menempel dapat hilang dengan sempurna. Selain itu juga untuk membunuh bakteri-
bakteri yang tidak tahan terhadap asam. Tepol yang digunakan dalam sterilisasi kali ini
berguna sebagai desinfektan. Sedangkan Natrium bikarbonat digunakan sebagai
penjernih. Pada saat dipanaskan dalam oven, penempatan botol vial yang akan
disterilisasi harus diberi jarak/renggang. Hal ini bertujuan agar pada saat pemanasan,
bahan tidak pecah atau retak karena bahan tersebut akan memuai pada pemanasan.

c. Karet penutup vial
1. Ambil tutup karet
2. Cuci bersih dengan aquadest
3. Buat pengenceran HCl dalam sebuah wadah
4. Rendam tutup karet dalam larutan HCl selama 2 hari
5. Buat larutan sama banyak tepol 1% dan natrium bikarbonat 1%
6. Rendam tutup karet dalam larutan tersebut salama 1 hari, kemudian didihkan
7. Bilas tutup karet dengan aquadest
8. Tutup karet di autoklaf dengan suhu 121
o
C selama 20 menit
Pada saat melakukan sterilisasi, tutup karet yang di sterilisasi sebaiknya di sterilkan
sampai benar benar steril. Hal ini dimaksudkan agar tutup karet tersebut tidak
mencemari bahan obat yang akan dimasukan kedalamnya. Sterilisasi juga menggunakan
metode perebusan terutama untuk bahan yang terbuat dari karet. Tujuan utama dari
proses ini adalah untuk membuat spora jamur yang masih ada menjadi bentuk aktif
(vegetatif) sehingga bahan desinfektan dapat membunuh spora jamur tersebut. Perebusan
digunakan pada tutup karet karena tutup karet tidak tahan terhadap panas dari oven,
sehingga cukup dipanaskan dengan cara direbus. Larutan HCl berguna untuk
melarutkan kotoran-kotoran yang ada pada bahan yang akan disterilkan. Sedangkan
bahan direndam selama 2 hari dalam larutan HCl adalah agar kotoran-kotoran yang
menempel dapat hilang dengan sempurna. Selain itu juga untuk membunuh bakteri-
bakteri yang tidak tahan terhadap asam. Tepol yang digunakan dalam sterilisasi kali ini
berguna sebagai desinfektan. Sedangkan Natrium bikarbonat digunakan sebagai
penjernih.

d. Aluminium Foil
Aluminium foil yang sudah dipotong sesuai kebutuhan dan dibersihkan dibungkus
dengan kertas rangkap dua kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 180C
selama 30 menit. Adapun tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
Waktu pemanasan pendahuluan: waktu dari mulainya pemasukan panas secara
kontinu sampai tercapainya suhu sterilisasi yang dipersyaratkan (tampak pada
termometer)
Waktu kesetimbangan: waktu antara suhu sterilisasi yang ditunjukkan pada
termometer penunjuk menjadi sama dengan suhu bahan yang di sterilkan.
Waktu pembinasaan: waktu yang dibutuhkan sampai seluruh mikroorganisme dalam
seluruh bentuk di bunuh pada suhu sterilisasi.
Waktu tambahan jaminan sterilitas: tambahan jaminan untuk waktu pembinasaan
untuk mengkompensasikan waktu kesetimbangan yang kurang.
Waktu pendinginan: waktu dari berakhirnya pemasukan energi sampai kepada
turunnya suhu menjadi 80C pada termometer penunjuk (Voigt, 1994).
e. Pakaian
Pakaian yang sudah dibersihkan dan dibungkus dengan linen rangkap 2 kemudian
dimasukkan ke dalam otoklaf dengan suhu 115C selama 30 menit. Tahap-tahap sterilisasi
pemanasan basah (otoklaf):
Waktu pemanasan pendahuluan: waktu dari mulainya pemasukan panas secara
continue sampai tercapainya suatu suhu uap yang sesuai dengan titik didih air pada
tekanan atm yang diberikan.
Waktu pengeluaran udara: waktu untuk mengusir udara dari ruang yang digunakan
Waktu menaik: waktu yang dibutuhkan sampai tercapainya suhu atau tekanan yang di
syaratkan (tampak pada termometer penunjuk).
Waktu kesetimbangan: waktu antara suhu sterilisasi yang ditunjukkan pada
termometer penunjuk menjadi sama dengan suhu bahan yang disterilkan.

f. Pengaduk Kaca
Dilakukan sterilisasi dengan menggunakan oven, karena dapat digunakan untuk
sterilisasi alat yang terbuat dari kaca dan kertas yang tahan terhadap suhu tinggi.
Sebelum dimasukkan ke oven, pengaduk kaca dibungkus terlebih dulu dengan kertas
perkamen agar dapat mencegah keretakan dan kontaminasi pada saat dikeluarkan dari
oven. Setelah itu masukkan pengaduk kaca ke dalam oven suhu 170-180C selama 1-2
jam. Setelah pemanasan selesai matikan oven lalu tunggu sampai suhu didalam oven
turun menjadi seperti suhu kamar, karena untuk menghindari keretakan pengaduk kaca
atau masuknya udara yang mengandung partikel debu. Memakai suhu 170-180C
selama 1-2 jam karena bila digunakan panas kering dengan waktu yang sama seperti
pada pemanasan basah yaitu 121C selama 15 menit menjadi kurang efektif untuk
membunuh mikroba sehingga membutuhkan temperature yang lebih tinggi dan waktu
yang lebih panjang.
g. Laminar Air Flow
Sterilisasi LAF dilakkan dengan menyalakan lampu UV selama 30 menit, sebelum
Laminar Air Flow digunakan. Hindarkan sinarnya dari badan dan mata.
h. Timbangan analitik
Sterilisasi LAF dilakkan dengan menyalakan lampu UV selama 30 menit, sebelum
timbangan analitik digunakan.

7. LANGKAH MELEPAS APD :

a. Menanggalkan pakaian pelindung :
1) Menanggalkan sarung tangan luar
Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset
Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah telapak tangan.
Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh sarung tangan dalam
ataupun kulit
Ulangi prosedur dengan tangan lainnya
Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di bagian dalam
sarung tangan
Pegang sarung tangan yang diangkat dari dalam sampai seluruhnya terangkat
Buang sarung tangan tersebut ke dalam kantong tertutup

2) Menanggalkan baju pelindung
Buka ikatan baju pelindung
Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di dalam
Tempatkan dalam kantong tertutup
3) Tanggalkan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup
4) Tanggalkan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak boleh
menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup
5) Tempatkan kantong tersebut dalam container buangan sisa
6) Cuci tangan
(Depkes RI, 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Jakarta :)

8. LANGKAH PENGELOLAAN LIMBAH SITOSTATIKA
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas
ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan
bahaya pencemaran terhadap lingkungan.
Langkah langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti
spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk
limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan
berlogo sitostatika
c. Beri label peringatan pada bagian luar wadah.
d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000C.
f. Cuci tangan.
(Depkes RI, 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan sediaan
Sitostatistika. Jakarta)

9. Sediaan Cyclophosfamid 800 mg direkonstitusi ke dalam NS 0,9% 250ml :
a. Penyimpanannya yaitu setelah direkonstitusi yaitu
- Lacy et al,2009: Trissel, 1998: Suhu kamar ; Lemari pendingin; terlidung cahaya
- Drug Information Handbook p.426: Suhu kamar, lemari pendingin.

b. Stabilitas setelah direkonstitusi
- Lacy et al,2009: Trissel, 1998: 24 jam dalam suhu kamar, 6 hari dalam lemari
pendingin .
- Drug Information Handbook p.426: stabil selama 24 jam pada suhu kamar dan 6
hari pada lemari pendingin.

10. Membersihkan tumpahan di dalam Biological Safety Cabinet (BSC)
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau
meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit:
a) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan
serbuk.
b) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
c) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
d) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aquadestilata
menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.
e) Ulangi pencucian 3 x.
f) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk
dimusnahkan dengan inscenerator.
i) Cuci tangan.
(Depkes RI, 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan sediaan
Sitostatistika. Jakarta)

Você também pode gostar