NURMALA I1B111032 AHMAD LUTFI I1B111207 LOLA ILLONA ELFANI K. I1B111210
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berdasarkan data terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik Thalasemia. Dari 250 juta, 80-90 juta di antaranya membawa genetik Thalasemia Beta. Sementara itu di Indonesia Jumlah penderita Thalasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8,3% dari 3.653 penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita penyakit genetik sintesis Hemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin. Kejadian thalasemia sampai saat ini tidak bisa terkontrol terkait faktor genetik sebagai batu sandungan dan belum maksimalnya tindakan screening untuk thalasemia khususnya di Indonesia. Thalasemia pertama kali ditemukan pada tahun 1925 ketika Dr. Thomas B. Cooley mendeskripsikan 5 anak anak dengan anemia berat, splenomegali, dan biasanya ditemukan abnormal pada tulang yang disebut kelainan eritroblastik atau anemia Mediterania karena sirkulasi sel darah merah dan nukleasi. Pada tahun 1932 Whipple dan Bradford menciptakan istilah thalasemia dari bahasa yunani yaitu thalassa, yang artinya laut (laut tengah) untuk mendeskripsikan ini. Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penderita thalasemia, hemoglobin mengalami penghancuran (hemolisis). Penghancuran terjadi karena adanya gangguan sintesis rantai hemoglobin atau rantai globin. Hemoglobin orang dewasa terdiri dari HbA yang merupakan 98% dari seluruh hemoglobinya. HbA2 tidak lebih dari 2% dan HbF 3%. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobin (95%). Pada penderita thalasemia kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang salah sehingga eritrosit lebih cepat lisis. Akibatnya penderita harus menjalani tranfusi darah seumur hidup. Selain transfusi darah rutin, juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating Agent) yang harganya cukup mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan ini tidak dilakukan maka besi akan menumpuk pada berbagai jaringan dan organ vital seperti jantung, otak, hati dan ginjal yang merupakan komplikasi kematian dini.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu: 1. Apa definisi talasemia pada anak? 2. Bagaimana mekanisme hemoglobin? 3. Bagaimana epidemiologi talasemia? 4. Apa saja klasifikasi talasemia? 5. Bagaimana patofisiologi talasemia? 6. Bagaimana tanda dan gejala talasemia? 7. Bagaimana penatalaksanaan talasemia? 8. Apa saja komplikasi talasemia? 9. Bagaimana asuhan keperawatan pada talasemia?
C. Tujuan Tujuan dari makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui definisi talasemia pada anak? 2. Untuk mengetahui mekanisme hemoglobin? 3. Untuk mengetahui epidemiologi talasemia? 4. Untuk mengetahui klasifikasi talasemia? 5. Untuk mengetahui patofisiologi talasemia? 6. Untuk mengetahui tanda dan gejala talasemia? 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan talasemia? 8. Untuk mengetahui komplikasi talasemia? 9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada talasemia?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Thalasemia adalah kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh berkurang nya sintesis salah satu rantai globin yang mengkombinasikan hemoglobin (HbA, 2 2). Disebut hemoglobinopathies, tidak terdapat perbedaan kimia dalam hemoglobin. Nolmalnya HbA memiliki rantai polipeptida dan , dan yang paling penting thalasemia dapat ditetapkan sebagai - atau - thalassemia.
B. Sintesis hemoglobin Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah adalah hemoglobin, suatu protein yang mempunyai molekul 64.450. Hemoglobin mengikat O2 menempel pada Fe2+ dalam heme, afinitas hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam sel darah merah. 2,3-DPG dan H+ berkopetensi dengan O2 untuk berikatan dengan Hb tanpa O2 (O2 teroksidasi), sehingga menurunkan afinitas Hb terhadap O2 dengan menggeser posisi 4 rantai polipeptida. Hemoglobin dibentuk dari hem dan globin. Hem sendiri terdiri dari 4 struktur pirol dengan atom Fe di tengah nya, sedangkan globin terdiri dari 2 pasang rantai polopeptida. Pembuatan setiap rantai polipeptida ini di atur oleh beberapa gen (gen regulator), sedangkan urutannya dalam rantai tersebut di atur oleh gen struktural. Kalau suatu gen abnormal diturunkan dari salah satu orang tua memerintahkan pembentukan Hb abnormal yakni, kalau inividu tersebut heterozigot separuh dari Hb sirkulasi nya abnormal dan separuh nya normal.kalau gen gen abnormal identik diturunkan dari orang tuanya, individu tersebut homozigot dan semuanya Hb nya abnormal. Secara teoritis ada kemungkinan diturunkan 2 Hb abnormal yang berbeda, satu dari ayah dan satu dari ibu. Pada beberapa kasus penelitian tentang pewarisan dan distribusi geografik Hb abnormal memungkinkan untuk memastikan asal dari gen mutan tersebut dan perkiraan waktu terjadi mutasi. Secara umum mutasi yang berbahaya cendrung musnah, tetapi gen mutan yang membawa ciri ciri kelangsungan hidup, akan tetap bertahan dan menyebar dalam populasi. Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin, yaitu: 1. Gangguan structural pembentukan Hb (Hb abnormal), 2. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin missal thalasemia.
C. Epidemiologi Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan kelainan hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya memberikan pengaruh yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan antara 2.55 per 1000. Sebagian besar anak anak yang lahir dinegara berpenghasilan tinggi dapat bertahan dengan kelainan kronik, sementara di negara-negara yang berpengasilan rendah meninggal sebelum usia 5 tahun. Kelainan hemoglobin memberikan kontribusi setara dengan 3.4% kematian padan anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia. Setiap tahun terdapat lebih dari 332.000 kelahiran atau konsepsi terpengaruh. Antara 275.000 memiliki kelainan sickle-cell disorder, dan membutuhkan diagnosis dini. Antara 56.000 memiliki mayor thalasemia, termaksud 30.000 yang membutujan tranfusi regular untuk bertahan dan 55.000 meninggal saat lahir karena thalasemia mayor. Sebagian besar kelahiran, 75% terdapat pada Negara endemik kelainan hemoglobin dan 13% terjadi karena mereka bermigrasi. Jadi pada prinsip nya, 88% dari 128 juta wanita yang melahirkan sebaiknya di screening.
D. Klasifikasi Di indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskuler. Secara molekuler thalasemia dibedakan atas: 1. Thalasemia- (gangguan pembentuakan rantai ). 2. Thalasemia- (gangguan pembentukan rantai ). 3. Thalasemia- - (gangguan pembentukan rantai dan yang letak gen nya di duga berdekatan ). 4. Thalasemia (gangguan pembentukan rantai ).
E. Patofosiologi Mutasi pada -Thalassemia meliputi delegi gen globin, mutasi daerah promotor, penghentian mutasi dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi pada -Thalassemia. Penyebab utama adalah terdapatnya ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang mutasi thalasemia mengganggu pematangan sel darah merah, sehingga tidak efektifnya eritropoiesis akibat hiperaktif sumsum tulang, terdapat pula sedikit Retikulosit dan anemia berat. Pada -thalasemia terdapat kelebihan rantai globin -yang relatif terhadap - dan -globin; tetramers- globin (4) terbentuk, dan ini berinteraksi dengan membran eritrosit sehingga memperpendek hidup eritrosit, yang mengarah ke anemia dan meningkatkan produksi erythroid. Rantai globin -diproduksi dalam jumlah yang normal, sehingga menyebabkan peningkatan Hb F (2 2). Rantai -globin juga diproduksi dalam jumlah normal, Hb A2 meningkat (2 2) di -Thalassemia. Pada -talasemia terdapat lebih sedikit-globin rantai dan -berlebihan dan rantai -globin. Kelebihan rantai ini membentuk hb Bart (4) dalam kehidupan janin dan Hb H (4) setelah lahir. Tetramers abnormal ini tidak mematikan tetapi mengakibatkan hemolisis extravascular. a. Thalasemia Seperti telah disebutkan diatas terdapat 2 gen pada tiap haploid kromosom, sehingga dapat di duga terjadi 4 macam kelainan pada thalasemia- . Kelainan dapat terjadi pada 1 atau 2 gen pada satu kromosom atau beberapa gen pada seorang individu sehat. Penelitian akhir akhir ini menunjukkan bahwa pada kelainan - thalasemia-1 tidak terbentuk rantai- sama sekali, sedangkan thalasemia- 2 masih ada sedikit pembentukan rantai- tersebut. Atas dasar tersebut, -thalasemia-1 dan -thalasemia-2 sekarang disebut 0- dan -+- thalasemia.
b. Thalasemia- (Thalasemia major, cooley anemia) Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan thalasemia , tetapi untuk kepentingan klinis umumnya dibedakan antara thalasemia 0 dan thalasemia +. Pada 0 thalasemia tidak dibentuk rantai globin sama skali, sedangkan + thalasemia terdapat pengurangan (10-50%) daripada produksi rantai globin tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang normal baik pada 0 maupun +- thalasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk homozigot dari 0 atau campuran antara 0 dengan + -thalasemia yang berat akan menimbulkan gejala klinis yang berat yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan kehidupannya. Tapi kadang kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis ringan dan disebut thalasemia intermedia.
F. Tanda dan Gejala Penderita B-thalassemia minor biasanya asimtomatis dengan temuan normal pada pemeriksaan fisik. Berbeda dengan B-thalasemia mayor yang normal saat lahir tapi berkembang menjadi anemia siknifikan sejak tahun pertama kelahiran. Jika kelainan tersebut tidak teridentifikasi dan di terapi dengan tranfusi darah, pertumbuhan anak sangat buruk dan disertai hepatoslenomegali masiv dan perluasan dari jarak medulla dengan penjalaran pada cortex tulang. Perubahan tulang terlihat jelas pada deformitas wajah. (Prominen dari kepala dan maksilla) dan hal ini juga sering menyebabkan penderita thalasemia rentan terhadap fraktur patologis.
G. Penatalaksanaan - Medikamentosa a. Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah. b. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi. c. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. d. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah. - Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita thalasemia dengan lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya di anjurkan untuk melakukan transplantasi ini. - Suportif a. Tranfusi Darah, Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
H. Komplikasi Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung. Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.
I. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian yang dapat dilakukan pada anak dengan thalasemia adalah: 1. Asal Keturunan / Kewarganegaraan Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita. 2. Umur Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun. 3. Riwayat Kesehatan Anak Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport. 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Seiring didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak masih bayi. Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak pada umunya kecil atau lebih lambat dibandingkan anak lain, dan adanya keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor, sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal. 5. Pola Makan Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan tidak sesuai usia. 6. Pola Aktivitas Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur/istirahat karena anak mudah lelah. 7. Riwayat Kesehatan Keluarga Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia mayor. 8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core ANC) Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir. 9. Data Keadaan Fisik Anak Thalasemia a. KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia. b. Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar. c. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan d. Mulut dan bibir terlihat kehitaman e. Dada, pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik. f. Perut, terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek nomegali). g. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah normal h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik. i. Kulit, biasanya berwarna pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan untuk klien dengan thalasemia adalah : 1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel. Kriteria hasil : Tidak terjadi palpitasi Kulit tidak pucat Membran mukosa lembab Keluaran urine adekuat Tidak terjadi mual/muntah dan distensil abdomen Tidak terjadi perubahan tekanan darah Orientasi klien baik. Intervensi : Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar kuku. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien dengan hipotensi). Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi. Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat sesuai indikasi. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, Hb, Hmt, AGD, dll. Kolaborasi dalam pemberian transfusi. Awasi ketat untuk terjadinya komplikasi transfusi. Rasional: Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan sirkulasi Untuk mengetahui ststus kesadaran pasien Untuk mensuplai kebutuhan organ tubuh
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna / ketidakmampuan mencerna makanan / absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal. Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil. Tidak ada malnutrisi. Intervensi : Berikan makanan yang bergisi. Berikan minuman yang bergisi misalnya susu Beri makanan sedikit tapi sering Berikan suplemen atau vitamin pada anak Berikan lingkungan yang menyenangkan Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan mempercepat pemuluhan Untuk memenuhi kebutuhan kalori Merangsang nafsu makan Memudahkan absorsi makanan Meningkatkan nafsu makan
3) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan novrologis. Kriteria hasil : Kulit utuh.
Intervensi : Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, aritema dan ekskoriasi. Ubah posisi secara periodik Pertahankan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun. Rasional : Memberikan informasi dasar tentang peneneman dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi darah. Menurunkan risiko infeksi infrak. Gerakan jaringan dibawa dapat merubah posisi dan dapat mempengharui penyembuhan optimal. Perbaikan nutrisi akan mempercepat penyembuhan luka pada anak Mengurangi jumlah Fe dalam tubuh. Untuk mengimbangi jumlah Fe yang tinggi dalam darah
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan. Tujuan : Setelah dlakukan asuhan kep slama 1x24 jam diharapkan klien mampu mlakukan aktifitas shari2 dgn kriteria hasil: anak bermain dan beristirahat dgan tnang srta dapat mlakukan aktivitas esuai kemampuan. Intervensi : Kaji toleransi fisik anak dan bantu dlam aktivitas yg mlebihi toleransi anak Berikan anak aktifitas pengalihan misalnya bermain Berikan anak periode tidur sesuai kondisi dan usia Rasional : Menentukan kemampuan atau kebutuhan klien Aktifitas pgalihan dpat membantu anak mlakukan aktivitas sesuai kemampuan Istirahat yg cukup berguna untuk mempercepat pemulihan kemanpuan anak
5) Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi. Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostika rencana pengobatan. Mengidentifikasi faktor penyebab. Melakukan tindakan yang perlu perubahan pola hidup. Intervensi : Berikan informasi tentang thalasemia secara spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya thalasemia. Rujuk ke sumber komunitas, untuk mendapat dukungan secara psikologis. Konseling keluarga tentang pembatasan punya anak/ deteksi dini keadaan janin melalui air ketuban dan konseling perinahan: mengajurkan untuk tidak menikah dengan sesama penderita thalasemia, baik mayor maupun minor. 6) Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang lama pada anak. Kriteria Hasil: klien memahaman tentang penyakit tersebut Intervensi keperawatan: Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang karakteristik dari pengukuran pengukuran. Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan, penyakit si anak. Jelaskan tanda-tanda adanya peningkatan krisis terutama demam, pucat dan gangguan pernafasan Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang genetik keluarga mereka Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka Rasional: Meminimalkan komplikasi. Mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang tepat. Menghindari keterlambatan perawatan. Keluarga tahu apa yang harus dilakukan. Agar anak mendapatkan perawatan yang terbaik.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Thalasemia adalah kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh berkurang nya sintesis salah satu rantai globin yang mengkombinasikan hemoglobin (HbA, 2 2). Disebut hemoglobinopathies, tidak terdapat perbedaan kimia dalam hemoglobin. Nolmalnya HbA memiliki rantai polipeptida dan , dan yang paling penting thalasemia dapat ditetapkan sebagai - atau - thalassemia. Di indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskuler. Secara molekuler thalasemia dibedakan atas: 1. Thalasemia- (gangguan pembentuakan rantai ). 2. Thalasemia- (gangguan pembentukan rantai ). 3. Thalasemia- - (gangguan pembentukan rantai dan yang letak gen nya di duga berdekatan ). 4. Thalasemia (gangguan pembentukan rantai ).
DAFTAR PUSTAKA
FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak buku I. Jakarta: FKUI.