Você está na página 1de 13

Profl

PULAU SIUNCAL
Gambaran Umum Pulau Siuncal
Pulau Siuncal terdapat diperairan Teluk Lampung, tepatnya
di sebelah timur pulau Legundi. Secara administratif pulau yang
luasnya sekitar 330 ha ini termasuk ke dalam wilayah Desa Legundi
Kecamatan Punduh Pidada Lampung Selatan. Pada pulau ini hanya
terdapat sebuah dusun (Dusun Siuncal) dengan beberapa umbul
yaitu umbul senai, umbul pancang, dan umbul bayan.
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk
di Pulau Siuncal adalah 330 jiwa yang terdiri dari 174 laki-laki dan
156 perempuan. Umumnya penduduk berasal dari Serang, Jawa
Barat. Suku lain yang berada di pulau tersebut adalah suku Jawa
dan Lampung.
Mata pencaharian masyarakat Pulau Siuncal umumnya
adalah bertani dan nelayan. Perekonomian masyarakat Pulau
Siuncal masih tergolong rendah bahkan sebagian besar penduduk
tergolong keluarga prasejahtera.
Infrastruktur belum memadai, penerangan pada malam hari
pada umumnya menggunakan lampu tempel atau petromak.
Sarana pendidikan hanya sampai pada tingkat sekolah dasar (SD)
sebanyak satu unit, pendidikan semakin sulit dengan terbatasnya
tenaga pengajar (guru) yang hanya 2 orang. Sarana kesehatan di
pulau ini belum ada. Pengobatan terdekat ada di Pulau Legundi
itupun hanya bidan desa. Sumber air bersih yang digunakan
sehari-hari berasal dari air tanah (sumur). Fasilitas keagamaan
berupa masjid dan musholla cukup memadai bagi masyarakat
setempat yang seluruhnya beragama Islam untuk melaksanakan
kegiatan ibadah.
Profle of
SIUNCAL ISLAND
General Profles of Siuncal Island
Siuncal Island is located in of-shore of Lampung Bay in
eastern part of Legundi Islands. Administratively, this island covers
330 ha and belong to Legundi Village, Punduh Pidada district South
Lampung. Only one sub village in this island consist of three umbul
(umbul senai, umbul pancang and umbul bayan).
In 2000, this Island has reached 330 populace with a sex
ratio of 174 men and 156 women. Majority of inhabitans come from
Serang, Banten Province. The others are javanese and lampungese.
Most of the people in Siuncal Island work as farmer and fsherman.
In general economics activity is not so developed, so most people in
this island are under poverty condition.
Siuncal Island has
no a source for electricity.
During the nigt, the
inhabitant using
petromak and lampu
tempel for lighting.
Siuncal Island has only 1
primary School as the
Peta Pulau Siuncal
Dermaga Penyeberangan di Ketapang
education institusion with a lack number of teachers and has no
healcares facility. Source of clean water originates from a shallow
water well ( sumur). Most people in this island are Moslems and
they have one Mosque for religious activity.
Aksesibilitas
Pulau Siuncal yang terletak di Teluk Lampung berjarak lebih
kurang 51 km dari desa Bawang (ibukota Kecamatan Punduh
Pedada) dan berjarak 140 km dari Kalianda (ibukota Kabupaten
Lampung Selatan). Lokasi ini dapat dicapai dengan menggunakan
kapal motor dari dua daerah yaitu dari Ketapang Desa Gebang
Kecamatan Padang Cermin atau dari Teluk Betung Kota Bandar
Lampung.
Untuk mencapai pulau ini tidak ada angkutan khusus
penumpang.
Biasanya penduduk
yang ingin menuju ke
pulau atau menjual
hasil buminya keluar
dari pulau
menumpang perahu
bagan. Para
penumpang tidak
dipungut bayaran,
kecuali mereka
membawa barang
dagangan seperti
kelapa. Mereka membayar sebanyak 12% dari hasil penjualan
dagangannya. Waktu tempuh dari Teluk Betung (Ujung Boom)
dengan menggunakan perahu bagan mencapai 3 4 jam
perjalanan. Selain itu, pulau ini juga dapat dicapai melalui
Ketapang dengan menggunakan speed boat selama 1 jam
perjalanan atau selama 3 jam perjalanan bila menggunakan perahu
tinting. Transportasi di dalam Pulau Siuncal pada umumnya
ditempuh dengan jalan kaki.
Accessibility
Siuncal island is located in Lampung Bay with a distance of
51 km from Bawang village (capital of Punduh Pidada District) and
140 km from Kalianda (capital of West Lampung kabupaten). This
island can be reached by powered boat from Ketapang (Gebang
village Padang Cermin district) or via Teluk Betung, Bandar
Lampung.
There is no public trasnsportation to reach this island. When
the inhabitant want to go neightborhood island they use bagan boat.
The journey from Siuncal island to Ujung Boom (Teluk Betung) takes
about 3 to 4 hours. If the passengers travel without carrying
agricultural product they do not have to pay for the journey. But
when they bring the agricultural product like coconut they have to
pay for the journey equivalent to 12% of sales revenue. An
alternative route is from Ketapang by speed boat for 1 hour or 3
hours by outboard powered boat (tinting). The majority of people
prefer to take a walk to meet their neighboring people within the
island.
Sarana Jalan Setapak
Kondisi Oseanograf
Pasang surut harian yang terjadi di sekitar perairan Pulau
Siuncal bersifat pasang surut ganda (mixed semidiurnal) dengan
kedudukan air tertinggi rata-rata terjadi sekitar bulan Mei sampai
November, sedangkan untuk kedudukan air terendah rata-rata
terjadi sekitar bulan Desember Januari (PT Hikari Lampung
Permai, 2000).
Rata-rata kecepatan angin di Pulau Siuncal berkisar antara
4 10 knot sehingga mempengaruhi gerakan mendatar air laut.
Angin musim barat yang paling dominan mempengaruhi pergerakan
arus terjadi sekitar bulan November Maret sedangkan angin timur
yang pengaruhnya kurang terhadap arus laut dan kekuatannya
lebih lemah dibandingkan angin musim barat terjadi sekitar bulan
Mei Oktober. Perairan Pulau Siuncal memiliki tinggi gelombang
antara 0,7 sampai 1 meter pada musim timur, sedangkan pada
musim barat tinggi gelombang berkisar 0,5 sampai 1,2 m. Kondisi
perairan pantai bagian utara dan bagian barat pulau relatif tenang
karena cukup terlindung dari pengaruh gelombang samudera.
Jenis pantai di
Pulau Siuncal
umumnya adalah
pantai berpasir putih.
Pantai berbatu
terdapat pada sisi
bagian luar pulau yang
menghadap ke
samudera atau pada
bagian yang menjorok
keluar. Pantai
berpasir putih
umumnya berada di
pantai utara dengan gelombang yang relatif tenang.
Oceanography
The tide types of Siuncal island are mainly mixed semi
diurnal with the highest tide during March to November. The lowest
tide occurs during December to January (P.T. Hikari Lampung
Permai, 2000). Average wind speed 4-10 knots/hour which
signifcantly infuences the current fows. During November to
March West Moonson winds predominantly infuence current fows.
The East Moonson wind brings a weak impact to the current fows
compared to the West Moonson wind which takes place during May
to October.
During the East Moonson, Siuncal island has the waves with
a height of 0.7 to 1.0 m. During the West Moonson the height wave
is about 0.5 to 1.2 m. In general the
Perairan bagian barat Pulau Siuncal
Sea at the northern- and westernpart of this island is relatively
stable because
the sea position
situates outside
the Hindian
Ocean big wave
infuence.
Siuncal island
has beautiful
white- and stony
coasts. The white
coast is located in
the northern
coastal region
while the stony
coast in the
outside region of
the island facing Hindian Ocean.
Kondisi perairan pantai timur Pulau Siuncal
Potensi perikanan
Kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat di Pulau
Siuncal adalah perikanan tangkap. Jenis ikan yang biasa
tertangkap di perairan Pulau Siuncal adalah ikan Baronang
(Siganus sp.), selar kuning (Selaroides leptolepis), simba/kue macan
(Gnatodon speciosus), Ekor kuning (Caesio spp.), cumi-cumi (Loligo
vulgaris sp.), kembung (Rastrelliger sp.), layur (Triciurus sp.), tenggiri
(Scomberomorus guttatus), tongkol (Euthynnus afnis), kerapu
(Epinephelus sp.), kakap merah (Lutjanus spp.), teri (Stolephorus
heterolobus), udang karang/lobster dan berbagai jenis ikan hias
seperti giru laut (Amphirion spp) dan kepe-kepe (Chaetodon
octafasciatus).
Hasil penangkapan di perairan Pulau Siuncal adalah 5
ton/th dengan potensi lestari sebesar 15 ton/th (Dinas Kelautan
dan Perikanan Lampung Selatan, 2003).
Alat tangkap yang dioperasikan masyarakat pada umumnya
adalah pancing dan bubu. Jumlah bubu sekitar 50 unit dan
jumlah pancing 20 unit dengan nelayan sebanyak 20 orang dan 2
kelompok nelayan. Diperairan sekitar Pulau Siuncal juga terdapat
bagan apung atau bagan perahu yang dioperasikan oleh nelayan
yang berasal dari luar pulau. Untuk alat tangkap bubu dan
pancing, metode dan konstruksinya masih bersifat tradisional. Ikan
yang paling banyak tertangkap adalah kakap merah.
Pengoperasian dari alat-alat tangkap tersebut tentunya tidak
terlepas dari kapal yang digunakan. Armada penangkapan yang
ada di Pulau Siuncal terdiri dari perahu tanpa motor dan perahu
tempel (tinting). Perahu tanpa motor adalah yang paling banyak
digunakan oleh nelayan di Pulau Siuncal. Jumlah perahu tanpa
motor sekitar 15 unit. Jumlah kapal, alat tangkap dan jenis
tangkapan di P. Legundi terdapat pada tabel 1.
Kondisi perairan yang relatif tenang pada bagian utara dan
barat pulau sangat cocok untuk pengembangan usaha budidaya
Fisheries Potency
Fisheries activity in Siuncal island is capture fsheries. The
results of the catching fshes are Baronang (Siganus sp.), tervally
(Selaroides leptolepis), simba/kue macan (Gnatodon speciosus),
yellow tail (Caesio spp.), squid (Loligo vulgaris ), tembang, small
mackerel (Rastrelliger sp.), layur Triciurus sp.), tenggiri
(Scomberomorus guttatus), small tuna Euthynnus afnis), grouper
(Epinephelus sp.), red snaper (Lutjanus spp.), anchovies, lobster and
various ornamental fshes such as angel fsh (Amphirion spp) dan
butterfy fsh (Chaetodon octafasciatus).
Fish Capture in Siuncal Island reach to 5 ton/yr with
maximum sustainable yield about 15 ton/yr (Dinas Perikanan,
2003).
Majority gear type used by fshermen in Siuncal island are,
hook and line (50 unit), fsh trap (bubu) (20 unit), fshermen 20
people and fsh group 2 unit, also operate foating bagan or boat
bagan. Boat bagan operated by fsherman from others locatioan.
Usually, the fshermen in Siuncal island used non powered boat (15
unit) and outboard powered boat (tingting) (1 unit) to catch fshes.
The water quality and sea conditions in northern and western
part of this island are
relatively good. For that
reason, this part of the island
becomes the most suitable
places to establish cage
cultures for grouper and
snaper. Suitable area for
cage culture is 50 ha.
Moreover this location also
can be used for suitable place
for seaweed or pearl cultures.
This area about 50 ha for
seaweed culture dan 100 ha for pearl culture (DKP Lamsel, 2003).
kerapu atau kakap dalam keramba jaring apung. Potensi lahan
untuk budidaya karamba jaring apung adalah sekitar 50 ha (Dinas
Perikanan). Budidaya rumput laut dan kerang mutiara juga
merupakan alternatif budidaya yang dapat diterapkan di perairan
ini karena kondisi kualitas air masih cukup baik. Potensi lahan
untuk budidaya rumput laut sekitar 50 ha dan potensi lahan untuk
budidaya kerang mutiara sekitar 100 ha.
Flora dan fauna
Tumbuhan yang mendominasi pantai bagian selatan Pulau Siuncal
adalah butun (Barringtonia asiatica), kelapa (Cocos nucifera),
pandan (Polathis glanen), Ketapang (Terminalia catappa), waru laut
(Tespesia sp.) dan nyamplung (Calophyllum inophylum) dengan
kombinasi gelagah (Saccharum sponthaneum), ilalang (Imperatta
cylindrica), rumput angin (Spinifex littoreus) serta beberapa
tumbuhan paku.
Pada bagian utara didominasi oleh tanaman kelapa,
tumbuhan lain yang ada adalah waru laut, ketapang, butun,
melinjo (Gnetum gnemon), nyamplung, ilalang, teki laut (Cyperus
maritime) dan lain-lain. Selain tanaman tersebut, dalam skala kecil
juga telah dilakukan penanaman jenis sayur mayur dan palawija
seperti cabe, jagung dan lainnya. Tanaman lainnya adalah buah-
buahan seperti mangga (Mangifera indica), jambu biji (Psidium
guajava) dan jambu air (Eugenia aquea). Pada daerah perbukitan
juga tumbuh tanaman kayu seperti bayur (Lagerstroemia fas-
reginae) yang dimanfaatkan penduduk untuk pembuatan
bangunan. Dibeberapa lokasi pantai juga ditemukan hutan bakau
Bagan Perahu di perairan
bagian barat P. Siuncal
dengan kondisi yang rusak karena pemanfaatan yang berlebih oleh
masyarakat.
Tabel 1. Jumlah kapal, alat tangkap dan jenis tangkapan di P.
Siuncal
Jenis
kapal
Jumlah Alat
tangkap
Jumlah Jenis tangkapan
-Perahu
tanpa
motor
15 unit - Pancing
- Bubu
20 unit
50 unit
Baronang, selar
kuning, simba/kue
macan, Ekor kuning,
cumi-cumi, kembung,
layur, tenggiri,
tongkol, kerapu,
kakap merah, teri,
udang karang/lobster
dan berbagai jenis
ikan hias.
Flora and Fauna
Vegetation in southern part of Siuncal island is dominated by
butun (Barringtonia acasia), coconut (Cocos nucifera), sea waru
((Hibiscus sp), pandan (Polathis glanen), ketapang (Terminalia
catappa), nyamplung (Calophyllum inophylum) and mixed bushes,
wild sea grass (Imperata cylindrical) and rumput angina. In
northern part of Siuncal island is dominated by coconut (Cocos
nucifera), butun (Barringtonia acasia), Hibiscus sp., ketapang
(Terminalia catappa), wild sea grass (Imperata cylindrical) and
melinjo (Gnetum gnemon). Farmers cultivate chilli, maize and
legumes. Another common planted tree crops are mango and
jamboo (Psidium guajava). In the hilly region, there is forest tree
such as bayur (Lagerstroemia fas-reginae) which used for home
materials. Mangrove forest which is seriously damage occurs in the
coastal region of the island due to over exploitation by the local
people.
Jenis fauna yang ditemukan di Pulau Siuncal adalah monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) dan ekor pendek (Macaca
nemestrina), babi hutan (Sus barbatus), biawak (Varanus salvatoris),
kadal (Lacertia agilis), musang (Paradoxiurus hermaproditus), elang
(Heliastur Indus), dan beberapa jenis burung.
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Biota Laut
Menurut tim survey PT Hikari Lampung Permai, perairan laut
sekitar Pulau Siuncal banyak ditemui terumbu karang. Jenis
karang yang dijumpai antara lain karang piring (Montipora
tuberculosa), karang silet (Pavona decusata), karang otak
(Goniastrea sp), karang mangkok (Montipora capricornis), karang
jahe (Acropora cytherea), karang landak (Seriatopora hystrix) dan
lain-lain dengan kondisi yang cukup baik. Menurut Proyek Pesisir
(1998), penutupan karang karang berkisar antara 0 80 %.
Terumbu karang rusak karena penangkapan ikan dengan
menggunakan bom. Walaupun sumberdaya terumbu karang banyak
yang rusak, tetapi masih mempunyai potensi untuk tumbuh
kembali.
Common fauna in Siuncal
island are long tail
monkey (Macaca
farcicularis), pig tail
monkey (Macaca
nemestrina), wild lizard or
biawak (Varanus
salvatoris), wild pig (Sus
barbatus), kadal (Lacertia
agilis), musang
(Paradoxiurus
hermaproditus), eagle
(Heliastur indus) and sea
bird.
Vegetasi
di Pulau Siuncal
Sea Biota
In the coastal area around Siuncal island various types of
coral reef in good condition are found. The coral reef are as follows:
plate reef (Montipora tubercolosa), silet reef (Pavona decusata), brain
reef (Goniastrea sp), mangkok reef (Montipora capricornis), ginger reef
(Acropora cytherea) and landak reef (Seriatopora hystrix) (Team
survey of PT Hikari LAmpung Permai). The average coral reef
coverage can be 0 80 % (CRMP, 1998).
In another part of Siuncal island sea grass from many genus
such as Enhalus sp., Thalassia sp and Holophila sp are also
Di perairan Pulau Siuncal juga ditemukan padang lamun
yang berfungsi untuk menunjang ekosisem utama lainnya.
Umumnya lamun laut yang ditemukan adalah jenis Enhalus sp,
Thalassia sp dan Holophila sp.
Biota lain yang di perairan Pulau Siuncal antara lain adalah
jenis-jenis bintang laut (Asteriodea), bulu babi (Diadema setosum),
teripang pasir (Holothuria scraba), umang-umang (Pagurus
bernhadus), teritip (Balamus amaryllis), udang pasir (Thenus
orientalis) dan udang karang (Panulirus spp.)
Peluang Pengembangan
Berdasarkan potensi yang ada, peluang pengembangan yang
dapat dilakukan antara lain :
1. Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya
ikan yang daerah tangkapnya sekitar ekosistem terumbu karang
dan ikan-ikan pelagis dengan tetap memperhatikan potensi lestari
perairan tersebut. Potensi lestari perairan Pulau Siuncal adalah 15
ton/tahun. Hingga saat ini tingkat pemanfaatan baru mencapai
30% atau sekitar 5 ton per tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan
Lampung Selatan, 2003). Potensi ini perlu dikekola lebih lanjut
untuk mendapatkan produksi yang lebih tinggi. Rendahnya
produksi penangkapan terutama disebabkan kurangnya modal
sehingga peralatan tangkap yang digunakan relatif sederhana.
Kendala lainnya adalah sistem niaga yang buruk karena tidak
adanya pangkalan pendaratan ikan. Adanya pangkalan pendaratan
ikan akan memperpendek sistem niaga sehingga harga jual ikan
dapat lebih tinggi. Disamping itu ikan merupakan produk yang
tidak tahan lama sehingga diperlukan tempat penyimpanan yang
baik. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya tindakan dari
pemerintah setempat promosi atau memfasilitasi perolehan modal
dari investor.
found. Another biota found in
Siuncal island are star fsh
(Asteroidea), sea urchind (Diadema
setosum), sand sea cucumber
(Holothuria scraba), umang-umang
(Pagurus bernhadus), teritip
(Balamus amaryllis), sand shrimp
(Thenus orientalis), and coral
shrimp (Panulirus sp).
Development Opportunities
Based on potencies in Siuncal island there are some resources can be
potentially explored and further develop such as follows:
1. Capture fsheries
Capture fsheries should be directed to the exploitation of
the coral reef and pelagic fshes to ensure the steady MSY
values of the island. The MSY values of Siuncal Island are
ca. 15 ton per year. Up to now the exploitation level is
quite low and estimated only about 5 ton per year. This
fgure can still be increased by proper
2. Perikanan Budidaya
Selain penangkapan, kegiatan perikanan yang dapat
dilakukan di kawasan Pulau Siuncal adalah perikanan budidaya
terutama budidaya laut. Budidaya diarahkan pada komoditi
perikanan yang sudah dikuasai teknologinya dan bernilai ekonomis
tinggi seperti mutiara, rumput laut, kakap dan kerapu. Kondisi
kualitas air yang baik dan ombak yang tenang pada beberapa
bagian pulau terutama bagian utara dan barat pulau sangat cocok
untuk budidaya kerang mutiara atau budidaya ikan pada keramba
jaring apung. Potensi yang cukup besar pada Pulau Siuncal sampai
saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Status pemilikan
lokasi dan perizinan menjadi kendala utama. Kurangnya promosi
terhadap investor asing juga merupakan salah satu sebab kurang
optimalnya pemanfaatan sumberdaya yang ada.
Pantai Utara Pulau Siuncal, potensial untuk pengembangan
KJA dan budidaya kerang mutiara
management. The low result of the captured fshes is mainly due to
a lack of capital so that majority of the fshermen only
operate traditional fshing gear. It can be concluded that
development of captive fshing in this island is still
promising to get higher MSY results.
2. Fish Culture
Another prospective fshing activities ofered in Siuncal
island are marine cultures. Raising pearl culture, seaweed,
snaper as well as groupies are to some extend already
mastered by the local people. Good water quality and sea
conditions in northern and western part of this island
facilitate efective establishment of the cage cultures for
grouper and snaper. Moreover, this location are also
suitable for seaweed and pearl cultures. However, up to
now this prospective potencies are not yet optimally
exploited due to problems relating to illegal ownerships,
and lack of promotions.
Kerapu salah satu spesies yang dapat di!embang!an dalam K"#
3. Pengolahan Hasil Perikanan
Jauhnya tempat pelelangan ikan membuat tinggi biaya yang
harus dikeluarkan untuk menjual hasil tangkapan atau menjual
dengan harga yang lebih rendah kepada pengumpul. Oleh sebab itu
terdapat peluang usaha dalam pengolahan ikan. Perlu
dikembangkan teknologi tepat guna untuk mengolah hasil
tangkapan agar dapat dipasarkan untuk meningkatkan nilai
tambah dan meningkatkan pendapatan.
4. Wisata Bahari
Potensi terumbu karang yang terdapat di Pulau Siuncal
dengan berbagai jenis ikan yang beasosiasi di dalamnya merupakan
wisata bawah air yang sangat menarik untuk kegiatan snorkeling
dan diving. Pada perairan tersebut juga dapat dilakukan wisata
mancing. Kegiatan
lain yang dapat
dilakukan wisatawan
adalah bermain dan
berjemur di pantai. Di
beberapa tempat
terdapat pantai pasir
putih yang cukup luas
dengan panorama
alam yang indah.
Potensi wisata bahari tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan
secara optimal.
5. Pertanian
Lahan yang cukup luas didukung iklim yang cocok untuk
berbagai tanaman perkebunan seperti kelapa, coklat, melinjo dan
pisang merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk
peningkatan tingkat penghasilan masyarakat P. Siuncal
3. Fish Processing
The far distance from the island to TPI gives the
consequencies of uplifting the fsh production cost at the market
level of fshermen. This disadvantageous situation disguise most
local fshermen. Consequently, the captured fsh is sold to fsh
collectors with a low price. To overcome this problem, it is
important to build fsh processing industry to give the added-value
of captured fsh and in the same time an increase of the fshermen
incomes.
4. Marine Tourism
The existence of high diversity coral reef and diferent kinds of
the sea biota,
this island is so
suitable for
diving and
snorkeling
sports. The
beach with
white sands in
Potensi wisata P. Siuncal yang belum tergali
Pantai Utara P. Siuncal
the eastern part of the island is also quite suitable for sun bathing
and playing. Up to now this marine tourism potency not yet
optimally functioning.
5. Agriculture
Area potency and climate is suitable for agriculture such as
coconut, cocoa, legume, banana. It is can be developed to increase
farmers incomes.
Rekomendasi Pengembangan Pulau
1.Perlu penambahan penempatan guru tetap, perbaikan gedung,
pembangunan sarana dan prasarana sekolah terutama SLTP.
Penambahan penempatan bidan/dokter dan paramedis tetap,
penyuluhan kesehatan, penambahan sarana dan prasarana
kesehatan karena tingkat kesehatan masyarakat masih rendah
dan sering berjangkitnya penyakit terutama malaria dan diare.
2.Diperlukan peningkatan pendidikan melalui penyuluhan dan
pelatihan di bidang budidaya pertanian dan perikanan..
Ekstensifkasi, intensifkasi dan rehabilitasi sumberdaya alam
untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan peningkatan
produksi yang selanjutnya diikuti pengembangan agroindustri
dalam skala kecil hingga sedang disertai dengan pengembangan
akses pasar (Jakarta, Banten dan Bandar Lampung).
Perberdayaan masyarakat tani juga penting guna mengatasi
kebutuhan modal usaha, pengadaan sarana produksi,
pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pemasaran hasil,
melalui pembentukan dan pembinaan kelembagaan kelompok
tani dan koperasi.
3.Untuk mempercepat akses ke P. Siuncal atau dalam pulau
diperlukan pembuatan dermaga, jalan dan jalur transportasi
umum yang terjangkau.
4.Secara umum, nelayan P. Siuncal tergolong nelayan tradisional
dan modal kecil sehingga hasil tangkapan relatif rendah.
Persaingan dengan nelayan luar pulau yang menggunakan alat
tangkap seperti trawl, bagan dan bom menyebabkan hasil
tangkapan semakin menurun. Perlu penegakan hukum dan
sangsi hukum yang tegas terhadap nelayan yang menggunakan
bom, trawl dan racun dalam menangkap ikan. Selain itu juga
perlu dilakukan operasi laut terpadu secara rutin yang
dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan masyarakat
setempat.
Recommendation of Island Development
1.The need to develop main public facilities should become the
frst priority for the decision makers in future. In the
education sector, the placement of teacher ready to reside
permanently in the island is necessary to overcome a lack of
educational man power. In the health sector, health care
services should be improved by construction of adequate
healthcare facility as well as the placement of medical and
paramedical personnels to provide good service for the people
in the island.
2.Educational level of the people is needed to improved by
training and counselling in agriculture and fsheries.
Extensifcation, intensifcation and rehabilitation of natural
resources are needed to optimize land uses and sustainable
agricultural and fsheries production. Small and medium
scales of agroindustry are also needed to improved together
with the opening to the market access (Jakarta, Banten and
Bandar Lampung). Enpowerment of farmers and fshermen
are also important to include by providing bussiness capital,
equipments to control pest and diseases in agriculture in
fsheries, as well as access to the market. All of these can
only be obtained by the establishment of efective farmer and
fsherman groups.
3.Harbor and road reconstruction and public tranpsorts
improvement are needed to speed up the access from outside
to the island.
4.Law inforcement has to be fully implemented for all law
violaters in case of uses bomb and poison to catch fsh as well
as the illegal operation of trawls. Coasts and sea guard
supported by the local people should regularly operate in the
sea to minimizing violaters.
5.Pengembangan penangkapan dapat dilakukan melalui 2 cara
yaitu :
- penambahan armada perahu motor tempel
- penambahan dan diversifkasi alat tangkap
alat tangkap yang dapat dikembangkan antara lain adalah :
a.Pancing (kotrek, rawe, ulur)
b.Bubu
c.Jaring bloon
d.Jodang
6.Budidaya perikanan hendaknya dilakukan untuk ikan-ikan
ekonomis tinggi (kerapu, kakap, kerang mutiara) dengan tetap
memperhatikan daya dukung lingkungan serta peran serta
masyarakat pulau. Untuk itu diperlukan identifkasi wilayah
yang cocok serta potensi produksi, dan potensi lestari, untuk
keperluan tersebut.
7.Perlu dibuat tata ruang kawasan pesisir pulau yang detil untuk
dijadikan acuan untuk menentukan peruntukkan pemanfaatan
pulau terutama untuk kawasan wisata, budidaya perikanan dan
daerah penangkapan pada jalur I ( 3 mil dari pantai).
8.Perlu adanya koordinasi antar berbagai sektor untuk
menghindari adanya tumpang tindih fungsi dan kepentingan
masing-masing sektor, juga perlu adanya pembagian
kewenangan yang jelas khususnya dalam koordinasi
perencanaan, penataan ruang dan pengawasan antar sektor
maupun antara pusat dan daerah.
5.Development of capture fshing should be directed to the
given two main ways, namely the addition of non powered
boat and diversifcation of fshing gear. Fishing gear can be
develop are
a.hook and line,
b.trap,
c.Bloon seine
d.and Jodang.
6.High economical value of fshes such groupies, snapper and
pearl should be put into priority for development of marine
culture in this island. Carrying capacity of the environment
and local people participation should be considered seriously
in relation to development of marine culture. For that reason
it is necessary to do identifcation of suitable site and
production potency, sustainable potency of this island.
7.Coastal master plan should be made in more detail to provide
guidelines for ecotourism, marine culture as well as capture
zonation at lane I (3 miles from coastal lines).
8.Coordination amongst sectors should be done professionally
to avoid any confict of interests especially related to
authority, planning, master plan and controlling.

Você também pode gostar