Você está na página 1de 14

KIMIA ORGANIK II

LI PI D DAN DETERGEN











Disusun oleh :

Siska Novitasari (08.2011.1.01526)

Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Industri
Institit Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)


PENDAHULUAN
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa
yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut
atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik nonpolar, seperti
benzen, pentana,dietil eter,dan karbon tetraklorida.Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat
diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan.
Lipid kompleks meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis menjadi zat-
zat penyusun yang lebih sederhana, yaitu lilin (waxes) dan gliserida.
Komponen-komponen campuran lipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan
menggunakan perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Sebagai contoh;
fosfolipid dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di dalam
aseton.
Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksi
penyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkan sabun dari komponen-
komponen yang mengandung asam-asam lemak yang dapat diesterkan.

PEMBAHASAN
Lipid secara Umum
Lipid merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-
unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang
larut di dalam lemak, monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di
dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain.
Contoh Struktur Lipid
Struktur beberapa lipid umum. Di bagian atas adalah asam oleat dan kolesterol. Struktur bagian
tengah adalah trigliserida yang terdiri dari rantai oleoil, stearoil, dan palmitoil yang melekat pada
kerangka gliserol. Di bagian bawah adalah fosfolipid yang umum, fosfatidilkolina.

Fungsi Lipid
1. Lipid adalah sebagai sumber energi metabolik yang sangat penting dalam pembentukkan
ATP. Lipid adalah kelompok nutrien yang sangat kaya energi. Perbandingan nilai energi lipid
dengan zat-zat gizi adalah sebagai berikut :
Lipid 9,5 kkal/g
Protein 5,6 kkal/g
Karbohidrat 4,1 kkal/g
Berdasarkan hal tersebut, lipid dapat digunakan sebagai pengganti protein yang sangat
berharga untuk pertumbuhan, karena dalam keadaan tertentu, trigliserida (fat dan oil) dapat
diubah menjadi asam lemak bebas sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi metabolik
dalam otot ternak, khususnya unggas dan monogastrik.
2. Lipid adalah komponen esensial dalam membran sel dan membran sub sel. Lipid yang
termasuk dalam kelompok ini adalah asam lemak polyunsaturated/PUFA yang mengandung
fosfolipid dan ester sterol.
3. Lipid dapat berguna sebagai penyerap dan pembawa vitamin A, D, E dan K.
4. Lipid adalah sebagai sumber asam lemak esensial, yang bersifat sebagai pemelihara dan
integritas membran sel, mengoptimalkan transpor lipid (karena keterbatasan fosfolipid
sebagai agen pengemulsi).
6. Lipid berfungsi sebagai pelindung organ tubuh yang vital.
7. Lipid sebagai sumber steroid, yang sifatnya meningkatkan fungsi-fungsi biologis yang
penting Contoh : Sterol (kolesterol) dilibatkan dalam sistem pemeliharaan membran, untuk
transpor lipid dan sebagai prekursor vitamin D3 asam empedu dan, adrenal dan
kortikosteroid).
8. Dari aspek teknologi makanan, lipid bertindak sebagai pelicin makanan yang berbentuk
pellet, sebagai zat yang mereduksi kotoran dalam makanan dan berperan dalam kelezatan
makanan.

Sifat Fisika dan Kimia
Sifat-sifat fisika lipid yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak ada rasa; berat jenis
lebih besar dari air, tidak mudah larut dalam air, untuk ekstraksi minyak eteris pada pembuatan
parfum. Sedangkan sifat kimianya adalah dapat terjadirancidity (tengik); dihidrolisa oleh
pemanasan tinggi; hidrogensi minyak; transesterifikasi.
Lemak berkarakteristik sebagai biomolekul organik yang tidak larut atau sedikit larut
dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene,
heksana, aseton dan alcohol panas. Di masa lalu, lemak bukan merupakan subjek yang menarik
untuk riset biokimia. Karena kesukarannya dalam meneliti senyawa yang tidak larut dalam air
dan berfungsi sebagai cadangan energi dan komponen struktural dari membran, lemak dianggap
tidak memiliki peranan metabolik beragam seperti yang dimiliki biomolekul lain, contohnya
karbohidrat dan asam amino.
Namun, sekarang ini, riset lemak merupakan subjek yang paling menawan dari riset
biokimia, khususnya dalam penelitian molekular mengenai membran. Pernah diduga sebagai
struktur lembam (inert), sekarang ini membran dikenal secara fungsional sebagai dinamik dan
suatu pengertian molekular dari fungsi selularnya merupakan kunci untuk menjelaskan berbagai
komponen biologi yang penting, contohnya, sistem transport aktif dan respon selular terhadap
rangsang luar. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung
banyak lipid terutama lemak kira-kira sekitar 90%, dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat
lipid kira-kira sebesar 7,5-30% .
Suatu asam lemak merupakan suatu rantai hodrokarbon dengan suatu gugusan karboksil
terminal, telah diidentifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam
lemak berantai pendek, contohnya, asam lemak berantai empat-atau enam- adalah lazim
ditemukan, namun triasilgliserolutama ditemukan pada tumbuh-tumbuhan memiliki asam lemak
dengan jumlah atom karbon genap, dengan panjang 14 hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh
tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh
memiliki satu atau lebih ikatan ganda, yang kadang-kadang berada dalam konfigurasi geometris
cis. Asam lemak tidak jenuh paling melimpah memiliki satu atau dua ikatan ganda (masing-
masing, asam lemak monoenoat dan dienoat); namun, asam lemak olefinik dengan tiga (trienoat)
dan empat (tetraenoat) ikatan ganda juga ditemukan secara alamiah.
SUSUNAN LIPID
Asam Lemak J enuh dan Asam Lemak Tak J enuh
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain,
sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Misalnya,
Asam butirat, CH3(CH2)2CO2H
Asam palmitat, CH3(CH2)14CO2H dan
Asam stearat, CH3(CH2)16CO2H
2. Asam lemak tidak jenuh
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat
pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat)
cenderung berbentuk minyak sedangkan trigliserida jenuh cenderung berbentuk lemak. Misalnya,
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H (asam palmitoleat)
CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2H (asam oleat)
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H (asam linoleat)
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH(CH2) 7CO2H (asam linolenat).
Pada hakekatnya, asam lemak tidak jenuh memiliki titik lebur yang lebih rendah
dibandingkan asam lemak jenuh. Contohnya, asam lemak jenuh C 18 (asam stearat) memiliki
titih didih 70 oC; suatu bentuk monoenoat (asam oleat) melebur pada 13 oC dan suatu bentuk
dienoat (asam linoleat) pada -5 oC.
Gliserol Tumbuhan dan Gliserol Hewan
Triasilgliserol tumbuhan (minyak tumbuh-tumbuhan) adalah cair pada suhu ruang,
karena mereka memiliki proporsi asam lemak tidak jenuh yang lebih besar daripada
triasilgliserol hewan (contohnya, lemak babi), yang padat atau semi-padat pada suhu yang sama.
Perbedaan dalam kandungan asam lemak tidak jenuh ini mendapat banyak perhatian,
karena pengertian bahwa asupan harian yang berlebihan dari asam lemah jenuh dan kolesterol
berkaitan dengan terjadinya penyakit jantung.
Sebagai akibatnya, penasehat medis dan gizi menyarankan suatu penurunan dari lemah
hewan (dan kolesterol) dalam diet, dengan proporsi yang lebih tinggi dari asupan lemak berupa
triasilgliserol yang tinggi dalam asam lemak polyunsaturated, yaitu asam lemak yang
mengandung dua atau lebih ikatan ganda).
Lemak merupakan komponen utama dari membrane sistem kehidupan, Dua tipe lemak
yang dapat tersaponifikasi dalam membrane memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan
dengan demikian disebut fosfolipid.
Salah satu jenis memiliki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain
memiliki sfingosin (sfingolipid). Dua komponen lemak lain yang penting dari membrane adalah
glikolipid yang mengandung karbohidrat dan steroid kolesterol, yang disebut terakhir ini
merupakan suatu lemak non-saponifikasi yang berasal dari eukariotik yang ditemukan dalam
membrane seluler hewan.
Klasifikasi Lipid
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada
beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar,
yaitu:
1. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes).
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid,
cerebrosida.
3. Derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak,
gliserol dan sterol.
Di samping itu berdasarkan sifat kimianya yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, yakni yang dapat dihidrolisis dengan basa,
contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.
Lipid seperti lilin (wax), lemak, minyak, dan fosfolipid adalah ester yang jika dihidrolisis
dapat menghasilkan asam lemak dan senyawa lainnya termasuk alkohol. Steroid tidak
mengandunga asam lemak dan tidak dapat dihidolisis.
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99% trigliserida. Trigliserida
adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat
satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama
Trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida.
Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida
menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang
membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi,
karbondioksida (CO2), dan air (H2O).
Kolesterol adalah jenis lemak yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol merupakan
komponen utama pada struktur selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf.
Kolesterol merupakan bahan perantara untuk pembentukan sejumlah komponen penting seperti
vitamin D (untuk membentuk & mempertahankan tulang yang sehat), hormon seks (contohnya
Estrogen & Testosteron) dan asam empedu (untuk fungsi pencernaan ).
Reaksi Kimia
Lipid memiliki reaksi kimia yang khas, antara lain:
1. Hidrolisis
Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan bantuan lipase,
menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Sifat lipase pancreas dapat dimanfaatkan yang lebih
suka memecahkan ikatan ester pada posisi 1 dan 3 daripada posisi 2 dari triasilgliserol.
2. Penyabunan
Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan. yang dihasilkan adalah gliserol dan garam alkali
asam lemak yang disebut sabun.
3. Penguraian (kerusakan, ketengikan) lipid
Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada lemak.
Penyebabnya antara lain auto oksidasi, hidrolisis dan kegiatan bakteri. Oksigen udara dianggap
menyerang ikatan rangkap pada asm lemak untuk membentuk ikatan peroksida. Dengan
demikian bilangan yodium turun, walaupun sedikit asam lemak bebas dan gliserol dilepaskan.
Timbal atau tembaga mengkatalisis ketengikan. Mengasingkan oksigen atau menambah zat
antioksidan menghambat proses ketengikan. Radikal-radikal bebas dihasilkan dihasilkan selama
pembentukan peroksida, dan ini dapat merusak jaringan-jaringan jidup kecuali terdapat
antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E) yang bereaksi radikal-radikal bebas.















PENDAHULUAN
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan
dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh
oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.
Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen
digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik
menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan zat
lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa
dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan
pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air
berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah
Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang
mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa
menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.











PEMBAHASAN
DEFINISI
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.
KANDUNGAN DETERJEN
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan.
Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
Alkyl Benzene Sulfonate
Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Acetates :
Nitril Tri Acetate (NTA)
Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silicates : Zeolith
d. Citrates : Citrate acid
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-
produk seperti:
1) Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan,
dll.
2) Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat.
3) Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual
maupun mesin pencuci piring.
4) Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-
bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau
objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya,
sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga
menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
JENIS-JENIS DETERGEN
Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergen sebagai bubuk
pembersih pakaian. Sebenarnya Detergen adalah senyawa organik, yang memiliki dua kutub dan
bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga jenis Detergen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik.
Anionic dan permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-polar
(hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap, hal ini terjadi
karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan elektronegatif yang
disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergen yang berbeda yaitu fosfat Detergen dan surfaktan Detergen.
Pada umumnya Detergen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan, sedangkan
surfaktan adalah jenis Detergen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah
Detergen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying Detergen. Disisi lain fosfat detergen
adalah Detergen yang membantu menghentikan kotoran dalam air. Zat yang terkandung didalam
detergen juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi alkylphenol polyethoxylates
(non-ion) dapat menyebabkan pembentukan alkylphenols (terutama nonylphenols) yang
bertindak sebagai endokrin pengganggu jika limbah detergen bercampur dengan air limbah lain
di saluran air.
Berdasarkan bentuk fisiknya, Detergen dibedakan atas:
1. Detergen Cair, secara umum Detergen cair hampir sama dengan Detergen bubuk. Yang
membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya Detergen cair ini belum
dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin cuci yang
kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.
2. Detergen krim, bentuk Detergen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi kandungan
formula bahan baku keduanya berbeda.
3. Detergen bubuk, jenis Detergen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai
sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, Detergen bubuk dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Detergen bubuk berongga dan Detergen bubuk padat.
Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan proses
pembuatannya.

DAMPAK NEGATIF
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui
bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik
terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni
surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada
pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan
kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Surfaktan
kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa
bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses
klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun karena
ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini
sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di lingkungan
yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai
tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai non-
biodegradable. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50%
bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat
menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai
karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai
gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam air dapat merusak insang dan organ pernafasan
ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah
menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate.
Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini
mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat
aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai
pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.
Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi
bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat
terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan
mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah
dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder
dalam deterjen.

Você também pode gostar