Você está na página 1de 2

Apa Itu Hadits Hasan ?

Di dalam berargumentasi dengannya, hukumnya sama dengan


hadits Shahîh sekalipun dari sisi kekuatannya, ia berada di bawah
Definisi hadits Shahih. Oleh karena itulah, semua ahli fiqih
menjadikannya sebagai hujjah dan mengamalkannya. Demikian
a. Secara bahasa (etimologi) juga, mayoritas ulama hadits dan Ushul menjadikannya sebagai
Kata Hasan (‫ )حسن‬merupakan Shifah Musyabbahah dari kata al- hujjah kecuali pendapat yang aneh dari ulama-ulama yang dikenal
Husn (‫ن‬ُ‫س‬
ْ‫ح‬ُ ‫ )ْال‬yang bermakna al-Jamâl (‫)الجمال‬: kecantikan, keras (al-Mutasyaddidûn). Sementara ulama yang dikenal lebih
keindahan. longgar (al-Mutasâhilûn) malah mencantumkannya ke dalam jenis
hadits Shahîh seperti al-Hâkim, Ibn Hibbân dan Ibn Khuzaimah
b. Secara Istilah (teriminologi) namun disertai pendapat mereka bahwa ia di bawah kualitas
Sedangkan secara istilah, terdapat perbedaan pendapat di Shahih yang sebelumnya dijelaskan.” (Tadrîb ar-Râwy:I/160)
kalangan para ulama hadits mengingat pretensinya berada di
tengah-tengah antara Shahîh dan Dla’îf. Juga, dikarenakan Contohnya
sebagian mereka ada yang hanya mendefinisikan salah satu dari
dua bagiannya saja. Hadits yang dikeluarkan oleh at-Turmudzy, dia berkata,
“Qutaibah menceritakan kepada kami, dia berkata, Ja’far bin
Berikut beberapa definisi para ulama hadits dan definisi terpilih: Sulaiman adl-Dluba’iy menceritakan kepada kami, dari Abu
‘Imrân al-Jawny, dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ariy, dia
1. Definisi al-Khaththâby : yaitu, “setiap hadits yang diketahui berkata, “Aku telah mendengar ayahku saat berada di dekat
jalur keluarnya, dikenal para periwayatnya, ia merupakan rotasi musuh berkata, ‘Rasulullah SAW., bersabda, “Sesungguhnya
kebanyakan hadits dan dipakai oleh kebanyakan para ulama dan pintu-pintu surga itu berada di bawah naungan pedang-
mayoritas ulama fiqih.” (Ma’âlim as-Sunan:I/11) pedang…” (Sunan at-Turmudzy, bab keutamaan jihad:V/300)

2. Definisi at-Turmudzy : yaitu, “setiap hadits yang diriwayatkan, Hadits ini adalah Hasan karena empat orang periwayat dalam
pada sanadnya tidak ada periwayat yang tertuduh sebagai sanadnya tersebut adalah orang-orang yang dapat dipercaya
pendusta, hadits tersebut tidak Syâdzdz (janggal/bertentangan (Tsiqât) kecuali Ja’far bin Sulaiman adl-Dlub’iy yang merupakan
dengan riwayat yang kuat) dan diriwayatkan lebih dari satu jalur periwayat hadits Hasan –sebagaimana yang dinukil oleh Ibn
seperti itu. Ia-lah yang menurut kami dinamakan dengan Hadîts Hajar di dalam kitab Tahdzîb at-Tahdzîb-. Oleh karena itu,
Hasan.” (Jâmi’ at-Turmudzy beserta Syarah-nya, [Tuhfah al- derajat/kualitasnya turun dari Shahîh ke Hasan.
Ahwadzy], kitab al-‘Ilal di akhirnya: X/519)
Tingkatan-Tingakatannya
3. Definisi Ibn Hajar: yaitu, “Khabar al-Ahâd yang diriwayatkan
oleh seorang yang ‘adil, memiliki daya ingat (hafalan), sanadnya Sebagaimana hadits Shahih yang memiliki beberapa tingkatan
bersambung, tidak terdapat ‘illat dan tidak Syâdzdz, maka inilah yang karenanya satu hadits shahih bisa berbeda dengan yang
yang dinamakan Shahîh Li Dzâtih (Shahih secara independen). lainnya, maka demikian pula halnya dengan hadits Hasan yang
Jika, daya ingat (hafalan)-nya kurang , maka ia disebut Hasan Li memiliki beberapa tingkatan.
Dzâtih (Hasan secara independen).” (an-Nukhbah dan Syarahnya:
29) Dalam hal ini, ad-Dzahaby menjadikannya dua tingkatan:
Pertama, (yang merupakan tingkatan tertinggi), yaitu: riwayat dari
Syaikh Dr.Mahmûd ath-Thahhân mengomentari, “Menurut saya, Bahz bin Hakîm dari ayahnya, dari kakeknya; riwayat ‘Amr bin
Seakan Hadits Hasan menurut Ibn Hajar adalah hadits Shahîh Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya; Ibn Ishaq dari at-Tîmiy.
yang kurang pada daya ingat/hafalan periwayatnya. Alias kurang Dan semisal itu dari hadits yang dikatakan sebagai hadits Shahih
(mantap) daya ingat/hafalannya. Ini adalah definisi yang paling padahal di bawah tingkatan hadits Shahih.
baik untuk Hasan. Sedangkan definisi al-Khaththâby banyak
sekali kritikan terhadapnya, sementara yang didefinisikan at- Ke-dua, hadits lain yang diperselisihkan ke-Hasan-an dan ke-
Turmudzy hanyalah definisi salah satu dari dua bagian dari hadits Dla’îf-annya, seperti hadits al-Hârits bin ‘Abdullah, ‘Ashim bin
Hasan, yaitu Hasan Li Ghairih (Hasan karena adanya riwayat lain Dlumrah dan Hajjâj bin Artha’ah, dan semisal mereka.
yang mendukungnya). Sepatutnya beliau mendefinisikan Hasan
Li Dzâtih sebab Hasan Li Ghairih pada dasarnya adalah hadits Tingkatan Ucapan Ulama Hadits, “Hadits yang
lemah (Dla’îf) yang meningkat kepada posisi Hasan karena shahîh sanadnya” atau “Hasan sanadnya”
tertolong oleh banyaknya jalur-jalur periwayatannya.”
1. Ucapan para ulama hadits, “Ini adalah hadits yang shahih
Definisi Terpilih sanadnya” adalah di bawah kualitas ucapan mereka, “Ini adalah
hadits Shahih.”
Definisi ini berdasarkan apa yang disampaikan oleh Ibn Hajar
dalam definisinya di atas, yaitu: 2. Demikian juga ucapan mereka, “Ini adalah hadits yang Hasan
“Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh sanadnya” adalah di bawah kualitas ucapan mereka, “Ini adalah
periwayat yang ‘adil, yang kurang daya ingat (hafalannya), dari hadits Hasan” karena bisa jadi ia Shahih atau Hasan sanadnya
periwayat semisalnya hingga ke jalur terakhirnya (mata rantai tanpa matan (redaksi/teks)nya akibat adanya Syudzûdz atau ‘Illat.
terakhir), tidak terdapat kejanggalan (Syudzûdz) ataupun ‘Illat di
dalamnya.” Seorang ahli hadits bila berkata, “Ini adalah hadits Shahih,” maka
berarti dia telah memberikan jaminan kepada kita bahwa ke-lima
Hukumnya syarat keshahihan telah terpenuhi pada hadits ini. Sedangkan bila
dia mengatakan, “Ini adalah hadits yang shahih sanadnya,” maka
artinya dia telah memberi jaminan kepada kita akan terpenuhinya
tiga syarat keshahihan, yaitu: sanad bersambung, keadilan si Kitab-Kitab Yang Di Dalamnya
periwayat dan kekuatan daya ingat/hafalan (Dlabth)-nya, Dapat Ditemukan Hadits Hasan
sedangkan ketiadaan Syudzûdz atau ‘Illat pada hadits itu, dia tidak
bisa menjaminnya karena belum mengecek kedua hal ini lebih Para ulama belum ada yang mengarang kitab-kitab secara terpisah
lanjut. (tersendiri) yang memuat hadits Hasan saja sebagaimana yang
mereka lakukan terhadap hadits Shahîh di dalam kitab-kitab
Akan tetapi, bila seorang Hâfizh (penghafal banyak hadits) yang terpisah (tersendiri), akan tetapi ada beberapa kitab yang di
dipegang ucapannya hanya sebatas mengatakan, “Ini adalah dalamnya banyak ditemukan hadits Hasan. Di antaranya yang
hadits yang shahih sanadnya,” tanpa menyebutkan ‘illat paling masyhur adalah:
(penyakit/alasan yang mencederai bobot suatu hadits); maka
pendapat yang nampak (secara lahiriah) adalah matannya juga 1. Kitab Jâmi’ at-Turmudzy atau yang lebih dikenal dengan
Shahîh sebab asal ucapannya adalah bahwa tidak ada ‘Illat di situ Sunan at-Turmudzy. Buku inilah yang merupakan induk di dalam
dan juga tidak ada Syudzûdz. mengenal hadits Hasan sebab at-Turmudzy-lah orang pertama
yang memasyhurkan istilah ini di dalam bukunya dan orang yang
Makna Ucapan at-Turmudzy Dan Ulama paling banyak menyinggungnya.
Selainnya, “Hadits Hasan Shahîh” Namun yang perlu diberikan catatan, bahwa terdapat banyak
naskah untuk bukunya tersebut yang memuat ungkapan beliau,
Secara implisit, bahwa ungkapan seperti ini agak membingungkan “Hasan Shahîh”, sehingga karenanya, seorang penuntut ilmu
sebab hadits Hasan kurang derajatnya dari hadits Shahîh, jadi harus memperhatikan hal ini dengan memilih naskah yang telah
bagaimana bisa digabung antara keduanya padahal derajatnya ditahqiq (dianalisis) dan telah dikonfirmasikan dengan naskah-
berbeda?. Untuk menjawab pertanyaan ini, para ulama naskah asli (manuscript) yang dapat dipercaya.
memberikan jawaban yang beraneka ragam atas maksud dari
ucapan at-Turmudzy tersebut. Jawaban yang paling bagus adalah 2. Kitab Sunan Abi Dâ`ûd. Pengarang buku ini, Abu Dâ`ûd
yang dikemukakan oleh Ibn Hajar dan disetujui oleh as-Suyûthy, menyebutkan hal ini di dalam risalah (surat)-nya kepada
ringkasannya adalah: penduduk Mekkah bahwa dirinya menyinggung hadits Shahih dan
yang sepertinya atau mirip dengannya di dalamnya. Bila terdapat
1. Jika suatu hadits itu memiliki dua sanad (jalur transmisi/mata kelemahan yang amat sangat, beliau menjelaskannya sedangkan
rantai periwayatan) atau lebih; maka maknanya adalah “Ia adalah yang tidak dikomentarinya, maka ia hadits yang layak. Maka
Hasan bila ditinjau dari sisi satu sanad dan Shahîh bila ditinjau berdasarkan hal itu, bila kita mendapatkan satu hadits di
dari sisi sanad yang lain.” dalamnya yang tidak beliau jelaskan kelemahannya dan tidak ada
seorang ulama terpecayapun yang menilainya Shahih, maka ia
2. Bila ia hanya memiliki satu sanad saja, maka maknanya adalah Hasan menurut Abu Dâ`ûd.
“Hasan menurut sekelompok ulama dan Shahîh menurut
sekelompok ulama yang lain.” 3. Kitab Sunan ad-Dâruquthny. Beliau telah banyak sekali
menyatakannya secara tertulis di dalam kitabnya ini.
Seakan Ibn Hajar ingin menyiratkan kepada adanya perbedaan
persepsi di kalangan para ulama mengenai hukum terhadap hadits (SUMBER: Kitab Taysîr Musthalah al-Hadîts karya Dr. Mahmûd
seperti ini atau belum adanya hukum yang dapat dikuatkan dari ath-Thahhân, h. 45-50)
salah satu dari ke-duanya.

Pengklasifikasian Hadits-Hadits Yang Dilakukan Oleh


‫لبنائ الحباء‬
Imam al-Baghawy Dalam Kitab “Mashâbîh as-Sunnah”

Di dalam kitabnya, “Mashâbîh as-Sunnah” imam al-Baghawy


menyisipkan istilah khusus, yaitu mengisyaratkan kepada hadits-
hadits shahih yang terdapat di dalam kitab ash-Shahîhain atau
salah satunya dengan ungkapan, “Shahîh” dan kepada hadits-
hadits yang terdapat di dalam ke-empat kitab Sunan (Sunan an-
Nasâ`iy, Sunan Abi Dâ`ûd, Sunan at-Turmdzy dan Sunan Ibn
Mâjah) dengan ungkapan, “Hasan”. Dan ini merupakan isitlah
yang tidak selaras dengan istilah umum yang digunakan oleh
ulama hadits sebab di dalam kitab-kitab Sunan itu juga terdapat
hadits Shahîh, Hasan, Dla’îf dan Munkar.

Oleh karena itulah, Ibn ash-Shalâh dan an-Nawawy


mengingatkan akan hal itu. Dari itu, semestinya seorang pembaca
kitab ini ( “Mashâbîh as-Sunnah” ) mengetahui benar istilah
khusus yang dipakai oleh Imam al-Baghawy di dalam kitabnya
tersebut ketika mengomentari hadits-hadits dengan ucapan,
“Shahih” atau “Hasan.”

Você também pode gostar