Você está na página 1de 7

MODUL STATISTIK

Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan sebagai
alat. Alat untuk analisis dan alat untuk membuat keputusan. Statistik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Selanjutnya statistik inferensial dapat dibedakan menjadi statistik
parametris dan non parametris.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya
akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel di ambil.
Terdapat dua macam statistik inferensial, yaitu; statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval
atau rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan statistik non parametris digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinat dari populasi yang bebas distribusi.

A. Macam-macam Statistik
Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan sebagai
alat. Alat untuk analisis dan alat untuk membuat keputusan. Statistik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Selanjutnya statistik inferensial dapat dibedakan menjadi statistik
parametris dan non parametris.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya
akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel di ambil.
Terdapat dua macam statistik inferensial, yaitu; statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval
atau rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan statistik non parametris digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinat dari populasi yang bebas distribusi.
B. Macam-macam Data Penelitian
Data penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring). Data kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua besar,
yaitu data diskrit dan data kontinum.
Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilang (bukan mengukur). Data ini dapat
disebut juga sebagai data nominal atau kategorikal. Data diskrit diperoleh dari penelitian yang bersifat
eksploratif atau survey. Data kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu data ordinal, interval, dan rasio.
Data ordinal adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Data interval adalah data yang jaraknya
sama, tetapi tidak mempunyai nol absolut (mutlak). Pada data ini, walaupun datanya nol, tetapi masih
mempunyai nilai. Data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nol absolut (mutlak). Jadi kalau
ada data nol berarti tidak ada apa-apanya. Bermacam-macam data tersebut dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut.
Terdapat berbagai macam teknik statistik yang dapat digunakan dalam penelitian khususnya dalam pengujian
hipotesis. Pedoman umum ini ditunjukkan pada tabel 1. Teknik statistik mana yang akan digunakan untuk
pengujian tergantung pada interaksi dua hal yaitu macam data yang akan dianalisis dan bentuk hipotesisnya.
Seperti dalam jenis penelitian, maka bentuk hipotesis ada tiga, yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiasi.
Hipotesis komparatif ada dua macam yaitu komparatif dua sampel dan lebih dari dua sampel. Untuk masing-
masing hipotesis komparatif dibagi menjadi dua yaitu sampel berpasangan (related) dan sampel yang independen.
Contoh sampel yang berpasangan adalah sampel yang diberi pretest dan posttest, atau sampel yang digunakan
dalam penelitian eksperimen sebagi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jadi antara sampel yang diberi
perlakuan (treatment) dan yang tidak diberi perlakuan adalah sampel yang related. Contoh sampel yang
independen adalah misalnya membandingkan antara prestasi kerja pegawai pria dan wanita.
Berikut ini adalah contoh rumusan hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1. Hipotesis Deskriptif
o H0 : Daya tahan lampu merk X = 500 jam
o Ha : Daya tahan lampu merk X =/ 500 jam
2. Hipotesis Komparatif
o H0 : Daya tahan lampu merk X = merk Y
o Ha : Daya tahan lampu merk X =/ merk Y
3. Hipotesis Asosiasi
o H0 : Tidak ada hubungan antara tegangan dengan daya tahan lampu.
o Ha : Ada hubungan antara tegangan dengan daya tahan lampu.
Berikut ini tabel cara memilih teknik statistik untuk pengujian hipotesis penelitian.


NSTRUMENT
1. Pengertian
Reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, keajegan, dan atau kehandalan instrumen
untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Reliabilitas dari kata Inggris "reliability yang sama maknanya
dengan kata konsistensi (concistency or stability), dapat dipercaya (dependability). Reliabilitas merupakan
bentuk "noun", sedang kata sifatnya adalah "reliable". Secara konsep instrumen yang reliabel ialah instrumen
yang apabila digunakan terhadap subjek yang sama, akan menunjukkan hasil yang sama, walaupun dilaksanakan
dalam kondisi dan waktu yang berbeda. Jadi suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut
digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama.
Untuk objek-objek penelitian yang sifatnya alamiah, persoalan mengenai reliabilitas ini tidak perlu menimbulkan
banyak pertimbangan, oleh karena objek-objek alamiah relatif stabil dalam dimensi waktu dan kondisi yang
berbeda. Lain hainya bila instrumen penelitian digunakan untuk mengukur gejala-gejala sosial dan perilaku.
Objek-objek sosial dan perilaku selalu menunjukkan adanya variasi dalam dimensi waktu dan kondisi. Ambil saja
sebagai contoh misainya kayu, batu, pasir, tanah, dan semacamnya, semuanya menunjukkan adanya sifat-sifat
yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aspek-aspek perilaku seperti sikap sikap sosial, aktivitas belajar,
prestasi belajar, kinerja pegawai, intensitas berdiskusi, dan sebagainya. Semuanya akan sangat mudah berubah
karena waktu dan kondisi pengukurannya berbeda. Hal tersebut menuntut perlunya masalah instrumen untuk
mengukur gejala-gejala sosial dan perilaku, perlu disiapkan dengan saksama dan hati-hati sebelum instrumen
tersebut digunakan, karena instrumen yang tidak stabil, dipastikan akan memperoleh hasil penelitian yang tidak
baik, dalam arti hasil penelitian yang tidak dapat menggambarkan keadaan gejala yang diukur seperti apa
adanya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan hasil penelitian, khususnya untuk gejala-gejala sosial
dan perilaku. Bebarapa diantaranya ialah:
a. Faktor instrumennya sendiri,
b. Faktor gejala yang diukur dan diamati, dan
c. Kondisi penyelenggaraan pengukuran.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala sosial dan perilaku, selalu berupa pertanyaan yang
menggunakan kalimat yang disusun oleh peneliti dalam bentuk kuesioner, interviu, observasi atau mungkin tes
instrumen-instrumen yang menggunakan kalimat semacam itu pasti akan direspon secara berbeda oleh responden
yang mengisi instrumen. Perbedaan responden dalam merespon kuesioner yang diberikan tersebut bukan karena
objek responnya yang berbeda, akan tetapi bisa jadi karena cara memaknai atau menangkap makna yang
terkandung dalam instrumen berbeda. Oleh karena itu saran yang selalu disampaikan kepada peneliti yang akan
menyusun instrumen semacam itu ialah supaya pertanyaan-pertanyaan yang dibuat tidak memiliki sifat berwajuh
arti atau bermakna ganda. Pendek kata pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus diinterpretasi atau
dimaknai sama oleh responden yang berbeda.
Faktor gejala atau perilaku yang diukur. Gejala-gejala sosial dan perilaku memiliki sifat mudah berubah, baik
karena faktor internal maupun faktor eksternal. Sikap seseorang tidak menunjukkan keadaan stabil dalam
dimensi waktu, tempat, dan kondisi/situasi. Jarang dijumpai adanya sikap yang relatif tetap/stabil dalam fluktuasi
waktu. Sikap terhadap objek yang sama oleh subjek yang sama, belum tentu sama, bila waktu, tempat, dan situasi
meresponnya berbeda.
Kondisi penyelenggaraan pengukuran juga akan dapat mempengaruhi ketidakstabilan gejala. Suatu instrumen
yang diselenggarakan pads kondisi ramai, suasana hiruk pikuk, dan situasi temperatur tinggi, dipastikan akan
memberikan hasil yang berbeda apabila instrumen tersebut diselenggarakan pada kondisi tenang, dan situasi
yang sejuk. Demikian juga misalnya tes yang pelaksanaannya diawasi secara ketat, menakutkan, dipastikan akan
memberikan hasil yang berbeda dibandingkan dengan penyelenggaraan tes yang diawasi secara familier dan
suasana yang menyenangkan.
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan hasil pengukuran terhadap gejala-
gejala sosial dan perilaku tersebut, peneliti perlu mengusahakan dengan berbagai cara agar hasil pengukuran
dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Usaha-usaha tersebut adalah:
1. Memperbanyak kasus atau objek yang diteliti;
2. Melakukan pengukuran atau pengamatan secara berulang-ulang;
3. Membandingkan pengamatan peneliti dengan pengamatan peneliti lain;
4. Menambah jumlah pengamat;
Menggunakan instrumen atau alat ukur yang handal
Tujuan utama dari proses penelitian ialah bagaimana peneliti dapat memperoleh kesimpulan dengan dilandasi
dan didukung oleh fakta-fakta yang representatif. Untuk dapat memperoleh fakta-fakta yang representatif,
diperlukan data dan informasi yang objektif. Tingkat keobjektifan data hasil penelitian tergantung pada seberapa
jauh kemampuan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Tinggi rendahnya kemampuan
instrumen pengumpul data, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan. Oleh karena itu sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, dia harus melakukan
pembahasan untuk mempertimbangkan mengenai validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan
dalam proses penelitian.
A. Validitas Instrumen
Validitas instrumen adalah kemampuan instrumen untuk mengukur dan menggambarkan keadaan suatu aspek
sesuai dengan maksudnya untuk apa instrumen tersebut dibuat, sebagaimana dinyatakan oleh Gay (1983:110)
sebagai berikut: the most simplistic definition of validity is that it is the degree to which a test measured what it is
supposed to measured. Kerlinger (200:685) juga memberikan rumusan sangat umum mengenai validity, yaitu
dengan mengajukan suatu pertanyaan, apakah instrumen yang kita buat mampu mengukur apa yang kita
maksudkan, sebagaimana dinyatakan
.
. does the instrumen measure what it is supposed to measure.
Persoalan validitas instrumen berhubungan dengan pertanyaan, apakah suatu instrumen yang dibuat mampu
menggambarkan ciri-ciri, sifat-sifat. atau aspek apa saja yang akan diukur, sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Validitas juga dapat dimaknai sebagai ketepatan dalam memberikan interpretasi terhadap hasil
pengukurannya.
Terdapat dua makna yang terkandung di dalam konsep validitas, yaitu relevans dan accuracy. Relevansi
menunjuk pada kemampuan instrumen untuk memerankan fungsi untuk apa instrumen tersebut
dimaksudkan(what it is intended to measure). Accuracy menunjuk ketepatan instrumen untuk mengidentifikasi
aspek-aspek yang diukur secara tepat, yang berarti dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Dalam memaknai konsep validitas, kita tidak boleh menyatakan bahwa suatu instrumen yang sudah dinyatakan
valid, juga akan valid untuk maksud atau tujuan yang lain, serta berlaku untuk kondisi yang berbeda.
Pengembalian keputusan mengenai valid tidaknya suatu instrumen tergantung pada tiga hal, yaitu:
1. Valid untuk apa,
2. Valid untuk siapa, dan
3. Valid dalam konteks yang bagaimana.
Suatu instrumen mungkin saja valid untuk tujuan tertentu, akan tetapi belum tentu valid untuk suatu tujuan lain.
Suatu instrumen dapat saja valid untuk suatu kelompok responden tertentu, akan tetapi belum tentu valid untuk
kelompok responden yang lain. Suatu instrumen mungkin saja valid untuk suatu kelompok responden dengan
latar belakang budaya tertentu, akan tetapi belum tentu valid untuk kelompok responden yang lain dengan latar
belakang budaya yang lain pula. Jadi suatu instrumen yang dirancang untuk suatu tujuan tertentu, keputusan
mengenai validitasnya, hanya dapat dievaluasi atau dipertimbangkan bagi tujuan tersebut.
Macam-Macam Validitas Instrumen
Pada umumnya para ahli pengukuran, khususnya pengukuran dalam bidang psikologi dan pendidikan,
menggolongkan validitas menjadi beberapa tipe, yaitu:.
1. Validitas konstruk (construct validity),
2. Validitas isi (content validity), dan
3. Validitas kriterion (kriterion-related validity).
(Kerlinger, 2000:686; Babble, 2004:144-145).
Untuk validitas konstruk dan validitas isi, kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan, dilakukan
dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan logis, konseptual, dan menggunakan dasar-dasar penalaran
tertentu, tanpa harus melakukan uji empiris atau uji lapangan. Sebaliknya, pada validitas kriterion, proses
validasinya dilakukan melalui pengujian empiris atau uji lapangan, yaitu dengan jalan mengkorelasikan hasil
pengukuran dari instrumen yang kits susun dengan suatu kriterium yang dipandang valid. Bila peneliti memilih
tipe validitas korelasional, maka pengambilan keputusan untuk menyatakan apakah instrumen tersebut valid
atau tidak, dilakukan dengan menghitung korelasi dengan menggunakan taraf siginifikansi 0,05. Ada dua tipe
dari validitas korelasional ini, yaitu validitas konkuren (concurrent validity), dan validitas prediktif (predictive
validity).
a. Validitas konstruk
Validitas konstruk berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh instrumen yang kita susun mampu
menghasilkan butir-butir pertanyaan yang telah dilandasi oleh konsep teoritik tertentu. Validitas konstruk
disusun dengan mendasarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan konseptual yang didukung oleh
teori yang sudah mapan. Proses menentukan validitas bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Untuk dapat
menyusun validitas konstruk, peneliti harus menguasai secara mendalam teori-teori yang relevan, ditambah
dengan pengalaman menyusun instrumen, konsultasi dengan ahli di bidangnya, dan diskusi dengan teman
sejawat (peers). Oleh karena itu untuk memantapkan validitas konstruk ini, peneliti dianjurkan untuk
memperoleh masukan berupa penilaian, pertimbangan dan kritik-kritik dari pars ahli dalam bidang yang terkait.
Prosedur seperti itu dikenal dengan apa yang disebut dengan expert judgment.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh suatu konstruk yang diharapkan, biasanya melalui prosedur
sebagai berikut:
1) melakukan analisis logik, dan
2) melakukan analisis hubungan dan atau perbedaan dengan konstruk lain.
Analisis logic dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Peneliti membuat definisi operasional mengenai konstruk atau konsep yang dimaksud dengan berlandaskan
diri pada teori-teori yang relevan;
2) Peneliti melakukan justifikasi mengenai suatu konstruk yang diperkirakan dapat memberikan gambaran
secara jelas mengenai suatu konstruk atau konsep yang dimaksud. Dalam hal ini penyusun instrumen dapat
menganut salah satu teori atau melakukan suatu sintesa, atau memodifikasi teori yang ada yang dianggap relevan.
3) Operasionalisasikan konstruk yang secara konseptual telah mantap ke dalam indikator-indikator, bahkan
sampai ke dalam sub indikator (prediktoi), sehingga perilaku atau gejalanya dapat diukur dan diamati.
4) Lakukan check-recheck untuk meyakinkan bahwa apa yang telah dirumuskan tersebut benar-benar telah
menggambarkan konstruk yang dimaksud.
Analisis hubungan dan atau analisis perbedaan dilakukan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Kumpulkan konstruk atau konsep-konsep lain yang sama atau serupa dengan konsep yang kita maksudkan. Di
samping mengumpulkan konsep-konsep yang sama, juga kumpulkan konsep-konsep lain yang berbeda. Mencari
konsep-konsep yang sama atau berbeda tersebut dimaksudkan agar diperoleh keyakinan yang kuat dan
mendalam bahwa konsep atau konstruk yang dimaksudkan secara teoritik dan logik benar.
2) Suatu konstruk yang semula telah dianggap benar, akan tetapi apabila dikemudian hari diperoleh informasi
baru, baik informasi baru tersebut berasal dari teori dan atau yang berasal dari sejawat atau ahli yang relevan,
peneliti harus siap melakukan modifikasi secukupnya-,
3) Kumpulkan bukti-bukti dari sumber lain yang dipandang dapat mendukung konstruk yang dimaksud,
misalnya hasil pengukuran dengan instumen yang sejenis mengenai objek, gejala, atau perilaku yang serupa,
merupakan sumber yang sangat berharga untuk dipertimbangkan.
b. Validitas Isi
Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat
mengenai domain perilaku yang akan diukur. Misalnya instrumen yang dibuat untuk mengukur kinerja
karyawan, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan secara benar mengenai kinerja karyawan
sebagaimana diuraikan dalam deskripsi tugas-tugas karyawan. Contoh lain lagi misalnya instrumen yang
disiapkan untuk mengukur prestasi belajar siswa, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan dengan
benar prestasi belajar siswa sesuai dengan standar prestasi sesuai dengan materi pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa. Kalau pada instrumen kinerja peneliti melakukan analisis kinerja sebagaimana yang ditetapkan dalam
deskripsi tugas (job description), maka pada instrumen untuk mengukur prestasi belajar, peneliti harus
melakukan analisis materi pelajaran, mulai dari pembagian bab per bab, sampai pada uraian setiap pokok
bahasan.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam memaknai validitas isi, yaitu:
1) Menyangkut validitas butir, dan
2) Menyangkut validitas sampling.
Validitas butir berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh butir-butir instrumen dapat mencerminkan
keseluruhan isi dari aspek atau domain yang hendak diukur. Validitas sampling dihadapkan pada pertanyaan:
seberapa jauh butir-butir instrumen tersebut merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan aspek atau
bahan atau domain yang diukur.
Dengan memaknai komponen-komponen tersebut (butir dan sampling), penyusun instrumen sebelum menyajikan
butir-butir pertanyaan, terlebih dahulu ia harus menyusun daftar yang memuat keseluruhan isi dari materi atau
domain yang dimaksud. Keseluruhan domain tersebut dijabarkan ke dalam aspek-aspek yang yang lebih
terperinci. kemudian dideskripsikan indikator-indikatornya, sampai ke sub-sub indikator, sehingga gejalanya
dapat diukur dan diamati. Selanjutnya untuk lebih meyakinkan diri tentang semua yang telah dilakukan tersebut,
penyusun instrumen dapat meminta pertimbangan dari kolegia atau ahli yang kompeten melalui forum diskusi
antar ahli. Pertimbangan-pertimbangan itu berupa saran, masukan, kritik, dan evaluasi, yang dimaksudkan
memperbaiki dan menyempurnakan instrumen yang kita susun.

c. Validitas Kriterion
Validitas kriterion yang dimaksud di sini ialah validitas instrumen yang diperoleh dengan membandingkan
instrumen yang kita susun/buat dengan suatu kriterium eksternal. Kriterion eksternal yang dimaksud di sini
adalah berupa hasil pengukuran yang menurut pertimbangan rasional dapat dipertanggungjawabkan. Ada dua
kriteria yang sering digunakan oleh para ahli, yaitu:
1) Kriterion konkaren (concurrent criterion), dan
2) Kriterion prediktif (predictive criterion).
Apabila peneliti menggunakan kriterion konkaren, peneliti harus mencari hasil-hasil pengukuran lain yang
pernah dilakukan orang, mengenai domain yang sama dengan domain yang sedang kita siapkan
instrumennya,yang dipandang atau diakui sudah valid. Sebagai contoh misalnya peneliti ingin menyusun
instrumen mengenai tes masuk suatu perguruan tinggi. Untuk keperluan ini peneliti mengkomparasikan hasil tes
masuk perguruan tinggi dengan nilai rapor akhir kelas III SMU, melalui analisis statistik korelasi. Bila hasil
korelasi menunjukkan ada korelasi dengan taraf signifikansi 0,05, maka
Analisa regresi adalah analisa yang digunakan untuk mencari bagaimana variabel-variabel bebas dan variabel
terikat berhubungan pada hubungan fungsional atau sebab akibat. Akibat adanya regresi, menunjukkan adanya
kecenderungan kearah rata-rata dan hasil yang sama bagi pengukuran berikutnya untuk meramalkan sesuatu
variabel dan variabel kedua yang sudah diketahui.
Dalam mengetahui hubungan antara variabel x dan variabel y maka dapat digambarkan variabel x pada absis
dan variabel y pada ordinat; sehingga diperoleh diagram pencar (scatter diagram) dari nilai x dan y. Bila ditarik
suatu garis lurus yang berjarak jumlah kuadrat jarak vertikal dari setiap titik, maka garis lurus ini disebut garis
regresi. Hubungan antara variabel x dan y dapat dibuat dalam sebuah pesamaan , menunjukkan hubungan linear
dengan x. Berdasarkan persamaan tersebut jika diketahui nilai x dan y, maka estimasi a dan b dengan mudah
dapat ditentuka. Nilai a menunjukkan pemotongan y terhadap koefisien regresi. Manfaat dari garis regresi adalah
untuk memperkirakan nilai variabel terikat dari variabel bebas jika variabel bebas sudah diketahui.
Korelasi dan Regresi Ganda
Analisis korelasi dan regensi berganda ini adalah analisis tentang hubungan antara satu variabel terikat dengan
dua atau lebih variabel bebas. Jika ada lebih dari satu variabel bebas untuk mengestimasi nilai y,persamaan
tingkat pertama disebut permukaan regresi, misalnya y=a+bx+cz. Y adalah kombinasi linier danx diganti
dengan b1, b2 dan b3 sedangkan x dan z diganti dengan x1 dan x2.
Dalam analisis regresi, baik regresi sederhana (dengan satu variabel bebas) maupun regresi berganti (dengan
lebih dari 1 variabel bebas). Ada 3 hukum dasar yang harus dicari:
1. Garis regresi yaitu garis yang menyatakan hubungan antara variabel-variabel itu.
2. Standar Error of Estimate (S
y,
X
1,
X
2
) yaitu harga yang mengukurpemancaran tiap-tiap titik (data) terhadap
garis regresi, atau merupakan penyimpangan standar dari harga dependent (y) terhadap garis regresinya.
3. Koefisien Korelasi (r) yaitu angka yang menyatakan eratnya hubungan antara variabel-variabel itu.
Analisis data kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data angka atau
numeric. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantita maupun angka sebagai hasil konversi dari
suatu kualita, yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan.
Jika yang dianalisis adalah data kuantitatif murni (tinggi, berat, luas, umur, jumlah penduduk, dan sejenisnya)
maka analisis menjadi lebih mungkin dilakukan dengan tepat, karena data sudah merupakan substansinya
sendiri. Namun jika data kuantitatif yang berasal dari konversi data kualitatif (sikap yang diskalakan, motivasi,
opini orang, dan sejenisnya), maka analisisnya menjadi rumit karena kita harus memperhitungkan validitas
konversinya.
Meskipun demikian dari sudut pandang analisis data kuantitatif, bila data sudah merupakan angka, maka tidak
lagi dipersoalkan asal angka tersebut. Selanjutnya teknik-teknik statistik dapat digunakan.
A. Tujuan Analisis Data Kuantitatif
Analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut,
mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan
pola umum yang timbul dari data tersebut.
Dalam analisis data kuantitatif, apa yang dimaksud dengan mudah dimengerti dan pola umum itu terwakili
dalam bentuk simbol-simbol statistik, yang dikenal dengan istilah notasi, variasi, dan koefisien. Seperti rata-
rata ( u = miu), jumlah (E = sigma), taraf signifikansi (a = alpha), koefisien korelasi (p = rho), dan
sebagainya.
B. Langkah-langkah Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang
bertugas mengolah data. Di dalam buku-buku lain sering disebut pengolahan data, ada yang menyebut data
preparation, ada pula data analisis.
Secara garis besar, pekerjaan analisis meliputi 3 langkah, yaitu:
o Persiapan.
o Tabulasi.
o Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :
o Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
o Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data.
o Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau beberapa item yang diisi
tidak tahu atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut
merupakan variabel pokok, maka item tersebut perlu didrop. Contoh : Sebagian dari peneliti kita
dimaksudkan untuk melihat hubungan antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar murid.
Setelah angket kembali dan isiannya kita cek, beberapa murid mengisi tidak tahu pendidikan orang
tuanya, sebagian jawabannya meragukan dan sebagian lagi dikosongkan. Dalam keadaan ini maka
maksud mencari hubungan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar lebih baik diurungkan saja,
dalam arti itemnya didrop dan dihilangkan dari analisis.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau menyortir data sedemikian rupa
sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan bermaksud merapikan data agar
bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis.
Tabulasi
Yang termasuk ke dalam kegiatan tabulasi antara lain :
g. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor. Misalnya tes, angket berbentuk
pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.
h. Memberikan kode-kode terhadap item-item yang perlu diberi skor. Misal
i. Jenis kelamin
Laki-laki diberi kode 1.
Perempuan diberi kode 0.
ii. Tingkat pendidikan
SD diberi kode 1.
SMP diberi kode 2.
SMA diberi kode 3.
Perguruan tinggi diberi kode 4.
i. Mengubah jenis data, disesuaikan dan dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan digunakan.
Misalnya :
Data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat tingkatan.
Data ordinal atau data interval diubah menjadi data diskrit.
j. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dalam pengolahan data jika akan menggunakan
komputer.

Você também pode gostar