Você está na página 1de 90

6.

1 Potensi Sumber Daya Alam


6.1.1 Kawasan Perkebunan
Salah satu potensi sumber daya alam yang memiliki peran dalam perekonomian di Kawasan
hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi adalah sector perkebunan. Masing-
masing kabupaten di Provinsi Jambi memiliki kawasan perkebunan dengan luas perkebunan beragam.
Berikut adalah data ijin lokasi perkebunan yang tercatat dalam RTRW Provinsi Jambi tahun 2011-2031:

Tabel 6.1.1.1.
Luas Ijin Lokasi Perkebunan per Kabupaten dalam Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
No. Kabupaten/Kota
Luas Perkebunan
(ha)
1 Kerinci -
2 Merangin 204.365,01
3 Sarolangun 119.001,42
4 Batanghari 183.776,03
5 Muaro Jambi 207.741,45
6 Tanjab Timur 32.661,97
7 Tanjab Barat 33.404,67
8 Tebo 122.401,37
9 Bungo 147.469,91
10 Kota Jambi -
11 Kota Sungai Penuh -
Jumlah 1.050.821,81
Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031

Melalui data diatas, diketahui bahwa terdapat beberapa kabupaten/kota yang tidak memiliki kawasan
perkebunan, yaitu Kabupaten Kerinci, Kota Jambi dan juga Kota Sungai Penuh. Hal ini merupakan sebuah
kecenderungan yang wajar disebabkan karena ketiga wilayah tersebut tergolong ke dalam wilayah perkotaan
sehingga penggunaan lahan lebih didominasi oleh kawasan terbangun.
Untuk kabupaten/kota yang memiliki ijin luas perkebunan yang paling luas adalah Kabupaten Muaro
Jambi dengan persentase luas perkebunan sebesar 39% dari total luas wilayah. Selain kabupaten ini,
kabupaten lain yang memiliki luas perkebunan cukup besar adalah Kabupaten Merangin dengan persentase
luas kawasan sebesar 26,6% dari luas total wilayah. Untuk memperjelas besarnya peranan lahan
perkebunan pada tiap kota/kabupaten yang ada di provinsi ini, berikut adalah grafik komposisi penggunaan
lahan yang ada:


Gambar 6.1.1.1 Distribusi Penggunaan Lahan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti
Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031

Melalui diagram diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung
Barat merupakan dua kabupaten dengan persentase luas lahan perkebunan yang paling rendah. Hal ini bisa
disebabkan karena letak geografis kedua kabupaten ini yang dekat dengan perairan sehingga penggunaan
lahan yang lain lebih dominan.

6.1.2 Kawasan Pertambangan
Tabel 6.1.2.1
Luas Daerah Tambang Menurut Jenisnya Per Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2011
No. Kabupaten
Luas Tambang (ha)
Minyak Bumi Migas Batubara dan Mineral
1 Kerinci - - 4.986,40
2 Merangin 12.739,70 - 63.011,23
3 Sarolangun 80.551,72 - 241.087,99
4 Batanghari 36.670,07 - 213.447,43
5 Muaro Jambi - 14.633,97 71.634,86
6 Tanjab Timur - 81.528,77 -
7 Tanjab Barat 36.502,93 69.612,05 70.393,43
8 Tebo 142.249,62 - 123.438,51
9 Bungo 360,79 - 50.778,00
10 Kota Jambi - - -
11 Kota Sungai Penuh - - -
Total 309.074,83 165.774,79 838.777,87
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Persentase Luas Lahan Perkebunan Per Kabupaten/Kota
Luas Lahan
Total
Luas
Perkebunan
Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031

Melalui data diatas, diketahui bahwa terdapat 3 jenis lahan tambang di Kawasan hinterland KSP
Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti, yaitu lahan tambang minyak bumi, migas serta batubara dan
mineral. Hampir semua kabupaten/kota memiliki lahan tambang ini kecuali Kota Jambi dan Kota Sungai
Penuh. Sedangkan kabupaten dengan luasan lahan tambang terbesar adalah kabupaten Merangin yaitu
seluas 321.640 Hektar berupa tambang minyak bumi, batubara dan mineral.

Gambar 6.1.2.1 Distribusi Penggunaan Lahan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti
Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031

Untuk Kota Sungai Penuh dan Kota Jambi, kedua kabupaten ini sama sekali tidak memiliki kawasan
tambang, begitu pula dengan Kabupaten Tanjab Timur. Sedangkan untuk kabupaten yang memiliki tambang
minyak bumi paling besar adalah kabupaten Tebo, migas adalah kabupaten Tanjab Timur serta Batubara
dan mineral terbesar di Kabupaten Sarolangun.

6.2 Ekonomi
6.2.1 Skala Ekonomi-PDRB
Pembangunan ekonomi di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi
Jambi dapat diketahui dengan melihat indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang
mencerminkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan.Kota Jambi sebagai ibu kota wilayah
Provinsi Jambi memiliki jumlah total PDRB tertinggi dari kesepuluh wilayah kabupaten lain pada tahun 2011.
Disusul kemudian oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat. Kota Jambi selain
menjadi pusat pemerintahan, juga merupakan pusat kegiatan perdagangan, jasa, industri, serta transportasi
dan komunikasi. Sedangkan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat memiliki sektor
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Komposisi Lahan Pertambangan per Kabupaten/ Kota
Luas Lahan
Luas
Tambang
(ha)
pertambangan dan penggalian yang unggul. Grafik total PDRB Kawasan hinterland KSP Perkotaan Jambi
Muara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi menurut kabupaten dapat diamati secara lebih jelas dapat diamati
pada grafik berikut.Berikut adalah tabel beserta grafik jumlah total 9 sektor PDRB yang dirinci per kabupaten
pada tahun 2011.
Tabel 6.2.1.1
Total PDRB per Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011
No. Kabupaten Total PDRB (rupiah)
1 Kerinci 1.181.908,53
2 Merangin 1.168.422,09
3 Sarolangun 1.339.989,00
4 Batanghari 1.286.562,18
5 Muaro Jambi 1.244.992,48
6 Tanjab Timur 2.450.202,24
7 Tanjab Barat 2.450.202,24
8 Tebo 972.420,69
9 Bungo 1.388.265,58
10 Kota Jambi 3.668.601,58
11 Kota Sungai Penuh 586.115,54
Provinsi Jambi 17.737.682,15
Sumber: BPS Jambi, 2011



Gambar 6.2.1.1
Total PDRB Menurut Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

Indikasi perkembangan ekonomi dapat dilihat pula melalui laju pertumbuhan PDRB. Selama tahun
2007 sampai 2011, Seluruh kabupaten di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Provinsi Jambi tampak mengalami peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Kabupaten
Sarolangun dan Bungo pada tahun 2007-2008 tampak mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa
0.00
500,000.00
1,000,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,500,000.00
4,000,000.00
Total PDRB Provinsi Jambi Tahun 2011
Total PDRB
dengan persentase 67,63% untuk Sarolangun, dan 11,13% untuk Bungo. Laju pertumbuhan rata-rata diambil
tahun 2009-2011 karena Kota Sungai Penuh merupakan wilayah administratif baru yang baru resmi
terbentuk pada tahun 2008. Selama tahun 2009-2011, Sarolangun menjadi kabupaten dengan laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi. Berikut secara lebih jelas dapat diamati pada tabel laju pertumbuhan
ekonomi dan grafik jumlah total PDRB tahun 2007-2011.

Tabel 6.2.1.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun
2007-2011
No. Kab./Kota
Pertumbuhan (%)
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2009-2008
1 Kerinci -28,89 5,88 5,89 5,34 0,12
2 Merangin 5,99 8,42 7,85 7,02 0,15
3 Sarolangun 67,63 7,99 8,09 8,80 0,18
4 Batanghari 0,26 5,14 6,05 7,90 0,14
5 Muaro Jambi 5,22 5,52 4,10 7,02 0,11
6 Tanjab Timur 5,71 5,00 5,78 6,83 0,13
7 Tanjab Barat 5,99 6,39 6,87 7,85 0,15
8 Tebo 6,08 5,01 5,96 6,78 0,13
9 Bungo 11,13 6,39 6,73 7,68 0,15
10 Kota Jambi 5,93 21,09 6,66 6,97 0,14
11 Kota Sungai Penuh - - 6,46 6,62 0,14
Total 5,04 12,65 6,43 7,20 0,14
Sumber: data BPS Jambi, diolah.


Grafik 6.2.1.2
Perkembangan Jumlah Total PDRB Per Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti Tahun 2007-2011
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
2007 2008 2009 2010 2011
P
D
R
B

Perkembangan Jumlah PDRB Per Kabupaten/Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjab Timur
Tanjab Barat
Tebo
Bungo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing
kabupaten di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi:

a. Kabupaten Kerinci
Perekonomian di Kabupaten Kerinci menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2007 hingga
2011, ditandai dengan meningkat pesatnya nilai pertumbuhan pada tahun 2008-2009. Rata-rata seluruh
sektor mengalami pertumbuhan yang cenderung stabil setelah tahun 2007-2008.

Tabel 6.2.1.3.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN -3,75 6,04 5,87 5,52

a. Tanaman Bahan Makanan/ -6,04 6,23 6,21 4,05

b. Tanaman Perkebunan 3,13 5,94 5,48 7,28

c. Peternakan -21,34 5,61 5,94 6,49

d. Kehutanan -3,78 0,14 0,12 0,14

e. Perikanan -3,87 4,74 4,85 3,42
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -11,48 4,61 6,63 5,66

a. Minyak dan Gas Bumi - - - -

b. Pertambangan Tanpa Gas - - - -

c. Penggalian -11,48 4,61 6,63 5,66
3 INDUSTRI PENGOLAHAN -51,70 6,19 5,54 5,23

a. Industri Migas - - - -

1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -

2. Gas Alam Cair - - - -

b. Industri Tanpa Migas -51,70 6,19 5,54 5,23

1. Makanan, Minuman, dan Tembakau -45,69 6,26 5,45 5,98

2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki -77,84 4,73 3,28 5,64

3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -32,05 7,72 6,22 4,68

4. Kertas dan Barang Cetakan -88,58 5,64 6,46 5,25

5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -81,12 3,38 2,98 4,78

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam -64,55 4,65 5,72 4,80

7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -

8. Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatannya -57,62 3,45 1,62 4,37

9. Barang Lainnya -58,29 4,52 6,33 2,15
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH -35,45 3,49 5,38 3,93
5 BANGUNAN -35,20 6,96 6,38 4,79
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN -58,25 6,19 6,31 5,14

a. Perdagangan Besar dan Eceran -57,05 6,64 6,30 5,18

b. Hotel -92,36 2,27 3,11 7,96

c. Restoran -62,62 3,18 6,41 4,84
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI -69,87 5,59 5,83 5,89
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN -85,97 3,35 4,49 4,58
9 JASA-JASA -34,50 4,74 5,73 4,53

PDRB -28,89 5,88 5,89 5,34
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

b. Kabupaten Merangin
Secara umum mulai dari tahun 2007 pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat sampai tahun
2011. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 2008-
2009.Sedangkan sektor-sektor lain cenderung stabil setelah mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun
2007-2008.
Tabel 6.2.1.4.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin Tahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 5,18 2,82 2,80 4,27
a. Tanaman Bahan Makanan/ 1,96 2,48 2,99 3,09
b. Tanaman Perkebunan 8,94 3,74 3,05 5,22
c. Peternakan 9,31 2,49 3,47 4,24
d. Kehutanan -3,73 0,08 0,09 4,20
e. Perikanan 14,98 2,44 2,71 5,89
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 39,43 179,15 27,73 18,28
a. Minyak dan Gas Bumi - - - -
b. Pertambangan Tanpa Gas - - 44,68 23,24
c. Penggalian 39,43 7,86 0,82 6,97
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 20,85 3,42 5,57 5,45
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 20,85 3,42 5,57 5,45
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 36,60 3,43 7,68 8,08
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 17,22 3,03 5,95 6,87
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 16,22 3,41 4,26 3,67
4. Kertas dan Barang Cetakan 19,58 3,46 4,41 8,29
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 13,31 3,36 5,86 5,56

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 12,55 3,39 6,20 5,13
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 14,30 3,49 6,40 6,06
9. Barang Lainnya 24,07 3,68 6,70 9,48
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 41,74 14,27 6,10 9,69
5 BANGUNAN 38,21 2,58 4,83 10,82
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 16,79 5,76 14,99 7,93
a. Perdagangan Besar dan Eceran 41,45 10,01 10,59 11,03
b. Hotel 38,21 2,58 4,83 10,82
c. Restoran 16,79 5,76 14,99 7,93
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 13,44 13,99 19,43 8,53
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 26,11 11,44 10,12 9,18
9 JASA-JASA 25,66 2,31 4,51 4,24
TOTAL 5,99 8,42 7,85 7,02
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

c. Sarolangun
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sarolangun secara garis besar dapat dikatakan stabil, setelah
mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2007-2008. Sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel
dan restoran, serta sector bangunan tampak mengalami pertumbuhan yang signifikan selama tahun 2007
sampai 2011.

Tabel 6.2.1.5.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun Tahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 15,48 11,29 3,96 4,86
a. Tanaman Bahan Makanan/ 21,64 18,30 4,00 2,50
b. Tanaman Perkebunan 31,79 3,76 3,82 4,29
c. Peternakan 6,15 12,94 7,00 13,75
d. Kehutanan -48,22 33,13 -20,05 4,89
e. Perikanan -16,23 6,13 40,24 2,88
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -21,66 -0,47 32,46 13,93
a. Minyak dan Gas Bumi -32,27 -8,89 36,12 9,87
b. Pertambangan Tanpa Gas 167,08 68,05 117,69 21,50
c. Penggalian 8,52 9,07 1,52 21,18
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3,07 4,73 34,67 14,31
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 3,07 4,73 34,67 14,31
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 5,05 82,29 85,37 28,00
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki -3,92 -7,48 41,18 3,13
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -2,86 -8,86 2,18 11,39
4. Kertas dan Barang Cetakan 20,57 0,00 186,99 2,68
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 30,56 0,00 569,36 8,00

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 4,00 0,00 14,32 1,74
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8,02 0,00 0,99 5,39
9. Barang Lainnya 14,32 0,00 -95,55 0,35
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 15,53 18,41 14,06 17,49
5 BANGUNAN 12,97 7,97 0,72 16,27
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 5,52 7,61 7,37 14,60
a. Perdagangan Besar dan Eceran 2,38 8,12 8,42 13,17
b. Hotel 60,61 46,70 1,13 14,94
c. Restoran 20,36 4,92 2,99 21,12
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 1,66 4,51 0,60 7,67
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 21,94 2,05 11,39 11,25
9 JASA-JASA 19,78 2,38 6,47 3,58
PDRB 67,63 7,99 8,09 8,80
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

d. Batanghari
Secara umum laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Batanghari cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hampir seluruh sektor tampak mengalami pertumbuhan yang cukup stabil.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan yang pesat pada tahun 2010-2011 dengan
persentase 14,26%. Peningkatan pertumbuhan sub sektor Perdagangan besar dan eceran rupanya menjadi
penyumbang terbesar nilai pertumbuhan tersebut.

Tabel 6.2.1.6.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batanghari Tahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi (%)
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 3,77 4,49 5,39 3,95
a. Tanaman Bahan Makanan/ 3,65 5,10 4,86 4,04
b. Tanaman Perkebunan 4,43 5,15 6,84 4,42
c. Peternakan 3,35 3,31 3,27 1,77
d. Kehutanan -1,58 -1,36 -1,03 3,75
e. Perikanan 7,64 6,89 7,12 3,23
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 23,55 0,59 1,79 8,89
a. Minyak dan Gas Bumi -0,05 -0,02 -0,03 3,19
b. Pertambangan Tanpa Gas 267,22 1,28 5,93 24,47
c. Penggalian 4,37 3,27 3,20 2,65
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 0,89 1,56 2,99 2,56
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 0,89 1,56 2,99 2,56
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 4,91 5,69 6,21 4,37
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,05 4,45 0,51 1,46
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -1,00 -0,70 0,67 1,84
4. Kertas dan Barang Cetakan 0,47 25,70 26,12 16,39
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 39,74 34,27 36,12 2,52

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 3,22 2,14 2,12 3,22
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -

8. Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatannya 1,07 4,45 5,08 3,90
9. Barang Lainnya -1,95 2,36 4,22 4,79
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 11,69 12,87 16,63 15,01
5 BANGUNAN 4,77 5,68 4,12 6,66
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 4,64 4,94 6,36 14,26
a. Perdagangan Besar dan Eceran 4,68 5,02 6,45 14,53
b. Hotel 13,56 -0,10 0,00 -1,25
c. Restoran 3,04 2,36 3,20 4,81
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 7,44 7,70 9,68 9,49
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 5,24 5,35 6,41 5,99
9 JASA-JASA 11,68 11,93 11,26 10,65
PDRB 0,26 5,14 6,05 7,90
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

e. Muaro Jambi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muaro Jambi tergolong tinggi pada tahun 2010-2011. Sektor
ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat adalah pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan dengan peningkatan sebesar hamper 4% selama tahun 2007 sampai 2011.
Sektor jasa juga mengalami pertumbuhan yang tinggi. Sub sektor peternakan bahkan tumbuh pesat menjadi
11% pada tahun 2010-2011. Sub sektor perikanan juga tampak menunjukkan pertumbuhan yang
menjanjikan.

Tabel 6.2.1.7.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 6,30 7,57 9,42 9,87
a. Tanaman Bahan Makanan/ 6,35 7,16 9,62 9,79
b. Tanaman Perkebunan 6,51 8,41 11,30 11,07
c. Peternakan 3,01 3,11 4,70 11,21
d. Kehutanan 9,04 8,33 5,31 4,84
e. Perikanan 3,13 6,42 7,30 8,15
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,57 -0,97 -14,23 0,46
a. Minyak dan Gas Bumi 0,50 -1,11 -14,84 0,07
b. Pertambangan Tanpa Gas - - - -
c. Penggalian 2,52 3,26 3,70 9,91
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,77 4,91 5,33 5,24
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 4,78 4,91 5,33 5,24
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 8,74 9,37 11,04 8,91
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 9,82 3,49 5,62 5,32
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4,11 4,15 4,26 4,51
4. Kertas dan Barang Cetakan 2,93 2,79 3,40 3,29
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 4,45 4,26 4,39 4,21

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 3,78 3,75 3,73 4,25
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -

8. Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatannya 3,00 2,74 2,83 2,75
9. Barang Lainnya 5,10 2,83 4,71 4,50
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 7,97 8,97 12,34 6,43
5 BANGUNAN 12,48 12,88 13,29 9,41
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 9,49 9,80 9,95 8,94
a. Perdagangan Besar dan Eceran 9,53 9,83 9,87 8,98
b. Hotel 5,62 5,02 5,07 4,82
c. Restoran 8,81 9,25 11,28 8,23
7 PENGANGKUTAN DAN 4,08 3,80 8,70 -71,27
TELEKOMUNIKASI
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 2,61 2,72 4,47 4,50
9 JASA-JASA 5,43 5,88 7,41 7,85
TOTAL 5,22 5,52 4,10 7,02
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

f. Tanjung Jabung Timur
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur cenderung tidak stabil. Meskipun demikian
pada tahun 2010-2011 laju pertumbnggi yakni mencapai 10%. Sektor ekonomi yang menunjukkan
pertumbuhan yang semakin meningkat adalah pertambangan dan penggalian, perdagangan., hotel dan
restoran, serta sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa bahkan mengalami peningkatan dari -58% menjadi 163%
pada tahun 2009-2011. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang menjanjikan bagi perkembangan
ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Tabel 6.2.1.8.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung TimurTahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 16,05 12,26 6,91 5,18
a. Tanaman Bahan Makanan/ 16,22 9,56 5,21 5,50
b. Tanaman Perkebunan 12,12 7,55 6,20 8,25
c. Peternakan 6,29 4,08 5,15 6,40
d. Kehutanan 9,73 9,61 1,23 -0,62
e. Perikanan 20,83 23,56 12,29 3,88
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -2,93 -2,09 4,53 8,60
a. Minyak dan Gas Bumi -2,94 -2,10 4,53 8,61
b. Pertambangan Tanpa Gas - - - -
c. Penggalian 7,79 6,51 7,12 6,37
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,06 -2,58 4,20 3,66
a. Industri Migas 2,09 -11,99 4,68 3,27
1. Pengilangan Minyak Bumi 2,09 -11,99 4,68 3,27
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 7,66 5,28 3,87 3,94
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 10,08 5,24 4,98 5,74
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3,63 1,65 1,23 3,59
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,39 5,52 3,03 2,74
4. Kertas dan Barang Cetakan 5,79 2,65 1,00 0,48
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 6,83 5,05 4,99 3,04

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 3,95 3,65 6,28 5,90
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 4,98 5,54 2,16 4,44
9. Barang Lainnya 5,96 5,76 5,63 3,66
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 12,19 12,37 8,68 9,08
5 BANGUNAN 18,61 13,94 6,43 6,35
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 13,21 15,32 -0,06 17,84
a. Perdagangan Besar dan Eceran 13,31 15,45 8,27 8,88
b. Hotel 3,91 -12,58 -5,35 3,84
c. Restoran 10,08 11,57 6,68 6,64
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 12,31 11,38 4,26 5,01
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 8,91 9,12 11,93 4,17
9 JASA-JASA 7,79 5,86 -58,73 163,74
PDRB 5,71 5,00 2,35 10,41
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

g. Tanjung Jabung Barat
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergolong pertumbuhan sedang, yakni
berkisar antara 6-7% per tahunnya, dan cenderung stabil mulai tahun 2007 hingga 2010 sampai akhirnya
meningkat sebesar 1% pada tahun 2011. Sektor pertanian tampak mengalami pertumbuhan yang signifikan
tiap tahunnya, begitu pula dengan pertambangan dan penggalian. Sektor listrik dan air bersih juga
menunjukkan pertumbuhan yang semakin tahun semakin meningkat.

Tabel 6.2.1.9.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 6,89 10,11 13,08 11,30
a. Tanaman Bahan Makanan/ 9,69 9,88 9,41 16,94
b. Tanaman Perkebunan 4,64 10,68 18,11 11,96
c. Peternakan 9,17 6,14 5,97 8,24
d. Kehutanan 7,23 10,58 6,06 2,76
e. Perikanan 9,11 10,13 7,82 2,36
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 8,00 4,38 8,88 21,61
a. Minyak dan Gas Bumi 7,43 4,22 10,02 17,74
b. Pertambangan Tanpa Gas - 5,05 62,25 421,71
c. Penggalian 6,24 6,29 5,92 3,31
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3,31 3,49 2,67 2,17
a. Industri Migas 21,16 21,74 29,79 30,08
1. Pengilangan Minyak Bumi 21,16 21,74 29,79 30,08
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 2,96 3,07 1,93 1,20
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 9,57 9,79 6,04 5,41
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 6,02 6,35 8,66 4,98
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2,16 2,18 1,19 0,22
4. Kertas dan Barang Cetakan 1,92 1,99 1,79 1,82
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 0,35 0,39 0,26 0,28

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 0,90 0,99 0,76 0,81
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1,37 1,41 1,25 1,44
9. Barang Lainnya 1,13 2,15 0,27 1,76
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 8,76 8,58 6,21 10,87
5 BANGUNAN 13,83 13,88 10,68 9,22
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 8,42 8,28 6,54 5,91
a. Perdagangan Besar dan Eceran 8,34 8,43 6,79 5,93
b. Hotel 3,40 3,43 1,66 3,51
c. Restoran 11,86 7,00 3,03 6,23
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 9,24 9,17 3,57 3,19
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 6,39 6,66 4,08 5,64
9 JASA-JASA 3,70 3,97 2,36 4,41
PDRB 5,99 6,39 6,87 7,85
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

h. Tebo
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo secara umum pada tahun 2007-2008 tergolong sedang
yakni6%. Sektor listrik dan air bersih tampak menjadi sector yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun
2010-2011 yakni sebesar 59, 50%. Sub sector pertambangan dan gas juga mengalami pertumbuhan yang
tinggi pada tahun tersebut yakni 18.31%.
Tabel 6.2.1.10.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten TeboTahun 2007-2011
NO. SEKTOR
Laju Pertumb. Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 2,46 5,92 6,24 6,43
a. Tanaman Bahan Makanan/ -8,30 4,41 5,01 3,47
b. Tanaman Perkebunan 5,50 7,58 9,03 8,65
c. Peternakan 11,30 5,37 5,19 4,69
d. Kehutanan -1,37 1,54 -3,20 1,63
e. Perikanan -4,13 4,22 3,32 2,87
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 38,21 -4,10 3,96 8,18
a. Minyak dan Gas Bumi -1,47 -2,06 3,23 4,11
b. Pertambangan Tanpa Gas 1.26 -13,39 4,67 18,31
c. Penggalian 4,53 6,84 5,21 5,23
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,29 1,52 2,99 3,44
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 4,29 1,52 2,99 3,44
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 7,20 4,55 8,17 8,75
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4,22 3,20 1,33 1,35
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3,61 0,18 0,84 1,02
4. Kertas dan Barang Cetakan 3,20 3,41 2,11 2,87
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 4,10 0,83 4,58 5,01

6. Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 3,58 2,97 4,58 5,41
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 6,50 5,15 2,45 2,56
9. Barang Lainnya 6,52 6,16 4,42 4,50
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 4,66 7,17 6,46 59,50
5 BANGUNAN 7,10 7,13 0,00 8,17
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 6,48 5,40 8,27 8,06
a. Perdagangan Besar dan Eceran 6,50 5,22 8,40 8,05
b. Hotel 7,75 6,65 7,33 7,49
c. Restoran 6,33 6,82 7,55 7,82
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 7,36 4,43 6,23 6,44
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 8,88 6,55 7,41 7,41
9 JASA-JASA 4,98 6,02 5,08 5,58
PDRB 6,08 5,01 5,96 6,78
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

i. Bungo
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bungo menunjukkan tren penurunan mulai
dari tahun 2007 sampai 2010. Namun setelah itu pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 %. Sektor pertanian
cenderung stabil, sedangkan pertambangan menurun drastis pada tahun 2008-2009. Industri pengolahan
meningkat secara signifikan sebesar 16% pada tahun 2010-2011. Sektor bangunan serta perdagangan,
hotel, dan restoran cenderung stabil mulai tahun 2008 sampai 2011, begitu pula dengan sektor
pengangkutan dan telekomunikasi serta keuangan dan jasa.


Tabel 6.2.1.11.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo Tahun 2007-2011
NO, SEKTOR
Laju Pertumb, Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN 3,01 5,12 3,26 4,22
a, Tanaman Bahan Makanan/ 1,30 3,29 2,37 2,33
b, Tanaman Perkebunan 3,70 6,79 4,34 4,83
c, Peternakan 8,52 7,66 4,39 5,82
d, Kehutanan 0,14 2,13 1,60 5,27
e, Perikanan 6,74 5,05 4,38 4,18
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 62,82 -8,71 10,17 4,07
a, Minyak dan Gas Bumi - - - -
b, Pertambangan Tanpa Gas 78,,08 -13,03 3,73 7,58
c, Penggalian 10,10 15,53 12,24 13,70
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 6,03 6,90 1,04 17,08
a, Industri Migas - - - -
1, Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2, Gas Alam Cair - - - -
b, Industri Tanpa Migas 12,3 13,35 1,04 17,08
1, Makanan, Minuman, dan Tembakau 10,21 17,56 4,29 8,62
2, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5,22 33,07 3,41 7,73
3, Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,13 10,17 4,80 19,62
4, Kertas dan Barang Cetakan 9,82 12,80 7,51 7,18
5, Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 5,70 16,93 6,23 5,70

6, Semen, dan Barang Galian Bukan
Logam 6,13 10,62 4,90 5,04
7, Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 4,03 8,66 6,13 5,83
9, Barang Lainnya 25,14 10,47 9,82 9,45
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 11,10 12,29 10,23 8,10
5 BANGUNAN 13,65 14,87 14,57 13,60
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN 13,92 14,06 11,15 10,56
a, Perdagangan Besar dan Eceran 14,70 14,70 11,48 10,54
b, Hotel 16,72 15,99 15,35 9,82
c, Restoran 7,89 8,94 8,18 10,72
7
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI 4,65 6,88 6,62 6,47
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 4,28 8,20 7,42 5,56
9 JASA-JASA 4,16 7,23 6,46 7,37
PDRB 11,13 6,39 6,73 7,68
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

Struktur ekonomi Kabupaten Bungo didominasi oleh kegiatan di bidang pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan dengan kontribusi terhadap perekonomian wilayah sebesar 19%. Sektor
Perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan kedua sektor penyumbang PDRB terbesar (kontribusi
13%), disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6%.

j. Kota Jambi
Secara keseluruhan mulai dari tahun 2007 sampai 2011, pertumbuhan ekonomi Kota Jambi cenderung
stabil kecuali tahun 2008-2009 dimana pertumbuhan ekonomi tergolong sangat tinggi. Hampir seluruh sektor
menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil pula. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan tampak menjadi sektor yang cukup menjanjikan karena pertumbuhannya
yang semakin baik tiap tahunnya.

Tabel 6.2.1.12.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota JambiTahun 2007-2011
NO, SEKTOR
Laju Pertumb, Ekonomi
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
& PERIKANAN 2,13 2,02 2,08 2,99
a, Tanaman Bahan Makanan/ 1,26 1,08 1,03 1,93
b, Tanaman Perkebunan - - - -
c, Peternakan 2,85 2,77 2,79 3,86
d, Kehutanan - - - -
e, Perikanan 2,85 2,84 3,46 3,65
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -0,44 0,08 1,28 1,37
a, Minyak dan Gas Bumi -2,43 -0,59 0,66 0,65
b, Pertambangan Tanpa Gas - - - -
c, Penggalian 7,89 6,85 7,05 7,65
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 7,08 5,62 5,80 5,74
a, Industri Migas - - - -
1, Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2, Gas Alam Cair - - - -
b, Industri Tanpa Migas 7,08 5,62 5,80 5,74
1, Makanan, Minuman, dan Tembakau 9,65 7,39 7,53 7,25
2, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2,53 2,55 2,64 3,82
3, Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2,63 2,20 2,27 2,37
4, Kertas dan Barang Cetakan 4,58 3,30 3,44 3,96
5, Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 3,26 3,32 3,26 3,92
6, Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 6,01 6,02 6,64 7,23
7, Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,84 5,93 5,72 5,96
9, Barang Lainnya 4,57 3,98 3,95 3,98
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 5,89 5,93 6,90 8,24
5 BANGUNAN 8,71 7,31 7,23 7,78
6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 9,04 9,09 9,36 9,62
a, Perdagangan Besar dan Eceran 9,54 9,59 9,61 9,86
b, Hotel 6,98 7,02 12,42 11,29
c, Restoran 4,12 3,95 4,42 5,26
7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 3,92 6,88 6,79 6,45
8
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 12,62 10,00 9,40 10,90
9 JASA-JASA 3,14 2,86 3,01 3,28
TOTAL 5,93 21,09 6,66 6,97
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

k. Kota Sungai Penuh
Pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh Tergolong pertumbuhan sedang yakni rata-rata sebesar
6% per tahunnya. Seluruh sektor perekonomian tampak memiliki angka pertumbuhan yang stabil.

Tabel 6.2.1.13.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Sungai PenuhTahun 2009-2011
NO, SEKTOR
Laju Pertumb, Ekonomi
2009-2010 2010-2011
1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1,25 1,24
a, Tanaman Bahan Makanan/ 1,19 1,34
b, Tanaman Perkebunan 0,01 0,18
c, Peternakan 1,82 1,37
d, Kehutanan 0,07 0,14
e, Perikanan 0,11 0,11
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3,54 4,06
a, Minyak dan Gas Bumi - -
b, Pertambangan Tanpa Gas - -
c, Penggalian 3,54 4,06
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,84 5,94
a, Industri Migas - -
1, Pengilangan Minyak Bumi - -
2, Gas Alam Cair - -
b, Industri Tanpa Migas 5,93 5,94
1, Makanan, Minuman, dan Tembakau 7,16 7,24
2, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5,33 5,40
3, Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,15 5,03
4, Kertas dan Barang Cetakan 5,81 5,99
5, Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 3,17 3,28
6, Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 4,92 5,14
7, Logam Dasar Besi dan Baja - -
8, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3,11 3,36
9, Barang Lainnya 3,73 4,02
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 5,21 4,85
5 BANGUNAN 12,30 11,72
6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 7,87 7,96
a, Perdagangan Besar dan Eceran 8,24 8,31
b, Hotel 5,18 5,21
c, Restoran 5,98 6,12
7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 6,55 6,74
8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 5,88 6,45
9 JASA-JASA 6,90 6,91
PDRB 6,46 6,62
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

6.2.2 Struktur Ekonomi
Analisis struktur ekonomi menggambarkan sektor atau lapangan usaha apa yang dominan dalam
suatu wilayah. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi di Provinsi Jambi masih
didominasi oleh sektor primer yakni pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Persentase terbanyak
dimiliki oleh Kabupaten Kerinci yakni 68%. Sektor kedua yang mendominasi setelahnya adalah
perdagangan, hotel, dan restoran. Berikut adalah tabel dan grafik analisis struktur ekonomi Provinsi Jambi
tahun 2011 yang dirinci per kabupaten.
Tabel 6.2.2.1
Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 (%)
Lapangan
Usaha
Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari
Muaro
Jambi
Tanjab
Timur
Tanjab
Barat
Tebo Bungo
Kota
Jambi
Kota
Sungai
Penuh
1 68,06 45,19 45,54 30,51 37,08 26,01 26,01 49,27 34,10 1,90 11,06
2 0,45 0,59 11,21 7,54 15,13 14,23 14,23 6,23 10,26 4,82 0,15
3 2,78 4,42 4,39 11,99 15,68 28,04 28,04 2,62 4,62 17,70 6,71
4 0,66 0,59 0,36 0,18 0,11 0,51 0,51 0,33 0,57 2,57 0,81
5 3,48 10,24 6,68 3,73 3,78 1,40 1,40 4,96 7,98 7,39 5,30
6 8,74 18,36 15,36 23,78 16,18 16,62 16,62 17,33 22,32 26,00 29,24
7 4,13 5,38 5,74 3,03 3,34 3,41 3,41 6,92 7,47 19,53 21,65
8 0,80 4,44 5,01 2,43 2,24 1,78 1,78 3,25 4,31 9,04 11,03
9 10,90 10,81 5,72 16,82 6,44 8,00 8,00 9,09 8,37 11,05 14,06
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3). INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK
DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN,
PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA .


Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3).
INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA
Gambar 6.2.2.1
Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Tahun 2011 (%)
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

Distribusi spasial menggambarkan persentase sektor PDRB yang disumbangkan oleh masing-
masing wilayah kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi pada tahun tertentu. Tahun 2011, sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan disumbangkan paling banyak oleh Kabupaten Kerinci. Sedangkan
sektor pertambangan dan penggalian disumbangkan terbanyak oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
meskipun Tanjung Jabung Barat juga menyumbangkan nilai yang hampir sama banyaknya. Kedua
kabupaten ini bersama Kota Jambi juga menjadi daerah penyumbang sektor industri pengolahan yang besar.
Kota Jambi sendiri bahkan menjadi penyumbang utama pada ke tujuh sektor PDRB lainnya. Distribusi
spasial ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2011 dapat diamati dalam tabel berikut.

Tabel 6.2.2.2.
Distribusi Spasial Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011
Lapangan
Usaha
Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari
Muaro
Jambi
Tanjab
Timur
Tanjab
Barat
Tebo Bungo
Kota
Jambi
Kota
Sungai
Penuh
Prop.
Jambi
1 0,14 0,09 0,11 0,07 0,08 0,11 0,11 0,09 0,08 0,01 0,01 1,00
2 0,00 0,00 0,06 0,04 0,07 0,13 0,13 0,02 0,05 0,07 0,00 1,00
3 0,01 0,02 0,03 0,07 0,08 0,29 0,29 0,01 0,03 0,28 0,02 1,00
4 0,05 0,04 0,03 0,01 0,01 0,08 0,08 0,02 0,05 0,58 0,03 1,00
5 0,05 0,13 0,10 0,05 0,05 0,04 0,04 0,05 0,12 0,31 0,03 1,00
6 0,03 0,06 0,06 0,09 0,06 0,12 0,12 0,05 0,09 0,29 0,05 1,00
7 0,04 0,05 0,06 0,03 0,03 0,06 0,06 0,05 0,08 0,52 0,09 1,00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
9
8
7
6
5
4
3
2
1
8 0,01 0,05 0,06 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03 0,05 0,30 0,06 1,00
9 0,08 0,08 0,05 0,14 0,05 0,13 0,13 0,06 0,08 0,26 0,05 1,00
PDRB 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,13 0,13 0,05 0,07 0,19 0,03 1,00
Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3). INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK
DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN,
PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA
Sumber: data BPS Jambi, diolah.


Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3).
INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA
Gambar 6.2.2.2
Distribusi Spasial Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.














0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 PDRB
Kota Jambi
Bungo
Tebo
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Muaro Jambi
Batanghari
Sarolangun
Merangin
Gambar 6.2.2.3
Peta Distribusi Spasial PDRB Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2011

































Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai struktur ekonomi di masing-masing kabupaten di
Provinsi Jambi.
a. Kabupaten Kerinci
Struktur ekonomi Kabupaten Kerinci masih didominasi secara mencolok oleh sektor primer dengan
kontribusi terhadap perekonomian sebesar 68%. Kemudian disusul oleh sector jasa-jasa sebesar sebesar
11%, sertaperdagangan, hotel dan restoran 9%.

Gambar 6.2.2.4
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

b. Kabupaten Merangin
Struktur ekonomi Kabupaten Merangin juga tampak masih didominasi oleh sektor primer dengan
kontribusi sebesar 42%. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai 17%,
dan sektor jasa-jasa yan berkontribusi sebesar 10% pada tahun 2011.





68%
0%
3%
1%
3%
9%
4%
1%
11%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten
Kerinci
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
& PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA

Gambar 6.2.2.5
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Merangin Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

c. Sarolangun
Sektor primer juga tampak mendominasi perekonomian si Kabupaten Sarolangun. Sementara
sektor perdagangan, hotel, dan jasa menjadi sektor kedua yang menyumbangkan nilai tinggi terhadap
PDRB, disusul kemudian oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai kontribusi sebesar 11%.

Gambar 6.2.2.6
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Sarolangun Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

d. Batanghari
Struktur perekonomian Kabupaten Batanghari pada tahun 2011masih didominasi oleh kegiatan
sektor primer yakni pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi terhadap PDRB
42%
8%
4%
1%
9%
17%
5%
4%
10%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten
Merangin
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
46%
11%
4%
0%
7%
15%
6%
5%
6%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten
Sarolangun
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
& PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
sebesar30%. Besarnya kontribusi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kekayaan sumberdaya alam
yang dimiliki terutama sumberdaya tanaman perkebunan. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar kedua dengan presentase kontribusinya sebesar
24%, disusul dengan sektor industri pengolahan dengan presentase sebanyak 12%.

Gambar 6.2.2.7
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Batanghari Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

e. Muaro Jambi
Struktur perekonomian Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2011 masih didominasi oleh sektor
pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 38%.
Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran; industry pengolahan; serta pertambangan dan
penggalian memiliki nilai kontribusi yang sama.

Gambar 6.2.2.8
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.
30%
8%
12%
0%
4%
24%
3%
2%
17%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten
Batanghari
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
38%
15%
16%
0%
4%
17%
1%
2%
7%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Muaro Jambi
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA

f. Tanjung Jabung Timur

Struktur perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh sektor pertambangan
dan penggalian yang telah menyumbang sebesar 38% dari total pendapatan wilayah.Sektor penyumbang
terbesar kedua adalah pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 28% dan
ketiga yakni industri perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15%.

Gambar 6.2.2.9
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

g. Tanjung Jabung Barat

Tahun 2011, struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat didominasi oleh sektor industri
pengolahan dengan nilai kontribusi terhadap PDRB sebesar 28%, kemudian disusul oleh sektor pertanian
yang berkontribusi sebesar 26% dari total seluruh pendapatan daerah. Sektor penyumbang terbesar ketiga
yakni perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 17%. Nilai ini tidak berselisih jauh dengan sektor
pertambangan penggalian yang menyumbang 14% terhadap PDRB.

28%
38%
10%
0%
1%
15%
4%
1% 3%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA

Gambar 6.2.2.10
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

h. Tebo
Struktur ekonomi Kabupaten Tebo pada tahun 2011 masih didominasi oleh sektor primer dengan
kontribusinya sebesar 49%. Sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai penyumbang
terbesar kedua hanya memiliki kontribusi sebesar 17%.

Gambar 6.2.2.11
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten TeboTahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

i. Bungo
Struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh pertambangan dan
penggalian dengan kontribusi terhadap perekonomian wilayah sebesar 38%. Sektor pertanian, peternakan,
26%
14%
28%
1%
1%
17%
3%
2%
8%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
49%
6%
3%
1%
5%
17%
7%
3%
9%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Tebo
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN,
DAN JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
kehutanan, dan perikanan (kontribusi 28%) menempati urutan kedua, kemudian disusul oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 15%.

Gambar 6.2.2.12
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bungo Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

j. Kota Jambi
Struktur ekonomi Kota Jambi didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan
kontribusi terhadap perekonomian sebesar 29%. Kontribusi terbesar setelahnya yakni sektor pengangkutan
dan telekomunikasi sebesar 22% serta industri pengolahan sebesar 20%.

Gambar 6.2.2.13
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Jambi Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.


28%
38%
10%
0%
1%
15%
4%
1% 3%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap
PDRB Bungo
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN,
DAN JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
2%
6%
20%
3%
8%
29%
22%
10%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Jambi
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
k. Sungai Penuh
Struktur ekonomi Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 31%. Sektor penyumbang terbesar kedua yakni
Pengangkutan dan telekomunikasi dengan nilai kontribusi 23%, kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa
sebesar 15%.

Gambar 6.2.2.14
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Sungai Penuh Tahun 2011
Sumber: data BPS Jambi, diolah.

6.2.3 Industri
Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang cukup banyak memberikan kontribusi besar
terhadap PDRB Provinsi Jambi. Tahun 2011, PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki jumlah total
sektor industri yang paling tinggi di antara kabupaten-kabupaten lainnya, disusul kemudian oleh Kota Jambi
dan Tanjung Jabung Timur dengan selisih yang cukup mencolok antara keduanya. Tahun 2011 memang
struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Baratdidominasi oleh sektor industri pengolahan dengan nilai
kontribusi terhadap PDRB sebesar 13%. Berikut adalah tabel serta grafik PDRB sektor industri Provinsi
Jambi yang dirinci per kabupaten.
Tabel 6.2.3.1
PDRB Sektor Industri Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Tahun 2011
No. Kabupaten/Kota
Total Sektor Industri (juta
rupiah)
1 Kerinci 32.819,61
2 Merangin 51.592,07
3 Sarolangun 58.762,00
4 Batanghari 154.197,56
5 Muaro Jambi 195.249,30
12%
0%
0%
1%
6%
31%
23%
12%
15%
Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota
Sungai
PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN & PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL,
DAN RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
TELEKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN,
DAN JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
No. Kabupaten/Kota
Total Sektor Industri (juta
rupiah)
6 Tanjab Timur 245.292,01
7 Tanjab Barat 687.047,38
8 Tebo 25.457,71
9 Bungo 64.098,81
10 Kota Jambi 649.392,53
11 Kota Sungai Penuh 105,94
Jumlah 2.233.275,28
Sumber: Jambi Dalam Angka 2011



Gambar 6.2.3.1
PDRB Sektor Industri Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011
Sumber: Jambi Dalam Angka 2011, diolah.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki jumlah PDRB sektor industri terbanyak, dengan
persentase paling besar terdapat pada sub sektor Barang kayu dan hasil hutan lainnya. Sedangkan Kota
Jambi sebagai kabupaten dengan jumlah terbanyak kedua, subsektor yang paling banyak berkontribusi
terhadap sektor industri adalah industri makanan, minuman, dan tembakau. Sementara itu subsektor barang
kayu dan hasil hutan lainnya merupakan penyumbang terbesar terhadap sektor industri di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.Secara lebih jelas dapat diamati pada peta distribusi spasial PDRB Sektor Industri.






0.00
100,000.00
200,000.00
300,000.00
400,000.00
500,000.00
600,000.00
700,000.00
800,000.00
PDRB Sektor Industri Provinsi Jambi
Gambar 6.2.3.2
Peta Distribusi Spasial PDRB Sektor Industri Non Migas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan
JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011


































Gambar 6.2.3.3
Peta Sebaran Industri Menurut Skala di Kabupaten Hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo
Provinsi Jambi


































Berdasarkan skalanya, terdapat industri besar dan sedang yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi. Kabupaten Muaro
Jambi memiliki jumlah industri terbanyak dan jumlah tenaga kerja industri yang terbanyak. Industri di
kabupaten ini didominasi oleh industri skala besar. Kota Jambi menempati urutan kedua wilayah dengan
industri terbesar, meskipun jumlah tenaga kerjanya masih kalah banyak jika dibandingkan dengan Tanjung
Jabung Barat. Hal ini disebabkan karena industri sedang lebih mendominasi di Kota Jambi. Jumlah industri
terbanyak ketiga adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan jumlah tenaga kerja yang mencapai
angka 5104 orang. Hampir seluruh industri di wilayah ini merupakan industri besar. Secara lebih rinci dapat
diamati dalam tabel berikut beserta peta sebaran industri di Provinsi Jambi.

Tabel 6.2.3.2
Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Industri Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2011
No. Kabupaten
Jumlah Tenaga
Kerja
Jumlah Industri
1 Kerinci 1799 3
2 Merangin 2471 5
3 Sarolangun 156 2
4 Batanghari 3858 7
5 Muaro Jambi 7991 28
6 Tanjab Timur 247 2
7 Tanjab Barat 5104 12
8 Tebo 626 3
9 Bungo 3904 9
10 Kota Jambi 2289 25
11 Kota Sungai Penuh - -
Jumlah 28445 96
Sumber: Direktori Industri Pengolahan Besar dan Sedang Provinsi Jambi 2013


6.2.4 Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang mendominasi struktur ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2011.
Berdasarkan distribusi spasial PDRB sektor pertanian, dapat diketahui bahwa jumlah total PDRB sektor
pertanian terbesar dimiliki oleh Kabupaten Kerinci dengan persentase subsektor penyumbang terbesar
adalah tanaman bahan makanan.Tanaman perkebunan juga banyak dihasilkan oleh wilayah ini. Kabupaten
Tanjung Jabung Barat menjadi kabupaten kedua yang memiliki jumlah subsektor pertanian terbanyak. Hasil
pertanian yang banyak menyumbangkan nilai terhadap sektor pertanian adalah tanaman perkebunan. Tebo
adalah kabupaten dengan jumlah PDRB sektor pertanian terbesar ketiga. Wilayah ini juga banyak
memproduksi tanaman perkebunan. Secara lebih rinci, dapat diamati dalam peta distribusi berikut


Gambar 6.2.4.1
Peta Distribusi Spasial PDRB Sektor Pertanian Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan Jambi
Muara Bulian-Sengeti Jambi Tahun 2011


































A. Pertanian Tanaman Pangan
Berdasarkan sebaran spasial jumlah PDRB sektor pertanian, komoditas pertanian tanaman
pangan banyak diproduksi di Kabupaten Kerinci dan Tanjung Jabung Timur. Tanaman pangan ini terdiri dari
beberapa komoditas seperti palawija, sayur, dan padi.
Ubi kayu dan ubi jalar paling banyak dihasilkan oleh Kabupaten Kerinci. Sedangkan Jagung paling
banyak dihasilkan di Muaro Jambi. Sementara itu, Bungo paling banyak menghasilkan kacang tanah.
Tanjung Jabung Timur banyak memproduksi kedelai, dan Tebo paling banyak menghasilkan komoditas
tanaman kedelai. Berikut adalah rincian produksi pertanian di Provinsi Jambi untuk tanaman palawija, di
masing-masing wilayah kabupaten beserta grafik yang menggambarkan secara lebih jelas produksi palawija
di Provinsi Jambi.

Tabel 6.2.4.1
Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi(ton)
ubi kayu jagung ubi jalar kc tanah kedelai kc hijau
1 Kerinci 5.840,00 4.826,00 72.893,00 255,00 0,00 0,00
2 Merangin 7.259,00 2.266,00 2.735,00 365,00 182,00 10,68
3 Sarolangun 1.756,00 1.025,00 353,00 107,00 125,00 11,74
4 Batanghari 1.588,00 759,00 464,00 40,00 331,00 10,08
5 Muaro Jambi 5.085,00 6.802,00 871,00 126,00 195,00 11,44
6 Tanjab Timur 5.893,00 1.978,00 1.037,00 71,00 770,00 11,91
7 Tanjab Barat 2.981,00 1.735,00 381,00 44,00 707,00 11,29
8 Tebo 2.177,00 683,00 155,00 103,00 619,00 13,38
9 Bungo 4.359,00 5.009,00 718,00 374,00 583,00 9,63
10 Kota Jambi 726,00 218,00 211,00 45,00 0,00 0,00
11 Kota Sungai Penuh 1.314,00 269,00 238,00 7,00 3,00 0,00
Jumlah 38.978,00 25.570,00 80.056,00 1.537,00 3.515,00 90,15
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013


Gambar 6.2.4.2
Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2012
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013, diolah

Laju pertumbuhan produksi tanaman palawija cenderung bervariasi tiap tahunnya. Ubi jalar
mengalami pertumbuhan produksi yang sangat tinggi selama tahun 2009-2012 di Kabupaten Kerinci.
Sementara itu Jagung menjadi komoditas yang unggul pula pertumbuhannya di Kota Sungai Penuh. Secara
lebih rinci dapat diamati dalam tabel berikut. Secara keseluruhan, ubi jalar memiliki nilai pertumbuhan yang
paling tinggi.

Tabel 6.2.4.2
Laju Pertumbuhan Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan
JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
No, Kabupaten/Kota
Pertumbuhan (%)
ubi kayu jagung ubi jalar kc tanah kedelai kc hijau
1 Kerinci -10,03 11,43 543,48 -15,00 - -
2 Merangin 5,14 -35,15 14,44 -29,13 -82,77 -92,09
3 Sarolangun -13,16 72,85 6,33 18,89 -27,75 -51,08
4 Batanghari -27,32 82,45 -40,51 -74,52 -24,08 -
5 Muaro Jambi -25,48 -58,63 -65,99 -52,99 -64,86 -86,38
6 Tanjab Timur 85,31 -61,52 12,72 -40,83 -75,68 -84,73
7 Tanjab Barat 25,78 45,43 -59,08 -39,73 -39,57 -58,19
8 Tebo -17,16 60,33 -45,42 6,19 -70,88 -68,88
9 Bungo 25,22 -10,84 71,36 0,27 29,27 -86,81
10 Kota Jambi -69,93 -49,07 -56,94 -74,43 - -
11 Kota Sungai Penuh 53,50 198,89 32,22 -50,00 - -
Jumlah 1,24 -32,85 291,76 -29,14 -61,51 -80,65
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

0.00
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
70,000.00
80,000.00
Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija di Provinsi Jambi
ubi kayu
jagung
ubi jalar
kc tanah
kedelai
kc hijau
Sementara itu, untuk tanaman sayuran produksi tertinggi pada tahun 2012 dimiliki oleh Kabupaten
Kerinci dengan komoditas pertanian kentang. Kentang juga tampak banyak diproduksi oleh Kabupaten
Merangin. Secara keseluruhan, Kabupaten Kerinci menjadi kabupaten penghasil utama komoditas sayuran.
Sementara itu, laju pertumbuhan produksi sayuran mulai tahun 2009-2012 bernilai negatif. Hal ini
disebabkan karena jumlah produksi sayuran yang tiap tahunnya sangat bervariasi jumlahnya atau tidak
stabil. Secara lebih rinci produksi sayuran dan laju pertumbuhan produksinya dapat diamati dalam tabel
berikut.
Tabel 6.2.4.3
Produksi Sayuran Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012 (kg)
No. Kabupaten/Kota
Bawang
Merah
Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai Lainnya
1 Kerinci 717 938 3451 1004 550 61 1674
2 Merangin 27 533 1065 25 8 11 1831
3 Sarolangun 0 129 0 0 0 0 529
4 Batanghari 0 55 0 0 0 0 305
5 Muaro Jambi 0 245 0 0 0 105 849
6 Tanjab Timur 0 450 0 0 0 14 840
7 Tanjab Barat 0 209 0 0 0 0 637
8 Tebo 0 120 0 0 0 0 410
9 Bungo 0 256 0 0 0 79 998
10 Kota Jambi 0 34 0 0 0 91 527
11 Kota Sungai Penuh 25 56 83 0 0 28 137
Jumlah 769 3025 4599 1029 558 389 8737
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013, diolah

Tabel 6.2.4.4
Laju Pertumbuhan Produksi Pertanian Sayuran Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2009-2012
No, Kabupaten/Kota
Pertumbuhan (%)
Bawang
Merah
Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai Lainnya
1 Kerinci -48,64 -92,66 -92,33 -98,07 -41,98 -93,12 -91,93
2 Merangin -72,16 -81,10 -89,69 -91,99 -50,00 -84,72 -82,76
3 Sarolangun - -65,60 - - - - -40,29
4 Batanghari - -86,55 - - - - -85,23
5 Muaro Jambi - -73,40 - - - -41,01 -69,47
6 Tanjab Timur - -44,17 - - - - -77,14
7 Tanjab Barat - -77,33 - - - -100,00 -19,87
8 Tebo - -69,85 - - - - -75,88
9 Bungo - -67,64 - - - 14,49 -69,99
10 Kota Jambi - -89,94 - - - -90,43 -92,07
11 Kota Sungai Penuh data tidak tersedia
Jumlah -48,49 -85,28 -91,69 -98,04 -42,12 -82,05 -83,59
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

Komoditas padi sawah banyak diproduksi di Kabupaten Kerinci, sementara padi lading banyak
diproduksi di Kabupaten Merangin. Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga tampak menjadi wilayah
penghasil padi sawah dengan produksi 94.695 ton pada tahun 2012. Sementara itu, laju pertumbuhan
produksi tertinggi terdapat pada komoditas padi lading yang diproduksi oleh Kabupaten Kerinci. Secara lebih
rinci dapat diamati dalam tabel berikut.

Tabel 6.2.4.5
Produksi Tanaman Padi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Tahun 2012 (ton)
No. Kabupaten/Kota Padi Sawah Padi Ladang
1 Kerinci 134.865 2.737
2 Merangin 45.998 17.372
3 Sarolangun 28.501 23.850
4 Batanghari 37.253 1.331
5 Muaro Jambi 45.991 2.483
6 Tanjab Timur 94.695 159
7 Tanjab Barat 60.114 9.994
8 Tebo 20.357 8.866
9 Bungo 34.299 8.585
10 Kota Jambi 6.218 9
11 Kota Sungai Penuh 41.489 -
Jumlah 549.780 75.386
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013

Tabel 6.2.4.6
Laju Pertumbuhan Produksi Tanaman Padi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2009-2012
No. Kabupaten/Kota
Pertumbuhan (%)
Padi Sawah Padi Ladang
1 Kerinci 15,09 18146,67
2 Merangin -7,44 -53,59
3 Sarolangun -6,51 12,66
4 Batanghari -6,28 -38,64
5 Muaro Jambi 14,67 57,85
6 Tanjab Timur -16,83 22,31
7 Tanjab Barat -15,74 141,87
8 Tebo -5,23 -37,53
9 Bungo -4,97 7,41
10 Kota Jambi 21,99 -93,28
11 Kota Sungai Penuh 34,20 -
Jumlah 4,70 -15,24
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah











B. Perkebunan
Tabel 6.2.4.7
Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi (ton)
Karet
Kelapa
Sawit
Kelapa
Dalam
Kelapa
Hybrida
Kulit
Kayu
Manis
Kopi Lada Cengkeh Coklat Pinang Kemiri Kapuk Aren Vanili Teh Tebu Tembakau Nilam
1 Kerinci 270 12 55 0 52.980 3.979 2 23 7 74 162 5 42 2 5.269 12.838 171 24
2 Merangin 59.956 66.681 897 106 4.380 6.416 4 0 43 270 21 19 34 0 0 0 68 122
3 Sarolangun 57.191 108.459 304 0 0 9 3 0 0 157 1 0 2 0 0 0 0 12
4 Batanghari 69.037 108.404 450 103 0 57 38 0 87 15 8 14 35 0 0 0 0 0
5 Muaro Jambi 29.464 132.852 592 29 0 45 0 0 263 32 23 0 0 24 0 0 0 0
6 Tanjab Timur 2.627 37.771 50.148 49 0 1.027 7 0 140 5.736 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Tanjab Barat 7.068 179.926 56.343 0 0 1.114 0 0 110 9.776 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Tebo 49.205 37.915 543 0 0 278 0 0 21 79 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Bungo 47.226 81.839 453 0 22 80 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kota Jambi - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Kota Sungai Penuh 0 0 3 0 222 85 0 4 2 23 33 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 322.044 753.859 109.788 287 57.604 13.090 54 27 673 16.195 248 38 113 26 5.269 12.838 239 158
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

Komoditas perkebunan yang dihasilkan oleh Provinsi Jambi cukup
beragam terutama mengingat bahwa mayoritas kabupaten memiliki karakteristik
sebagai wilayah pertanian seperti misalnya Kabupaten Kerinci. Merangin.
Sarolangun. Batanghari. Muaro Jambi dan Kabupaten Tebo dengan persentase
kontribusi sektor pertanian sebesar 30-70% dari total PDRB yang diperoleh. Melalui
data produksi di atas. dapat dilihat bahwa tiap kabupaten/kota memiliki produksi
yang tidak sama. Selain itu. dari data produksi akan diketahui mana komoditas
yang potensial untuk dikembangka dan melihat komoditas mana yang stagnan dan
perlu dicari tahu sebabnya.
Dari data tersebut. diketahui bahwa Kabupaten Kerinci memiliki
komoditas yang mencolok. yaitu komoditas tembakau dan karet. angka yang
ditunjukkan oleh kedua komoditas tersebut jauh diatas angka yang ditunjukkan oleh
komoditas yang sama di kabupaten-kabupaten lainnya. Misalnya karet. di
kabupaten Kerinci. produksi karet adalah sebesar 270 di saat kabupaten lainnya
masih berada pada kisaran angka 20-60. Sedangkan tembakau sebesar 171 disaat
yang lain tidak ada yang memproduksi tembakau kecuali kabupaten Merangin. itu
pun masih dengan angka yang cukup jauh dari Kabupaten Kerinci. yaitu hanya
sebesar 68. Dari sini. diketahui bahwa spesifikasi perkebunan yang ada di
Kabupaten Kerinci terfokus pada Tembakau dan Karet.
Melalui tabel diatas. selain diketahui tren sector mana yang memiliki produksi yang
tinggi. diketahui pula spesifikasi potensi perkebunan dari tiap kabupaten/kota.
Misalnya komoditas potensial Kabupaten Merangin adalah kelapa dalam dan
coklat. kelapa sawit dan kelapa dalam. Kabupaten Sarolangun adalah pinang.
kelapa sawit dan kelapa dalam. Kabupaten Batanghari adalah karet. kelapa sawit.
kelapa dalam dan kelapa hibryda. Kabupaten Muaro Jambi adalah kelapa sawit.
kelapa dalam. vanili dan kopi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah kepala
hybrid dan coklat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah kelapa sawit. kelapa
dalam dan coklat. Kabupaten Tebo adalah kelapa dalam. kopi dan pinang.
Kabupaten Bungo adalah kelapa dalam. kopi dan pinang. Dan terakhir adalah Kota
Sungai Penuh yaitu kulit kayu manis. kopi dan kemiri.














Tabel 6.2.4.8
Laju Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Tahun 2009 2012
No, Kabupaten/Kota
Pertumbuhan
Karet
Kelapa
Sawit
Kelapa
Dalam
Kelapa
Hybrida
Kulit
Kayu
Manis
Kopi Lada Cengkeh Coklat Pinang Kemiri Kapuk Aren Vanili Teh Tebu Tembakau Nilam
1 Kerinci 10,66 - 44,74 - -6,54 153,28 0,00 -37,84 - -53,75 -1,82 - - 0,00 -9,42 513,38 0,59 100,00
2 Merangin 20,88 -57,60 2,99 -0,93 8,85 11,10 300,00 - 43,33 29,81 31,25 -50,00 47,83 - - - - -21,79
3 Sarolangun 11,77 7,89 -1,94 - - -59,09 -25,00 - - 0,00 0,00 - 0,00 - - - - 140,00
4 Batanghari 11,37 -32,86 -25,74 -2,83 - -21,92 80,95 - -5,43 - -11,11 16,67 -2,78 - - - - -
5 Muaro Jambi -12,82 -55,30 -5,88 -9,38 - -15,09 -100,00 - 25,24 966,67 283,33 -100,00 -100,00 - - - - -
6 Tanjab Timur 31,88 13,14 -3,32 250,00 - -40,53 133,33 - -6,67 13,99 - - - - - - - -
7 Tanjab Barat -4,29 -29,92 -2,56 - - 18,01 -100,00 - 423,81 -20,30 - - - - - - - -
8 Tebo 0,59 -55,96 -1,63 - - -3,14 - - 0,00 2,60 - - - - - - - -
9 Bungo 69,88 -43,65 2,72 - 83,33 25,00 - - - 17,86 - - - - - - - -
10 Kota Jambi - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Kota Sungai Penuh - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jumlah -49,18 75,07 -5,49 -71,86 20,11 -45,86 -31,65 -91,23 -52,87 44,07 -69,72 -71,21 -60,07 73,33 100,72 1,261,40 9,13 -83,44
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Setelah meninjau jumlah produksi tanaman perkebunan pada data tahun 2012.
sekarang analisis dilakukan pada laju pertumbuhan dilihat pada rentang waktu
tertentu. yaitu tahun 2009-2012. Melalui data diatas. dapat dilihat terdapat
beberapa laju pertumbuhan yang memiliki angka negatif. Komoditas-komoditas
dengan laju pertumbuhan yang negatif ini perlu dicermati karena dapat
mempengaruhi kontribusinya terhadap perekomonian dan sector perkebunan.
Apabila dilihat secara keseluruhan. komoditas yang paling mencolok dengan laju
pertumbuhannya yang negatif dari rata rata per provinsi adalah karet. kepala
dalam. kelapa hybrid. kopi. lada. cengkeh. kapuk. nilam dan aren. Sedangkan
untuk komoditas dengan laju positif adalah kelapa sawit. kulit kayu manis. pinang.
vanili. teh. tebu dan tembakau.
43

C. Peternakan
1. Ternak Besar dan Ternak Kecil
Tabel 6.2.4.9
Produksi Daging Ternak Besar di Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Jambi
Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi (dalam kg)
Sapi Kerbau Kuda
1 Kerinci 511.965.30 84.933.60 -
2 Merangin 655.581.50 215.790.60 -
3 Sarolangun 512.186.90 189.290.00 -
4 Batanghari 402.701.70 275.869.60 -
5 Muaro Jambi 472.515.20 43.454.40 -
6 Tanjab Timur 188.385.50 9.711.40 -
7 Tanjab Barat 243.793.00 18.106.00 -
8 Tebo 970.443.00 425.128.90 -
9 Bungo 776.591.50 290.848.20 -
10 Kota Jambi 1.269.377.00 370.843.80 -
11 Kota Sungai Penuh 505.585.00 90.036.20 1.617.00
Jumlah 6.509.125.00 2.014.013.00 1.617.00
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Pada data diatas. dapat dilihat bahwa produksi daging ternak besar paling banyak terdapat di Kota
Jambi yang terdiri dari ternak sapi dan kerbau dengan persentase produksi daging ternak sapi mencapai
19.5% dari total produksi se provinsi serta produksi daging ternak kerbau sebesar 18.5%. Sedangkan untuk
produksi daging ternak kuda hanya dihasilkan di Kota Sungai Penuh, yaitu sebanyak 1.6 ton pada tahun
2012. Melalui data yang ditunjukkan bahwa produksi daging kuda hanya berada di Kota Sungai Penuh,maka
dari sini dapat disimpulkan pasti terjadi pendistribusian daging menuju wilayah-wilayah lainnya atau dengan
kata lain, hal ini mengidentifikasikan adanya aliran barang pada sector peternakan, khususnya daging ternak
kuda. Sementara untuk daging sapi dan kerbau, bisa saja terjadi distribusi, namun dengan frekuensi yang
lebih rendah dan jangkauan yang lebih sempit karena setiap kabupaten/kota memproduksi kedua jenis
daging ini sendiri.
Tabel 6.2.3.10
Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Besar Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
No, Kabupaten/Kota
Laju Pertumbuhan (%)
Sapi Kerbau Kuda
1 Kerinci 194,90 130,36 -
2 Merangin 107,93 140,99 -
44

3 Sarolangun 136,66 -25,76 -
4 Batanghari 24,71 -12,57 -
5 Muaro Jambi 20,09 -72,21 -
6 Tanjab Timur 113,77 353,85 -
7 Tanjab Barat -23,32 -41,80 -
8 Tebo 65,33 43,81 -
9 Bungo 47,61 11,41 -
10 Kota Jambi 100,46 -52,65 -
11 Kota Sungai Penuh 72,08 70,40 22,22
Jumlah 68,29 -11,64 22,22
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

Laju pertumbuhan produksi daging ternak besar sapi di Provinsi Jambi secara keseluruhan
menunjukkan angka positif, hal ini sangat wajar terjadi mengingat daging sapi merupakan jenis daging yang
umum dan dikonsumsi oleh setiap orang. Sedangkan pertumbuhan untuk produksi daging kerbau di
beberapa wilayah menunjukan angka negative, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor misalnya
penyakit, menyempitnya lahan pertanian, mahalnya pakan dan lain sebagainya. Untuk laju produksi daging
kuda masih pada angka positif meski dengan kisaran angka yang kecil.

Tabel 6.2.4.11
Produksi Daging Ternak Kecil Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun
2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi
Kambing Domba Babi
1 Kerinci 244.534,14 17.147,12 -
2 Merangin 39.090,26 10.513,08 -
3 Sarolangun 9.391,02 2.710,92 -
4 Batanghari 28.696,64 17.191,20 21.422,50
5 Muaro Jambi 4.990,72 2.865,20 19.142,50
6 Tanjab Timur 19.461,58 330,60 -
7 Tanjab Barat 16.698,86 1.840,34 32.062,50
8 Tebo 113.906,50 28.156,10 -
9 Bungo 36.739,72 12.066,90 3.325,00
10 Kota Jambi 78.414,46 9.234,76 120.982,50
11 Kota Sungai Penuh 5.492,02 870,58 -
Jumlah 597.415,92 102.926,80 196.935,00
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Pada data diatas, dapat dilihat bahwa produksi daging ternak kecil paling banyak terdapat di
Kabupaten Kerinci yang terdiri dari ternak kambing dan kuda dengan persentase produksi daging ternak
45

kambing mencapai 41% dari total produksi se provinsi serta produksi daging ternak domba sebesar 16.7%.
Sedangkan untuk produksi daging daging babi paling banyak dihasilkan di Kota Jambi, yaitu sebanyak 121
ton pada tahun 2012.
Tabel 6.2.4.12
Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Kecil Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
No. Kabupaten/Kota
Laju Pertumbuhan (%)
Kambing Domba B a b i
1 Kerinci 1279,70 2729,09 -
2 Merangin 94,08 27,20 -
3 Sarolangun -78,33 -90,49 -
4 Batanghari 13,48 12,31 -
5 Muaro Jambi -94,73 -51,58 -89,20
6 Tanjab Timur 52,52 -21,05 -
7 Tanjab Barat 23,78 38,02 3,69
8 Tebo 24,51 19,67 -
9 Bungo -1,55 5,09 -44,44
10 Kota Jambi -1,26 16,39 -51,99
11 Kota Sungai Penuh -61,18 139,39 -
Jumlah 32,83 -0,72 -55,45
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

Laju pertumbuhan produksi daging ternak kecil di Provinsi Jambi menunjukkan angka yang
beragam. Laju pertumbuhan yang paling besar dimiliki oleh Kabupaten Kerinci. yaitu angka pertumbuhan
produksi daging kambing sebesar 1.297,70% dan domba sebesar 2.729,09%. Sedangkan untuk laju negatif
yang paling mencolok dimiliki oleh Kabupaten Sarolangin dan Muaro Jambi. Kedua kabupaten ini memiliki
angka laju pertumbuhan negatif pada setiap jenis ternak. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pasokan
daging jenis ternak kecil pada kedua kabupaten tersebut dan membuka kemugkinan adanya impor dari
wilayah lain.

2. Unggas
Tabel 6.2.4.13
Produksi Telur Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi (kg)
Buras Ras Itik
1 Kerinci 573.709,53 319.506,98 1.009.012,80
2 Merangin 264.484,61 - 138.137,95
3 Sarolangun 235.553,06 2.843,40 110.190,67
4 Batanghari 385.323,83 - 140.358,35
5 Muaro Jambi 237.243,30 2.221.962,07 144.915,56
6 Tanjab Timur 299.549,42 - 153.784,80
46

No. Kabupaten/Kota
Produksi (kg)
Buras Ras Itik
1 Kerinci 573.709,53 319.506,98 1.009.012,80
7 Tanjab Barat 268.105,77 - 303.211,33
8 Tebo 121.905,36 - 216.996,81
9 Bungo 121.979,96 29.574,72 81.948,53
10 Kota Jambi 2.767.328,48 1.310.150,11 1.141.970,59
11 Kota Sungai Penuh 237.357,81 756.839,78 436.882,53
Jumlah 5.512.541,13 4.640.877,06 3.877.409,92
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Pada data diatas. dapat dilihat bahwa produksi telur unggas paling banyak terdapat di Kota Jambi
yang terdiri dari telur dari ayam buras. ras dan itik. Persentase produksi telur ayam buras pada kota ini jauh
melampaui kabupaten/kota lainnya yaitu produksi dengan kelipatan 10 hingga 20 kali dibandingkan lainnya.
Sedangkan bila dilihat persentasenya mencapai 50% dari total produksi se provinsi. Sedangkan untuk
produksi ayam ras. kabupaten yang memiliki angka produksi paling banyak adalah kabupaten Muaro Jambi
dengan persentase sebesar 47.9%. Tidak semua kabupaten atau kota memproduksi telur dari unggas
berjenis ayam ras, yaitu antara lain Kabupaten Merangin. Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tanjung
Jabung Timur, dan Tebo, sehingga kemungkinan kabupaten-kabupaten ini mengimpor dari wilayah lain di
sekitarnya atau dari Muaro Jambi yang menjadi dominan dalam produksi telur unggas jenis ini. Sementara
untuk produksi telur itik paling banyak dihasilkan di Kota Jambi, yaitu sebesar 29.5% dari total keseluruhan
produksi telur itik seprovinsi.

Tabel 6.2.4.14
Laju Pertumbuhan Produksi Telur Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2009-2012
No, Kabupaten/Kota
Laju Pertumbuhan (%)
Buras Ras Itik
1 Kerinci 681,58 156,90 21,40
2 Merangin 141,37 - 43,08
3 Sarolangun 23,39 -73,06 37,46
4 Batanghari 102,20 - 21,30
5 Muaro Jambi 148,20 0,73 24,01
6 Tanjab Timur 92,66 - 4,45
7 Tanjab Barat 26,24 - -34,12
8 Tebo -15,15 - 118,68
9 Bungo -14,62 30,55 27,29
10 Kota Jambi 446,83 105,29 216,50
11 Kota Sungai Penuh 946,09 93,34 113,37
47

Jumlah 199,08 36,77 50,46
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

Laju pertumbuhan produksi telur buras tertinggi dimiliki oleh Kota Sungai Penuh dengan nilai
9,46%. Sementara itu laju pertumbuhan telur ayam ras paling tinggi dimiliki oleh Kabupaten Kerinci dengan
nilai 1,57%. laju pertumbuhan produksi telur unggas buras menunjukkan angka positif dan terbesar bila
dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Tabel 6.2.4.15
Produksi Daging Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi (dalam kg)
Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Potong
1 Kerinci 1.598,70 395.080,00 15.023,00
2 Merangin 219.865,23 405.149,56 246.908,40
3 Sarolangun 355.064,70 324.661,14 226,59
4 Batanghari 374.095,80 623.994,00 -
5 Muaro Jambi 2.319,21 247.707,69 2.452,65
6 Tanjab Timur 118.621,35 1.242.713,35 -
7 Tanjab Barat 321.443,09 1.456.076,47 -
8 Tebo 211.883,13 1.259.043,03 -
9 Bungo 149.950,03 19.588,00 64.515,07
10 Kota Jambi 5.997.096,00 4.900.021,20 7.564,62
11 Kota Sungai Penuh 27.740,00 234.143,00 21.746,00
Jumlah 7.779.677,24 11.088.589.44 358.436,33
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013

Pada data diatas. dapat dilihat bahwa produksi daging unggas paling banyak terdapat di Kota
Jambi yang terdiri dari daging ayam buras, ayam petelur dan ayam potong. Produksi daging ayam buras di
kabupaten ini sangat besar yaitu sebesar 77% dari total produksi provinsi, begitu pula dengan produksi
daging ayam petelur sebesar 44.2% dari total produksi provinsi. Sedangkan untuk produksi daging ayam
potong terbanyak ada di Kota Sungai Penuh sebesar 21,7 ton dengan persentase sebesar 18%.
Secara keseluruhan. laju pertumbuhan produksi daging ayam buras tertinggi terdapat di Kota
Jambi yaitu sebesar 447,68% sementara kabupaten lain banyak yang memiliki laju negatif seperti misalnya
Kabupaten Bungo (-48,49%) dan Kaupaten Muaro Jambi (-98,66%). Sementara untuk laju produksi ayam
petelur di setiap kabupaten di Provinsi menunjukkan angka positif sehingga dapat disimpulkan bahwa daging
ayam jenis inilah yang paling stabil bila dibandingkan dengan produksi daging ayam buras dan ayam potong
yang juga menunjukkan angka negatif dilihat pada rata-rata pertumbuhan provinsi.

48

Tabel 6.2.4.16
Laju Pertumbuhan Produksi Daging Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-
Sengeti Tahun 2009-2012
No. Kabupaten/Kota
Laju Pertumbuhan (%)
Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Potong
1 Kerinci -98,62 1.994,15 -92,63
2 Merangin 61,13 - -1,80
3 Sarolangun -1,95 7.180,07 -99,97
4 Batanghari 20,58 - -
5 Muaro Jambi -98,66 436,19 -99,75
6 Tanjab Timur 33,25 - -
7 Tanjab Barat -25,75 - -
8 Tebo -39,39 - -
9 Bungo -48,49 193.978,95 -98,03
10 Kota Jambi 447,68 9.739,40 -99,85
11 Kota Sungai Penuh 145,95 7.493,54 -56,95
Jumlah 131,89 23.603,85 -97,45
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

3. Perikanan
Hasil perikanan laut di Provinsi Jambi paling banyak dihasilkan di kawasan pesisir pantai timur yakni
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Timur. Produksi ikan pada tahun 2012 di kedua kabupaten ini
jumlahnya hampir sama. Sedangkan untuk jenis ikan perairan umum, produksi terbanyak terdapat di
Kabupaten Muaro Jambi dan Kerinci. Keduanya juga menunjukkan jumlah yang hampir sama banyaknya.
Kabupaten Muaro Jambi juga merupakan kabupaten yang memiliki produksi perikanan budidaya paling
banyak yakni kurang lebih 50% dari total produksi perikanan budidaya di Provinsi Jambi.

Tabel 6.2.4.17
Produksi Perikanan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Jambi Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi (ton)
Perikanan Laut Perairan Umum Budidaya
1 Kerinci - 1.106,00 2.291,10
2 Merangin - 902,50 1.133,90
3 Sarolangun - 720,90 2.290,60
4 Batanghari - 291,40 8.386,60
5 Muaro Jambi - 1.200,80 15.225,00
6 Tanjab Timur 24.537,00 703,00 718,00
7 Tanjab Barat 22.357,60 860,30 2.389,00
8 Tebo - 421,30 850,50
9 Bungo - 234,70 803,30
49

10 Kota Jambi - 572,60 2.707,50
11 Kota Sungai Penuh - 97,70 186,90
Jumlah 46.894,60 7.013,50 36.795,50
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013

Laju pertumbuhan perikanan laut dan budidaya di Provinsi Jambi cukup mengindikasikan
perkembangan yang perlu diperhatikan. Angka pertumbuhannya selama tahun 2009-2012 tergolong sangat
tinggi. Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur yang merupakan dua wilayah utama pemproduksi
perikanan laut menunjukkan angka laju pertumbuhan yang sangat tinggi pula. Sementara itu apabila dilihat
secara keseluruhan, laju produksi pada jenis ikan perairan umum menunjukkan perkembangan yang kurang
signifikan. Beberapa kabupaten mengalami pertumbuhan negatif. Meskipun demikian, Kabupaten Kerinci
tampak menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi. Berikut adalah datanya.

Tabel 6.2.4.18
Laju Pertumbuhan Produksi Perikanan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Tahun 2009-2012
No. Kabupaten/Kota
Laju Pertumbuhan (%)
Perikanan Laut Perairan Umum Budidaya
1 Kerinci - 3078,16 -
2 Merangin - -15,25 131,83
3 Sarolangun - 47,97 179,48
4 Batanghari - -27,24 159,17
5 Muaro Jambi - 61,20 59,09
6 Tanjab Timur 105,35 -59,74 221,97
7 Tanjab Barat 58,23 -3,21 77,58
8 Tebo - 6,79 223,88
9 Bungo - -56,11 195,66
10 Kota Jambi - 23,54 105,89
11 Kota Sungai Penuh - - -
Jumlah 79,82 3,75 101,69
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah

Sementara itu produksi perikanan budidaya darat di provinsi pada tahun 2012 didominasi oleh ikan
di kolam yaitu sebesar 24.000 ton dengan persentase sebesar 65.5% dari total produksi perikanan.
Kabupaten Muaro Jambi merupakan penyumbang produksi terbesar pada perikanan jenis ini, yaitu sebesar
46.7% dari keseluruhan produksi ikan di kolam. Sementara untuk produksi KJA didominasi oleh Kabupaten
Muaro Jambi juga serta Batanghari dengan selisih produksi yang tidak begitu banyak, sedangkan untuk
Produksi tambak terbesar disumbang olehTanjung Jabung Barat.
Dari informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa Muaro jambi merupakan pusat produki perikanan
dalam kolam dan KJA. Sementara untuk produksi perikanan tambak hanya ada di Tanjung Jabung Barat dan
Tanjung Jabung Timur karena kedua kabupaten ini terletak di dekat lau sehingga memiliki perairan air payau.
50

Sementara itu, laju pertumbuhan produksi ikan kolam dimiliki oleh Kabupaten Tebo, sedangkan
ikan di KJA terdapat di Kabupaten Kerinci.Secara lebih rinci dapat diamati dalam tabel data berikut.

Tabel 6.2.4.19
Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun
2012
No. Kabupaten/Kota
Produksi (ton)
Ikan di Kolam KJA Sawah Tambak
1 Kerinci 721.70 1.569.40 - -
2 Merangin 988.40 138.80 6.70 -
3 Sarolangun 2.216.40 74.20 - -
4 Batanghari 4.554.90 3.831.70 - -
5 Muaro Jambi 11.306.70 3.918.30 - -
6 Tanjab Timur 239.00 82.00 - 397.00
7 Tanjab Barat 1.373.40 243.90 63.70 708.00
8 Tebo 685.60 164.90 - -
9 Bungo 554.00 299.30 - -
10 Kota Jambi 1.440.20 1.267.30 - -
11 Kota Sungai Penuh 145.80 8.10 33.00 -
Jumlah 24.226.10 11.597.90 103.40 1.105.00
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013

Tabel 6.2.4.20
Laju Pertumbuhan Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
No. Kabupaten/Kota
Laju Pertumbuhan (%)
Ikan di Kolam KJA Sawah Tambak
1 Kerinci 65,15 471,31 - -
2 Merangin 135,61 151,91 -53,79 -
3 Sarolangun 367,89 -78,55 - -
4 Batanghari 1072,13 34,57 - -
5 Muaro Jambi 104,91 -3,30 - -
6 Tanjab Timur 185,20 27233,33 - 185,82
7 Tanjab Barat 2189,00 984,00 - -43,93
8 Tebo 531,89 7,01 - -
9 Bungo 252,64 161,17 - -
10 Kota Jambi 163,29 65,01 - -
11 Kota Sungai Penuh - - - -
Jumlah 195,69 34,32 613,10 -21,17
Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah



51

6.2.5 Pertambangan
Tabel 6.2.5.1.
PDRB Sektor Pertambangan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun
2011
No Kabupaten Total Sektor Tambang
1 Kerinci 5.263,81
2 Merangin 105.134,68
3 Sarolangun 150.151,00
4 Batanghari 97.059,77
5 Muaro Jambi 188.411,83
6 Tanjab Timur 968.665,79
7 Tanjab Barat 348.662,63
8 Tebo 60.626,67
9 Bungo 142.472,90
10 Kota Jambi 176.837,78
11 Kota Sungai Penuh 857.59
Provinsi Jambi 2.244.144,45
Sumber: Jambi Dalam Angka 2011

Kabupaten/kota yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB sector pertambangan adalah
Kabupaten Tanjab Timur yaitu sebesar 43.2% dari total sumbangan PDRB sector tambang. Bila dikaitkan
dengan kontribusi sector ekonomi di kabupaten ini, Tanjung Jabung timur memang didominasi oleh sector
pertambangan 38% dari total kontribusis ektor ekonomi), bahkan diatas sector pertanian yang hanya
menyumbang 28%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa spesialisasi sector ekonomi Kabupaten Tanjung
Jabung Timur adalah pada pertambangan.

Tabel 6.2.5.2
Produksi Pertambangan Menurut Jenis Barang Tahun 2007-2011
No. Jenis Barang 2007 2008 2009 2010 2011
1
Minyak Bumi (000
barel) 7.354,71 6.795,02 7.409,87 6.588,05 6.403,41
2 Gas Bumi (MMBTU) 92.410.629,00 97.654.085,00 85.241,07 17.410,59 8.832,93
3 Batubara (m ton) 2.215.496,24 4.216.057,27 2.731.060,91 3.186.244,32 7.224.501,59
4 Bijih Besi (Ton) - - 319.379,00 245.535,19 434.182,21
Total 94.633.479,95 101.876.937,29 3.143.090,85 3.455.778,15 7.673.920,14
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 2011

52


Gambar 6.2.5.1
Laju Pertumbuhan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Barang Tahun 2007-2011
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2011. diolah

Produksi tambang paling banyak di Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti adalah jenis gas bumi dan batu-bara. Namun dari laju pertumbuhan produksi dapat diketahui
bahwa terjadi pertumbuhan yang cukup stabil setelah tahun 2009 meskipun dengan kenaikan yang tidak bis
adikatakan cukup besar.

Tabel 6.2.5.3
Lifting Minyak Mentah Berdasarkan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti
Tahun 2007 dan 2012
No. Kabupaten/Kota
Lifting Minyak
2007 2011
1 Kerinci 0,00 0,00
2 Merangin 0,00 0,00
3 Sarolangun 1.075.898,00 1.257.370,00
4 Batanghari 173.870,00 74.658,00
5 Muaro Jambi 960.114,00 977.593,00
6 Tanjab Timur 1.520.155,00 910.043,00
7 Tanjab Barat 2.599.904,00 2.209.149,00
8 Tebo 209.600,00 276.520,00
9 Bungo 0,00 0,00
10 Kota Jambi 541.588,00 473.809,00
11 Kota Sungai Penuh 0,00 0,00
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
Laju Pertumb. (%) 7.65 -96.91 9.95 122.06
-150.00
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
53

Jumlah 7.081.129,00 6.179.142,00
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 2013
Produksi minyak hanya ada di beberapa wilayah di Provinsi Jambi sejalan dengan spesialisasi dari
tiap kabupaten. Seperti Kota Sungai Penuh, Kerinci, dan Merangin serta Bungo yang tidak memiliki produksi
minyak karena berfokus pada pusat layanan dan pertanian. Untuk lifting minyak terbesar ada di Kabupaten
Tanjab Barat dan disusul oleh Kabupaten Tanjab Timur. Apabila dikaitkan dengan kotribusi PDRB, hal ini
menjelaskan mengapa angka kotribusi PDRB sector tambang pada kedua kabupaten ini merupakan angka
terbesar. Dari sini. kesimpulan bahwa potensi spesialisasi Tanjab Barat dan Tanjab Timur sebagai wilayah
pertambangan semakin kuat.
Tabel 6.2.5.4
Laju Pertumbuhan Lifting Minyak Mentah Berdasarkan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti Tahun 2007- 2012
No, Kabupaten/Kota
Pertumbuhan
2007-2011 (%)
1 Kerinci 0,00
2 Merangin 0,00
3 Sarolangun 16,87
4 Batanghari -57,06
5 Muaro Jambi 1,82
6 Tanjab Timur -40,13
7 Tanjab Barat -15,03
8 Tebo 31,93
9 Bungo 0,00
10 Kota Jambi -12,51
11 Kota Sungai Penuh 0,00
Jumlah -12,74
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah



54


Gambar 6.2.5.2
Laju Pertumbuhan Jumlah Lifting Minyak Mentah Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara
Bulian-Sengeti Tahun 2007-2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah

Setalah tadi pada analisis sebelumnya didapatkan kesimpulan bawa Kabupaten Tanjab Barat dan
Tanjang Timur memiliki potensi untuk spesialisasi pertambangan, dalam laju pertumbuhan lifting minyak
mentah ditemukan bahwa terdapat Kendala karena kedua kabupaten ini menunjukkan angka yang negatif.
Bahkan, bukan hanya kedua kabupaten ini, namun rata-rata laju pertumbuhan lifting minyak mentah di
berbagai kabupaten lain juga mengindikasikan pertumbuhan yang negatif. Oleh karena itu diperlukan analisis
penyebab permasalahan ini untuk mendukung potensi spesialisasi yang ada.

6.2.5 Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor perekonomian yang ikut menyumbang
pendapatan atau nilai tambah yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Jambi. Sektor perdagangan terdiri
dari 3 sub sektor yaitu perdagangan besar dan eceran, rumah makan/restoran dan perhotelan.
Jumlah total sektor perdagangan PDRB kabupaten hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo yang
tertinggi terdapat di Kota Jambi. Subsektor perdagangan besar dan eceran menjadi subsektor penyumbang
terbesar terhadap jumlah total sektor perdagangan yakni sebesar 953.950,07 juta rupiah atau sekitar 27%
dari total pendapatan sektor perdagangan di wilayah hinterland. Secara lebih jelas dapat diamati dalam tabel
dan peta berikut.
Tabel 6.2.5.5
PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo
Provinsi Jambi Tahun 2011
No. Kabupaten Total Sek. Perdagangan
1 Kerinci 103.345,55
2 Merangin 214.488,84
3 Sarolangun 205.878,00
4 Batanghari 305.888,61
-70.00
-60.00
-50.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
55

5 Muaro Jambi 201.480,29
6 Tanjab Timur 383.849,33
7 Tanjab Barat 407.207,15
8 Tebo 168.503,83
9 Bungo 309.874,58
10 Kota Jambi 953.950,07
11 Kota Sungai Penuh 171.408,07
Jumlah 3.425.874,32
Sumber: Jambi Dalam Angka 2011






































56

Gambar 6.2.5.1
Peta Distribusi Spasial PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro
Tebo Provinsi Jambi Tahun 2011



































57

6.3 Investasi

Tabel 6.3.1
Jumlah Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun
2012
No. Kabupaten
Banyaknya
Perusahaan
Realisasi
Investasi
Tenaga Kerja
Indonesia Asing
1 Kerinci - - - -
2 Merangin 4 835.502,39 5.038 1
3 Sarolangun 4 247.301,19 263 -
4 Batang Hari 13 780.840,03 2.724 -
5 Muaro Jambi 11 820.787,22 4.474 2
6 Tanjab Timur 2 2.600,90 217 -
7 Tanjab Barat 12 14.589.629.49 10.915 174
8 Tebo 4 412.504.43 4.830 -
9 Bungo 3 1.390.838.13 757 2
10 Kota Jambi 6 853.672.05 866 2
11 Kota Sungai Penuh - - - -
Total 59 19.933.675.83 30.084 181
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013

Tabel 6.3.2
Laju Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut Realisasi Investasi dan
Tenaga Kerja Tahun 2007-2012 (%)
No. Kabupaten
Banyaknya
Perusahaan
Realisasi
Investasi
Tenaga Kerja
Indonesia Asing
1 Kerinci - -

-
2 Merangin 33 5322 713 -88
3 Sarolangun -33 -34 -84 -100
4 Batang Hari -46 59 37 -100
5 Muaro Jambi -74 -60 -65 -50
6 Tanjab Timur -33 -96 -92

7 Tanjab Barat -33 164 -25 2075
8 Tebo -20 857 1042 -
9 Bungo -40 299 -6 100
10 Kota Jambi -65 211 -78 -
11 Kota Sungai Penuh - - - -
Total -312 6722 1441 1838
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah

Dari data penanam modal di atas, dapat dilihat Kabupaten Tanjab Barat merupakan
kabupaten yang mendapatkan investasi dari banyak perusahaan serta dengan nilai realisasi invesrtasi
yang sangat besar. Penyerapan tenaga kerja juga mengindikasikan bahwa kabupaten ini memiliki nilai
58

investasi yang besar. Hal ini sangat kontras dengan Kabupaten tanjab Timur yang menerima investasi
yang sangat kecil padahal kedua kabupaten ini memiliki karakteristik yang sama dan letaknya
berdekatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih mendetil untuk mengetahui kenapa hal ini
bisa terjadi.
Selain itu, seperti halnya Kabupaten Tanjab Timur, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
juga menunjukkan informasi yang negatif. Kedua kabupaten ini sama sekali tidak menerima investasi
dari perusahan manapun.
Tabel 6.3.3
Jumlah Perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) menurut Realisasi Investasi dan
Tenaga Kerja Tahun 2012
No. Kabupaten
Banyaknya
Perusahaan

Tenaga Kerja
Realisasi Investasi Indonesia Asing
1 Kerinci - - - -
2 Merangin 3 48.390,36 261 2
3 Sarolangun 14 68.051,08 1.405 13
4 Batang Hari 4 111.337,22 3.271 4
5 Muaro Jambi 10 146.589,44 5.444 6
6 Tanjab Timur 3 77.725,89 905 -
7 Tanjab Barat 5 197.541,38 1.514 10
8 Tebo - - - -
9 Bungo 6 112.037,67 1.902 2
10 Kota Jambi 10 64.876,05 637 -
11 Kota Sungai penuh 1 1.305,00 50 -
Total 56 827.854.09 15.389 37
Sumber: Jambi Dalam Angka 2013

Setelah melakukan analisa pada jumlah perusahaan penanam investasi dan realisasi investasi
pada data sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa Kabupaten Tanjab Barat adalah kabupaten yang
paling banyak mendapatkan investasi dari perusahaan begitu pula dengan realisasi investasi dan banyaknya
tenaga kerja yang diserap. Berikutnya, dari data diatas, kembali ditunjukkan bahwa meskipun jumlah
penanam modal asing di Tanjab Barat bukan merupakan yang terbanyak, namun nilai realisasi inverstasinya
tetap yang terbesar. Dan dari data diatas, juga kembali ditunjukkan bawa Tanjab timur mengalami
ketimpangan dengan Tanjab barat.

Tabel 6.3.4
Laju Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) menurut Realisasi Investasi dan Tenaga
Kerja Tahun 2007-2012 (%)
No. Kabupaten
Banyaknya
Perusahaan
Realisasi
Investasi
Tenaga Kerja
Indonesia Asing
1 Kerinci - - - -
2 Merangin - - - -
59

No. Kabupaten
Banyaknya
Perusahaan
Realisasi
Investasi
Tenaga Kerja
Indonesia Asing
3 Sarolangun 600.00 -3.46 -36.40 -
4 Batang Hari 100.00 -80.48 70.63 -33.33
5 Muaro Jambi 150.00 1,096.75 21,676.00 -
6 Tanjab Timur - - - -
7 Tanjab Barat 150.00 187.48 3,264.44 -
8 Tebo - - - -
9 Bungo 200.00 -73.74 -30.99 -75.00
10 Kota Jambi 66.67 193.98 145.95 -
11 Kota Sungai Penuh - - - -
Total 211.11 -29.27 113.41 164.29
Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah



























60

Gambar 6.3.1
Peta Distribusi Spasial Jumlah Investasi Perusahaan PMDN dan PMA Provinsi Jambi Tahun 2012



































61

6.4 Sumberdaya Manusia
Lingkup analisis sumberdaya manusia bagi wilayah-wilayah yang menjadi hinterland Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti ini terdiri dari seluruh kabupaten/kota di
dalam Provinsi Jambi.Analisis didasarkan pada satu sumber data yaitu Jambi dalam angka dengan rentang
waktu dari tahun 2009 hingga 2012. Pemilihan basis data ini dilakukan sebagai penyesuaian terhadap
ketersediaan data setelah adanya peraturan pemekaran daerah pada tahun 2008 dimana Kabupaten Kerinci
dipecah menjadi dua, yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
6.4.1 Jumlah, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk
A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk merupakan variabel yang digunakan untuk
menganalisa penggunaan ruang dalam suatu wilayah.Melalui data series kependudukan Jambi dengan
rentang waktu tertentu, akan dapat dilihat dinamika perkembangan kependudukan baik itu positif maupun
negatif yang nantinya menjadi dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan.
Berikut adalah peningkatan jumlah penduduk Provinsi Jambi dalam rentang 4 tahun (2009-2013)

Tabel 6.4.1.1
Perkembangan Jumlah Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-
2013
No Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (jiwa)
2009 2010 2011 2012
1 Kerinci 126.817 229.495 235.251 235.797
2 Merangin 292.013 333.206 341.563 350.062
3 Sarolangun 218.228 246.245 252.421 259.963
4 Batang Hari 222.841 241.334 247.386 252.731
5 Muaro Jambi 314.598 342..952 351.553 363.994
6 Tanjung Jabung Timur 213.781 205.272 210.420 211.057
7 Tanjung Jabung Barat 255.952 278.741 285.731 293.594
8 Tebo 257.267 297.735 305.202 313.420
9 Bungo 271.625 303.135 310.737 320.300
10 Kota Jambi 476.038 531.857 545.193 557.321
11 Kota Sungai Penuh 81.162 82.293 84.357 84.575
Jumlah 2.730.322 3.092.265 3.169.814 3.242.814
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 - 2013, diolah
62


Gambar 6.4.1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti
Tahun 2009-2013
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 - 2013, diolah
Melalui data diatas, diketahui bahwa penduduk dari hinterland KSP ini mengalami pertambahan
secara konstan setiap tahunnya.Pertambahan penduduk yang selalu positif merupakan suatu fenomena
yang normal dalam sebuah wilayah yang sedang berkembang, begitu pula dengan Provinsi
Jambi.Pertambahan penduduk di provinsi ini berkisar antara 70 ribu hingga 370 ribu jiwa setiap tahunnya.
Setelah membahas mengenai jumlah penduduk, langkah berikutnya adalah menganalisa
kepadatan penduduk.Data kepadatan penduduk dapat digunakan untuk melihat konsentrasi sebaran
penduduk yang ada pada suatu wilayah serta tingkat ketimpangan sebaran penduduk di wilayah tersebut.
Berikut adalah data kepadatan penduduk Provinsi Jambi dalam rentang tahun 2009-2013:

Tabel 6.4.1.2
Perkembangan Kepadatan Penduduk Dirinci Per Kabupaten/Kota dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara
Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
No Kabupaten/Kota
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km
2
)
2009 2010 2011 2012
1 Kerinci
38 68 70 70
2 Merangin
38 43 44 46
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
550000
600000
2009 2010 2011 2012
J
u
m
l
a
h

P
e
n
d
u
d
u
k

(
j
i
w
a
)

Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2009-2012
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung
Timur
Tanjung Jabung
Barat
Tebo
Bungo
Kota Jambi
Kota Sungai
Penuh
63

No Kabupaten/Kota
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km
2
)
2009 2010 2011 2012
3 Sarolangun
35 40 41 42
4 Batang Hari
38 42 43 44
5 Muaro Jambi
59 64 66 68
6 Tanjung Jabung Timur
39 38 39 39
7 Tanjung Jabung Barat
55 60 61 63
8 Tebo
39 45 46 47
9 Bungo
58 65 67 69
10 Kota Jambi
2.317 2.589 2.654 2.713
11 Kota Sungai Penuh
207 210 215 216
Rata-Rata Kepadatan
266 297 304 311
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Melalui data diatas, diketahui bahwa meskipun memiliki luas wilayah administratif yang cukup
sempit bila dibandingkan dengan wilayah lainnya (Kota Jambi = 0.4% Provinsi Jambi dan Kota Sungai Penuh
= 0.8% Provinsi Jambi), Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh merupakan dua wilayah yang memiliki
kepadatan tertinggi dengan rentang kepadatan diatas 100 jiwa/km
2
.
Kondisi kepadatan kedua kota tersebut sangat tinggi sehingga menimbulkan ketimpangan
kepadatan pada wilayah-wilayah lainnya yang rata-rata memiliki rentang dibawah 50 jiwa/km
2
.
Sedangkan apabila dilihat pada data perkembangan Kabupaten Kerinci, perkembangan kepadatan
yang terjadi bersifat stagnan dan tidak menunjukkan perkembangan.Kecenderungan ini merupakan salah
satu indikasi dari lemahnya pertumbuhan suatu wilayah. Oleh karena itu, selain ketimpangan yang dialami
oleh Kota Sungai Penuh dengan kabupaten lain, lambatnya pertumbuhan kepadatan penduduk Kabupaten
Kerinci juga merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengembangan wilayah dalam
lingkup KSP ini.
64


Gambar 6.4.1.2 Ketimpangan Kepadatan Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-
Sengeti
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah


















20
520
1020
1520
2020
2520
3020
2009 2010 2011 2012
K
e
p
a
d
a
t
a
n

P
e
n
d
u
d
u
k

Perkembangan Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi
dirinci per Kabupaten/kota Tahun 2009-2012
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
65

Gambar 6.4.1.3
(Peta Perkembangan Jumlah Penduduk)



































66

Gambar 6.4.1.4
Peta Sebaran Kepadatan Penduduk)



































67

B. Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk merupakan cepatnya pertumbuhan penduduk yang dinilai melalui
pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Data laju pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan wilayah di masa depan dalam berbagai lingkup, seperti misalnya sarana dan
prasarana sosial.
Berikut adalah tabel laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 dirinci per
kabupaten/kota:
Tabel 6.4.1.3
Laju Pertumbuhan Penduduk Dirinci Per Kabupaten/Kota dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-
Sengeti Tahun 1990-2010
No Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laju Pertumbuhan
Penduduk (%)
1990 2000 2010 1990-2000 2000-2010
1. Kerinci 280.017 295.040 229.495 0,11 0,08
2. Merangin 209.895 254.203 333.206 012 0,13
3. Sarolangun 140.937 178.097 246.245 0,13 0,14
4. Batang Hari 155.252 190.636 241.334 0,12 0,13
5. Muaro Jambi 170.889 233.993 342.952 0,14 0,15
6.
Tanjung Jabung
Timur 210.975 191.556 205.272 0,09 0,11
7.
Tanjung Jabung
Barat 151.417 206.730 278.741 0,14 0,13
8. Tebo 173.368 222.232 297.735 0,13 0,13
9. Bungo 187.874 217.172 303.135 0,12 0,14
10. Kota Jambi 339.944 417.507 531.857 0,12 0,13
11. Kota Sungai Penuh 82.293
Jumlah 2.020.568 2.407.166 3.092.265 0,12 0,13
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata laju pertumbuhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi
Jambi cukup rendah, yaitu hanya berkisar antara 0,1 hingga 0,15%. Namun, angka ini cukup stabil dan tidak
mengidentifikasikan adanya kemungkinan ledakan penduduk yang besar di masa mendatang.
Kabupaten/kota yang memiliki angka laju pertumbuhan paling tinggi adalah Kabupaten Muaro
Jambi, yaitu 0,15%. Namun meskipun menjadi kabupaten dengan angkata pertumbuhan tertinggi tetap saja
hal ini tidak begitu berpengaruh karena kisaran peresentase masih tergolong rendah dan tidak berpotensi
menyebabkan ledakan penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk yang perlu diperhatikan lebih cermat dari 11 wilayah diatas adalah
Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh.Sesuai dengan hasil analisis jumlah dan kepadatan penduduk, diketahui
bahwa dua wilayah tersebut merupakan daerah yang rentan menampung penduduk yang berlebih. Melalui
analisis laju pertumbuhan yang menunjukkan bahwa Kota Jambi memiliki laju positif dengan kisaran 0,12-
0,13% per tahun. Sedangkan Kota Sungai Penuh belum memiliki angka petumbuhan karena baru berdiri
secara mandiri pada tahun 2008 sehingga belum ada data pembanding untuk menentukan tingkat
68

pertumbuhannya. Namun tetap saja hal ini perlu diwaspadai mengingat kedua kota tersebut memiliki luasan
administratif yang terbatas dan apabila terus dibiarkan maka pertumbuhan penduduk ini akan melampaui
daya dukung wilayah yang ada.

6.4.1.5 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Kabupaten/Kota
Provinsi Jambi
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

6.4.2 Potensi Penduduk Produktif
Potensi penduduk produktif diidentifikasi dari data piramida penduduk serta analisis rasio
ketergantungan Provinsi Jambi dengan rentang tahun 2009 hingga 2013. Analisis potensi penduduk produktif
ini dibutuhkan untuk menilai potensi pengembangan wilayah melalui sumberdaya manusia yang dimiliki,
khususnya usia produktif yaitu 15-64 tahun.
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi 1990-2010
1990-2000
2000-2010
69

A. Piramida Penduduk
Diagram disamping menunjukkan struktur penduduk Provinsi Jambi yang digambarkan melalui piramida penduduk
dengan rentang tahun 2009 hingga 2013.Dari piramida-piramida ini diketahui bahwa terjadi perubahan struktur penduduk
pada rentang waktu tersebut. Pada tahun 2009, struktur tampak seimbang dimana usia produktif memiliki persentase yang
seimbang. Namun, struktur ini mulai bergeser dan menjadikan dominasi usia produktif bergeser pada usia 24-44 tahun
sedangkan usia produktif fase akhir (50-64) berkurang cukup besar).
Terdapat 3 tipe struktur piramida berdasarkan komposisi penduduk menurut dan jenis kelamin yang masing-
masing mewakili sebuah tren tertentu, yaitu:
a. Tipe Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok usia muda. Tipe ini umumnya mengindikasikan
wilayah yang memiliki tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi,
b. Tipe Konstruktif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok usia dewasa. Tipe ini mengindikasikan adanya
penurunan yang cepat terhadap angka kelahiran dan trendahnya tingkat kematian,
c. Tipe Stasioner adalah jika penduduk pada tiap kelompok umur relatif seimbang dimana artinya wilayah tersebut
mempunyai tingkat kelahiran dan kematian yang rendah.
Melalui penjelasan di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan stuktur penduduk Provinsi Jambi masih
menunjukkan struktur piramida yang konstruktif. Pola Konstruktif mengidentifikasikan bahwa usia produktif masih
mendominasi provinsi ini. Pola konstruktif merupakan jenis pola yang baik untuk perkembangan suatu wilayah karena itu
sama artinya wilayah tersebut memiliki asset sumberdaya manusia yang baik. Dominasi usia produktif dapat dimanfaatkan
untuk mengisi lapangan-lapangan usaha yang tersedia dan memang dibutuhkan untuk memajukan wilayah.
Selain menunjukkan dominasi usia produktif, piramida disamping juga menunjukkan komposisi usia tua (manula =
usia 65 tahun keatas) yang lumayan sedikit jika dibandingkan dengan komposisi penduduk lainnya (anak-anak dan usia
produktif). Kecenderungan ini dapat disimpulkan sebagai ketahanan wilayah yang baik yang dapat diperkuat dengan data
kelahiran-kematian sert migrasi masuk dan keluar.
Gambar 6.4.2.1 Piramida Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

70

B. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk
tidak produktif dengan banyaknya penduduk produktif.Penduduk tidak produktif terdiri dari dua jenis, yaitu
penduduk berusia di bawah 15 tahun dan penduduk yang berusia di atas 65 tahun.
Berikut adalah hasil perhitungan rasio ketergantungan di provinsi Jambi tahun 2009 hingga 2013:

Tabel 6.4.2.1
Perkembangan Kepadatan Penduduk Dirinci Per Kabupaten/Kota dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-
Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
Tahun
Kelompok Umur Rasio Ketergantungan (%)
0-14 15-64 65+ RK Muda RK Tua RK Total
2009 837.246 1.799.540 97.378 46,5 5,4 51,9
2010 944.650 2.038.462 109.153 46,3 5,4 51,7
2011 952.784 2.104.064 112.966 45,3 5,4 50,7
2012 964.842 2.158.736 119.236 44,7 5,5 50,2
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Dari data diatas, diketahui bahwa rasio ketergantungan total di Provinsi Jambi berkisar pada angka
50%, artinya setiap 100 orang yang berusia produktif (bisa dianggap pula sebagai usia kerja) mempunyai
tanggungan sebanyak 50 orang yang belum produktif (usia di bawah 15 tahun) atau dianggap sudah tidak
produktif lagi (usia diatas 65 tahun). Rasio ketergantungan jauh lebih banyak disumbang oleh penduduk
muda ketimbang usia tua. Hal ini sejalan dengan informasi yang digambarkan oleh piramida penduduk
dimana usia muda jauh lebih banyak dibandingkan dengan usia tua.


Gambar 6.4.2.2 Perkembangan Persentase Rasio Ketergantungan dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara
Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2009 2010 2011 2012
Perkembangan Persentase Rasio Ketergantungan Provinsi Jambi
Tahun 2009-2012
Rasio Ketergantungan (RK)
71

Dari tahun ke tahun,meskipun tidak begitu signifikan, namun rasio ketergantungan Provinsi Jambi
mengalami penurunan yang cukup stabil. Hal ini merupakan suatu hal yang bagus dan menunjukkan bahwa
wilayah provinsi ini memiliki sumberdaya berupa penduduk yang produktif yang terus meningkat.

6.4.3 Kualitas Sumberdaya Manusia
Kualitas sumberdaya manusia dalam laporan ini ditinjau melalui tingkat pendidikan yang
ditamatkan oleh penduduk di Provinsi jambi.Data yang dipergunakan mengacu pada Jambi dalam angka
tahun 2009 hingga tahun 2012.
Berikut adalah data penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Jambi
selama 4 tahun terakhir:
Tabel 6.4.3.1
Penduduk Provinsi Jambi Berumur 10 Tahun Keatas menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Melalui data diatas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja secara stabil dari
tahun ke tahun.Peningkatan ini bukan hanya sekedar pada kuantitas tenaga kerja melainkan juga
kualitas.Peningkatan kualitas dinilai dari persentase tingkat pendidikan lanjutan, yaitu SMA/SMK dan
perguruan tinggi yang selalu meningkat.
Berikut adalah diagram peningkatan kualitas tenaga kerja dilihat dari tingkat pendidikan yang
ditamatkan di Provinsi Jambi pada tahun 2009-2012:
Tahun
Tingkat Pendidikan
Total
Tidak/Belum
pernah
sekolah
SD SMP SMA/SMK
D1-
Universitas
Tidak
Bersekolah
lagi
2009 114.507 177.800 134.184 96.523 39.893 1.721.676 2.284.583
2010 126.228 189.439 134.663 102.704 53.916 1.875.048 2.481.998
2011 89.524 186.470 155.724 107.672 64.093 1.909.166 2.512.649
2012 92.806 202.871 154.699 107.300 65.430 1.950.819 2.573.925
72


Gambar 6.4.3.1 Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Ditinjau Melalui Tingkat Pendidikan
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

Dari diagram diatas, walaupun diketahui bahwa peningkatan yang terjadi tidak bisa dikatakan
sebagai perubahan yang signifikan, namun setidaknya pertubahan tersebut terjadi secara stabil. Peningkatan
yang stabil ini merupakan salah satu indikasi bahwa kualitas kehidupan (quality of life) penduduk Provinsi
Jambi mengalami kenaikan.Selain itu, Peningkatan ini dapat diterjemahkan sebagai potensi wilayah karena
menunjukkan bahwa penduduk wilayah tersebut memiliki kemampuan untuk mengisi lapangan-lapangan
usaha yang dibutuhkan di provinsi ini serta mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk memajukan
wilayah.

6.4.4 Tenaga Kerja
Sub bab tenaga kerja membahas mengenai tren ketenagakerjaan yang ditinjau dari perkembangan
tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran serta jenis-jenis lapangan usaha yang menjadi mata
pencaharian penduduk. Analisa didasarkan pada data statistikyang bersumber pada Jambi dalam angka
tahun 2009-2012.
A. Perkembangan Partisipasi Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran
Berikut adalah data perkembangan tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Jambi:



114507
177800
134184
96523
39893
126228
189439
134663
102704
53916
89524
186470
155724
107672
64093
92806
202871
154699
107300
65430
Tidak/Belum pernah
sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
D1-Universitas
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-
2012
2012 2011 2010 2009
73

Tabel 6.4.4.1
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Provinsi JambiTahun 2009-2012
Tahun 2009 2010 2011 2012
Angkatan Kerja
1.334.496 1.545.683 1.495.267 1.4700.920
Bukan Angkatan Kerja
667.861 804.059 714.336 789.768
Jumlah Total
2.002.357 2.349.742 2.209.503 2.260.688
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi berkisar pada angka1,3 hingga 1,5 Juta jiwa rata-rata per
tahun. Sedangkan penduduk yang tergolong ke dalam kelompok bukan angkatan kerja mencapai 700-
800ribu jiwa rata-rata per tahun. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk berusia muda yang
biasanya masih bersekolah maupun penduduk usia lanjut/manula yang sudah tidak lagi bekerja.

Gambar 6.4.4.1PerkembanganTingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Jambi Tahun 2009-2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

Dari grafik perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi perkembangan yang
tidak stabil.Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena kisaran angka jumlah angkatan kerja hanya
mengalami perubahan yang kecil, yaitu sekitar 5 digit angka tiap tahunnya.Untuk mengetahui tren nya secara
lebih mendetil sehingga didapatkan hasil analisa yang lebih baik, selanjutnya perlu dilakukan peninjauan
pada tingkat pengangguran yang ada.Angka Pengangguran digunakan sebagai pembanding fluktuasi
perkembangan partisipasi angkatan kerja yang ada apakah sebanding atau memang terjadi penurunan
tingkat partisipasi.
Berikut adalah data perkembangan tingkat pengangguran di Provinsi Jambi selama 4 tahun
terakhir:





66.6
65.8
67.7
65.1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2009 2010 2011 2012
T
o
t
a
l

A
n
g
k
a
t
a
n

K
e
r
j
a

(
%
)

Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Jambi 2009-2013
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
(%)
74

Tabel 6.4.4.2
Perkembangan Tingkat Pengangguran Provinsi Jambi
Tahun 2009-2012
Tahun 2009 2010 2011 2012
Angkatan Kerja (Jiwa)
1.334.496 1.545.683 1.495.267 1.4700.920
a. Bekerja
1.260.592 1.462.405 1.434.998 1.423.624
b. Pengangguran
73.904 83.278 60.169 47.296
Persentase Angka
Pengangguran (%)
5,5 5,4 4,0 3,2
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

Gambar 6.4.4.2 Perkembangan Tingkat Pengangguran dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-
Sengeti Tahun 2009-2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

Perkembangan tingkat pengangguran dapat digunakan sebagai referensi analisis tingkat partisipasi
angaktan kerja yang telah dibahas sebelumnya.Melalui tren tingkat pengangguran yang memiliki
kecenderungan untuk menurun setiap tahunnya namun tidak dengan tingkat partisipasi menunjukkan bahwa
turunnya tingkat partisipasi bukan disebabkan oleh kenaikan angka pengangguran.
Turunnya tingkat partisipasi pada tahun 2012 terjadi karena jumlah dari kelompok bukan angkatan
kerja memang mengalami kenaikan.Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk berusia di atas 15
tahun yang belum bekerja seperti misalnya pelajar dan manula yang sudah pension.Dengan kata lain, tren ini
tidak mengidikasikan adanya masalah yang cukup serius dan mengancam perkembangan ketenaga-kerjaan
di Provinsi Jambi.

5.5
5.4
4.0
3.2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2009 2010 2011 2012
T
o
t
a
l

A
n
g
k
a
t
a
n

K
e
r
j
a

(
%
)

Perkembangan Tingkat Pengangguran Provinsi Jambi 2009-2013
Tingkat
Pengangguran
(%)
75

B. Tenaga Kerja dan Jenis Lapangan Usaha
Analisis tenaga kerja menurut lapangan usaha dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sektor-sektor yang mendominasi penyerapan tenaga kerja paling besarpada kawasanhinterland KSP
ini sehingga dapat pula digunakan sebagai dasar analisis perekonomian. Melalui hasil analisis ini,
pembuatan rencana pengembangan akan lebih mendasar dan tepat sasaran karena mengacu pada
potensi yang telah dimiliki oleh wilayah tersebut.
Melalui grafik dan diagram disamping, diketahui bahwa sector pertanian merupakan sektor
utama yang menyerap tenaga kerja di Provinsi Jambi.Sektor pertanian mencakup lebih dari separuh
(50%) penyerapan tenaga kerja yanga da di Provinsi Jambi.Sedangkan sektor lainnya yang juga
cukup terlihat adalah sektor perdagangan (16%) dan jasa (14%).
Penyerapan tenaga kerja melalui sector pertanian secara umum mengalami fluktuasi yang
tidak stabil. Hal ini bisa dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah berkurangnya lahan
karena perkembangan kota (mengingat sektor pertanian sangat bergantung pada ketersediaan
lahan). Sedangkan untuk sector perdagangan dan jasa, kedua juga mengalami fluktuasi
perkembangan dan berkisar pada persentase 13 hingga 18% per tahun.
Gambar 6.4.4.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan
Usaha
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

Gambar 6.4.4.4. Pekembangan Persentase Dominasi Lapangan Usaha yang menyerap Tenaga Kerja dalam
Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah

76

6.5 Infrastruktur
Dalam sub bab ini, akan dibahas mengenai infrastruktur yang menjadi hinterland KSP
Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti. Dalam lingkup batasan area, kawasan hinterland ini meliputi
semua kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Sub bab ini berisi berbagai analisis terkait
dengan infrastruktur fisik yang ada di setiap kabupaten/kota baik ditinjau dari kuantitas maupun
kualitasnya. Infrastruktur yang dibahas meliputi sarana-prasarana transportasi (darat, air dan udara),
ekonomi, pendidikan dan kesehatan.Analisis infrastruktur didasarkan pada data yang diperoleh
melalui Jambi dalam angka 2013, statistik perhubungan tahun 2012, dan perhubungan darat dalam
angka 2012.

6.5.1 Transportasi
Analisis infrastuktur untuk tema transportasi dikelompokkan kedalam 3 klasifikasi, yaitu
transportasi darat, air dan udara. Berikut adalah hasil dari analisis dari 3 sumber data tersebut:

A. Transportasi Darat
Prasarana transportasi darat yang dimaksud dalam laporan ini adalah segala informasi
terkait dengan jalan termasuk dengan jaringannya. Berikut adalah data mengenai panjang jalan tiap
kabupaten/kota di Provinsi Jambi sesuai dengan hierarkhinya:
Tabel 6.5.1.1
Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/kota Menurut FungsinyaTahun 2012
No Kabupaten
Panjang Jalan (Km)
Arteri Kolektor Jumlah
1. Kerinci dan Kota Sungai Penuh - 200,24 200,24
2. Merangin 79,57 216,21 295,78
3. Sarolangun 1267,26 192,78 319,51
4. Batang Hari 144,306 210,76 355,07
5. Muaro Jambi 141,191 138,28 279,47
6. Tanjung Jabung Timur - 138,37 138,37
7. Tanjung Jabung Barat 174,375 111,37 285,75
8. Tebo 84,80 139,16 223,97
9. Bungo 119,214 102,88 222,10
10. Kota Jambi 66,30 54,86 121,16
Total Panjang Jalan 936,48 1.504,93 2.441,41
Sumber: Jambi dalam Angka 2013


77


Gambar 6.5.1.1Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/kota Menurut FungsinyaTahun 2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
Jalan kolektor dalam laporan ini merupakan jalan yang hierarhinya setara dengan jalan
yang menghubungkan kecamatan-kecamatan dalam suatu kabupaten/kota.Sedangkan jalan arteri
setara dengan jalan yang menghubugkan kabupaten/kota dalam sebuah provinsi.
Melalui data panjang jalan meurut fungsinya di atas, dapat dilihat mana wilayah-wilayah
yang memiliki potensi karena memiliki arus transportasi dengan skala besar berdasarkan pada
panjang jalan arteri yang mereka miliki. Bagi Kabupaten/kota seperti Sungai Penuh, Kerinci,
Sarolangun dan kabupaten lain yang berada pada daerah perbatasan sangat penting untuk memiliki
prasarana jalan yang mewadahi karena merupakan penghubung langsung dengan wilayah-wilayah
lain di luar Provinsi Jambi.Hal ini semakin krusial bagi wilayah-wilayah yang memiliki pelabuhan atau
bandara karena mereka berperan sebagai gerbang masuk bagi berbagai kegiatan ekonomi dari luar
provinsi.
Untuk membantu analisis kondisi prasarana jalan di Provinsi Jambi, maka selain data
mengenai jenis jalan dilakukan juga peninjauan pada data panjang jalan menurut kondisi dan
material yang digunakan. Berikut adalah data tersebut:

Tabel 6.5.1.2
Panjang Jalan Menurut Jenis Material yang Digunakan Tahun 2012
No Kabupaten
Panjang Jalan (km)
Jumlah
(km)
Aspal Kerikil Tanah
1 Kerinci dan Kota Sungai Penuh 200,24 - - 200,24
2 Merangin 295,78 - - 295,78
3 Sarolangun 294,86 24,65 - 319,51
4 Batang Hari 355,07 - - 355,07
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kerinci dan
Kot Sungai
Penuh
Merangin SarolangunBatang Hari Muaro
Jambi
Tanjung
Jabung
Timur
Tanjung
Jabung
Barat
Tebo Bungo Kota Jambi
Panjang Jalan Nasional, Provinsi danKabupaten/kota Menurut Jenisnya Tahun
2012
Arteri Kolektor
78

5 Muaro Jambi 279,48 - - 279,47
6 Tanjung Jabung Timur 103,50 34,88 - 138,37
7 Tanjung Jabung Barat 268,05 17,70 - 285,75
8 Tebo 223,97 - - 223,97
9 Bungo 222,10 - - 222,10
10 Kota Jambi 121,16 - - 121,16
Total Panjang Jalan 2.364,20 77.225 - -
Sumber: Jambi dalam Angka 2013
Besarnya persentase penggunaan material aspal di Provinsi Jambi mengindikasikan
bahwa kondisi prasarana transportasi berupa jaringan jalan telah memiliki kualitas yang cukup
baik.Namun, peningkatan kualitas jalan masih perlu ditingkatkan khususnya di beberapa kabupaten
yang belum secara keseluruhan menggunakan material aspal, seperti Kabupaten Sarolangun,
Tanjeb Timur dan Tanjeb Barat.

Gambar6.5.1.2Persentase Jenis Material Jalan dalam HinterlandPerkotaan Jambi-Muara
Bulian-SengetiTahun 2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah

Tabel 6.5.1.3
Panjang Jalan Menurut Kondisinya Tahun 2012
No. Kabupaten
Panjang Jalan (Km)
Jumlah
(Km)
Baik Sedang Rusak
Rusak
Berat
1
Kerinci dan Kota Sungai
Penuh
78,75 75,39 32,83 13,27 200,24
2 Merangin 132,08 115,07 37,50 11,14 295,78
3 Sarolangun 99,46 148,32 46,67 25,06 319,51
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Perbandingan Jenis Material Jalan di provinsi Jambi 2012
Kerikil
Aspal
79

4 Batang Hari 100,17 159,21 69,82 25,87 355,07
5 Muaro Jambi 150,66 82,79 36,13 9,89 279,47
6 Tanjung Jabung Timur 49,40 50,83 22,37 15,79 138,37
7 Tanjung Jabung Barat 107,76 120,66 41,37 15,96 285,75
8 Tebo 73,17 94,20 45,10 11,49 223,97
9 Bungo 77,31 94,28 37,05 13,45 222,10
10 Kota Jambi 96,51 21,25 3,40 - 121,16
Total Panjang Jalan 965,27 961,98 372,24 141,92 2.441,41
Sumber: Jambi dalam Angka 2013


Gambar6.5.1.3Persentase Kondisi Jalan Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti
Tahun 2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah

Kondisi jalan yang paling menonjol adalah Kota Jambi dimana tidak ada jalan yang masuk
ke dalam kategori rusak parah.Hal ini wajar karena Kota Jambi merupakan ibukota dari Provinsi
Jambi sehingga menjadi pusat pelayanan bagi wilayah lainnya. Kota/kabupaten yang kondisinya
cukup kontras dari Kota Jambi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, padahal kabupaten ini
dalam RTRWP Jambi 2012 masuk kedalam kawasan yang digolongkan sebagai kawasan strategis
nasional Dalam analisis jenis material, kabupaten ini masih banyak berupa kerikil (lebih dari 25%),
sedangkan untuk kondisi jalan yang tergolong kedalam kategori rusak dan rusak berat cukup besar
(+38km dari 138km).
Selain mencakup prasarana, tema transportasi darat juga membahas mengenai sarana
transportasi darat yaitu terminal penumpang.Terdapat berbagai jenis/kelas terminal di Provinsi Jambi
yang tersebar di beberaoa kabupaten. Berikut adalah daftar terminal tersebut:


0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Komposisi Jalan dilihat dari Kondisinya di provinsi Jambi 2012
Rusak Berat
Rusak
Sedang
Baik
80

Tabel 6.5.1.4
Tipe dan Lokasi Terminal Penumpang pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti
Tahun 2012
Sumber: Perhubungan darat dalam angka 2012
Dari data diatas diketahui bahwa terdapat 3 kabupaten/kota yang memiliki terminal kelas A.
Terminal kelas A berfungsi untuk melayani kendaraan umum angkutan antar kota antar provinsi
(AKAP), angkutan kota dalam provinsi (AKDP), angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan. Hal ini
menjadikan ketiga kabupaten/kota tersebut sebagai tempat tujuan bagi para penduduk Provinsi
Jambi yang akan pergi keluar provinsi Jambi, sehingga simpul yang terbentuk akan bermuara pada
ketiga kabupaten/kota ini.















No Kabupaten/kota Lokasi Terminal Nama Terminal Tipe
1.
Kota Sungai Penuh Sungai Penuh Sungai Penuh A
2.
Kab. Bungo Bungo Biru Bungo Baru A
3.
Kota.Jambi Simpang Rimbo Simpang Rimbo A
4.
Kab.Bungo Tebo Muara Bungo Muara Bungo B
5.
Kab.Bungo Tebo Muara Bungo Muara Bungo B
6.
Kab. Sarolangun Bangko Bangko B
7.
Kab. Sarolangun Sarolangun Sarolangun B
8.
Kota Jambi Bawasari Bawasari B
9. Kota Jambi
Kenall simpang kawat Kenali Simpang Kawat B
10. Kab. Batanghari
Km 5 Muara Tembesi Batu Aji C
11. Kota Jambi
Kebun jahe Kebun jahe C
81

(Peta Sebaran Titik Terminal)


































82

Apabila dilihat lebih seksama, beberapa kabupaten/kota tidak memiliki terminal sama
sekali. Kabupaten/kota ini yaitu Kabupaten Kerinci, Merangin, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur
dan Tanjung Jabung Barat.Kelima wilayah ini tidak memiliki terminal, namun memiliki substitusi
berupa pelabuhan maupun bandara. Namun tetap saja apabila penduduk dari kabupaten/kota ini
perlu melakukan perjalanan darat, maka akan terdapat kecenderungan untuk mendatangi terminal
terdekat. Misalnya saja Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi
akan punya kecenderungan untuk bergerak ke Kota Jambi.
B. Transportasi Air
Dalam analisis prasarana transportasi air, data utama yang menjadi bahan analisa adalah
jumlah dan sebaran pelabuhan yang ada di Provinsi Jambi.Dilihat dari kondisi geografis Provinsi
Jambi yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, maka infrastruktur yang menunjang
transportasi air sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah tersebut.

Tabel 6.5.1.5
Banyaknya Pelabuhan Pengumpul dan Pengumpan di Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara
Bulian-Sengeti Tahun 2012
No Nama Pelabuhan Lokasi Hierarkhi
1. Talang Duku Muaro Jambi Pengumpul
2. Kuala Tungkal Tg. Jabung Barat Pengumpul
3. Muaro Sabak Tg. Jabung Timur Pengumpul
4. Jambi Jambi Pengumpul
5. Pangkal Duri Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional
6. Sungai Jembat Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal
7. Air Hitam Laut Tg. Jabung Timur Pengumoan Lokal
8. Kuala Mandahara Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional
9. Lambur Luar Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal
10. Muara Delli Tg. Jabung Barat Pengumpan Regional
11. Nipah Panjang Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal
12. Pamusiran Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional
13. Simbur air Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal
14. Sungai Lokan Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional
Sumber: jambiprov.go.id diakses pada Oktober 2013





83

(Peta Sebaran Titik Pelabuhan Provinsi Jambi)



































84

Sebagian besar pelabuhan yang ada di provinsi ini terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.Oleh karena itu jelas sekali bahwa diperlukan perbaikan dan peningkatan kualitas infrastruktur
transportasi khususnya jaringan jalan dan pelabuhan. Seperti yang telah dibahas pada sub bab
sebelumnya, diketahui bahwa kualitas jalan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur lebih
rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya.
Selain peningkatan jaringan jalan dan pelabuhan Kabupaten Tanjung Jabung, yang perlu
diperhatikan adalah Pelabuhan yang terdapat di Kota Jambi.Pelabuhan ini merupakan pelabuhan
pengumpul yang terletak di tengah ibukota provinsi, oleh karena itu rekayasa agar keberadaan
pelabuhan di tengah pusat ibukota dapat memberikan kesempatan ekonomi dengan akses yang
lebih mudah namun tanpa mengganggu fungsi Kota Jambi sebagai ibukota provinsi bagi wilayah-
wilayah lainnya.
Selain itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya rencana pembangunan
pelabuhan utama di Tanjung Jabung Timur yaitu Pelabuhan Ujung Jabung akan mempengaruhi
wilayah-wilayah di sekitarnya, bahkan wilayah di seluruh Provinsi Jambi. Oleh karena itu, diperlukan
peningkatan khususnya pada infrastruktur distribusi antar pelabuhan serta peningkatan hierarkhi
pelabuhan pada kabupaten lain di sekitar lokasi pelabuhan utama yang baru.

C. Transportasi Udara

Tabel 6.5.1.6
Sebaran Bandar Udara pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012
No Nama Bandar Udara Lokasi Kelas
1. Sultan Thaha Syaiffudin Kota Jambi II
2. Bungo Kabupaten Bungo IV
3. Depati Parbo Kota Sungai Penuh IV
Sumber: jambiprov.go.id diakses pada Oktober 2013












85

(Peta Sebaran Titik Bandara Provinsi Jambi)



































86

Terdapat 3 bandara di Provinsi Jambi yang berada di Kota Jambi, Kota Sungai Penuh dan
Kabupaten Bungo.Masing-masing merupakan kelas II dan IV.Cakupan layanan Bandara kelas II
meliputi seluruh wilayah di Provinsi Jambi.Bandara ini bertindak sebagai bandara pengumpul dari
bandara-bandara pengumpan yang ada di Kabupaten Bungo dan Kota Sungai Penuh. Oleh karena
itu, maka jelas simpul pergerakan bagi penduduk yang akan keluar provinsi atau pulau akan
mengarah ke Kota Jambi.
Dilihat dari pertimbangan jarak, kabupaten atau kota yang memiliki kecenderungan untuk
menggunakan Bandar udara pengumpul/kelas IV yang ada di Kota Sungai Penuh adalah Kabupaten
Kerinci, sebagian dari Kabupaten Merangin dan Sebagian dari Kabupaten Sarolangun. Sedangkan
untuk pengguna Bandar udara di Kabupaten Bungoadalah sebagian dari Kabupaten Merangin dan
Kabupaten Tebo.

6.5.2 Pendidikan
Tabel 6.5.2.1
Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-
Sengeti Tahun 2012
No
Kabupaten/
Kota
Jumlah Sekolah
Jumlah
total
SMA SMK MA
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Kerinci 13 2 3 2 5 8 33
2. Merangin 22 5 6 7 3 18 61
3. Sarolangun 11 11 8 2 2 16 50
4. Batang Hari 11 1 2 3 5 13 35
5. Muaro Jambi 15 8 7 4 4 15 53
6. Tanjung Jabung Timur 9 4 3 3 2 19 40
7. Tanjung Jabung Barat 21 12 5 0 2 19 59
8. Tebo 17 2 4 4 2 18 47
9. Bungo 17 2 7 5 3 16 50
10. Kota Jambi 11 29 4 26 3 15 88
11. Kota Muara Penuh 4 4 5 0 - - 13
Jumlah Sekolah 151 80 54 56 31 157 529
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
Dilihat dari data di atas, diketahui bahwa setiap kabupaten/kota memiliki sekolah
menengah atas baik yang berstatus swasta maupun negeri. Hal ini bagus karena dapat memperkecil
kemungkinan perjalanan yang harus dilakukan oleh penduduk di satu kabupaten/kota menuju
kabupaten/kota lainnya untuk menerima pendidikan. Dengan kata lain, tiap kabupaten/kota memiliki
kemandiriannya sendiri dan tidak tergantung pada kabupaten/kota lainnya dalam pemenuhan
kebutuhan pendidikan tingkat atas.
87

Namun, kecenderungan pemilihan sekolah di kabupaten/kota lain masih sangat mungkin
terjadi apabila menggunakan bahan pertimbangan yang khusus, misalnya saja kualitas sekolah.
Kecenderungan yang umum terjadi adalah penduduk kebanyakan tertarik untuk memilih sekolah
yang terdapat di pusat kabupaten/kota maupun ibukota provinsi untuk mendapatkan pendidikan yang
dianggap lebih berkualitas. Oleh karena itu, untuk menghindari tren semacam ini, diperlukan
pemerataan kualitas untuk sekolah-sekolah yang ada di daerah dan di pusat kota.

Tabel 6.5.2.2
Sebaran Perguruan Tinggipada HinterlandPerkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012
No Kabupaten/Kota
Perguruan Tinggi
Jumlah
Negeri Swasta
1. Kerinci - - 0
2. Merangin - 3 3
3. Sarolangun - - 0
4. Batang Hari - 3 3
5. Muaro Jambi - - 0
6. Tanjung Jabung Timur - - 0
7. Tanjung Jabung Barat - - 0
8. Tebo - 1 1
9. Bungo - 2 2
10. Kota Jambi 1 19 20
11. Kota sungai Penuh - 5 5
Jumlah 1 33 34
Sumber: pts.co.id diakses pada 27 Oktober 2013

(Peta Sebaran SMA dan PT Provinsi Jambi)












88




































89

Di Kota Jambi terdapat 1 universitas negeri dan 19 perguruan tinggi swasta.Keberadaan
perguruan-perguruan tinggi ini di Kota Jambi memiliki lingkup pelayanan yang luas, bahkan bukan
hanya melayani seluruh wilayah di Provinsi Jambi, namun juga dari luar daerah mengingat adanya
perguruan tinggi negeri yang memiliki daya tarik lebih kuat dibandingkan dengan perguruan tinggi
swasta. Selain itu, daya tarik pendidikan di Kota Jambi semakin besar karena terdapat banyak
perguruan tinggi swasta yang berada pada kota ini.
Dari data ini, maka dapat diketahui bahwa kecenderungan pergerakan penduduk untuk
memperoleh pendidikan masih terpusat di Kota Jambi. Sedangkan untuk beberapa kabupaten/kota
yang memiliki perguruan tinggi swasta seperti Kota Sungai Penuh, Kabupaten Bungo, Tebo, Batang
Hari dan Merangin memang memiliki daya tarik namun dengan lingkup pelayanan yang kecil dan
pelayanan hanya untuk wilayah itu sendiri dan wilayah-wilayah lain yang berdekatan.

6.5.3 Kesehatan
Tabel 6.5.3.1
Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-
Sengeti Tahun 2012
No Kabupaten/Kota
Jumlah Fasilitas Kesehatan
Jumlah
Total
Rumah
Sakit Puskesmas
Puskesmas
Pembantu Apotik
1 Kerinci 1 18 41 1 61
2 Merangin 1 20 86 11 118
3 Sarolangun 1 13 51 13 78
4 Batang Hari 1 17 60 9 87
5 Muaro Jambi 3 18 83 8 112
6 Tanjung Jabung Timur 1 17 57 0 75
7 Tanjung Jabung Barat 1 16 67 11 95
8 Tebo 1 15 40 6 62
9 Bungo 1 18 61 24 104
10 Kota Jambi 19 20 38 117 194
11 Kota sungai Penuh 1 6 6 18 31
Jumlah Sekolah 31 178 590 218 1017
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah

90


Gambar6.5.3.1Persentase Kondisi Jalan pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-
Sengeti Tahun 2012
Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah

Kota Jambi merupakan kota dengan fasilitas kesehatan paling banyak dan paling
lengkap (dilihat dari kuantitas rumah sakit) sehingga menjadikan lingkup pelayanan kesehatan
Kota Jambi adalah seluruh wilayah provinsi dan bahkan sampai keluar Provinsi Jambi. Namun,
dengan keberadaan rumah sakit yang sudah ada di setiap kabupaten/kota cukup meringankan
beban layanan bagi Kota Jambi dan semua kabupaten/kota ini tidak tergantung secara penuh
pada Kota Jambi.
Untuk meningkatkan kemandirian kabupaten/kota, dapat dilakukan dengan
menambahkan sarana kesehatan seperti puskesmas dan apotik misalnya di Kabupaten Kerinci
yang hanya memiiki satu apotik, atau Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang bahkan tidak
memiliki apotik sama sekali. Hal ini diperlukan karena meskipun lingkup pelayanannya kecil,
namun sarana kesehatan seperti puskesmas dan apotk tetap dapat menambah kemandirian
dari kabupaten/kota sehingga akses menuju rumah fasilitas kesehatan yang lebih besar bisa
ditekan dan hanya diperlukan saat kondisi darurat.


(Peta Sebaran Sarana Pendidikan Provinsi Jambi)


0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Komposisi Jumlah Fasilitas Kesehatan di Provinsi Jambi
Tahun 2012
Apotik
Puskesmas
Pembantu
Puskesmas
Rumah Sakit

Você também pode gostar