6.1.1 Kawasan Perkebunan Salah satu potensi sumber daya alam yang memiliki peran dalam perekonomian di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi adalah sector perkebunan. Masing- masing kabupaten di Provinsi Jambi memiliki kawasan perkebunan dengan luas perkebunan beragam. Berikut adalah data ijin lokasi perkebunan yang tercatat dalam RTRW Provinsi Jambi tahun 2011-2031:
Tabel 6.1.1.1. Luas Ijin Lokasi Perkebunan per Kabupaten dalam Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti No. Kabupaten/Kota Luas Perkebunan (ha) 1 Kerinci - 2 Merangin 204.365,01 3 Sarolangun 119.001,42 4 Batanghari 183.776,03 5 Muaro Jambi 207.741,45 6 Tanjab Timur 32.661,97 7 Tanjab Barat 33.404,67 8 Tebo 122.401,37 9 Bungo 147.469,91 10 Kota Jambi - 11 Kota Sungai Penuh - Jumlah 1.050.821,81 Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031
Melalui data diatas, diketahui bahwa terdapat beberapa kabupaten/kota yang tidak memiliki kawasan perkebunan, yaitu Kabupaten Kerinci, Kota Jambi dan juga Kota Sungai Penuh. Hal ini merupakan sebuah kecenderungan yang wajar disebabkan karena ketiga wilayah tersebut tergolong ke dalam wilayah perkotaan sehingga penggunaan lahan lebih didominasi oleh kawasan terbangun. Untuk kabupaten/kota yang memiliki ijin luas perkebunan yang paling luas adalah Kabupaten Muaro Jambi dengan persentase luas perkebunan sebesar 39% dari total luas wilayah. Selain kabupaten ini, kabupaten lain yang memiliki luas perkebunan cukup besar adalah Kabupaten Merangin dengan persentase luas kawasan sebesar 26,6% dari luas total wilayah. Untuk memperjelas besarnya peranan lahan perkebunan pada tiap kota/kabupaten yang ada di provinsi ini, berikut adalah grafik komposisi penggunaan lahan yang ada:
Gambar 6.1.1.1 Distribusi Penggunaan Lahan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031
Melalui diagram diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat merupakan dua kabupaten dengan persentase luas lahan perkebunan yang paling rendah. Hal ini bisa disebabkan karena letak geografis kedua kabupaten ini yang dekat dengan perairan sehingga penggunaan lahan yang lain lebih dominan.
6.1.2 Kawasan Pertambangan Tabel 6.1.2.1 Luas Daerah Tambang Menurut Jenisnya Per Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2011 No. Kabupaten Luas Tambang (ha) Minyak Bumi Migas Batubara dan Mineral 1 Kerinci - - 4.986,40 2 Merangin 12.739,70 - 63.011,23 3 Sarolangun 80.551,72 - 241.087,99 4 Batanghari 36.670,07 - 213.447,43 5 Muaro Jambi - 14.633,97 71.634,86 6 Tanjab Timur - 81.528,77 - 7 Tanjab Barat 36.502,93 69.612,05 70.393,43 8 Tebo 142.249,62 - 123.438,51 9 Bungo 360,79 - 50.778,00 10 Kota Jambi - - - 11 Kota Sungai Penuh - - - Total 309.074,83 165.774,79 838.777,87 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Persentase Luas Lahan Perkebunan Per Kabupaten/Kota Luas Lahan Total Luas Perkebunan Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031
Melalui data diatas, diketahui bahwa terdapat 3 jenis lahan tambang di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti, yaitu lahan tambang minyak bumi, migas serta batubara dan mineral. Hampir semua kabupaten/kota memiliki lahan tambang ini kecuali Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh. Sedangkan kabupaten dengan luasan lahan tambang terbesar adalah kabupaten Merangin yaitu seluas 321.640 Hektar berupa tambang minyak bumi, batubara dan mineral.
Gambar 6.1.2.1 Distribusi Penggunaan Lahan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Sumber: RTRW Provinsi Jambi th. 2011-2031
Untuk Kota Sungai Penuh dan Kota Jambi, kedua kabupaten ini sama sekali tidak memiliki kawasan tambang, begitu pula dengan Kabupaten Tanjab Timur. Sedangkan untuk kabupaten yang memiliki tambang minyak bumi paling besar adalah kabupaten Tebo, migas adalah kabupaten Tanjab Timur serta Batubara dan mineral terbesar di Kabupaten Sarolangun.
6.2 Ekonomi 6.2.1 Skala Ekonomi-PDRB Pembangunan ekonomi di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi dapat diketahui dengan melihat indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang mencerminkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan.Kota Jambi sebagai ibu kota wilayah Provinsi Jambi memiliki jumlah total PDRB tertinggi dari kesepuluh wilayah kabupaten lain pada tahun 2011. Disusul kemudian oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat. Kota Jambi selain menjadi pusat pemerintahan, juga merupakan pusat kegiatan perdagangan, jasa, industri, serta transportasi dan komunikasi. Sedangkan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat memiliki sektor 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Komposisi Lahan Pertambangan per Kabupaten/ Kota Luas Lahan Luas Tambang (ha) pertambangan dan penggalian yang unggul. Grafik total PDRB Kawasan hinterland KSP Perkotaan Jambi Muara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi menurut kabupaten dapat diamati secara lebih jelas dapat diamati pada grafik berikut.Berikut adalah tabel beserta grafik jumlah total 9 sektor PDRB yang dirinci per kabupaten pada tahun 2011. Tabel 6.2.1.1 Total PDRB per Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 No. Kabupaten Total PDRB (rupiah) 1 Kerinci 1.181.908,53 2 Merangin 1.168.422,09 3 Sarolangun 1.339.989,00 4 Batanghari 1.286.562,18 5 Muaro Jambi 1.244.992,48 6 Tanjab Timur 2.450.202,24 7 Tanjab Barat 2.450.202,24 8 Tebo 972.420,69 9 Bungo 1.388.265,58 10 Kota Jambi 3.668.601,58 11 Kota Sungai Penuh 586.115,54 Provinsi Jambi 17.737.682,15 Sumber: BPS Jambi, 2011
Gambar 6.2.1.1 Total PDRB Menurut Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
Indikasi perkembangan ekonomi dapat dilihat pula melalui laju pertumbuhan PDRB. Selama tahun 2007 sampai 2011, Seluruh kabupaten di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi tampak mengalami peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Kabupaten Sarolangun dan Bungo pada tahun 2007-2008 tampak mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa 0.00 500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 3,000,000.00 3,500,000.00 4,000,000.00 Total PDRB Provinsi Jambi Tahun 2011 Total PDRB dengan persentase 67,63% untuk Sarolangun, dan 11,13% untuk Bungo. Laju pertumbuhan rata-rata diambil tahun 2009-2011 karena Kota Sungai Penuh merupakan wilayah administratif baru yang baru resmi terbentuk pada tahun 2008. Selama tahun 2009-2011, Sarolangun menjadi kabupaten dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi. Berikut secara lebih jelas dapat diamati pada tabel laju pertumbuhan ekonomi dan grafik jumlah total PDRB tahun 2007-2011.
Grafik 6.2.1.2 Perkembangan Jumlah Total PDRB Per Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2007-2011 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 2007 2008 2009 2010 2011 P D R B
Perkembangan Jumlah PDRB Per Kabupaten/Kota Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Tanjab Timur Tanjab Barat Tebo Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Sumber: data BPS Jambi, diolah.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing kabupaten di Kawasan hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi:
a. Kabupaten Kerinci Perekonomian di Kabupaten Kerinci menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2007 hingga 2011, ditandai dengan meningkat pesatnya nilai pertumbuhan pada tahun 2008-2009. Rata-rata seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang cenderung stabil setelah tahun 2007-2008.
Tabel 6.2.1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN -3,75 6,04 5,87 5,52
a. Tanaman Bahan Makanan/ -6,04 6,23 6,21 4,05
b. Tanaman Perkebunan 3,13 5,94 5,48 7,28
c. Peternakan -21,34 5,61 5,94 6,49
d. Kehutanan -3,78 0,14 0,12 0,14
e. Perikanan -3,87 4,74 4,85 3,42 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -11,48 4,61 6,63 5,66
a. Minyak dan Gas Bumi - - - -
b. Pertambangan Tanpa Gas - - - -
c. Penggalian -11,48 4,61 6,63 5,66 3 INDUSTRI PENGOLAHAN -51,70 6,19 5,54 5,23
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas -51,70 6,19 5,54 5,23
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau -45,69 6,26 5,45 5,98
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki -77,84 4,73 3,28 5,64
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -32,05 7,72 6,22 4,68
4. Kertas dan Barang Cetakan -88,58 5,64 6,46 5,25
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -81,12 3,38 2,98 4,78
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam -64,55 4,65 5,72 4,80
7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya -57,62 3,45 1,62 4,37
9. Barang Lainnya -58,29 4,52 6,33 2,15 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH -35,45 3,49 5,38 3,93 5 BANGUNAN -35,20 6,96 6,38 4,79 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN -58,25 6,19 6,31 5,14
a. Perdagangan Besar dan Eceran -57,05 6,64 6,30 5,18
b. Hotel -92,36 2,27 3,11 7,96
c. Restoran -62,62 3,18 6,41 4,84 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI -69,87 5,59 5,83 5,89 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN -85,97 3,35 4,49 4,58 9 JASA-JASA -34,50 4,74 5,73 4,53
PDRB -28,89 5,88 5,89 5,34 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
b. Kabupaten Merangin Secara umum mulai dari tahun 2007 pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat sampai tahun 2011. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 2008- 2009.Sedangkan sektor-sektor lain cenderung stabil setelah mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2007-2008. Tabel 6.2.1.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin Tahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 5,18 2,82 2,80 4,27 a. Tanaman Bahan Makanan/ 1,96 2,48 2,99 3,09 b. Tanaman Perkebunan 8,94 3,74 3,05 5,22 c. Peternakan 9,31 2,49 3,47 4,24 d. Kehutanan -3,73 0,08 0,09 4,20 e. Perikanan 14,98 2,44 2,71 5,89 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 39,43 179,15 27,73 18,28 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - b. Pertambangan Tanpa Gas - - 44,68 23,24 c. Penggalian 39,43 7,86 0,82 6,97 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 20,85 3,42 5,57 5,45 a. Industri Migas - - - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 20,85 3,42 5,57 5,45 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 36,60 3,43 7,68 8,08 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 17,22 3,03 5,95 6,87 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 16,22 3,41 4,26 3,67 4. Kertas dan Barang Cetakan 19,58 3,46 4,41 8,29 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 13,31 3,36 5,86 5,56
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 12,55 3,39 6,20 5,13 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 14,30 3,49 6,40 6,06 9. Barang Lainnya 24,07 3,68 6,70 9,48 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 41,74 14,27 6,10 9,69 5 BANGUNAN 38,21 2,58 4,83 10,82 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 16,79 5,76 14,99 7,93 a. Perdagangan Besar dan Eceran 41,45 10,01 10,59 11,03 b. Hotel 38,21 2,58 4,83 10,82 c. Restoran 16,79 5,76 14,99 7,93 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 13,44 13,99 19,43 8,53 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 26,11 11,44 10,12 9,18 9 JASA-JASA 25,66 2,31 4,51 4,24 TOTAL 5,99 8,42 7,85 7,02 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
c. Sarolangun Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sarolangun secara garis besar dapat dikatakan stabil, setelah mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2007-2008. Sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta sector bangunan tampak mengalami pertumbuhan yang signifikan selama tahun 2007 sampai 2011.
Tabel 6.2.1.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun Tahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 15,48 11,29 3,96 4,86 a. Tanaman Bahan Makanan/ 21,64 18,30 4,00 2,50 b. Tanaman Perkebunan 31,79 3,76 3,82 4,29 c. Peternakan 6,15 12,94 7,00 13,75 d. Kehutanan -48,22 33,13 -20,05 4,89 e. Perikanan -16,23 6,13 40,24 2,88 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -21,66 -0,47 32,46 13,93 a. Minyak dan Gas Bumi -32,27 -8,89 36,12 9,87 b. Pertambangan Tanpa Gas 167,08 68,05 117,69 21,50 c. Penggalian 8,52 9,07 1,52 21,18 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3,07 4,73 34,67 14,31 a. Industri Migas - - - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 3,07 4,73 34,67 14,31 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 5,05 82,29 85,37 28,00 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki -3,92 -7,48 41,18 3,13 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -2,86 -8,86 2,18 11,39 4. Kertas dan Barang Cetakan 20,57 0,00 186,99 2,68 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 30,56 0,00 569,36 8,00
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 4,00 0,00 14,32 1,74 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8,02 0,00 0,99 5,39 9. Barang Lainnya 14,32 0,00 -95,55 0,35 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 15,53 18,41 14,06 17,49 5 BANGUNAN 12,97 7,97 0,72 16,27 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 5,52 7,61 7,37 14,60 a. Perdagangan Besar dan Eceran 2,38 8,12 8,42 13,17 b. Hotel 60,61 46,70 1,13 14,94 c. Restoran 20,36 4,92 2,99 21,12 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 1,66 4,51 0,60 7,67 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 21,94 2,05 11,39 11,25 9 JASA-JASA 19,78 2,38 6,47 3,58 PDRB 67,63 7,99 8,09 8,80 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
d. Batanghari Secara umum laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Batanghari cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hampir seluruh sektor tampak mengalami pertumbuhan yang cukup stabil. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan yang pesat pada tahun 2010-2011 dengan persentase 14,26%. Peningkatan pertumbuhan sub sektor Perdagangan besar dan eceran rupanya menjadi penyumbang terbesar nilai pertumbuhan tersebut.
Tabel 6.2.1.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batanghari Tahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi (%) 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 3,77 4,49 5,39 3,95 a. Tanaman Bahan Makanan/ 3,65 5,10 4,86 4,04 b. Tanaman Perkebunan 4,43 5,15 6,84 4,42 c. Peternakan 3,35 3,31 3,27 1,77 d. Kehutanan -1,58 -1,36 -1,03 3,75 e. Perikanan 7,64 6,89 7,12 3,23 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 23,55 0,59 1,79 8,89 a. Minyak dan Gas Bumi -0,05 -0,02 -0,03 3,19 b. Pertambangan Tanpa Gas 267,22 1,28 5,93 24,47 c. Penggalian 4,37 3,27 3,20 2,65 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 0,89 1,56 2,99 2,56 a. Industri Migas - - - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 0,89 1,56 2,99 2,56 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 4,91 5,69 6,21 4,37 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,05 4,45 0,51 1,46 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -1,00 -0,70 0,67 1,84 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,47 25,70 26,12 16,39 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 39,74 34,27 36,12 2,52
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 3,22 2,14 2,12 3,22 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1,07 4,45 5,08 3,90 9. Barang Lainnya -1,95 2,36 4,22 4,79 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 11,69 12,87 16,63 15,01 5 BANGUNAN 4,77 5,68 4,12 6,66 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 4,64 4,94 6,36 14,26 a. Perdagangan Besar dan Eceran 4,68 5,02 6,45 14,53 b. Hotel 13,56 -0,10 0,00 -1,25 c. Restoran 3,04 2,36 3,20 4,81 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 7,44 7,70 9,68 9,49 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 5,24 5,35 6,41 5,99 9 JASA-JASA 11,68 11,93 11,26 10,65 PDRB 0,26 5,14 6,05 7,90 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
e. Muaro Jambi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muaro Jambi tergolong tinggi pada tahun 2010-2011. Sektor ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat adalah pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan peningkatan sebesar hamper 4% selama tahun 2007 sampai 2011. Sektor jasa juga mengalami pertumbuhan yang tinggi. Sub sektor peternakan bahkan tumbuh pesat menjadi 11% pada tahun 2010-2011. Sub sektor perikanan juga tampak menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan.
Tabel 6.2.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 6,30 7,57 9,42 9,87 a. Tanaman Bahan Makanan/ 6,35 7,16 9,62 9,79 b. Tanaman Perkebunan 6,51 8,41 11,30 11,07 c. Peternakan 3,01 3,11 4,70 11,21 d. Kehutanan 9,04 8,33 5,31 4,84 e. Perikanan 3,13 6,42 7,30 8,15 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,57 -0,97 -14,23 0,46 a. Minyak dan Gas Bumi 0,50 -1,11 -14,84 0,07 b. Pertambangan Tanpa Gas - - - - c. Penggalian 2,52 3,26 3,70 9,91 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,77 4,91 5,33 5,24 a. Industri Migas - - - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 4,78 4,91 5,33 5,24 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 8,74 9,37 11,04 8,91 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 9,82 3,49 5,62 5,32 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4,11 4,15 4,26 4,51 4. Kertas dan Barang Cetakan 2,93 2,79 3,40 3,29 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 4,45 4,26 4,39 4,21
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 3,78 3,75 3,73 4,25 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - -
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3,00 2,74 2,83 2,75 9. Barang Lainnya 5,10 2,83 4,71 4,50 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 7,97 8,97 12,34 6,43 5 BANGUNAN 12,48 12,88 13,29 9,41 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 9,49 9,80 9,95 8,94 a. Perdagangan Besar dan Eceran 9,53 9,83 9,87 8,98 b. Hotel 5,62 5,02 5,07 4,82 c. Restoran 8,81 9,25 11,28 8,23 7 PENGANGKUTAN DAN 4,08 3,80 8,70 -71,27 TELEKOMUNIKASI 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 2,61 2,72 4,47 4,50 9 JASA-JASA 5,43 5,88 7,41 7,85 TOTAL 5,22 5,52 4,10 7,02 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
f. Tanjung Jabung Timur Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur cenderung tidak stabil. Meskipun demikian pada tahun 2010-2011 laju pertumbnggi yakni mencapai 10%. Sektor ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat adalah pertambangan dan penggalian, perdagangan., hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa bahkan mengalami peningkatan dari -58% menjadi 163% pada tahun 2009-2011. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang menjanjikan bagi perkembangan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Tabel 6.2.1.8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung TimurTahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 16,05 12,26 6,91 5,18 a. Tanaman Bahan Makanan/ 16,22 9,56 5,21 5,50 b. Tanaman Perkebunan 12,12 7,55 6,20 8,25 c. Peternakan 6,29 4,08 5,15 6,40 d. Kehutanan 9,73 9,61 1,23 -0,62 e. Perikanan 20,83 23,56 12,29 3,88 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -2,93 -2,09 4,53 8,60 a. Minyak dan Gas Bumi -2,94 -2,10 4,53 8,61 b. Pertambangan Tanpa Gas - - - - c. Penggalian 7,79 6,51 7,12 6,37 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,06 -2,58 4,20 3,66 a. Industri Migas 2,09 -11,99 4,68 3,27 1. Pengilangan Minyak Bumi 2,09 -11,99 4,68 3,27 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 7,66 5,28 3,87 3,94 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 10,08 5,24 4,98 5,74 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3,63 1,65 1,23 3,59 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,39 5,52 3,03 2,74 4. Kertas dan Barang Cetakan 5,79 2,65 1,00 0,48 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 6,83 5,05 4,99 3,04
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 3,95 3,65 6,28 5,90 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 4,98 5,54 2,16 4,44 9. Barang Lainnya 5,96 5,76 5,63 3,66 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 12,19 12,37 8,68 9,08 5 BANGUNAN 18,61 13,94 6,43 6,35 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 13,21 15,32 -0,06 17,84 a. Perdagangan Besar dan Eceran 13,31 15,45 8,27 8,88 b. Hotel 3,91 -12,58 -5,35 3,84 c. Restoran 10,08 11,57 6,68 6,64 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 12,31 11,38 4,26 5,01 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 8,91 9,12 11,93 4,17 9 JASA-JASA 7,79 5,86 -58,73 163,74 PDRB 5,71 5,00 2,35 10,41 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
g. Tanjung Jabung Barat Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergolong pertumbuhan sedang, yakni berkisar antara 6-7% per tahunnya, dan cenderung stabil mulai tahun 2007 hingga 2010 sampai akhirnya meningkat sebesar 1% pada tahun 2011. Sektor pertanian tampak mengalami pertumbuhan yang signifikan tiap tahunnya, begitu pula dengan pertambangan dan penggalian. Sektor listrik dan air bersih juga menunjukkan pertumbuhan yang semakin tahun semakin meningkat.
Tabel 6.2.1.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 6,89 10,11 13,08 11,30 a. Tanaman Bahan Makanan/ 9,69 9,88 9,41 16,94 b. Tanaman Perkebunan 4,64 10,68 18,11 11,96 c. Peternakan 9,17 6,14 5,97 8,24 d. Kehutanan 7,23 10,58 6,06 2,76 e. Perikanan 9,11 10,13 7,82 2,36 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 8,00 4,38 8,88 21,61 a. Minyak dan Gas Bumi 7,43 4,22 10,02 17,74 b. Pertambangan Tanpa Gas - 5,05 62,25 421,71 c. Penggalian 6,24 6,29 5,92 3,31 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3,31 3,49 2,67 2,17 a. Industri Migas 21,16 21,74 29,79 30,08 1. Pengilangan Minyak Bumi 21,16 21,74 29,79 30,08 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 2,96 3,07 1,93 1,20 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 9,57 9,79 6,04 5,41 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 6,02 6,35 8,66 4,98 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2,16 2,18 1,19 0,22 4. Kertas dan Barang Cetakan 1,92 1,99 1,79 1,82 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 0,35 0,39 0,26 0,28
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 0,90 0,99 0,76 0,81 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1,37 1,41 1,25 1,44 9. Barang Lainnya 1,13 2,15 0,27 1,76 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 8,76 8,58 6,21 10,87 5 BANGUNAN 13,83 13,88 10,68 9,22 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 8,42 8,28 6,54 5,91 a. Perdagangan Besar dan Eceran 8,34 8,43 6,79 5,93 b. Hotel 3,40 3,43 1,66 3,51 c. Restoran 11,86 7,00 3,03 6,23 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 9,24 9,17 3,57 3,19 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 6,39 6,66 4,08 5,64 9 JASA-JASA 3,70 3,97 2,36 4,41 PDRB 5,99 6,39 6,87 7,85 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
h. Tebo Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo secara umum pada tahun 2007-2008 tergolong sedang yakni6%. Sektor listrik dan air bersih tampak menjadi sector yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010-2011 yakni sebesar 59, 50%. Sub sector pertambangan dan gas juga mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun tersebut yakni 18.31%. Tabel 6.2.1.10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten TeboTahun 2007-2011 NO. SEKTOR Laju Pertumb. Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 2,46 5,92 6,24 6,43 a. Tanaman Bahan Makanan/ -8,30 4,41 5,01 3,47 b. Tanaman Perkebunan 5,50 7,58 9,03 8,65 c. Peternakan 11,30 5,37 5,19 4,69 d. Kehutanan -1,37 1,54 -3,20 1,63 e. Perikanan -4,13 4,22 3,32 2,87 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 38,21 -4,10 3,96 8,18 a. Minyak dan Gas Bumi -1,47 -2,06 3,23 4,11 b. Pertambangan Tanpa Gas 1.26 -13,39 4,67 18,31 c. Penggalian 4,53 6,84 5,21 5,23 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,29 1,52 2,99 3,44 a. Industri Migas - - - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas 4,29 1,52 2,99 3,44 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 7,20 4,55 8,17 8,75 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4,22 3,20 1,33 1,35 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3,61 0,18 0,84 1,02 4. Kertas dan Barang Cetakan 3,20 3,41 2,11 2,87 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 4,10 0,83 4,58 5,01
6. Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 3,58 2,97 4,58 5,41 7. Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 6,50 5,15 2,45 2,56 9. Barang Lainnya 6,52 6,16 4,42 4,50 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 4,66 7,17 6,46 59,50 5 BANGUNAN 7,10 7,13 0,00 8,17 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 6,48 5,40 8,27 8,06 a. Perdagangan Besar dan Eceran 6,50 5,22 8,40 8,05 b. Hotel 7,75 6,65 7,33 7,49 c. Restoran 6,33 6,82 7,55 7,82 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 7,36 4,43 6,23 6,44 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 8,88 6,55 7,41 7,41 9 JASA-JASA 4,98 6,02 5,08 5,58 PDRB 6,08 5,01 5,96 6,78 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
i. Bungo Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bungo menunjukkan tren penurunan mulai dari tahun 2007 sampai 2010. Namun setelah itu pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 %. Sektor pertanian cenderung stabil, sedangkan pertambangan menurun drastis pada tahun 2008-2009. Industri pengolahan meningkat secara signifikan sebesar 16% pada tahun 2010-2011. Sektor bangunan serta perdagangan, hotel, dan restoran cenderung stabil mulai tahun 2008 sampai 2011, begitu pula dengan sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta keuangan dan jasa.
Tabel 6.2.1.11. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo Tahun 2007-2011 NO, SEKTOR Laju Pertumb, Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 3,01 5,12 3,26 4,22 a, Tanaman Bahan Makanan/ 1,30 3,29 2,37 2,33 b, Tanaman Perkebunan 3,70 6,79 4,34 4,83 c, Peternakan 8,52 7,66 4,39 5,82 d, Kehutanan 0,14 2,13 1,60 5,27 e, Perikanan 6,74 5,05 4,38 4,18 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 62,82 -8,71 10,17 4,07 a, Minyak dan Gas Bumi - - - - b, Pertambangan Tanpa Gas 78,,08 -13,03 3,73 7,58 c, Penggalian 10,10 15,53 12,24 13,70 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 6,03 6,90 1,04 17,08 a, Industri Migas - - - - 1, Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2, Gas Alam Cair - - - - b, Industri Tanpa Migas 12,3 13,35 1,04 17,08 1, Makanan, Minuman, dan Tembakau 10,21 17,56 4,29 8,62 2, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5,22 33,07 3,41 7,73 3, Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,13 10,17 4,80 19,62 4, Kertas dan Barang Cetakan 9,82 12,80 7,51 7,18 5, Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 5,70 16,93 6,23 5,70
6, Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 6,13 10,62 4,90 5,04 7, Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 4,03 8,66 6,13 5,83 9, Barang Lainnya 25,14 10,47 9,82 9,45 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 11,10 12,29 10,23 8,10 5 BANGUNAN 13,65 14,87 14,57 13,60 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 13,92 14,06 11,15 10,56 a, Perdagangan Besar dan Eceran 14,70 14,70 11,48 10,54 b, Hotel 16,72 15,99 15,35 9,82 c, Restoran 7,89 8,94 8,18 10,72 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 4,65 6,88 6,62 6,47 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 4,28 8,20 7,42 5,56 9 JASA-JASA 4,16 7,23 6,46 7,37 PDRB 11,13 6,39 6,73 7,68 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
Struktur ekonomi Kabupaten Bungo didominasi oleh kegiatan di bidang pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi terhadap perekonomian wilayah sebesar 19%. Sektor Perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan kedua sektor penyumbang PDRB terbesar (kontribusi 13%), disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6%.
j. Kota Jambi Secara keseluruhan mulai dari tahun 2007 sampai 2011, pertumbuhan ekonomi Kota Jambi cenderung stabil kecuali tahun 2008-2009 dimana pertumbuhan ekonomi tergolong sangat tinggi. Hampir seluruh sektor menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil pula. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tampak menjadi sektor yang cukup menjanjikan karena pertumbuhannya yang semakin baik tiap tahunnya.
Tabel 6.2.1.12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota JambiTahun 2007-2011 NO, SEKTOR Laju Pertumb, Ekonomi 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 2,13 2,02 2,08 2,99 a, Tanaman Bahan Makanan/ 1,26 1,08 1,03 1,93 b, Tanaman Perkebunan - - - - c, Peternakan 2,85 2,77 2,79 3,86 d, Kehutanan - - - - e, Perikanan 2,85 2,84 3,46 3,65 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -0,44 0,08 1,28 1,37 a, Minyak dan Gas Bumi -2,43 -0,59 0,66 0,65 b, Pertambangan Tanpa Gas - - - - c, Penggalian 7,89 6,85 7,05 7,65 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 7,08 5,62 5,80 5,74 a, Industri Migas - - - - 1, Pengilangan Minyak Bumi - - - - 2, Gas Alam Cair - - - - b, Industri Tanpa Migas 7,08 5,62 5,80 5,74 1, Makanan, Minuman, dan Tembakau 9,65 7,39 7,53 7,25 2, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2,53 2,55 2,64 3,82 3, Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2,63 2,20 2,27 2,37 4, Kertas dan Barang Cetakan 4,58 3,30 3,44 3,96 5, Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 3,26 3,32 3,26 3,92 6, Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 6,01 6,02 6,64 7,23 7, Logam Dasar Besi dan Baja - - - - 8, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,84 5,93 5,72 5,96 9, Barang Lainnya 4,57 3,98 3,95 3,98 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 5,89 5,93 6,90 8,24 5 BANGUNAN 8,71 7,31 7,23 7,78 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 9,04 9,09 9,36 9,62 a, Perdagangan Besar dan Eceran 9,54 9,59 9,61 9,86 b, Hotel 6,98 7,02 12,42 11,29 c, Restoran 4,12 3,95 4,42 5,26 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 3,92 6,88 6,79 6,45 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 12,62 10,00 9,40 10,90 9 JASA-JASA 3,14 2,86 3,01 3,28 TOTAL 5,93 21,09 6,66 6,97 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
k. Kota Sungai Penuh Pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh Tergolong pertumbuhan sedang yakni rata-rata sebesar 6% per tahunnya. Seluruh sektor perekonomian tampak memiliki angka pertumbuhan yang stabil.
Tabel 6.2.1.13. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Sungai PenuhTahun 2009-2011 NO, SEKTOR Laju Pertumb, Ekonomi 2009-2010 2010-2011 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1,25 1,24 a, Tanaman Bahan Makanan/ 1,19 1,34 b, Tanaman Perkebunan 0,01 0,18 c, Peternakan 1,82 1,37 d, Kehutanan 0,07 0,14 e, Perikanan 0,11 0,11 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3,54 4,06 a, Minyak dan Gas Bumi - - b, Pertambangan Tanpa Gas - - c, Penggalian 3,54 4,06 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,84 5,94 a, Industri Migas - - 1, Pengilangan Minyak Bumi - - 2, Gas Alam Cair - - b, Industri Tanpa Migas 5,93 5,94 1, Makanan, Minuman, dan Tembakau 7,16 7,24 2, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5,33 5,40 3, Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,15 5,03 4, Kertas dan Barang Cetakan 5,81 5,99 5, Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 3,17 3,28 6, Semen, dan Barang Galian Bukan Logam 4,92 5,14 7, Logam Dasar Besi dan Baja - - 8, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3,11 3,36 9, Barang Lainnya 3,73 4,02 4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 5,21 4,85 5 BANGUNAN 12,30 11,72 6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 7,87 7,96 a, Perdagangan Besar dan Eceran 8,24 8,31 b, Hotel 5,18 5,21 c, Restoran 5,98 6,12 7 PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI 6,55 6,74 8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 5,88 6,45 9 JASA-JASA 6,90 6,91 PDRB 6,46 6,62 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
6.2.2 Struktur Ekonomi Analisis struktur ekonomi menggambarkan sektor atau lapangan usaha apa yang dominan dalam suatu wilayah. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi di Provinsi Jambi masih didominasi oleh sektor primer yakni pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Persentase terbanyak dimiliki oleh Kabupaten Kerinci yakni 68%. Sektor kedua yang mendominasi setelahnya adalah perdagangan, hotel, dan restoran. Berikut adalah tabel dan grafik analisis struktur ekonomi Provinsi Jambi tahun 2011 yang dirinci per kabupaten. Tabel 6.2.2.1 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 (%) Lapangan Usaha Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Tanjab Timur Tanjab Barat Tebo Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh 1 68,06 45,19 45,54 30,51 37,08 26,01 26,01 49,27 34,10 1,90 11,06 2 0,45 0,59 11,21 7,54 15,13 14,23 14,23 6,23 10,26 4,82 0,15 3 2,78 4,42 4,39 11,99 15,68 28,04 28,04 2,62 4,62 17,70 6,71 4 0,66 0,59 0,36 0,18 0,11 0,51 0,51 0,33 0,57 2,57 0,81 5 3,48 10,24 6,68 3,73 3,78 1,40 1,40 4,96 7,98 7,39 5,30 6 8,74 18,36 15,36 23,78 16,18 16,62 16,62 17,33 22,32 26,00 29,24 7 4,13 5,38 5,74 3,03 3,34 3,41 3,41 6,92 7,47 19,53 21,65 8 0,80 4,44 5,01 2,43 2,24 1,78 1,78 3,25 4,31 9,04 11,03 9 10,90 10,81 5,72 16,82 6,44 8,00 8,00 9,09 8,37 11,05 14,06 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3). INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA .
Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3). INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA Gambar 6.2.2.1 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 (%) Sumber: data BPS Jambi, diolah.
Distribusi spasial menggambarkan persentase sektor PDRB yang disumbangkan oleh masing- masing wilayah kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi pada tahun tertentu. Tahun 2011, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan disumbangkan paling banyak oleh Kabupaten Kerinci. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian disumbangkan terbanyak oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur, meskipun Tanjung Jabung Barat juga menyumbangkan nilai yang hampir sama banyaknya. Kedua kabupaten ini bersama Kota Jambi juga menjadi daerah penyumbang sektor industri pengolahan yang besar. Kota Jambi sendiri bahkan menjadi penyumbang utama pada ke tujuh sektor PDRB lainnya. Distribusi spasial ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2011 dapat diamati dalam tabel berikut.
Ket: 1) PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN; 2). PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN; 3). INDUSTRI PENGOLAHAN; 4). LISTRIK DAN AIR BERSIH; 5). BANGUNAN; 6). PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN; 7). PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI; 8). KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN; 9). JASA-JASA Gambar 6.2.2.2 Distribusi Spasial Ekonomi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PDRB Kota Jambi Bungo Tebo Tanjab Barat Tanjab Timur Muaro Jambi Batanghari Sarolangun Merangin Gambar 6.2.2.3 Peta Distribusi Spasial PDRB Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2011
Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai struktur ekonomi di masing-masing kabupaten di Provinsi Jambi. a. Kabupaten Kerinci Struktur ekonomi Kabupaten Kerinci masih didominasi secara mencolok oleh sektor primer dengan kontribusi terhadap perekonomian sebesar 68%. Kemudian disusul oleh sector jasa-jasa sebesar sebesar 11%, sertaperdagangan, hotel dan restoran 9%.
Gambar 6.2.2.4 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
b. Kabupaten Merangin Struktur ekonomi Kabupaten Merangin juga tampak masih didominasi oleh sektor primer dengan kontribusi sebesar 42%. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai 17%, dan sektor jasa-jasa yan berkontribusi sebesar 10% pada tahun 2011.
68% 0% 3% 1% 3% 9% 4% 1% 11% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Kerinci PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA
Gambar 6.2.2.5 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Merangin Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
c. Sarolangun Sektor primer juga tampak mendominasi perekonomian si Kabupaten Sarolangun. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan jasa menjadi sektor kedua yang menyumbangkan nilai tinggi terhadap PDRB, disusul kemudian oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai kontribusi sebesar 11%.
Gambar 6.2.2.6 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Sarolangun Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
d. Batanghari Struktur perekonomian Kabupaten Batanghari pada tahun 2011masih didominasi oleh kegiatan sektor primer yakni pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi terhadap PDRB 42% 8% 4% 1% 9% 17% 5% 4% 10% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Merangin PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 46% 11% 4% 0% 7% 15% 6% 5% 6% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Sarolangun PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA sebesar30%. Besarnya kontribusi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki terutama sumberdaya tanaman perkebunan. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar kedua dengan presentase kontribusinya sebesar 24%, disusul dengan sektor industri pengolahan dengan presentase sebanyak 12%.
Gambar 6.2.2.7 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Batanghari Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
e. Muaro Jambi Struktur perekonomian Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2011 masih didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 38%. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran; industry pengolahan; serta pertambangan dan penggalian memiliki nilai kontribusi yang sama.
Gambar 6.2.2.8 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah. 30% 8% 12% 0% 4% 24% 3% 2% 17% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Batanghari PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 38% 15% 16% 0% 4% 17% 1% 2% 7% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Muaro Jambi PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA
f. Tanjung Jabung Timur
Struktur perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian yang telah menyumbang sebesar 38% dari total pendapatan wilayah.Sektor penyumbang terbesar kedua adalah pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 28% dan ketiga yakni industri perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15%.
Gambar 6.2.2.9 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
g. Tanjung Jabung Barat
Tahun 2011, struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat didominasi oleh sektor industri pengolahan dengan nilai kontribusi terhadap PDRB sebesar 28%, kemudian disusul oleh sektor pertanian yang berkontribusi sebesar 26% dari total seluruh pendapatan daerah. Sektor penyumbang terbesar ketiga yakni perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 17%. Nilai ini tidak berselisih jauh dengan sektor pertambangan penggalian yang menyumbang 14% terhadap PDRB.
28% 38% 10% 0% 1% 15% 4% 1% 3% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA
Gambar 6.2.2.10 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
h. Tebo Struktur ekonomi Kabupaten Tebo pada tahun 2011 masih didominasi oleh sektor primer dengan kontribusinya sebesar 49%. Sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai penyumbang terbesar kedua hanya memiliki kontribusi sebesar 17%.
Gambar 6.2.2.11 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten TeboTahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
i. Bungo Struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh pertambangan dan penggalian dengan kontribusi terhadap perekonomian wilayah sebesar 38%. Sektor pertanian, peternakan, 26% 14% 28% 1% 1% 17% 3% 2% 8% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 49% 6% 3% 1% 5% 17% 7% 3% 9% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Tebo PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA kehutanan, dan perikanan (kontribusi 28%) menempati urutan kedua, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 15%.
Gambar 6.2.2.12 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bungo Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
j. Kota Jambi Struktur ekonomi Kota Jambi didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi terhadap perekonomian sebesar 29%. Kontribusi terbesar setelahnya yakni sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 22% serta industri pengolahan sebesar 20%.
Gambar 6.2.2.13 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Jambi Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
28% 38% 10% 0% 1% 15% 4% 1% 3% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bungo PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 2% 6% 20% 3% 8% 29% 22% 10% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Jambi PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN k. Sungai Penuh Struktur ekonomi Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 31%. Sektor penyumbang terbesar kedua yakni Pengangkutan dan telekomunikasi dengan nilai kontribusi 23%, kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 15%.
Gambar 6.2.2.14 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Sungai Penuh Tahun 2011 Sumber: data BPS Jambi, diolah.
6.2.3 Industri Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang cukup banyak memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Provinsi Jambi. Tahun 2011, PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki jumlah total sektor industri yang paling tinggi di antara kabupaten-kabupaten lainnya, disusul kemudian oleh Kota Jambi dan Tanjung Jabung Timur dengan selisih yang cukup mencolok antara keduanya. Tahun 2011 memang struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Baratdidominasi oleh sektor industri pengolahan dengan nilai kontribusi terhadap PDRB sebesar 13%. Berikut adalah tabel serta grafik PDRB sektor industri Provinsi Jambi yang dirinci per kabupaten. Tabel 6.2.3.1 PDRB Sektor Industri Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 No. Kabupaten/Kota Total Sektor Industri (juta rupiah) 1 Kerinci 32.819,61 2 Merangin 51.592,07 3 Sarolangun 58.762,00 4 Batanghari 154.197,56 5 Muaro Jambi 195.249,30 12% 0% 0% 1% 6% 31% 23% 12% 15% Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Kota Sungai PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN TELEKOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA No. Kabupaten/Kota Total Sektor Industri (juta rupiah) 6 Tanjab Timur 245.292,01 7 Tanjab Barat 687.047,38 8 Tebo 25.457,71 9 Bungo 64.098,81 10 Kota Jambi 649.392,53 11 Kota Sungai Penuh 105,94 Jumlah 2.233.275,28 Sumber: Jambi Dalam Angka 2011
Gambar 6.2.3.1 PDRB Sektor Industri Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 Sumber: Jambi Dalam Angka 2011, diolah.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki jumlah PDRB sektor industri terbanyak, dengan persentase paling besar terdapat pada sub sektor Barang kayu dan hasil hutan lainnya. Sedangkan Kota Jambi sebagai kabupaten dengan jumlah terbanyak kedua, subsektor yang paling banyak berkontribusi terhadap sektor industri adalah industri makanan, minuman, dan tembakau. Sementara itu subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya merupakan penyumbang terbesar terhadap sektor industri di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Secara lebih jelas dapat diamati pada peta distribusi spasial PDRB Sektor Industri.
0.00 100,000.00 200,000.00 300,000.00 400,000.00 500,000.00 600,000.00 700,000.00 800,000.00 PDRB Sektor Industri Provinsi Jambi Gambar 6.2.3.2 Peta Distribusi Spasial PDRB Sektor Industri Non Migas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011
Gambar 6.2.3.3 Peta Sebaran Industri Menurut Skala di Kabupaten Hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo Provinsi Jambi
Berdasarkan skalanya, terdapat industri besar dan sedang yang tersebar di seluruh kabupaten/kota hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Provinsi Jambi. Kabupaten Muaro Jambi memiliki jumlah industri terbanyak dan jumlah tenaga kerja industri yang terbanyak. Industri di kabupaten ini didominasi oleh industri skala besar. Kota Jambi menempati urutan kedua wilayah dengan industri terbesar, meskipun jumlah tenaga kerjanya masih kalah banyak jika dibandingkan dengan Tanjung Jabung Barat. Hal ini disebabkan karena industri sedang lebih mendominasi di Kota Jambi. Jumlah industri terbanyak ketiga adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan jumlah tenaga kerja yang mencapai angka 5104 orang. Hampir seluruh industri di wilayah ini merupakan industri besar. Secara lebih rinci dapat diamati dalam tabel berikut beserta peta sebaran industri di Provinsi Jambi.
Tabel 6.2.3.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Industri Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2011 No. Kabupaten Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Industri 1 Kerinci 1799 3 2 Merangin 2471 5 3 Sarolangun 156 2 4 Batanghari 3858 7 5 Muaro Jambi 7991 28 6 Tanjab Timur 247 2 7 Tanjab Barat 5104 12 8 Tebo 626 3 9 Bungo 3904 9 10 Kota Jambi 2289 25 11 Kota Sungai Penuh - - Jumlah 28445 96 Sumber: Direktori Industri Pengolahan Besar dan Sedang Provinsi Jambi 2013
6.2.4 Pertanian Pertanian merupakan sektor yang mendominasi struktur ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2011. Berdasarkan distribusi spasial PDRB sektor pertanian, dapat diketahui bahwa jumlah total PDRB sektor pertanian terbesar dimiliki oleh Kabupaten Kerinci dengan persentase subsektor penyumbang terbesar adalah tanaman bahan makanan.Tanaman perkebunan juga banyak dihasilkan oleh wilayah ini. Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi kabupaten kedua yang memiliki jumlah subsektor pertanian terbanyak. Hasil pertanian yang banyak menyumbangkan nilai terhadap sektor pertanian adalah tanaman perkebunan. Tebo adalah kabupaten dengan jumlah PDRB sektor pertanian terbesar ketiga. Wilayah ini juga banyak memproduksi tanaman perkebunan. Secara lebih rinci, dapat diamati dalam peta distribusi berikut
Gambar 6.2.4.1 Peta Distribusi Spasial PDRB Sektor Pertanian Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan Jambi Muara Bulian-Sengeti Jambi Tahun 2011
A. Pertanian Tanaman Pangan Berdasarkan sebaran spasial jumlah PDRB sektor pertanian, komoditas pertanian tanaman pangan banyak diproduksi di Kabupaten Kerinci dan Tanjung Jabung Timur. Tanaman pangan ini terdiri dari beberapa komoditas seperti palawija, sayur, dan padi. Ubi kayu dan ubi jalar paling banyak dihasilkan oleh Kabupaten Kerinci. Sedangkan Jagung paling banyak dihasilkan di Muaro Jambi. Sementara itu, Bungo paling banyak menghasilkan kacang tanah. Tanjung Jabung Timur banyak memproduksi kedelai, dan Tebo paling banyak menghasilkan komoditas tanaman kedelai. Berikut adalah rincian produksi pertanian di Provinsi Jambi untuk tanaman palawija, di masing-masing wilayah kabupaten beserta grafik yang menggambarkan secara lebih jelas produksi palawija di Provinsi Jambi.
Tabel 6.2.4.1 Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Produksi(ton) ubi kayu jagung ubi jalar kc tanah kedelai kc hijau 1 Kerinci 5.840,00 4.826,00 72.893,00 255,00 0,00 0,00 2 Merangin 7.259,00 2.266,00 2.735,00 365,00 182,00 10,68 3 Sarolangun 1.756,00 1.025,00 353,00 107,00 125,00 11,74 4 Batanghari 1.588,00 759,00 464,00 40,00 331,00 10,08 5 Muaro Jambi 5.085,00 6.802,00 871,00 126,00 195,00 11,44 6 Tanjab Timur 5.893,00 1.978,00 1.037,00 71,00 770,00 11,91 7 Tanjab Barat 2.981,00 1.735,00 381,00 44,00 707,00 11,29 8 Tebo 2.177,00 683,00 155,00 103,00 619,00 13,38 9 Bungo 4.359,00 5.009,00 718,00 374,00 583,00 9,63 10 Kota Jambi 726,00 218,00 211,00 45,00 0,00 0,00 11 Kota Sungai Penuh 1.314,00 269,00 238,00 7,00 3,00 0,00 Jumlah 38.978,00 25.570,00 80.056,00 1.537,00 3.515,00 90,15 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Gambar 6.2.4.2 Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2012 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013, diolah
Laju pertumbuhan produksi tanaman palawija cenderung bervariasi tiap tahunnya. Ubi jalar mengalami pertumbuhan produksi yang sangat tinggi selama tahun 2009-2012 di Kabupaten Kerinci. Sementara itu Jagung menjadi komoditas yang unggul pula pertumbuhannya di Kota Sungai Penuh. Secara lebih rinci dapat diamati dalam tabel berikut. Secara keseluruhan, ubi jalar memiliki nilai pertumbuhan yang paling tinggi.
Tabel 6.2.4.2 Laju Pertumbuhan Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 No, Kabupaten/Kota Pertumbuhan (%) ubi kayu jagung ubi jalar kc tanah kedelai kc hijau 1 Kerinci -10,03 11,43 543,48 -15,00 - - 2 Merangin 5,14 -35,15 14,44 -29,13 -82,77 -92,09 3 Sarolangun -13,16 72,85 6,33 18,89 -27,75 -51,08 4 Batanghari -27,32 82,45 -40,51 -74,52 -24,08 - 5 Muaro Jambi -25,48 -58,63 -65,99 -52,99 -64,86 -86,38 6 Tanjab Timur 85,31 -61,52 12,72 -40,83 -75,68 -84,73 7 Tanjab Barat 25,78 45,43 -59,08 -39,73 -39,57 -58,19 8 Tebo -17,16 60,33 -45,42 6,19 -70,88 -68,88 9 Bungo 25,22 -10,84 71,36 0,27 29,27 -86,81 10 Kota Jambi -69,93 -49,07 -56,94 -74,43 - - 11 Kota Sungai Penuh 53,50 198,89 32,22 -50,00 - - Jumlah 1,24 -32,85 291,76 -29,14 -61,51 -80,65 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
0.00 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00 70,000.00 80,000.00 Produksi Pertanian Tanaman Pangan Palawija di Provinsi Jambi ubi kayu jagung ubi jalar kc tanah kedelai kc hijau Sementara itu, untuk tanaman sayuran produksi tertinggi pada tahun 2012 dimiliki oleh Kabupaten Kerinci dengan komoditas pertanian kentang. Kentang juga tampak banyak diproduksi oleh Kabupaten Merangin. Secara keseluruhan, Kabupaten Kerinci menjadi kabupaten penghasil utama komoditas sayuran. Sementara itu, laju pertumbuhan produksi sayuran mulai tahun 2009-2012 bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi sayuran yang tiap tahunnya sangat bervariasi jumlahnya atau tidak stabil. Secara lebih rinci produksi sayuran dan laju pertumbuhan produksinya dapat diamati dalam tabel berikut. Tabel 6.2.4.3 Produksi Sayuran Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012 (kg) No. Kabupaten/Kota Bawang Merah Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai Lainnya 1 Kerinci 717 938 3451 1004 550 61 1674 2 Merangin 27 533 1065 25 8 11 1831 3 Sarolangun 0 129 0 0 0 0 529 4 Batanghari 0 55 0 0 0 0 305 5 Muaro Jambi 0 245 0 0 0 105 849 6 Tanjab Timur 0 450 0 0 0 14 840 7 Tanjab Barat 0 209 0 0 0 0 637 8 Tebo 0 120 0 0 0 0 410 9 Bungo 0 256 0 0 0 79 998 10 Kota Jambi 0 34 0 0 0 91 527 11 Kota Sungai Penuh 25 56 83 0 0 28 137 Jumlah 769 3025 4599 1029 558 389 8737 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013, diolah
Tabel 6.2.4.4 Laju Pertumbuhan Produksi Pertanian Sayuran Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2009-2012 No, Kabupaten/Kota Pertumbuhan (%) Bawang Merah Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai Lainnya 1 Kerinci -48,64 -92,66 -92,33 -98,07 -41,98 -93,12 -91,93 2 Merangin -72,16 -81,10 -89,69 -91,99 -50,00 -84,72 -82,76 3 Sarolangun - -65,60 - - - - -40,29 4 Batanghari - -86,55 - - - - -85,23 5 Muaro Jambi - -73,40 - - - -41,01 -69,47 6 Tanjab Timur - -44,17 - - - - -77,14 7 Tanjab Barat - -77,33 - - - -100,00 -19,87 8 Tebo - -69,85 - - - - -75,88 9 Bungo - -67,64 - - - 14,49 -69,99 10 Kota Jambi - -89,94 - - - -90,43 -92,07 11 Kota Sungai Penuh data tidak tersedia Jumlah -48,49 -85,28 -91,69 -98,04 -42,12 -82,05 -83,59 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Komoditas padi sawah banyak diproduksi di Kabupaten Kerinci, sementara padi lading banyak diproduksi di Kabupaten Merangin. Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga tampak menjadi wilayah penghasil padi sawah dengan produksi 94.695 ton pada tahun 2012. Sementara itu, laju pertumbuhan produksi tertinggi terdapat pada komoditas padi lading yang diproduksi oleh Kabupaten Kerinci. Secara lebih rinci dapat diamati dalam tabel berikut.
Tabel 6.2.4.5 Produksi Tanaman Padi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012 (ton) No. Kabupaten/Kota Padi Sawah Padi Ladang 1 Kerinci 134.865 2.737 2 Merangin 45.998 17.372 3 Sarolangun 28.501 23.850 4 Batanghari 37.253 1.331 5 Muaro Jambi 45.991 2.483 6 Tanjab Timur 94.695 159 7 Tanjab Barat 60.114 9.994 8 Tebo 20.357 8.866 9 Bungo 34.299 8.585 10 Kota Jambi 6.218 9 11 Kota Sungai Penuh 41.489 - Jumlah 549.780 75.386 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Tabel 6.2.4.6 Laju Pertumbuhan Produksi Tanaman Padi Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2009-2012 No. Kabupaten/Kota Pertumbuhan (%) Padi Sawah Padi Ladang 1 Kerinci 15,09 18146,67 2 Merangin -7,44 -53,59 3 Sarolangun -6,51 12,66 4 Batanghari -6,28 -38,64 5 Muaro Jambi 14,67 57,85 6 Tanjab Timur -16,83 22,31 7 Tanjab Barat -15,74 141,87 8 Tebo -5,23 -37,53 9 Bungo -4,97 7,41 10 Kota Jambi 21,99 -93,28 11 Kota Sungai Penuh 34,20 - Jumlah 4,70 -15,24 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Komoditas perkebunan yang dihasilkan oleh Provinsi Jambi cukup beragam terutama mengingat bahwa mayoritas kabupaten memiliki karakteristik sebagai wilayah pertanian seperti misalnya Kabupaten Kerinci. Merangin. Sarolangun. Batanghari. Muaro Jambi dan Kabupaten Tebo dengan persentase kontribusi sektor pertanian sebesar 30-70% dari total PDRB yang diperoleh. Melalui data produksi di atas. dapat dilihat bahwa tiap kabupaten/kota memiliki produksi yang tidak sama. Selain itu. dari data produksi akan diketahui mana komoditas yang potensial untuk dikembangka dan melihat komoditas mana yang stagnan dan perlu dicari tahu sebabnya. Dari data tersebut. diketahui bahwa Kabupaten Kerinci memiliki komoditas yang mencolok. yaitu komoditas tembakau dan karet. angka yang ditunjukkan oleh kedua komoditas tersebut jauh diatas angka yang ditunjukkan oleh komoditas yang sama di kabupaten-kabupaten lainnya. Misalnya karet. di kabupaten Kerinci. produksi karet adalah sebesar 270 di saat kabupaten lainnya masih berada pada kisaran angka 20-60. Sedangkan tembakau sebesar 171 disaat yang lain tidak ada yang memproduksi tembakau kecuali kabupaten Merangin. itu pun masih dengan angka yang cukup jauh dari Kabupaten Kerinci. yaitu hanya sebesar 68. Dari sini. diketahui bahwa spesifikasi perkebunan yang ada di Kabupaten Kerinci terfokus pada Tembakau dan Karet. Melalui tabel diatas. selain diketahui tren sector mana yang memiliki produksi yang tinggi. diketahui pula spesifikasi potensi perkebunan dari tiap kabupaten/kota. Misalnya komoditas potensial Kabupaten Merangin adalah kelapa dalam dan coklat. kelapa sawit dan kelapa dalam. Kabupaten Sarolangun adalah pinang. kelapa sawit dan kelapa dalam. Kabupaten Batanghari adalah karet. kelapa sawit. kelapa dalam dan kelapa hibryda. Kabupaten Muaro Jambi adalah kelapa sawit. kelapa dalam. vanili dan kopi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah kepala hybrid dan coklat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah kelapa sawit. kelapa dalam dan coklat. Kabupaten Tebo adalah kelapa dalam. kopi dan pinang. Kabupaten Bungo adalah kelapa dalam. kopi dan pinang. Dan terakhir adalah Kota Sungai Penuh yaitu kulit kayu manis. kopi dan kemiri.
Tabel 6.2.4.8 Laju Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009 2012 No, Kabupaten/Kota Pertumbuhan Karet Kelapa Sawit Kelapa Dalam Kelapa Hybrida Kulit Kayu Manis Kopi Lada Cengkeh Coklat Pinang Kemiri Kapuk Aren Vanili Teh Tebu Tembakau Nilam 1 Kerinci 10,66 - 44,74 - -6,54 153,28 0,00 -37,84 - -53,75 -1,82 - - 0,00 -9,42 513,38 0,59 100,00 2 Merangin 20,88 -57,60 2,99 -0,93 8,85 11,10 300,00 - 43,33 29,81 31,25 -50,00 47,83 - - - - -21,79 3 Sarolangun 11,77 7,89 -1,94 - - -59,09 -25,00 - - 0,00 0,00 - 0,00 - - - - 140,00 4 Batanghari 11,37 -32,86 -25,74 -2,83 - -21,92 80,95 - -5,43 - -11,11 16,67 -2,78 - - - - - 5 Muaro Jambi -12,82 -55,30 -5,88 -9,38 - -15,09 -100,00 - 25,24 966,67 283,33 -100,00 -100,00 - - - - - 6 Tanjab Timur 31,88 13,14 -3,32 250,00 - -40,53 133,33 - -6,67 13,99 - - - - - - - - 7 Tanjab Barat -4,29 -29,92 -2,56 - - 18,01 -100,00 - 423,81 -20,30 - - - - - - - - 8 Tebo 0,59 -55,96 -1,63 - - -3,14 - - 0,00 2,60 - - - - - - - - 9 Bungo 69,88 -43,65 2,72 - 83,33 25,00 - - - 17,86 - - - - - - - - 10 Kota Jambi - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 Kota Sungai Penuh - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jumlah -49,18 75,07 -5,49 -71,86 20,11 -45,86 -31,65 -91,23 -52,87 44,07 -69,72 -71,21 -60,07 73,33 100,72 1,261,40 9,13 -83,44 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah Setelah meninjau jumlah produksi tanaman perkebunan pada data tahun 2012. sekarang analisis dilakukan pada laju pertumbuhan dilihat pada rentang waktu tertentu. yaitu tahun 2009-2012. Melalui data diatas. dapat dilihat terdapat beberapa laju pertumbuhan yang memiliki angka negatif. Komoditas-komoditas dengan laju pertumbuhan yang negatif ini perlu dicermati karena dapat mempengaruhi kontribusinya terhadap perekomonian dan sector perkebunan. Apabila dilihat secara keseluruhan. komoditas yang paling mencolok dengan laju pertumbuhannya yang negatif dari rata rata per provinsi adalah karet. kepala dalam. kelapa hybrid. kopi. lada. cengkeh. kapuk. nilam dan aren. Sedangkan untuk komoditas dengan laju positif adalah kelapa sawit. kulit kayu manis. pinang. vanili. teh. tebu dan tembakau. 43
C. Peternakan 1. Ternak Besar dan Ternak Kecil Tabel 6.2.4.9 Produksi Daging Ternak Besar di Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Jambi Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Produksi (dalam kg) Sapi Kerbau Kuda 1 Kerinci 511.965.30 84.933.60 - 2 Merangin 655.581.50 215.790.60 - 3 Sarolangun 512.186.90 189.290.00 - 4 Batanghari 402.701.70 275.869.60 - 5 Muaro Jambi 472.515.20 43.454.40 - 6 Tanjab Timur 188.385.50 9.711.40 - 7 Tanjab Barat 243.793.00 18.106.00 - 8 Tebo 970.443.00 425.128.90 - 9 Bungo 776.591.50 290.848.20 - 10 Kota Jambi 1.269.377.00 370.843.80 - 11 Kota Sungai Penuh 505.585.00 90.036.20 1.617.00 Jumlah 6.509.125.00 2.014.013.00 1.617.00 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013 Pada data diatas. dapat dilihat bahwa produksi daging ternak besar paling banyak terdapat di Kota Jambi yang terdiri dari ternak sapi dan kerbau dengan persentase produksi daging ternak sapi mencapai 19.5% dari total produksi se provinsi serta produksi daging ternak kerbau sebesar 18.5%. Sedangkan untuk produksi daging ternak kuda hanya dihasilkan di Kota Sungai Penuh, yaitu sebanyak 1.6 ton pada tahun 2012. Melalui data yang ditunjukkan bahwa produksi daging kuda hanya berada di Kota Sungai Penuh,maka dari sini dapat disimpulkan pasti terjadi pendistribusian daging menuju wilayah-wilayah lainnya atau dengan kata lain, hal ini mengidentifikasikan adanya aliran barang pada sector peternakan, khususnya daging ternak kuda. Sementara untuk daging sapi dan kerbau, bisa saja terjadi distribusi, namun dengan frekuensi yang lebih rendah dan jangkauan yang lebih sempit karena setiap kabupaten/kota memproduksi kedua jenis daging ini sendiri. Tabel 6.2.3.10 Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Besar Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 No, Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan (%) Sapi Kerbau Kuda 1 Kerinci 194,90 130,36 - 2 Merangin 107,93 140,99 - 44
3 Sarolangun 136,66 -25,76 - 4 Batanghari 24,71 -12,57 - 5 Muaro Jambi 20,09 -72,21 - 6 Tanjab Timur 113,77 353,85 - 7 Tanjab Barat -23,32 -41,80 - 8 Tebo 65,33 43,81 - 9 Bungo 47,61 11,41 - 10 Kota Jambi 100,46 -52,65 - 11 Kota Sungai Penuh 72,08 70,40 22,22 Jumlah 68,29 -11,64 22,22 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Laju pertumbuhan produksi daging ternak besar sapi di Provinsi Jambi secara keseluruhan menunjukkan angka positif, hal ini sangat wajar terjadi mengingat daging sapi merupakan jenis daging yang umum dan dikonsumsi oleh setiap orang. Sedangkan pertumbuhan untuk produksi daging kerbau di beberapa wilayah menunjukan angka negative, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor misalnya penyakit, menyempitnya lahan pertanian, mahalnya pakan dan lain sebagainya. Untuk laju produksi daging kuda masih pada angka positif meski dengan kisaran angka yang kecil.
Tabel 6.2.4.11 Produksi Daging Ternak Kecil Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Produksi Kambing Domba Babi 1 Kerinci 244.534,14 17.147,12 - 2 Merangin 39.090,26 10.513,08 - 3 Sarolangun 9.391,02 2.710,92 - 4 Batanghari 28.696,64 17.191,20 21.422,50 5 Muaro Jambi 4.990,72 2.865,20 19.142,50 6 Tanjab Timur 19.461,58 330,60 - 7 Tanjab Barat 16.698,86 1.840,34 32.062,50 8 Tebo 113.906,50 28.156,10 - 9 Bungo 36.739,72 12.066,90 3.325,00 10 Kota Jambi 78.414,46 9.234,76 120.982,50 11 Kota Sungai Penuh 5.492,02 870,58 - Jumlah 597.415,92 102.926,80 196.935,00 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013 Pada data diatas, dapat dilihat bahwa produksi daging ternak kecil paling banyak terdapat di Kabupaten Kerinci yang terdiri dari ternak kambing dan kuda dengan persentase produksi daging ternak 45
kambing mencapai 41% dari total produksi se provinsi serta produksi daging ternak domba sebesar 16.7%. Sedangkan untuk produksi daging daging babi paling banyak dihasilkan di Kota Jambi, yaitu sebanyak 121 ton pada tahun 2012. Tabel 6.2.4.12 Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Kecil Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 No. Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan (%) Kambing Domba B a b i 1 Kerinci 1279,70 2729,09 - 2 Merangin 94,08 27,20 - 3 Sarolangun -78,33 -90,49 - 4 Batanghari 13,48 12,31 - 5 Muaro Jambi -94,73 -51,58 -89,20 6 Tanjab Timur 52,52 -21,05 - 7 Tanjab Barat 23,78 38,02 3,69 8 Tebo 24,51 19,67 - 9 Bungo -1,55 5,09 -44,44 10 Kota Jambi -1,26 16,39 -51,99 11 Kota Sungai Penuh -61,18 139,39 - Jumlah 32,83 -0,72 -55,45 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Laju pertumbuhan produksi daging ternak kecil di Provinsi Jambi menunjukkan angka yang beragam. Laju pertumbuhan yang paling besar dimiliki oleh Kabupaten Kerinci. yaitu angka pertumbuhan produksi daging kambing sebesar 1.297,70% dan domba sebesar 2.729,09%. Sedangkan untuk laju negatif yang paling mencolok dimiliki oleh Kabupaten Sarolangin dan Muaro Jambi. Kedua kabupaten ini memiliki angka laju pertumbuhan negatif pada setiap jenis ternak. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pasokan daging jenis ternak kecil pada kedua kabupaten tersebut dan membuka kemugkinan adanya impor dari wilayah lain.
No. Kabupaten/Kota Produksi (kg) Buras Ras Itik 1 Kerinci 573.709,53 319.506,98 1.009.012,80 7 Tanjab Barat 268.105,77 - 303.211,33 8 Tebo 121.905,36 - 216.996,81 9 Bungo 121.979,96 29.574,72 81.948,53 10 Kota Jambi 2.767.328,48 1.310.150,11 1.141.970,59 11 Kota Sungai Penuh 237.357,81 756.839,78 436.882,53 Jumlah 5.512.541,13 4.640.877,06 3.877.409,92 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013 Pada data diatas. dapat dilihat bahwa produksi telur unggas paling banyak terdapat di Kota Jambi yang terdiri dari telur dari ayam buras. ras dan itik. Persentase produksi telur ayam buras pada kota ini jauh melampaui kabupaten/kota lainnya yaitu produksi dengan kelipatan 10 hingga 20 kali dibandingkan lainnya. Sedangkan bila dilihat persentasenya mencapai 50% dari total produksi se provinsi. Sedangkan untuk produksi ayam ras. kabupaten yang memiliki angka produksi paling banyak adalah kabupaten Muaro Jambi dengan persentase sebesar 47.9%. Tidak semua kabupaten atau kota memproduksi telur dari unggas berjenis ayam ras, yaitu antara lain Kabupaten Merangin. Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Tebo, sehingga kemungkinan kabupaten-kabupaten ini mengimpor dari wilayah lain di sekitarnya atau dari Muaro Jambi yang menjadi dominan dalam produksi telur unggas jenis ini. Sementara untuk produksi telur itik paling banyak dihasilkan di Kota Jambi, yaitu sebesar 29.5% dari total keseluruhan produksi telur itik seprovinsi.
Tabel 6.2.4.14 Laju Pertumbuhan Produksi Telur Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2009-2012 No, Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan (%) Buras Ras Itik 1 Kerinci 681,58 156,90 21,40 2 Merangin 141,37 - 43,08 3 Sarolangun 23,39 -73,06 37,46 4 Batanghari 102,20 - 21,30 5 Muaro Jambi 148,20 0,73 24,01 6 Tanjab Timur 92,66 - 4,45 7 Tanjab Barat 26,24 - -34,12 8 Tebo -15,15 - 118,68 9 Bungo -14,62 30,55 27,29 10 Kota Jambi 446,83 105,29 216,50 11 Kota Sungai Penuh 946,09 93,34 113,37 47
Jumlah 199,08 36,77 50,46 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Laju pertumbuhan produksi telur buras tertinggi dimiliki oleh Kota Sungai Penuh dengan nilai 9,46%. Sementara itu laju pertumbuhan telur ayam ras paling tinggi dimiliki oleh Kabupaten Kerinci dengan nilai 1,57%. laju pertumbuhan produksi telur unggas buras menunjukkan angka positif dan terbesar bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Tabel 6.2.4.15 Produksi Daging Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Produksi (dalam kg) Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Potong 1 Kerinci 1.598,70 395.080,00 15.023,00 2 Merangin 219.865,23 405.149,56 246.908,40 3 Sarolangun 355.064,70 324.661,14 226,59 4 Batanghari 374.095,80 623.994,00 - 5 Muaro Jambi 2.319,21 247.707,69 2.452,65 6 Tanjab Timur 118.621,35 1.242.713,35 - 7 Tanjab Barat 321.443,09 1.456.076,47 - 8 Tebo 211.883,13 1.259.043,03 - 9 Bungo 149.950,03 19.588,00 64.515,07 10 Kota Jambi 5.997.096,00 4.900.021,20 7.564,62 11 Kota Sungai Penuh 27.740,00 234.143,00 21.746,00 Jumlah 7.779.677,24 11.088.589.44 358.436,33 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Pada data diatas. dapat dilihat bahwa produksi daging unggas paling banyak terdapat di Kota Jambi yang terdiri dari daging ayam buras, ayam petelur dan ayam potong. Produksi daging ayam buras di kabupaten ini sangat besar yaitu sebesar 77% dari total produksi provinsi, begitu pula dengan produksi daging ayam petelur sebesar 44.2% dari total produksi provinsi. Sedangkan untuk produksi daging ayam potong terbanyak ada di Kota Sungai Penuh sebesar 21,7 ton dengan persentase sebesar 18%. Secara keseluruhan. laju pertumbuhan produksi daging ayam buras tertinggi terdapat di Kota Jambi yaitu sebesar 447,68% sementara kabupaten lain banyak yang memiliki laju negatif seperti misalnya Kabupaten Bungo (-48,49%) dan Kaupaten Muaro Jambi (-98,66%). Sementara untuk laju produksi ayam petelur di setiap kabupaten di Provinsi menunjukkan angka positif sehingga dapat disimpulkan bahwa daging ayam jenis inilah yang paling stabil bila dibandingkan dengan produksi daging ayam buras dan ayam potong yang juga menunjukkan angka negatif dilihat pada rata-rata pertumbuhan provinsi.
48
Tabel 6.2.4.16 Laju Pertumbuhan Produksi Daging Unggas Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian- Sengeti Tahun 2009-2012 No. Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan (%) Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Potong 1 Kerinci -98,62 1.994,15 -92,63 2 Merangin 61,13 - -1,80 3 Sarolangun -1,95 7.180,07 -99,97 4 Batanghari 20,58 - - 5 Muaro Jambi -98,66 436,19 -99,75 6 Tanjab Timur 33,25 - - 7 Tanjab Barat -25,75 - - 8 Tebo -39,39 - - 9 Bungo -48,49 193.978,95 -98,03 10 Kota Jambi 447,68 9.739,40 -99,85 11 Kota Sungai Penuh 145,95 7.493,54 -56,95 Jumlah 131,89 23.603,85 -97,45 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
3. Perikanan Hasil perikanan laut di Provinsi Jambi paling banyak dihasilkan di kawasan pesisir pantai timur yakni Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Timur. Produksi ikan pada tahun 2012 di kedua kabupaten ini jumlahnya hampir sama. Sedangkan untuk jenis ikan perairan umum, produksi terbanyak terdapat di Kabupaten Muaro Jambi dan Kerinci. Keduanya juga menunjukkan jumlah yang hampir sama banyaknya. Kabupaten Muaro Jambi juga merupakan kabupaten yang memiliki produksi perikanan budidaya paling banyak yakni kurang lebih 50% dari total produksi perikanan budidaya di Provinsi Jambi.
10 Kota Jambi - 572,60 2.707,50 11 Kota Sungai Penuh - 97,70 186,90 Jumlah 46.894,60 7.013,50 36.795,50 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Laju pertumbuhan perikanan laut dan budidaya di Provinsi Jambi cukup mengindikasikan perkembangan yang perlu diperhatikan. Angka pertumbuhannya selama tahun 2009-2012 tergolong sangat tinggi. Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur yang merupakan dua wilayah utama pemproduksi perikanan laut menunjukkan angka laju pertumbuhan yang sangat tinggi pula. Sementara itu apabila dilihat secara keseluruhan, laju produksi pada jenis ikan perairan umum menunjukkan perkembangan yang kurang signifikan. Beberapa kabupaten mengalami pertumbuhan negatif. Meskipun demikian, Kabupaten Kerinci tampak menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi. Berikut adalah datanya.
Tabel 6.2.4.18 Laju Pertumbuhan Produksi Perikanan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 No. Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan (%) Perikanan Laut Perairan Umum Budidaya 1 Kerinci - 3078,16 - 2 Merangin - -15,25 131,83 3 Sarolangun - 47,97 179,48 4 Batanghari - -27,24 159,17 5 Muaro Jambi - 61,20 59,09 6 Tanjab Timur 105,35 -59,74 221,97 7 Tanjab Barat 58,23 -3,21 77,58 8 Tebo - 6,79 223,88 9 Bungo - -56,11 195,66 10 Kota Jambi - 23,54 105,89 11 Kota Sungai Penuh - - - Jumlah 79,82 3,75 101,69 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
Sementara itu produksi perikanan budidaya darat di provinsi pada tahun 2012 didominasi oleh ikan di kolam yaitu sebesar 24.000 ton dengan persentase sebesar 65.5% dari total produksi perikanan. Kabupaten Muaro Jambi merupakan penyumbang produksi terbesar pada perikanan jenis ini, yaitu sebesar 46.7% dari keseluruhan produksi ikan di kolam. Sementara untuk produksi KJA didominasi oleh Kabupaten Muaro Jambi juga serta Batanghari dengan selisih produksi yang tidak begitu banyak, sedangkan untuk Produksi tambak terbesar disumbang olehTanjung Jabung Barat. Dari informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa Muaro jambi merupakan pusat produki perikanan dalam kolam dan KJA. Sementara untuk produksi perikanan tambak hanya ada di Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur karena kedua kabupaten ini terletak di dekat lau sehingga memiliki perairan air payau. 50
Sementara itu, laju pertumbuhan produksi ikan kolam dimiliki oleh Kabupaten Tebo, sedangkan ikan di KJA terdapat di Kabupaten Kerinci.Secara lebih rinci dapat diamati dalam tabel data berikut.
Tabel 6.2.4.19 Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Produksi (ton) Ikan di Kolam KJA Sawah Tambak 1 Kerinci 721.70 1.569.40 - - 2 Merangin 988.40 138.80 6.70 - 3 Sarolangun 2.216.40 74.20 - - 4 Batanghari 4.554.90 3.831.70 - - 5 Muaro Jambi 11.306.70 3.918.30 - - 6 Tanjab Timur 239.00 82.00 - 397.00 7 Tanjab Barat 1.373.40 243.90 63.70 708.00 8 Tebo 685.60 164.90 - - 9 Bungo 554.00 299.30 - - 10 Kota Jambi 1.440.20 1.267.30 - - 11 Kota Sungai Penuh 145.80 8.10 33.00 - Jumlah 24.226.10 11.597.90 103.40 1.105.00 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Tabel 6.2.4.20 Laju Pertumbuhan Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 No. Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan (%) Ikan di Kolam KJA Sawah Tambak 1 Kerinci 65,15 471,31 - - 2 Merangin 135,61 151,91 -53,79 - 3 Sarolangun 367,89 -78,55 - - 4 Batanghari 1072,13 34,57 - - 5 Muaro Jambi 104,91 -3,30 - - 6 Tanjab Timur 185,20 27233,33 - 185,82 7 Tanjab Barat 2189,00 984,00 - -43,93 8 Tebo 531,89 7,01 - - 9 Bungo 252,64 161,17 - - 10 Kota Jambi 163,29 65,01 - - 11 Kota Sungai Penuh - - - - Jumlah 195,69 34,32 613,10 -21,17 Sumber: Jambi Dalam Angka 2009-2013, diolah
51
6.2.5 Pertambangan Tabel 6.2.5.1. PDRB Sektor Pertambangan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2011 No Kabupaten Total Sektor Tambang 1 Kerinci 5.263,81 2 Merangin 105.134,68 3 Sarolangun 150.151,00 4 Batanghari 97.059,77 5 Muaro Jambi 188.411,83 6 Tanjab Timur 968.665,79 7 Tanjab Barat 348.662,63 8 Tebo 60.626,67 9 Bungo 142.472,90 10 Kota Jambi 176.837,78 11 Kota Sungai Penuh 857.59 Provinsi Jambi 2.244.144,45 Sumber: Jambi Dalam Angka 2011
Kabupaten/kota yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB sector pertambangan adalah Kabupaten Tanjab Timur yaitu sebesar 43.2% dari total sumbangan PDRB sector tambang. Bila dikaitkan dengan kontribusi sector ekonomi di kabupaten ini, Tanjung Jabung timur memang didominasi oleh sector pertambangan 38% dari total kontribusis ektor ekonomi), bahkan diatas sector pertanian yang hanya menyumbang 28%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa spesialisasi sector ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah pada pertambangan.
Tabel 6.2.5.2 Produksi Pertambangan Menurut Jenis Barang Tahun 2007-2011 No. Jenis Barang 2007 2008 2009 2010 2011 1 Minyak Bumi (000 barel) 7.354,71 6.795,02 7.409,87 6.588,05 6.403,41 2 Gas Bumi (MMBTU) 92.410.629,00 97.654.085,00 85.241,07 17.410,59 8.832,93 3 Batubara (m ton) 2.215.496,24 4.216.057,27 2.731.060,91 3.186.244,32 7.224.501,59 4 Bijih Besi (Ton) - - 319.379,00 245.535,19 434.182,21 Total 94.633.479,95 101.876.937,29 3.143.090,85 3.455.778,15 7.673.920,14 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 2011
52
Gambar 6.2.5.1 Laju Pertumbuhan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Barang Tahun 2007-2011 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2011. diolah
Produksi tambang paling banyak di Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti adalah jenis gas bumi dan batu-bara. Namun dari laju pertumbuhan produksi dapat diketahui bahwa terjadi pertumbuhan yang cukup stabil setelah tahun 2009 meskipun dengan kenaikan yang tidak bis adikatakan cukup besar.
Tabel 6.2.5.3 Lifting Minyak Mentah Berdasarkan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2007 dan 2012 No. Kabupaten/Kota Lifting Minyak 2007 2011 1 Kerinci 0,00 0,00 2 Merangin 0,00 0,00 3 Sarolangun 1.075.898,00 1.257.370,00 4 Batanghari 173.870,00 74.658,00 5 Muaro Jambi 960.114,00 977.593,00 6 Tanjab Timur 1.520.155,00 910.043,00 7 Tanjab Barat 2.599.904,00 2.209.149,00 8 Tebo 209.600,00 276.520,00 9 Bungo 0,00 0,00 10 Kota Jambi 541.588,00 473.809,00 11 Kota Sungai Penuh 0,00 0,00 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 Laju Pertumb. (%) 7.65 -96.91 9.95 122.06 -150.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 53
Jumlah 7.081.129,00 6.179.142,00 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 2013 Produksi minyak hanya ada di beberapa wilayah di Provinsi Jambi sejalan dengan spesialisasi dari tiap kabupaten. Seperti Kota Sungai Penuh, Kerinci, dan Merangin serta Bungo yang tidak memiliki produksi minyak karena berfokus pada pusat layanan dan pertanian. Untuk lifting minyak terbesar ada di Kabupaten Tanjab Barat dan disusul oleh Kabupaten Tanjab Timur. Apabila dikaitkan dengan kotribusi PDRB, hal ini menjelaskan mengapa angka kotribusi PDRB sector tambang pada kedua kabupaten ini merupakan angka terbesar. Dari sini. kesimpulan bahwa potensi spesialisasi Tanjab Barat dan Tanjab Timur sebagai wilayah pertambangan semakin kuat. Tabel 6.2.5.4 Laju Pertumbuhan Lifting Minyak Mentah Berdasarkan Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2007- 2012 No, Kabupaten/Kota Pertumbuhan 2007-2011 (%) 1 Kerinci 0,00 2 Merangin 0,00 3 Sarolangun 16,87 4 Batanghari -57,06 5 Muaro Jambi 1,82 6 Tanjab Timur -40,13 7 Tanjab Barat -15,03 8 Tebo 31,93 9 Bungo 0,00 10 Kota Jambi -12,51 11 Kota Sungai Penuh 0,00 Jumlah -12,74 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah
54
Gambar 6.2.5.2 Laju Pertumbuhan Jumlah Lifting Minyak Mentah Kabupaten/Kota Hinterland KSP Perkotaan JambiMuara Bulian-Sengeti Tahun 2007-2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah
Setalah tadi pada analisis sebelumnya didapatkan kesimpulan bawa Kabupaten Tanjab Barat dan Tanjang Timur memiliki potensi untuk spesialisasi pertambangan, dalam laju pertumbuhan lifting minyak mentah ditemukan bahwa terdapat Kendala karena kedua kabupaten ini menunjukkan angka yang negatif. Bahkan, bukan hanya kedua kabupaten ini, namun rata-rata laju pertumbuhan lifting minyak mentah di berbagai kabupaten lain juga mengindikasikan pertumbuhan yang negatif. Oleh karena itu diperlukan analisis penyebab permasalahan ini untuk mendukung potensi spesialisasi yang ada.
6.2.5 Perdagangan Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor perekonomian yang ikut menyumbang pendapatan atau nilai tambah yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Jambi. Sektor perdagangan terdiri dari 3 sub sektor yaitu perdagangan besar dan eceran, rumah makan/restoran dan perhotelan. Jumlah total sektor perdagangan PDRB kabupaten hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo yang tertinggi terdapat di Kota Jambi. Subsektor perdagangan besar dan eceran menjadi subsektor penyumbang terbesar terhadap jumlah total sektor perdagangan yakni sebesar 953.950,07 juta rupiah atau sekitar 27% dari total pendapatan sektor perdagangan di wilayah hinterland. Secara lebih jelas dapat diamati dalam tabel dan peta berikut. Tabel 6.2.5.5 PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo Provinsi Jambi Tahun 2011 No. Kabupaten Total Sek. Perdagangan 1 Kerinci 103.345,55 2 Merangin 214.488,84 3 Sarolangun 205.878,00 4 Batanghari 305.888,61 -70.00 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 55
5 Muaro Jambi 201.480,29 6 Tanjab Timur 383.849,33 7 Tanjab Barat 407.207,15 8 Tebo 168.503,83 9 Bungo 309.874,58 10 Kota Jambi 953.950,07 11 Kota Sungai Penuh 171.408,07 Jumlah 3.425.874,32 Sumber: Jambi Dalam Angka 2011
56
Gambar 6.2.5.1 Peta Distribusi Spasial PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Hinterland KSP Muaro-Bungo Muaro Tebo Provinsi Jambi Tahun 2011
57
6.3 Investasi
Tabel 6.3.1 Jumlah Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2012 No. Kabupaten Banyaknya Perusahaan Realisasi Investasi Tenaga Kerja Indonesia Asing 1 Kerinci - - - - 2 Merangin 4 835.502,39 5.038 1 3 Sarolangun 4 247.301,19 263 - 4 Batang Hari 13 780.840,03 2.724 - 5 Muaro Jambi 11 820.787,22 4.474 2 6 Tanjab Timur 2 2.600,90 217 - 7 Tanjab Barat 12 14.589.629.49 10.915 174 8 Tebo 4 412.504.43 4.830 - 9 Bungo 3 1.390.838.13 757 2 10 Kota Jambi 6 853.672.05 866 2 11 Kota Sungai Penuh - - - - Total 59 19.933.675.83 30.084 181 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Tabel 6.3.2 Laju Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2007-2012 (%) No. Kabupaten Banyaknya Perusahaan Realisasi Investasi Tenaga Kerja Indonesia Asing 1 Kerinci - -
7 Tanjab Barat -33 164 -25 2075 8 Tebo -20 857 1042 - 9 Bungo -40 299 -6 100 10 Kota Jambi -65 211 -78 - 11 Kota Sungai Penuh - - - - Total -312 6722 1441 1838 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah
Dari data penanam modal di atas, dapat dilihat Kabupaten Tanjab Barat merupakan kabupaten yang mendapatkan investasi dari banyak perusahaan serta dengan nilai realisasi invesrtasi yang sangat besar. Penyerapan tenaga kerja juga mengindikasikan bahwa kabupaten ini memiliki nilai 58
investasi yang besar. Hal ini sangat kontras dengan Kabupaten tanjab Timur yang menerima investasi yang sangat kecil padahal kedua kabupaten ini memiliki karakteristik yang sama dan letaknya berdekatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih mendetil untuk mengetahui kenapa hal ini bisa terjadi. Selain itu, seperti halnya Kabupaten Tanjab Timur, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh juga menunjukkan informasi yang negatif. Kedua kabupaten ini sama sekali tidak menerima investasi dari perusahan manapun. Tabel 6.3.3 Jumlah Perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2012 No. Kabupaten Banyaknya Perusahaan
Tenaga Kerja Realisasi Investasi Indonesia Asing 1 Kerinci - - - - 2 Merangin 3 48.390,36 261 2 3 Sarolangun 14 68.051,08 1.405 13 4 Batang Hari 4 111.337,22 3.271 4 5 Muaro Jambi 10 146.589,44 5.444 6 6 Tanjab Timur 3 77.725,89 905 - 7 Tanjab Barat 5 197.541,38 1.514 10 8 Tebo - - - - 9 Bungo 6 112.037,67 1.902 2 10 Kota Jambi 10 64.876,05 637 - 11 Kota Sungai penuh 1 1.305,00 50 - Total 56 827.854.09 15.389 37 Sumber: Jambi Dalam Angka 2013
Setelah melakukan analisa pada jumlah perusahaan penanam investasi dan realisasi investasi pada data sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa Kabupaten Tanjab Barat adalah kabupaten yang paling banyak mendapatkan investasi dari perusahaan begitu pula dengan realisasi investasi dan banyaknya tenaga kerja yang diserap. Berikutnya, dari data diatas, kembali ditunjukkan bahwa meskipun jumlah penanam modal asing di Tanjab Barat bukan merupakan yang terbanyak, namun nilai realisasi inverstasinya tetap yang terbesar. Dan dari data diatas, juga kembali ditunjukkan bawa Tanjab timur mengalami ketimpangan dengan Tanjab barat.
Tabel 6.3.4 Laju Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) menurut Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Tahun 2007-2012 (%) No. Kabupaten Banyaknya Perusahaan Realisasi Investasi Tenaga Kerja Indonesia Asing 1 Kerinci - - - - 2 Merangin - - - - 59
No. Kabupaten Banyaknya Perusahaan Realisasi Investasi Tenaga Kerja Indonesia Asing 3 Sarolangun 600.00 -3.46 -36.40 - 4 Batang Hari 100.00 -80.48 70.63 -33.33 5 Muaro Jambi 150.00 1,096.75 21,676.00 - 6 Tanjab Timur - - - - 7 Tanjab Barat 150.00 187.48 3,264.44 - 8 Tebo - - - - 9 Bungo 200.00 -73.74 -30.99 -75.00 10 Kota Jambi 66.67 193.98 145.95 - 11 Kota Sungai Penuh - - - - Total 211.11 -29.27 113.41 164.29 Sumber: Jambi dalam Angka 2007 - 2013. diolah
60
Gambar 6.3.1 Peta Distribusi Spasial Jumlah Investasi Perusahaan PMDN dan PMA Provinsi Jambi Tahun 2012
61
6.4 Sumberdaya Manusia Lingkup analisis sumberdaya manusia bagi wilayah-wilayah yang menjadi hinterland Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti ini terdiri dari seluruh kabupaten/kota di dalam Provinsi Jambi.Analisis didasarkan pada satu sumber data yaitu Jambi dalam angka dengan rentang waktu dari tahun 2009 hingga 2012. Pemilihan basis data ini dilakukan sebagai penyesuaian terhadap ketersediaan data setelah adanya peraturan pemekaran daerah pada tahun 2008 dimana Kabupaten Kerinci dipecah menjadi dua, yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. 6.4.1 Jumlah, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk merupakan variabel yang digunakan untuk menganalisa penggunaan ruang dalam suatu wilayah.Melalui data series kependudukan Jambi dengan rentang waktu tertentu, akan dapat dilihat dinamika perkembangan kependudukan baik itu positif maupun negatif yang nantinya menjadi dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan. Berikut adalah peningkatan jumlah penduduk Provinsi Jambi dalam rentang 4 tahun (2009-2013)
Tabel 6.4.1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009- 2013 No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) 2009 2010 2011 2012 1 Kerinci 126.817 229.495 235.251 235.797 2 Merangin 292.013 333.206 341.563 350.062 3 Sarolangun 218.228 246.245 252.421 259.963 4 Batang Hari 222.841 241.334 247.386 252.731 5 Muaro Jambi 314.598 342..952 351.553 363.994 6 Tanjung Jabung Timur 213.781 205.272 210.420 211.057 7 Tanjung Jabung Barat 255.952 278.741 285.731 293.594 8 Tebo 257.267 297.735 305.202 313.420 9 Bungo 271.625 303.135 310.737 320.300 10 Kota Jambi 476.038 531.857 545.193 557.321 11 Kota Sungai Penuh 81.162 82.293 84.357 84.575 Jumlah 2.730.322 3.092.265 3.169.814 3.242.814 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 - 2013, diolah 62
Gambar 6.4.1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2013 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 - 2013, diolah Melalui data diatas, diketahui bahwa penduduk dari hinterland KSP ini mengalami pertambahan secara konstan setiap tahunnya.Pertambahan penduduk yang selalu positif merupakan suatu fenomena yang normal dalam sebuah wilayah yang sedang berkembang, begitu pula dengan Provinsi Jambi.Pertambahan penduduk di provinsi ini berkisar antara 70 ribu hingga 370 ribu jiwa setiap tahunnya. Setelah membahas mengenai jumlah penduduk, langkah berikutnya adalah menganalisa kepadatan penduduk.Data kepadatan penduduk dapat digunakan untuk melihat konsentrasi sebaran penduduk yang ada pada suatu wilayah serta tingkat ketimpangan sebaran penduduk di wilayah tersebut. Berikut adalah data kepadatan penduduk Provinsi Jambi dalam rentang tahun 2009-2013:
Tabel 6.4.1.2 Perkembangan Kepadatan Penduduk Dirinci Per Kabupaten/Kota dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 No Kabupaten/Kota Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) 2009 2010 2011 2012 1 Kerinci 38 68 70 70 2 Merangin 38 43 44 46 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000 2009 2010 2011 2012 J u m l a h
P e n d u d u k
( j i w a )
Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh 63
No Kabupaten/Kota Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) 2009 2010 2011 2012 3 Sarolangun 35 40 41 42 4 Batang Hari 38 42 43 44 5 Muaro Jambi 59 64 66 68 6 Tanjung Jabung Timur 39 38 39 39 7 Tanjung Jabung Barat 55 60 61 63 8 Tebo 39 45 46 47 9 Bungo 58 65 67 69 10 Kota Jambi 2.317 2.589 2.654 2.713 11 Kota Sungai Penuh 207 210 215 216 Rata-Rata Kepadatan 266 297 304 311 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah Melalui data diatas, diketahui bahwa meskipun memiliki luas wilayah administratif yang cukup sempit bila dibandingkan dengan wilayah lainnya (Kota Jambi = 0.4% Provinsi Jambi dan Kota Sungai Penuh = 0.8% Provinsi Jambi), Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh merupakan dua wilayah yang memiliki kepadatan tertinggi dengan rentang kepadatan diatas 100 jiwa/km 2 . Kondisi kepadatan kedua kota tersebut sangat tinggi sehingga menimbulkan ketimpangan kepadatan pada wilayah-wilayah lainnya yang rata-rata memiliki rentang dibawah 50 jiwa/km 2 . Sedangkan apabila dilihat pada data perkembangan Kabupaten Kerinci, perkembangan kepadatan yang terjadi bersifat stagnan dan tidak menunjukkan perkembangan.Kecenderungan ini merupakan salah satu indikasi dari lemahnya pertumbuhan suatu wilayah. Oleh karena itu, selain ketimpangan yang dialami oleh Kota Sungai Penuh dengan kabupaten lain, lambatnya pertumbuhan kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci juga merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengembangan wilayah dalam lingkup KSP ini. 64
Gambar 6.4.1.2 Ketimpangan Kepadatan Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian- Sengeti Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
20 520 1020 1520 2020 2520 3020 2009 2010 2011 2012 K e p a d a t a n
P e n d u d u k
Perkembangan Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi dirinci per Kabupaten/kota Tahun 2009-2012 Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh 65
Gambar 6.4.1.3 (Peta Perkembangan Jumlah Penduduk)
66
Gambar 6.4.1.4 Peta Sebaran Kepadatan Penduduk)
67
B. Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk merupakan cepatnya pertumbuhan penduduk yang dinilai melalui pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Data laju pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan wilayah di masa depan dalam berbagai lingkup, seperti misalnya sarana dan prasarana sosial. Berikut adalah tabel laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 dirinci per kabupaten/kota: Tabel 6.4.1.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Dirinci Per Kabupaten/Kota dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian- Sengeti Tahun 1990-2010 No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1990 2000 2010 1990-2000 2000-2010 1. Kerinci 280.017 295.040 229.495 0,11 0,08 2. Merangin 209.895 254.203 333.206 012 0,13 3. Sarolangun 140.937 178.097 246.245 0,13 0,14 4. Batang Hari 155.252 190.636 241.334 0,12 0,13 5. Muaro Jambi 170.889 233.993 342.952 0,14 0,15 6. Tanjung Jabung Timur 210.975 191.556 205.272 0,09 0,11 7. Tanjung Jabung Barat 151.417 206.730 278.741 0,14 0,13 8. Tebo 173.368 222.232 297.735 0,13 0,13 9. Bungo 187.874 217.172 303.135 0,12 0,14 10. Kota Jambi 339.944 417.507 531.857 0,12 0,13 11. Kota Sungai Penuh 82.293 Jumlah 2.020.568 2.407.166 3.092.265 0,12 0,13 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata laju pertumbuhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi cukup rendah, yaitu hanya berkisar antara 0,1 hingga 0,15%. Namun, angka ini cukup stabil dan tidak mengidentifikasikan adanya kemungkinan ledakan penduduk yang besar di masa mendatang. Kabupaten/kota yang memiliki angka laju pertumbuhan paling tinggi adalah Kabupaten Muaro Jambi, yaitu 0,15%. Namun meskipun menjadi kabupaten dengan angkata pertumbuhan tertinggi tetap saja hal ini tidak begitu berpengaruh karena kisaran peresentase masih tergolong rendah dan tidak berpotensi menyebabkan ledakan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang perlu diperhatikan lebih cermat dari 11 wilayah diatas adalah Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh.Sesuai dengan hasil analisis jumlah dan kepadatan penduduk, diketahui bahwa dua wilayah tersebut merupakan daerah yang rentan menampung penduduk yang berlebih. Melalui analisis laju pertumbuhan yang menunjukkan bahwa Kota Jambi memiliki laju positif dengan kisaran 0,12- 0,13% per tahun. Sedangkan Kota Sungai Penuh belum memiliki angka petumbuhan karena baru berdiri secara mandiri pada tahun 2008 sehingga belum ada data pembanding untuk menentukan tingkat 68
pertumbuhannya. Namun tetap saja hal ini perlu diwaspadai mengingat kedua kota tersebut memiliki luasan administratif yang terbatas dan apabila terus dibiarkan maka pertumbuhan penduduk ini akan melampaui daya dukung wilayah yang ada.
6.4.1.5 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
6.4.2 Potensi Penduduk Produktif Potensi penduduk produktif diidentifikasi dari data piramida penduduk serta analisis rasio ketergantungan Provinsi Jambi dengan rentang tahun 2009 hingga 2013. Analisis potensi penduduk produktif ini dibutuhkan untuk menilai potensi pengembangan wilayah melalui sumberdaya manusia yang dimiliki, khususnya usia produktif yaitu 15-64 tahun. 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140 0.160 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi 1990-2010 1990-2000 2000-2010 69
A. Piramida Penduduk Diagram disamping menunjukkan struktur penduduk Provinsi Jambi yang digambarkan melalui piramida penduduk dengan rentang tahun 2009 hingga 2013.Dari piramida-piramida ini diketahui bahwa terjadi perubahan struktur penduduk pada rentang waktu tersebut. Pada tahun 2009, struktur tampak seimbang dimana usia produktif memiliki persentase yang seimbang. Namun, struktur ini mulai bergeser dan menjadikan dominasi usia produktif bergeser pada usia 24-44 tahun sedangkan usia produktif fase akhir (50-64) berkurang cukup besar). Terdapat 3 tipe struktur piramida berdasarkan komposisi penduduk menurut dan jenis kelamin yang masing- masing mewakili sebuah tren tertentu, yaitu: a. Tipe Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok usia muda. Tipe ini umumnya mengindikasikan wilayah yang memiliki tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi, b. Tipe Konstruktif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok usia dewasa. Tipe ini mengindikasikan adanya penurunan yang cepat terhadap angka kelahiran dan trendahnya tingkat kematian, c. Tipe Stasioner adalah jika penduduk pada tiap kelompok umur relatif seimbang dimana artinya wilayah tersebut mempunyai tingkat kelahiran dan kematian yang rendah. Melalui penjelasan di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan stuktur penduduk Provinsi Jambi masih menunjukkan struktur piramida yang konstruktif. Pola Konstruktif mengidentifikasikan bahwa usia produktif masih mendominasi provinsi ini. Pola konstruktif merupakan jenis pola yang baik untuk perkembangan suatu wilayah karena itu sama artinya wilayah tersebut memiliki asset sumberdaya manusia yang baik. Dominasi usia produktif dapat dimanfaatkan untuk mengisi lapangan-lapangan usaha yang tersedia dan memang dibutuhkan untuk memajukan wilayah. Selain menunjukkan dominasi usia produktif, piramida disamping juga menunjukkan komposisi usia tua (manula = usia 65 tahun keatas) yang lumayan sedikit jika dibandingkan dengan komposisi penduduk lainnya (anak-anak dan usia produktif). Kecenderungan ini dapat disimpulkan sebagai ketahanan wilayah yang baik yang dapat diperkuat dengan data kelahiran-kematian sert migrasi masuk dan keluar. Gambar 6.4.2.1 Piramida Penduduk dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
70
B. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Rasio ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk tidak produktif dengan banyaknya penduduk produktif.Penduduk tidak produktif terdiri dari dua jenis, yaitu penduduk berusia di bawah 15 tahun dan penduduk yang berusia di atas 65 tahun. Berikut adalah hasil perhitungan rasio ketergantungan di provinsi Jambi tahun 2009 hingga 2013:
Tabel 6.4.2.1 Perkembangan Kepadatan Penduduk Dirinci Per Kabupaten/Kota dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi- Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 Tahun Kelompok Umur Rasio Ketergantungan (%) 0-14 15-64 65+ RK Muda RK Tua RK Total 2009 837.246 1.799.540 97.378 46,5 5,4 51,9 2010 944.650 2.038.462 109.153 46,3 5,4 51,7 2011 952.784 2.104.064 112.966 45,3 5,4 50,7 2012 964.842 2.158.736 119.236 44,7 5,5 50,2 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah Dari data diatas, diketahui bahwa rasio ketergantungan total di Provinsi Jambi berkisar pada angka 50%, artinya setiap 100 orang yang berusia produktif (bisa dianggap pula sebagai usia kerja) mempunyai tanggungan sebanyak 50 orang yang belum produktif (usia di bawah 15 tahun) atau dianggap sudah tidak produktif lagi (usia diatas 65 tahun). Rasio ketergantungan jauh lebih banyak disumbang oleh penduduk muda ketimbang usia tua. Hal ini sejalan dengan informasi yang digambarkan oleh piramida penduduk dimana usia muda jauh lebih banyak dibandingkan dengan usia tua.
Gambar 6.4.2.2 Perkembangan Persentase Rasio Ketergantungan dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012 Perkembangan Persentase Rasio Ketergantungan Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 Rasio Ketergantungan (RK) 71
Dari tahun ke tahun,meskipun tidak begitu signifikan, namun rasio ketergantungan Provinsi Jambi mengalami penurunan yang cukup stabil. Hal ini merupakan suatu hal yang bagus dan menunjukkan bahwa wilayah provinsi ini memiliki sumberdaya berupa penduduk yang produktif yang terus meningkat.
6.4.3 Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia dalam laporan ini ditinjau melalui tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk di Provinsi jambi.Data yang dipergunakan mengacu pada Jambi dalam angka tahun 2009 hingga tahun 2012. Berikut adalah data penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Jambi selama 4 tahun terakhir: Tabel 6.4.3.1 Penduduk Provinsi Jambi Berumur 10 Tahun Keatas menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah Melalui data diatas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja secara stabil dari tahun ke tahun.Peningkatan ini bukan hanya sekedar pada kuantitas tenaga kerja melainkan juga kualitas.Peningkatan kualitas dinilai dari persentase tingkat pendidikan lanjutan, yaitu SMA/SMK dan perguruan tinggi yang selalu meningkat. Berikut adalah diagram peningkatan kualitas tenaga kerja dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Jambi pada tahun 2009-2012: Tahun Tingkat Pendidikan Total Tidak/Belum pernah sekolah SD SMP SMA/SMK D1- Universitas Tidak Bersekolah lagi 2009 114.507 177.800 134.184 96.523 39.893 1.721.676 2.284.583 2010 126.228 189.439 134.663 102.704 53.916 1.875.048 2.481.998 2011 89.524 186.470 155.724 107.672 64.093 1.909.166 2.512.649 2012 92.806 202.871 154.699 107.300 65.430 1.950.819 2.573.925 72
Gambar 6.4.3.1 Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Ditinjau Melalui Tingkat Pendidikan Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Dari diagram diatas, walaupun diketahui bahwa peningkatan yang terjadi tidak bisa dikatakan sebagai perubahan yang signifikan, namun setidaknya pertubahan tersebut terjadi secara stabil. Peningkatan yang stabil ini merupakan salah satu indikasi bahwa kualitas kehidupan (quality of life) penduduk Provinsi Jambi mengalami kenaikan.Selain itu, Peningkatan ini dapat diterjemahkan sebagai potensi wilayah karena menunjukkan bahwa penduduk wilayah tersebut memiliki kemampuan untuk mengisi lapangan-lapangan usaha yang dibutuhkan di provinsi ini serta mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk memajukan wilayah.
6.4.4 Tenaga Kerja Sub bab tenaga kerja membahas mengenai tren ketenagakerjaan yang ditinjau dari perkembangan tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran serta jenis-jenis lapangan usaha yang menjadi mata pencaharian penduduk. Analisa didasarkan pada data statistikyang bersumber pada Jambi dalam angka tahun 2009-2012. A. Perkembangan Partisipasi Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran Berikut adalah data perkembangan tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Jambi:
114507 177800 134184 96523 39893 126228 189439 134663 102704 53916 89524 186470 155724 107672 64093 92806 202871 154699 107300 65430 Tidak/Belum pernah sekolah SD SMP SMA/SMK D1-Universitas Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009- 2012 2012 2011 2010 2009 73
Tabel 6.4.4.1 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Provinsi JambiTahun 2009-2012 Tahun 2009 2010 2011 2012 Angkatan Kerja 1.334.496 1.545.683 1.495.267 1.4700.920 Bukan Angkatan Kerja 667.861 804.059 714.336 789.768 Jumlah Total 2.002.357 2.349.742 2.209.503 2.260.688 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi berkisar pada angka1,3 hingga 1,5 Juta jiwa rata-rata per tahun. Sedangkan penduduk yang tergolong ke dalam kelompok bukan angkatan kerja mencapai 700- 800ribu jiwa rata-rata per tahun. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk berusia muda yang biasanya masih bersekolah maupun penduduk usia lanjut/manula yang sudah tidak lagi bekerja.
Gambar 6.4.4.1PerkembanganTingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Dari grafik perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi perkembangan yang tidak stabil.Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena kisaran angka jumlah angkatan kerja hanya mengalami perubahan yang kecil, yaitu sekitar 5 digit angka tiap tahunnya.Untuk mengetahui tren nya secara lebih mendetil sehingga didapatkan hasil analisa yang lebih baik, selanjutnya perlu dilakukan peninjauan pada tingkat pengangguran yang ada.Angka Pengangguran digunakan sebagai pembanding fluktuasi perkembangan partisipasi angkatan kerja yang ada apakah sebanding atau memang terjadi penurunan tingkat partisipasi. Berikut adalah data perkembangan tingkat pengangguran di Provinsi Jambi selama 4 tahun terakhir:
66.6 65.8 67.7 65.1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012 T o t a l
A n g k a t a n
K e r j a
( % )
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Jambi 2009-2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 74
Tabel 6.4.4.2 Perkembangan Tingkat Pengangguran Provinsi Jambi Tahun 2009-2012 Tahun 2009 2010 2011 2012 Angkatan Kerja (Jiwa) 1.334.496 1.545.683 1.495.267 1.4700.920 a. Bekerja 1.260.592 1.462.405 1.434.998 1.423.624 b. Pengangguran 73.904 83.278 60.169 47.296 Persentase Angka Pengangguran (%) 5,5 5,4 4,0 3,2 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Gambar 6.4.4.2 Perkembangan Tingkat Pengangguran dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian- Sengeti Tahun 2009-2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Perkembangan tingkat pengangguran dapat digunakan sebagai referensi analisis tingkat partisipasi angaktan kerja yang telah dibahas sebelumnya.Melalui tren tingkat pengangguran yang memiliki kecenderungan untuk menurun setiap tahunnya namun tidak dengan tingkat partisipasi menunjukkan bahwa turunnya tingkat partisipasi bukan disebabkan oleh kenaikan angka pengangguran. Turunnya tingkat partisipasi pada tahun 2012 terjadi karena jumlah dari kelompok bukan angkatan kerja memang mengalami kenaikan.Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk berusia di atas 15 tahun yang belum bekerja seperti misalnya pelajar dan manula yang sudah pension.Dengan kata lain, tren ini tidak mengidikasikan adanya masalah yang cukup serius dan mengancam perkembangan ketenaga-kerjaan di Provinsi Jambi.
5.5 5.4 4.0 3.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012 T o t a l
A n g k a t a n
K e r j a
( % )
Perkembangan Tingkat Pengangguran Provinsi Jambi 2009-2013 Tingkat Pengangguran (%) 75
B. Tenaga Kerja dan Jenis Lapangan Usaha Analisis tenaga kerja menurut lapangan usaha dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang mendominasi penyerapan tenaga kerja paling besarpada kawasanhinterland KSP ini sehingga dapat pula digunakan sebagai dasar analisis perekonomian. Melalui hasil analisis ini, pembuatan rencana pengembangan akan lebih mendasar dan tepat sasaran karena mengacu pada potensi yang telah dimiliki oleh wilayah tersebut. Melalui grafik dan diagram disamping, diketahui bahwa sector pertanian merupakan sektor utama yang menyerap tenaga kerja di Provinsi Jambi.Sektor pertanian mencakup lebih dari separuh (50%) penyerapan tenaga kerja yanga da di Provinsi Jambi.Sedangkan sektor lainnya yang juga cukup terlihat adalah sektor perdagangan (16%) dan jasa (14%). Penyerapan tenaga kerja melalui sector pertanian secara umum mengalami fluktuasi yang tidak stabil. Hal ini bisa dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah berkurangnya lahan karena perkembangan kota (mengingat sektor pertanian sangat bergantung pada ketersediaan lahan). Sedangkan untuk sector perdagangan dan jasa, kedua juga mengalami fluktuasi perkembangan dan berkisar pada persentase 13 hingga 18% per tahun. Gambar 6.4.4.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
Gambar 6.4.4.4. Pekembangan Persentase Dominasi Lapangan Usaha yang menyerap Tenaga Kerja dalam Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2009-2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2009 dan 2013, diolah
76
6.5 Infrastruktur Dalam sub bab ini, akan dibahas mengenai infrastruktur yang menjadi hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti. Dalam lingkup batasan area, kawasan hinterland ini meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Sub bab ini berisi berbagai analisis terkait dengan infrastruktur fisik yang ada di setiap kabupaten/kota baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Infrastruktur yang dibahas meliputi sarana-prasarana transportasi (darat, air dan udara), ekonomi, pendidikan dan kesehatan.Analisis infrastruktur didasarkan pada data yang diperoleh melalui Jambi dalam angka 2013, statistik perhubungan tahun 2012, dan perhubungan darat dalam angka 2012.
6.5.1 Transportasi Analisis infrastuktur untuk tema transportasi dikelompokkan kedalam 3 klasifikasi, yaitu transportasi darat, air dan udara. Berikut adalah hasil dari analisis dari 3 sumber data tersebut:
A. Transportasi Darat Prasarana transportasi darat yang dimaksud dalam laporan ini adalah segala informasi terkait dengan jalan termasuk dengan jaringannya. Berikut adalah data mengenai panjang jalan tiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi sesuai dengan hierarkhinya: Tabel 6.5.1.1 Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/kota Menurut FungsinyaTahun 2012 No Kabupaten Panjang Jalan (Km) Arteri Kolektor Jumlah 1. Kerinci dan Kota Sungai Penuh - 200,24 200,24 2. Merangin 79,57 216,21 295,78 3. Sarolangun 1267,26 192,78 319,51 4. Batang Hari 144,306 210,76 355,07 5. Muaro Jambi 141,191 138,28 279,47 6. Tanjung Jabung Timur - 138,37 138,37 7. Tanjung Jabung Barat 174,375 111,37 285,75 8. Tebo 84,80 139,16 223,97 9. Bungo 119,214 102,88 222,10 10. Kota Jambi 66,30 54,86 121,16 Total Panjang Jalan 936,48 1.504,93 2.441,41 Sumber: Jambi dalam Angka 2013
77
Gambar 6.5.1.1Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/kota Menurut FungsinyaTahun 2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah Jalan kolektor dalam laporan ini merupakan jalan yang hierarhinya setara dengan jalan yang menghubungkan kecamatan-kecamatan dalam suatu kabupaten/kota.Sedangkan jalan arteri setara dengan jalan yang menghubugkan kabupaten/kota dalam sebuah provinsi. Melalui data panjang jalan meurut fungsinya di atas, dapat dilihat mana wilayah-wilayah yang memiliki potensi karena memiliki arus transportasi dengan skala besar berdasarkan pada panjang jalan arteri yang mereka miliki. Bagi Kabupaten/kota seperti Sungai Penuh, Kerinci, Sarolangun dan kabupaten lain yang berada pada daerah perbatasan sangat penting untuk memiliki prasarana jalan yang mewadahi karena merupakan penghubung langsung dengan wilayah-wilayah lain di luar Provinsi Jambi.Hal ini semakin krusial bagi wilayah-wilayah yang memiliki pelabuhan atau bandara karena mereka berperan sebagai gerbang masuk bagi berbagai kegiatan ekonomi dari luar provinsi. Untuk membantu analisis kondisi prasarana jalan di Provinsi Jambi, maka selain data mengenai jenis jalan dilakukan juga peninjauan pada data panjang jalan menurut kondisi dan material yang digunakan. Berikut adalah data tersebut:
Tabel 6.5.1.2 Panjang Jalan Menurut Jenis Material yang Digunakan Tahun 2012 No Kabupaten Panjang Jalan (km) Jumlah (km) Aspal Kerikil Tanah 1 Kerinci dan Kota Sungai Penuh 200,24 - - 200,24 2 Merangin 295,78 - - 295,78 3 Sarolangun 294,86 24,65 - 319,51 4 Batang Hari 355,07 - - 355,07 0% 20% 40% 60% 80% 100% Kerinci dan Kot Sungai Penuh Merangin SarolangunBatang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Panjang Jalan Nasional, Provinsi danKabupaten/kota Menurut Jenisnya Tahun 2012 Arteri Kolektor 78
5 Muaro Jambi 279,48 - - 279,47 6 Tanjung Jabung Timur 103,50 34,88 - 138,37 7 Tanjung Jabung Barat 268,05 17,70 - 285,75 8 Tebo 223,97 - - 223,97 9 Bungo 222,10 - - 222,10 10 Kota Jambi 121,16 - - 121,16 Total Panjang Jalan 2.364,20 77.225 - - Sumber: Jambi dalam Angka 2013 Besarnya persentase penggunaan material aspal di Provinsi Jambi mengindikasikan bahwa kondisi prasarana transportasi berupa jaringan jalan telah memiliki kualitas yang cukup baik.Namun, peningkatan kualitas jalan masih perlu ditingkatkan khususnya di beberapa kabupaten yang belum secara keseluruhan menggunakan material aspal, seperti Kabupaten Sarolangun, Tanjeb Timur dan Tanjeb Barat.
Gambar6.5.1.2Persentase Jenis Material Jalan dalam HinterlandPerkotaan Jambi-Muara Bulian-SengetiTahun 2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
Tabel 6.5.1.3 Panjang Jalan Menurut Kondisinya Tahun 2012 No. Kabupaten Panjang Jalan (Km) Jumlah (Km) Baik Sedang Rusak Rusak Berat 1 Kerinci dan Kota Sungai Penuh 78,75 75,39 32,83 13,27 200,24 2 Merangin 132,08 115,07 37,50 11,14 295,78 3 Sarolangun 99,46 148,32 46,67 25,06 319,51 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Perbandingan Jenis Material Jalan di provinsi Jambi 2012 Kerikil Aspal 79
4 Batang Hari 100,17 159,21 69,82 25,87 355,07 5 Muaro Jambi 150,66 82,79 36,13 9,89 279,47 6 Tanjung Jabung Timur 49,40 50,83 22,37 15,79 138,37 7 Tanjung Jabung Barat 107,76 120,66 41,37 15,96 285,75 8 Tebo 73,17 94,20 45,10 11,49 223,97 9 Bungo 77,31 94,28 37,05 13,45 222,10 10 Kota Jambi 96,51 21,25 3,40 - 121,16 Total Panjang Jalan 965,27 961,98 372,24 141,92 2.441,41 Sumber: Jambi dalam Angka 2013
Gambar6.5.1.3Persentase Kondisi Jalan Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
Kondisi jalan yang paling menonjol adalah Kota Jambi dimana tidak ada jalan yang masuk ke dalam kategori rusak parah.Hal ini wajar karena Kota Jambi merupakan ibukota dari Provinsi Jambi sehingga menjadi pusat pelayanan bagi wilayah lainnya. Kota/kabupaten yang kondisinya cukup kontras dari Kota Jambi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, padahal kabupaten ini dalam RTRWP Jambi 2012 masuk kedalam kawasan yang digolongkan sebagai kawasan strategis nasional Dalam analisis jenis material, kabupaten ini masih banyak berupa kerikil (lebih dari 25%), sedangkan untuk kondisi jalan yang tergolong kedalam kategori rusak dan rusak berat cukup besar (+38km dari 138km). Selain mencakup prasarana, tema transportasi darat juga membahas mengenai sarana transportasi darat yaitu terminal penumpang.Terdapat berbagai jenis/kelas terminal di Provinsi Jambi yang tersebar di beberaoa kabupaten. Berikut adalah daftar terminal tersebut:
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Komposisi Jalan dilihat dari Kondisinya di provinsi Jambi 2012 Rusak Berat Rusak Sedang Baik 80
Tabel 6.5.1.4 Tipe dan Lokasi Terminal Penumpang pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012 Sumber: Perhubungan darat dalam angka 2012 Dari data diatas diketahui bahwa terdapat 3 kabupaten/kota yang memiliki terminal kelas A. Terminal kelas A berfungsi untuk melayani kendaraan umum angkutan antar kota antar provinsi (AKAP), angkutan kota dalam provinsi (AKDP), angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan. Hal ini menjadikan ketiga kabupaten/kota tersebut sebagai tempat tujuan bagi para penduduk Provinsi Jambi yang akan pergi keluar provinsi Jambi, sehingga simpul yang terbentuk akan bermuara pada ketiga kabupaten/kota ini.
No Kabupaten/kota Lokasi Terminal Nama Terminal Tipe 1. Kota Sungai Penuh Sungai Penuh Sungai Penuh A 2. Kab. Bungo Bungo Biru Bungo Baru A 3. Kota.Jambi Simpang Rimbo Simpang Rimbo A 4. Kab.Bungo Tebo Muara Bungo Muara Bungo B 5. Kab.Bungo Tebo Muara Bungo Muara Bungo B 6. Kab. Sarolangun Bangko Bangko B 7. Kab. Sarolangun Sarolangun Sarolangun B 8. Kota Jambi Bawasari Bawasari B 9. Kota Jambi Kenall simpang kawat Kenali Simpang Kawat B 10. Kab. Batanghari Km 5 Muara Tembesi Batu Aji C 11. Kota Jambi Kebun jahe Kebun jahe C 81
(Peta Sebaran Titik Terminal)
82
Apabila dilihat lebih seksama, beberapa kabupaten/kota tidak memiliki terminal sama sekali. Kabupaten/kota ini yaitu Kabupaten Kerinci, Merangin, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat.Kelima wilayah ini tidak memiliki terminal, namun memiliki substitusi berupa pelabuhan maupun bandara. Namun tetap saja apabila penduduk dari kabupaten/kota ini perlu melakukan perjalanan darat, maka akan terdapat kecenderungan untuk mendatangi terminal terdekat. Misalnya saja Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi akan punya kecenderungan untuk bergerak ke Kota Jambi. B. Transportasi Air Dalam analisis prasarana transportasi air, data utama yang menjadi bahan analisa adalah jumlah dan sebaran pelabuhan yang ada di Provinsi Jambi.Dilihat dari kondisi geografis Provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, maka infrastruktur yang menunjang transportasi air sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah tersebut.
Tabel 6.5.1.5 Banyaknya Pelabuhan Pengumpul dan Pengumpan di Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012 No Nama Pelabuhan Lokasi Hierarkhi 1. Talang Duku Muaro Jambi Pengumpul 2. Kuala Tungkal Tg. Jabung Barat Pengumpul 3. Muaro Sabak Tg. Jabung Timur Pengumpul 4. Jambi Jambi Pengumpul 5. Pangkal Duri Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional 6. Sungai Jembat Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal 7. Air Hitam Laut Tg. Jabung Timur Pengumoan Lokal 8. Kuala Mandahara Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional 9. Lambur Luar Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal 10. Muara Delli Tg. Jabung Barat Pengumpan Regional 11. Nipah Panjang Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal 12. Pamusiran Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional 13. Simbur air Tg. Jabung Timur Pengumpan Lokal 14. Sungai Lokan Tg. Jabung Timur Pengumpan Regional Sumber: jambiprov.go.id diakses pada Oktober 2013
83
(Peta Sebaran Titik Pelabuhan Provinsi Jambi)
84
Sebagian besar pelabuhan yang ada di provinsi ini terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Oleh karena itu jelas sekali bahwa diperlukan perbaikan dan peningkatan kualitas infrastruktur transportasi khususnya jaringan jalan dan pelabuhan. Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya, diketahui bahwa kualitas jalan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Selain peningkatan jaringan jalan dan pelabuhan Kabupaten Tanjung Jabung, yang perlu diperhatikan adalah Pelabuhan yang terdapat di Kota Jambi.Pelabuhan ini merupakan pelabuhan pengumpul yang terletak di tengah ibukota provinsi, oleh karena itu rekayasa agar keberadaan pelabuhan di tengah pusat ibukota dapat memberikan kesempatan ekonomi dengan akses yang lebih mudah namun tanpa mengganggu fungsi Kota Jambi sebagai ibukota provinsi bagi wilayah- wilayah lainnya. Selain itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya rencana pembangunan pelabuhan utama di Tanjung Jabung Timur yaitu Pelabuhan Ujung Jabung akan mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitarnya, bahkan wilayah di seluruh Provinsi Jambi. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan khususnya pada infrastruktur distribusi antar pelabuhan serta peningkatan hierarkhi pelabuhan pada kabupaten lain di sekitar lokasi pelabuhan utama yang baru.
C. Transportasi Udara
Tabel 6.5.1.6 Sebaran Bandar Udara pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012 No Nama Bandar Udara Lokasi Kelas 1. Sultan Thaha Syaiffudin Kota Jambi II 2. Bungo Kabupaten Bungo IV 3. Depati Parbo Kota Sungai Penuh IV Sumber: jambiprov.go.id diakses pada Oktober 2013
85
(Peta Sebaran Titik Bandara Provinsi Jambi)
86
Terdapat 3 bandara di Provinsi Jambi yang berada di Kota Jambi, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Bungo.Masing-masing merupakan kelas II dan IV.Cakupan layanan Bandara kelas II meliputi seluruh wilayah di Provinsi Jambi.Bandara ini bertindak sebagai bandara pengumpul dari bandara-bandara pengumpan yang ada di Kabupaten Bungo dan Kota Sungai Penuh. Oleh karena itu, maka jelas simpul pergerakan bagi penduduk yang akan keluar provinsi atau pulau akan mengarah ke Kota Jambi. Dilihat dari pertimbangan jarak, kabupaten atau kota yang memiliki kecenderungan untuk menggunakan Bandar udara pengumpul/kelas IV yang ada di Kota Sungai Penuh adalah Kabupaten Kerinci, sebagian dari Kabupaten Merangin dan Sebagian dari Kabupaten Sarolangun. Sedangkan untuk pengguna Bandar udara di Kabupaten Bungoadalah sebagian dari Kabupaten Merangin dan Kabupaten Tebo.
6.5.2 Pendidikan Tabel 6.5.2.1 Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian- Sengeti Tahun 2012 No Kabupaten/ Kota Jumlah Sekolah Jumlah total SMA SMK MA Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1. Kerinci 13 2 3 2 5 8 33 2. Merangin 22 5 6 7 3 18 61 3. Sarolangun 11 11 8 2 2 16 50 4. Batang Hari 11 1 2 3 5 13 35 5. Muaro Jambi 15 8 7 4 4 15 53 6. Tanjung Jabung Timur 9 4 3 3 2 19 40 7. Tanjung Jabung Barat 21 12 5 0 2 19 59 8. Tebo 17 2 4 4 2 18 47 9. Bungo 17 2 7 5 3 16 50 10. Kota Jambi 11 29 4 26 3 15 88 11. Kota Muara Penuh 4 4 5 0 - - 13 Jumlah Sekolah 151 80 54 56 31 157 529 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah Dilihat dari data di atas, diketahui bahwa setiap kabupaten/kota memiliki sekolah menengah atas baik yang berstatus swasta maupun negeri. Hal ini bagus karena dapat memperkecil kemungkinan perjalanan yang harus dilakukan oleh penduduk di satu kabupaten/kota menuju kabupaten/kota lainnya untuk menerima pendidikan. Dengan kata lain, tiap kabupaten/kota memiliki kemandiriannya sendiri dan tidak tergantung pada kabupaten/kota lainnya dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan tingkat atas. 87
Namun, kecenderungan pemilihan sekolah di kabupaten/kota lain masih sangat mungkin terjadi apabila menggunakan bahan pertimbangan yang khusus, misalnya saja kualitas sekolah. Kecenderungan yang umum terjadi adalah penduduk kebanyakan tertarik untuk memilih sekolah yang terdapat di pusat kabupaten/kota maupun ibukota provinsi untuk mendapatkan pendidikan yang dianggap lebih berkualitas. Oleh karena itu, untuk menghindari tren semacam ini, diperlukan pemerataan kualitas untuk sekolah-sekolah yang ada di daerah dan di pusat kota.
Tabel 6.5.2.2 Sebaran Perguruan Tinggipada HinterlandPerkotaan Jambi-Muara Bulian-Sengeti Tahun 2012 No Kabupaten/Kota Perguruan Tinggi Jumlah Negeri Swasta 1. Kerinci - - 0 2. Merangin - 3 3 3. Sarolangun - - 0 4. Batang Hari - 3 3 5. Muaro Jambi - - 0 6. Tanjung Jabung Timur - - 0 7. Tanjung Jabung Barat - - 0 8. Tebo - 1 1 9. Bungo - 2 2 10. Kota Jambi 1 19 20 11. Kota sungai Penuh - 5 5 Jumlah 1 33 34 Sumber: pts.co.id diakses pada 27 Oktober 2013
(Peta Sebaran SMA dan PT Provinsi Jambi)
88
89
Di Kota Jambi terdapat 1 universitas negeri dan 19 perguruan tinggi swasta.Keberadaan perguruan-perguruan tinggi ini di Kota Jambi memiliki lingkup pelayanan yang luas, bahkan bukan hanya melayani seluruh wilayah di Provinsi Jambi, namun juga dari luar daerah mengingat adanya perguruan tinggi negeri yang memiliki daya tarik lebih kuat dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta. Selain itu, daya tarik pendidikan di Kota Jambi semakin besar karena terdapat banyak perguruan tinggi swasta yang berada pada kota ini. Dari data ini, maka dapat diketahui bahwa kecenderungan pergerakan penduduk untuk memperoleh pendidikan masih terpusat di Kota Jambi. Sedangkan untuk beberapa kabupaten/kota yang memiliki perguruan tinggi swasta seperti Kota Sungai Penuh, Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari dan Merangin memang memiliki daya tarik namun dengan lingkup pelayanan yang kecil dan pelayanan hanya untuk wilayah itu sendiri dan wilayah-wilayah lain yang berdekatan.
6.5.3 Kesehatan Tabel 6.5.3.1 Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian- Sengeti Tahun 2012 No Kabupaten/Kota Jumlah Fasilitas Kesehatan Jumlah Total Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Apotik 1 Kerinci 1 18 41 1 61 2 Merangin 1 20 86 11 118 3 Sarolangun 1 13 51 13 78 4 Batang Hari 1 17 60 9 87 5 Muaro Jambi 3 18 83 8 112 6 Tanjung Jabung Timur 1 17 57 0 75 7 Tanjung Jabung Barat 1 16 67 11 95 8 Tebo 1 15 40 6 62 9 Bungo 1 18 61 24 104 10 Kota Jambi 19 20 38 117 194 11 Kota sungai Penuh 1 6 6 18 31 Jumlah Sekolah 31 178 590 218 1017 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
90
Gambar6.5.3.1Persentase Kondisi Jalan pada Hinterland KSP Perkotaan Jambi-Muara Bulian- Sengeti Tahun 2012 Sumber: Jambi dalam Angka 2013, diolah
Kota Jambi merupakan kota dengan fasilitas kesehatan paling banyak dan paling lengkap (dilihat dari kuantitas rumah sakit) sehingga menjadikan lingkup pelayanan kesehatan Kota Jambi adalah seluruh wilayah provinsi dan bahkan sampai keluar Provinsi Jambi. Namun, dengan keberadaan rumah sakit yang sudah ada di setiap kabupaten/kota cukup meringankan beban layanan bagi Kota Jambi dan semua kabupaten/kota ini tidak tergantung secara penuh pada Kota Jambi. Untuk meningkatkan kemandirian kabupaten/kota, dapat dilakukan dengan menambahkan sarana kesehatan seperti puskesmas dan apotik misalnya di Kabupaten Kerinci yang hanya memiiki satu apotik, atau Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang bahkan tidak memiliki apotik sama sekali. Hal ini diperlukan karena meskipun lingkup pelayanannya kecil, namun sarana kesehatan seperti puskesmas dan apotk tetap dapat menambah kemandirian dari kabupaten/kota sehingga akses menuju rumah fasilitas kesehatan yang lebih besar bisa ditekan dan hanya diperlukan saat kondisi darurat.
(Peta Sebaran Sarana Pendidikan Provinsi Jambi)
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Komposisi Jumlah Fasilitas Kesehatan di Provinsi Jambi Tahun 2012 Apotik Puskesmas Pembantu Puskesmas Rumah Sakit