Você está na página 1de 2

A.

Trauma yang mengenai jaringan keras gigi


1. Fraktur mahkota
Fraktur email hanya memerlukan penghalusan bagian yang tajam, atau penambalan dengan
komposit. Fraktur dentin sebaiknya ditambal sesegera mungkin, khususnya pada pasien muda
karena penetrasi bakteri melalui tubulus dentin cepat terjadi. Penambalan dengan semen
kalsium hidroksida dan restorasi komposit sudah cukup ideal. Bila patahan gigi cukup besar,
fragmen mahkota dapat disemen kembali menggunakan resin komposit. Fraktur pulpa
dapat dirawat dengan pulp capping, pulpotomi, atau ekstirpasi pulpa.1,3,5
2. Fraktur akar
Fraktur mahkota yang oblik dapat meluas ke subgingiva (fraktur mahkota-akar). Bila
garis fraktur tidak terlalu jauh ke apikal dan pulpa tidak terbuka, cukup ditambal dengan
restorasi komposit. Bila fraktur meluas sampai jauh ke apikal, atau bila gigi terbelah secara
vertikal, umumnya ekstraksi harus dilakukan.1
Fraktur akar horizontal prognosisnya tergantung pada garis fraktur. Bila garis fraktur terletak
di dekat gingiva, fragmen mahkota dapat diekstraksi dan dilakukan perawatan endodontik
serta pembuatan mahkota pasak. Bila garis fraktur terletak jauh ke apikal, gigi sebaiknya
diekstraksi.1,3,5


B. Trauma yang mengenai jaringan periodontal
1. Malposisi
Gigi yang luksasi, ekstrusi dan intrusi direposisi dan di-splint untuk imobilisasi gigi selama
7-21 hari. Setelah periode imobilisasi selesai vitalitas gigi tersebut harus
diperiksa.1-3
2. Avulsi
Gigi yang avulsi dapat direplantasi dengan memperhatikan sejumlah faktor, yaitu tahap
perkembangan akar, lamanya keberadaan gigi di luar soket, lamanya penyimpanan dan media
yang digunakan. Idealnya replantasi dilakukan sesegera mungkin. Sebaiknya dipastikan
bahwa sel ligamen periodontal tidak mengering, yakni tidak lebih dari 30 menit.
Kemudian dilakukan imobilisasi dengan pemasangan splint.1,3

C. Trauma yang mengenai tulang alveolar
Perawatan fraktur tulang alveolar biasanya hanya memerlukan anastesi lokal, dan paling baik
dilakukan segera setelah trauma. Reduksi tertutup fraktur alveolar tertutup biasanya
dilakukan dengan manipulasi jari yang diikuti dengan splinting. Imobilisasi tersebut harus
menyertakan beberapa gigi yang sehat. Fiksasi intermaksilar kadang- kadang diperlukan bila
fragmen fraktur sangat besar, atau bila prosedur splinting tidak menghasilkan imobilisasi
yang adekuat, dengan memperhatikan oklusi yang benar. Reduksi terbuka jarang dilakukan
untuk fraktur alveolar, kecuali bila merupakan bagian dari perawatan fraktur rahang.1,3,7
Pada ekstraksi gigi yang menyebabkan komunikasi oro antral, harus dilakukan penutupan
segera dengan flap bukal. Pasien diberi obat tetes hidung ephedrine 0,5 persen untuk
membantu drainase antral, dan antibiotik untuk mencegah timbulnya fistula oro-antral.

D. Trauma yang mengenai jaringan lunak mulut
Fraktur dentoalveolar hampir selalu disertai vulnus. Prinsip perawatannya terdiri atas
pembersihan, pembuangan jaringan nekrotik (debridement), penghentian perdarahan dan
penjahitan.6
Pada bagian dalam laserasi degloving sering ditemukan debris atau kotoran tanah, sehingga
debridement perlu diikuti dengan irigasi yang cermat.1
Fraktur dentoalveolar sering mengakibatkan luka terbuka, sehingga perlu diberikan antibiotik
profilaksis dan obat kumur antiseptik.7,8

Você também pode gostar