Deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek,
penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan ini menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya, melihat, mendengar, atau mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh panca indera. Karena dilandaskan pada panca indera, maka deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau spesifikasi. Semua ini diniati demi terciptanya impresi dominan yang menjadi tujuan penulisan. Karena pencitraan dan spesifikasi ini, deskripsi menjadi hidup dan sering membuat argumen menjadi sangat persuasif. Deskripsi sering dikombinasikan dengan strategi lain terutama narasi. Deskripsi dapat menjelaskan dan mengembangkan sebuah komparasi, proses, definisi, argumen, dan klasifikasi, dan srategi-strategi lainnya. Deskripsi bisa bersifat objektif dan subjektif tergantung tujuan penulisan. Deskripsi bisa juga dibagi dua: deskripsi ekspositori dan deskripsi impresionistis atau stimulatif. Yang disebut pertama merujuk pada deskripsi yang logis, sedangkan yang disebut terakhir menggambarkan impresi penulis ihwal yang dituliskannya. Menganalisis Sebuah Deskripsi Coba identifikasi komponen-komponen teks deskripsi Wacana 10. Komponen-komponen ini bersifat umum dan urutan kemun- culannya tidak mesti seperti diurut dalam tabel ini. Menurut A Chaerin Alwasilah dan Senny Suzanna Alwasilah ( 2012 : 114 )
BAB DUA Deskripsi Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata- kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat 'melihat' apa yang dilihatnya, dapat 'mendengar' apa yang dide- ngarnya, 'mencium bau' yang diciumnya, 'mencicipi' apa yang dimakannya, 'merasakan' apa yang dirasakannya, serta sampai kepada 'kesimpulan' yang sama dengannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari observasi melalui panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata. Jika dituliskan dengan baik, artinya jika penulisnya mempunyai pengamatan yang tajam dengan semua alat-alat indranya, kemudian menuliskannya dengan kata-kata yang tepat atau dengan meng- gunakan perbandingan yang tepat, deskripsi ini dapat merupakan tulang punggung penulisan yang 'hidup' dan 'menawan/ Oleh karena itulah, untuk menuliskan sebuah deskripsi perlulah kita mengamati dengan tajam dengan memanfaatkan semua alat indera kita. Bukan hanya penglihatan saja, seperti yang banyak dilakukan oleh seba- gian penulis pemula. Ada berbagai-bagai cara menuliskan deskripsi, dan perbedaan- perbedaan ini timbul karena pada dasarnya tidak ada dua orang manusia yang mempunyai pengamatan yang sama, dan lagi pula tujuan pengamatan itu pun berbeda-beda pula. Ambillah misalnya peristiwa tawar-menawar antara penjual dan pembeli sebuah mobil. Orang yang akan menjual mobil itu tentu saja memberikan deskripsi yang berbeda mengenai mobil yang dijualnya dibandingkan dengan deskripsi orang yang akan membeli. Padahal barang yang mereka amati adalah mobil yang sama. Kalau kemudian mereka pergi ke seorang ahli mobil untuk meminta pendapat, ahli ini pun tentu saja akan memberikan deskripsi yang berbeda pula. Mereka masing-masing melakukan pilihan terhadap informasi, atau hasil observasi, yang akan mereka ajukan, yang sesuai dengan apa yang ingin mereka capai dengan pengajuan informasi itu. Walaupun ada bermacam-macam bentuk deskripsi yang dapat dituliskan, secara garis besar kita hanya membedakannya atas dua macam saja, dan pembedaan itu pun tidaklah terlalu penting, dengan alasan-alasan yang akan kita lihat sendiri nanti pada latihan- latihan kita. Deskripsi Ekspositori Deskripsi ekspositori adalah yang sangat logis, yang isinya biasanya merupakan daftar rincian, semuanya, atau yang menurut penulisnya hal yang penting-penting saja, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan logis obyek yang diamati itu. Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana tentu mempunyai logika urut-urutan sendiri. Jika kita mengamati dan ingin mendeskripsikan rangkaian kereta api, maka urut-urutan logisnya agaknya pastilah dari depan, lokomotifnya, ke belakang, gerbong-gerbong yang mengekori lokomotif tadi. Seorang manusia rasanya akan lebih logis dideskripsikan dari atas ke bawah (tentu tidak dari depan ke belakang, atau dari kiri ke kanan). Kalau kita cukup tajam mengamati, rasanya hampir segala sesuatu mempunyai logikanya sendiri, dan tulisan deskripsi ekspositoris mematuhi logika ini. Dan karena kita mengembangkan pengamatan atau observasi kita menurut ruang, artinya dari satu ruang atau sisi ke ruang atau sisi lainnya, maka deskripsi seperti ini juga dikatakan sebagai deskripsi dengan pengembangan ruang atau spasi. Kalau kita mendeskripsikan suatu proses, cara menanak nasi, misalnya, maka dengan sendirinya kita tidak dapat menggunakan pengembangan spasi ini. Deskripsi kita, dengan sendirinya, harus mengikuti tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan, atau yang harus dilakukan. Kita mengembangkan deskripsi bentuk lain, yang kita namakan pengembangan waktu. Deskripsi Impresionistis Deskripsi impresionistis, kadang-kadang dinamakan juga deskripsi stimulatif, adalah untuk menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk menstimulir pembacanya. Berbeda dari deskripsi ekspo- sitori yang biasanya agak lebih ketat terikat pada objek dan atau proses yang dideskripsikan, deskripsi empresionistis ini lebih mene- kankan impresi, atau kesan, penulisnya ketika melakukan observasi, atau ketika menuliskan impresi tersebut. Bandingkan kembali des- kripsi beberapa orang mengenai mobil yang diperjual-belikan di atas tadi. Kalau dalam deskripsi ekspositoris dipakai urut-urutan logika atau urut-urutan peristiwa objek yang dideskripsikan itu, maka dalam deskripsi impresionistis urut-urutan yang dipakai adalah menurut kuat-lemahnya kesan penulis terhadap bagian-bagian objek itu. Seseorang yang mendeskripsikan kamar asrama tempat temannya tinggal, dan bermaksud menonjolkan kejorokan yang dilihatnya di sana, agaknya akan mulai dengan bau yang diciumnya. Ini adalah yang paling alamiah, rangsangan bau jauh lebih besar pengaruhnya terhadap manusia dibadingkan dengan rangsangan penglihatan atau pendengaran. Dari apa-apa yang dilihatnya di kamar temannya itu, penulis ini tentulah akan mendahulukan apa yang menurut nilai dan norma yang dipegangnya paling penting, misalnya pakaian kotor bergantungan di mana-mana, atau kulit buah-buahan dan daun pem- bungkus makanan yang berserakan di sana-sini. Kemudian dia bera- lih ke pencahayaan di dalam kamar itu, pengaturan udara dan seba- gainya. Urut-urutannya adalah subjektif, tapi tidak perlu seperti yang digambarkan di atas. Dia bisa saja mulai dari yang paling kurang jorok, berangsur-angsur ke yang paling jorok, dan diakhiri dengan bau. Dia mungkin pula memilih menggunakan urut-urutan lain, seperti misalnya kombinasi antara kedua cara deskripsi, seperti yang terlihat pada model-model kita nanti. Ismail Marahimin ( 2010 : 45-47 )
PENDAHULUAN 1. Pengertian Deskripsi 1 Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian- perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata Latin describere yang berarti menulis tentang, atau membeberkan sesuatu hal. Sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Pengertian menulis tentang sesuatu atau membeberkan sesuatu sebenarnya dapat pula berlaku bagi bentuk-bentuk tulisan lainnya, yaitu eksposisi atau pemaparan, argumentasi atau pembuktian, dan narasi atau pengisahan, karena memaparkan sesuatu atau mengisahkan sesuatu juga berarti membentangkan sesuatu melalui tulisan; sedangkan argumentasi itu tidak lain daripada menulis tentang sesuatu dengan mengajukan pem- buktian-pembuktian. Walaupun demikian sebagai salah satu bentuk dari keempat pola tulisan itu, istilah deskripsi atau pemerian mengandung aspek-aspek yang jauh lebih kompleks dari ketiga bentuk lainnya. Dalam deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya kepada para pembaca; ia menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah mcnciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imagi- nasi) pada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri obyek tadi secara keseluruhan sebagai yang dialami secara fisik oleh penulisnya. Dari uraian di atas, dapat ditegaskan sekali lagi bahwa deskripsi atau pemerian itu harus menimbulkan daya khayal. Namun dalam pemakaian sehari-hari terdapat juga deskripsi yang mungkin tidak menimbulkan daya khayal, kesan atau sugesti tersebut. Misalnya deskripsi atas sebuah bahasa untuk menurunkan kaidah-kaidah gramatikalnya, atau deskripsi tentang bagian-bagian mesin sebuah kapal terbang secara terperinci, sama sekali tidak menghendaki adanya sugesti atau kesan. Deskripsi se- macam ini bukanlah deskripsi yang dimaksudkan di sini, karena ia sekedar berusaha untuk menanamkan pengertian seseorang tentang sesuatu hal. Bentuk ini termasuk dalam eksposisi atau pemaparan. Jadi berdasarkan tujuannya, sekurang-kurangnya harus dibedakan dua macam deskripsi, yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris. Dalam deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan obyeknya. Pengalaman atas obyek itu harus menciptakan sebuah kesan atau interpretasi. Sasaran deskripsi sugestif adalah: dengan perantaraan tenaga rangkaiail kata-kata yang dipilih oleh penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak dari obyek tersebut, dapat dicipta- kan sugesti tertentu pada pembaca. Dengan kata lain deskripsi sugestif berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap obyek tersebut melalui imaginasi para pembaca. Di pihak lain deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai obyeknya, sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan obyek tadi. Ia tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imaginasi pada diri pembaca. Seseorang yang berusaha untuk mendeskripsikan keadaan bahasa Indonesia dari segi Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis sesuai dengan keadaan yang nyata dewasa ini, biasa dikatakan bahwa ia membuat deskripsi tentang bahasa Indonesia. Demikian pula bila ia mendeskripsikan sesuatu obyek tertentu agar orang lain mengetahui hal itu secara tepat, juga dapat dikatakan secara umum ia mendeskripsikan obyek itu. Dalam kenyataan kedua macam deskripsi itu bertumpang-tindih. Ada deskripsi yang mungkin murni menginginkan kesan saja, tetapi ada juga yang hanya bertujuan menyampaikan informasi secara teknis, dan ada pula deskripsi yang menginginkan informasi teknis tetapi terjalin pula dengan kesan dan imaginasi. Dr. Gorys Keraf ( 1981 : 93-94 )