Você está na página 1de 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi
peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua.
Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri
menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk merawat seorang individu lain.
Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugastugas perkembangan tertentu:
menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan pasangannya,
membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985).
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan
faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini (Entwistle,
Doering, 1981; Mercer,1981).
Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil
karena rencana dan komitmen kini diatur oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin,
1984). Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk
menghentikan hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya dapat
menikmati waktu kosong tanpa beban. Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan
munculnya quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan ruang, baik
secara geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan perhatiannya
kedalam, yakni pada kandungannya dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain
2

yang pernah atau sedang hamil. Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan
waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut dibatasi (Rubin,1984).
Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah,
dengan fungsi reproduksi yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan
memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Kehamilan melibatkan seluruh anggota
keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang
berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga
baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga
harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan
masingmasing (Grossman,Eichler,Winckoff,1980).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah melakukan diskusi diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Ibu Hamil.
2. Tujuan Khusus :
Setelah melakukan diskusi diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang:
Konsep Keluarga dengan Ibu Hamil meliputi pengertian, konsep perkembangan,
masalah yang sering terjadi, tugas-tugas perkembangan, proses keperawatan keluarga
meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan,
evaluasi.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

3

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Hariyanto, 2005 keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga .
2. Ciri- ciri keluarga
a. Diikat tali perkawinan
b. ada hubungan darah
c. ada ikatan batin
d. tanggung jawab masingmasing
e. ada pengambil keputusan
f. kerjasama diantara anggota keluarga
g. interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah
3. Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.
4

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan
masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.
Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh
anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
5

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu
mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi
dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di antara keluarga
dari waktu ke waktu. Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8
tahapan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan
perkembangannya. Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
a. Tahap 1 keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui
perkawinan.
Tugas perkembangan:
Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: Masalah seksual, peran perkawinan dan kehamilan yang
kurang direncanakan.
b. Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama
lahir sampai berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan:
Perubahan peran menjadi orang tua.
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.
6

Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,
pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi,
tumbuh kembang dan lain-lain.
c. Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5
tahun sampai dengan 5 tahun.
Tugas perkembangan:
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus dipenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga.
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan: masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.,
masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian., persaingan
antara kakak adik, dan pengasuhan anak.
d. Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6
tahun sampai 13 tahun.
Tugas perkembangan:
Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
7

Meningkatkan komunikasi terbuka.
e. Tahap 5 keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13
tahun sampai 19-20 tahun.
Tugas perkembangan :
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
meningkatkan otonominya.
Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.
f. Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan
rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau
banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam rumah.
Tugas perkembangan:
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan: masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua tidak
lancar, transisi peran suami istri, memberi perawatan pada kondisi kesehatan
kronis, masalah menopause, efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
8

g. Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan
meninggal.
Tugas perkembangan:
Mempertahankan kesehatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
Meningkatkan keakraban pasangan.
Masalah kesehatan: promosi kesehatan, masalah hubungan dengan perkawinan,
komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain, masalah hubungan
dengan perawatan.
h. Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pensiun
sampai dengan dua-duanya meninggal.
7. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga secara
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
b. KoordinatorKoordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan
langsung.
d. Pengawas Kesehatan. Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur
untuk mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
9

e. Konsultan. Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan.
f. Kolaborasi. Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
g. Fasilitator. Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala
untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan. Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
B. Konsep Ibu Hamil
1. Pengertian
Ibu Hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan. Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas : trimister I ( 1- 14 minggu), trimister II ( 14- 28
minggu), trimister III ( 28- 42 minggu)


10

2. Perkembangan / perubahan fisik selama kehamilan
a. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
(topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting
susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar
areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola
mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih
menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas
simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul
garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain
hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit.
Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria
albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
b. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk
bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai berikut :
1) Payudara membesar, tegang dan sakit
2) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
3) Hiperpigmentasi mamae dan puting susu serta muncul areola mamae
11

4) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan
agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat
berkembang biak bakteri
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai
32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.

d. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5
bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan
pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea
alba serta linea nigra.
e. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang
menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
f. Perubahan pada Tungkai
12

Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
g. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
h. Perkembangan / perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris
dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert,
dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

3. Masalah yang sering terjadi
a. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran
payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya
bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat
seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan
batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain
dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai nilai yang
13

diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan
kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I.
Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada
kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam
keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang
permanen tentang diri mereka.
b. Ambivalensi selama kehamilan
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi
adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu
peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat
memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan
tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi
seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan
pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan
bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu
perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984).
Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini
biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan
mengingat kembali saat saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa
sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi
yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
14

c. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda beda ini dipengaruhi oleh faktor
faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa
hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Dengan
berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak
nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas
mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama
jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi
antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat
meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III
peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan
kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk,
1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan
keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa
hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan
membicarakan perubahan perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
15

pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita
selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
d. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda beda selama masa
hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja
tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini
berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan
dan denyut jantung,
Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya.
Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan
berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna.
Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah.
4. Tugas Perkembangan
a. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut
(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
b. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi
banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan.
Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan
(Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil
16

alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung
pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal
untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang
memiliki perasaan kuat, seperti tidak sekarang, bukan saya, dan tidak yakin,
mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun ,
beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas,
merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai
suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang
diperlihatkan banyak wanita ialah respon suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam.
Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun,
seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya
mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan
dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya
hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
c. Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal
tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya.
Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil
akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain.
Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang
terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
17

Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain
ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan
iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta
kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi
kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat
akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau
rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya
perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih
menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia
membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam
keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang
dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif.
Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk
bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan
diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung
kehamilan.
Apabila anak tersebut diinginkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk
meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang
yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan
anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini. Pada beberapa
keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari
bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian
18

lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman,
1984).
d. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang
wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh
oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga
membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau
tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan,
seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat
meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang
tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya
terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler,
Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan
dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama
masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang
berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
e. Hubungan Ibu dan Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin,
1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah
seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang
tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang
hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk
19

mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya
akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap
kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus
mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi
kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan
bahwa wanita menerapkan dan menguji perannya sebagai ibu dengan
mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi
pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu
proses perkembangan (Rubin, 1975).
Persiapan melahirkan, banyak wanita khususnya nulipara, secara aktif
mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku,
menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu,
saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang
terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese,
Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses
kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
f. Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari
sang anak (Richardson,1983), karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982).
20

Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil
(Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda tanda bahwa ia
dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan
pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam
kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus memastikan
tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk
anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu
ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk
selama lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami
bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa
kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami istri akibat peran dan
aspek aspek baru yang ditemukan dalam diri masing masing pasangan.
g. Kesiapan melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu.
Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan
timbulnya varises dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa
canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin,
dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan,
apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang
kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya
membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

21

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan skoring maka prioritas masalah adalah :
a) Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak
sehat.
b) Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya
lingkungan.


22

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
a. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak
sehat.
Tujuan
Jangka panjang
Keluarga akan dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan merubah
gaya hidup yang tidak sehat dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang
dimiliki.
Jangka pendek
1. Keluarga akan dapat menguraikan tentang gaya hidup yang tidak sehat
setelah diberikan penjelasan.
2. Keluarga akan dapat menyebutkan tentang dampak dari gaya hidup yang
tidak sehat setelah diberikan penjelasan.
3. Keluarga akan dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat
dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan setelah diberikan
penjelasan.
4. Keluarga menyatakan kesanggupan untuk merubah pemeliharaan kesehatan
setelah diberikan penjelasan.
Kriteria Hasil
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali :
- Pengertian dengan singkat
- 3 dampak dari gaya hidup yang tidak sehat
2. Keluarga menyebutkan sumber-sumber dalam keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan
3. Keluarga menyatakan sanggup untuk merubah pemeliharaan kesehatan
23

b. Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya
lingkungan
Tujuan :
Jangka panjang
Keluarga akan dapat melakukan pencegahan terhadap akibat yang akan timbul
dari bahaya lingkungan yang ada.
Jangka pendek
1. Keluarga akan dapat menyebutkan resiko dan bahaya lingkungan yang ada
setelah diberikan penjelasan.
2. Keluarga akan dapat menjelaskan pencegahan-pencegahan yang dapat
dilakukan setelah diberikan penjelasan.
Kriteria Hasil :
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar resiko dari bahaya
lingkungan
2. Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar pencegahan akibat bahaya
lingkungan
3. Keluarga bersedia untuk menjaga lingkungan dalam keluarga yang kondusif

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tingkatkan pemahaman keluarga tentang perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat :
- Intervensi aspek-aspek negatif dari kebiasaan yang tidak sehat
- Intervensi aspek-aspek positif dari kebiasaan yang tidak sehat (meliputi aspek
fisik, lingkungan, sosial, finansial, dan psikologi)


24

2. Berikan informasi tentang resiko-resiko yang akan timbul dari kebiasaan yang
tidak sehat, antara lain :
a. Resiko terhadap yang bersangkutan
b. Resiko terhadap orang lain
c. Keuntungan merubah perilaku tidak sehat
3. Diskusikan bersama keluarga strategi-strategi yang dapat digunakan untuk merubah
kebiasaan yang tidak sehat
4. Berikan dukungan dan dorongan pada keluarga untuk mencapai keberhasilan
5. Bantu klien untuk mengupayakan lingkungan yang dapat mendukung perubahan
kebiasaan yang tidak sehat
6. Berikan penyuluhan kesehatan
7. Bantu keluarga mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan.
8. Berikan penjelasan tentang tingkat pencegahan yang dapat dilakukan :
1. Pencegahan primer
a. Bantu keluarga untuk mampu merasakan kerentanan terhadap bahaya
lingkungan
b. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung jawab diri keluarga dalam
mencegahan stressor dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan
lingkungan
c. Beri penjelasan tentang cara mencegah resiko :
- Memberikan penjelasan tentang bahaya merokok terhadap BUMIL dan
janin
- Menganjurkan suami dan ayah untuk tidak merokok disekitar istri yang
sedang hamil
25

- Menganjurkan keluarga untuk menyediakan tempat untuk pembuangan
abu rokok
2. Pencegahan sekunder
Mengajarkan keluarga tentang cara mendeteksi secara dini masalah-masalah akibat
lingkungan yang tidak sehat
3. Pencegahan tersier
- Menjaga kebersihan lantai rumah dan kamar mandi agar tidak licin
- Memasang penerangan yang memadai
- Menganjurkan BUMIL agar berhati-hati dalam melakukan aktivitas

26

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Data umum
1). Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. A
Umur : 58 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Cibaduyut-Bandung

2). Daftar anggota keluarga
Nama L/P Umur Hubungan Pendidikan Keterangan
Ny. B P 53 Istri SD
Tn. C L 29 Anak SMP
Ny. D P 22 Anak SMA
An. E L 10 Anak -
An. F L 3 Anak -


27

3). Genogram


4). Tipe keluarga
Keluarga Tn. A adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. 4 anak yang
belum memiliki pasangan menikah (bercerai) tinggal dalam satu rumah. Lalu ke 3
anak yang telah menikah tinggal tidak seatap lagi dengan Tn. A.
5). Suku bangsa
Keluarga Tn. A berasal dari garis keturunan bangsa sunda. Baik nenek/kakek atau pun
semua anak-anaknya sehari-hari berbahasa sunda.
6). Agama
Keluarga Tn. A beragama islam. Semua sanak famili beragama islam.
7). Status sosial ekonomi
Keluarga Tn. A adalah keluarga berkecukupan. Anak-anak paling besar tidak mampu
membiayai keluarga Tn. A, karena merekapun punya tanggungan masing-masing.
Hanya anak yang ke 5 dan ke 6 yang sedikit bisa membantu dalam kecukupan sehari-
28

hari. Tn. A adalah seorang buruh bangunan yang jarang mendapatkan order, karena
sudah tua.
8). Aktifitas rekreasi keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga Tn. A sehari-hari hanya menonton TV di rumah (Tn. A,
Ny. B dan anak paling bungsu). Setahun sekali (saat idul fitri), mereka berkumpul dan
jalan-jalan kesuatu tempat yang biasanya belum pernah mereka kunjungi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1). Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A saat ini sedang menginjak dalam tahap
perkembangan anak dewasa.
2). Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
a). Keluarga usia pertengahan
b). Keluarga usia lanjut
Karena anak pertama dari keluarga Tn. A masih menginjak usia 37 tahun (usia
dewasa).
3). Riwayat keluarga inti
a). Riwayat penyakit keturunan
Menurut penuturan Tn. A, dalam silsilah keturunan keluargamereka tidak pernah
ditemukan adanya penyakit keturunan. Misal : asma, DM, dll
b). Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Dalam keluarga Tn. A rata-rata anggota keluarganya pada sehat. Namun untuk Ny.
B sangat dikhawatirkan kondisi kesehatannya, karena sedang mengandung untuk
anak yang ke 8. juga untuk Tn. A sendiri sangat mudah terserang sakit, karena
mulai menginjak usia lanjut.
c). Sumber kesehatan yang bisa digunakan
Berhubung di lingkungan dekat rumah Tn. A terdapat bidan juga perawat yang
masih aktif dalam memberikan pelayanan, maka dalam mengatasi
masalah kesehatannya keluarga Tn. A selalu memilih untuk pergi kesana.
29

Mereka pikir berobat pada perawat atau bidan merupakan pilihan yang sangat
tepat.

c. Pengkajian lingkungan
1). Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn. A memiliki luas sekitar 12 X 10 m. menghadap ke utara dengan
kamar 4, ruang tamu, ruang tengah dan ruang dapur terpisah.Ventilasi udara rumah
yang cukup baik. Tipe rumah sederhana sudah menggunakan tembok. Sanitasi air
bagus. Sumber air minum yang diperoleh keluarga Tn. A adalah dari air tanah (sumur
gali) Tn. A mempunyai tempat MCK sendiri. Pembuangan MCK melalui spiteng.
Serta dalam pembuangan sampah rumah tangga, biasanya dibuang kelubang tanah
yang sudah dibuat. Lalu setelah penuh, kemudian dibakar.
2). Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. A tinggal dalam wilayah kebanyakan berpenduduk pribumi dan hanya
beberapa saja yang merupakan pendatang. Tinggal dalam area padat penghuni dan
setiap rumah saling berdempetan, maka interaksi antara penduduk sangat baik dalam
hal tolong-menolong.
3). Mobilitas geografis keluarga
Rumah keluarga Tn. A yang sekarang ditinggali merupakan rumah keturunan dari
orang tua-orang tuanya terdahulu, jadi ada sedikit kepercayaan pada keluarga Tn. A
untuk tidak boleh menjual harta yang menjadi warisan para leluhur mereka. Dan dari
semenjak menikah dengan Ny. B, mereka tidak pernah berpindah tempat tinggal.
4). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang dihormati dalam lingkungannya.
Seringkali Tn. A menjadi tokoh berpengaruh dalam masyarakat. Mereka tidak jarang
meminta pendapat/solusi kepada Tn. A dalam menghadapi suatu masalah.
Interaksi dalam masyarakat biasanya sering terjadi pada sore hari menjelang magrib,
karena mungkin banyak juga masyarakat yang bekerja dan pulang dikala sore hari.
5). Sistem pendukung keluarga
30

Dikarenakan keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang terpandang
dikalangan masyarakat, maka dalam menghadapi kesulitan seringkali keluarga Tn. A
mendapatkan bantuan dari para tetangga untuk mengatasi masalahnya.
Dalam keluarga Tn. A juga mempunyai 2 anaknya yang sudah mempunyai pekerjaan,
walaupun belum begitu mapan, tetapi bisa sedikit membantu dalam mengatasi
masalah keluarga, terutama masalah keuangan.
d. Struktur keluarga
1). Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn. A termasuk kedalam salah satu keluarga yang ceria dan
kooperativ. Mereka melakukan komunikasi satu sama lain dengan nyaris tanpa
masalah. Baik anak dengan anak, maupun orang tua dengan anak semuanya terjadi
tanpa adanya masalah.
2). Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarganya sendiri Tn. A merupakan kepala keluarga yang sangat dihormati.
Serta mampu menjadi pelindung keluarga, bila ada masalah yang menimpa keluarga.
Ia bertanggung jawab paling depan jika keluarganya bermasalah.
3). Struktur peran
Peran serta Tn. A dalam masyarakat terutama, sangat berpengaruh dan dihormati.
Bisa dibilang, ia adalah tetua di kampungnya. Istrinya sendiri merupakan ibu rumah
tangga yang baik hati dan jujur dalam mengurus semua anak-anaknya. Semua anak
Tn. A dapat menjadi orang yang jujur, karena telah dididik sejak dalam lingkungan
keluarga.
4). Nilai/norma keluarga
Tn. Selalu menerapkan disiplin yang tinggi dalam keluarganya.Tidak terkecuali dalam
kebersihan lingkungan rumah.
e. Fungsi keluarga
1). Fungsi afektif
Kondisi psikis keluarga Tn. A sangat baik dan mereka sanggup untuk hidup dalam
situasi sesulit apapun. Mereka dapat menjalani semuanya yang menjadi beban dalam
hidup.
2). Fungsi sosialisasi
31

Sebelum masuk kedalam jenjang melepaskan keluarga dalam masyarakat luas, anak-
anak Tn. A selalu bisa bersosial dengan baik dalam keluarga.
3). Fungsi perawatan kesehatan
Setiap anggota keluarga Tn. A selalu menjaga kesehatannya masing-masing dan bila
diantara mereka ada yang sakit, maka dengan bahu-membahu mereka akan saling
tolong menolong.
4). Fungsi reproduksi
Tn. A adalah mempunyai 7 orang anak (6 laki-laki dan 1 perempuan) dan 5 orang
cucu. 4 orang sudah menikah, tetapi yang satu telah bercerai. Serta satu anak lagi
sedang dalam kandungan Ny. B.
5). Fungsi ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, Tn. A dibantu ke 2 orang anaknya
yang tinggal serumah dengannya. Uang yang mereka peroleh, dibelikan untuk
sembako dan keperluan keluarga lainnya.
f. Stres dan koping keluarga
1). Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a). jangka pendek
Ny. B sedang mengandung anak yang ke-8. Dengan usia kehamilan 8 bulan. Si
ibu merasa cemas menghadapi kelahiran anak tersebut. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh bidan, dengan melihat usia si ibu yang menginjak pra senilis
dan dengan kandungan yang ke-8.Sangatlah beresiko terhadap kesehatan dalam
kandungan si ibu.
b). jangka panjang
Dengan akan dilahirkannya anak yang ke-8, beban tanggungan keluarga Tn. A
menjadi bertambah (3 orang anak yang sepenuhnya harus dibiayai keluarga).
Keluarga Tn. A harus mempersiapkan masa depan anak-anaknya agar menjadi
orang yang berhasil. Juga menikahkan 2 orang anaknya yang sudah cukup umur.
2). Strategi koping
Saat keluarga Tn. A menghadapi suatu permasalahan, biasanya Tn. A menjadi tokoh
utama dalam penyelesaian masalah tersebut.Mendiskusikannya dan mengambil
keputusan sesuai dengan kemufakatan bersama.
32

2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Jenis
pemeriksaan
Tn. A Tn. C Ny. G An. H An. I
Keadaan
umum
Sehat sehat Sehat sehat Sehat
TTV : T

P
R
S
130/80
mmHg
80 X/menit
16 X/menit
36
0
C
120/70
mmHg
80 X/menit
16 X/menit
36
0
C,2
110/70
mmHg
80 X/menit
16 X/menit
36
0
C
130/80
mmHg
84 X/menit
16 X/menit
36,2
0
C
140/80
mmHg
100 X/menit
20 X/menit
36,5
0
C
Rambut dan
kulit kepala
- Penyebaran
- Warna
- Tekstur
- Kebersihan


Merata
Hitam
Halus
bersih


Merata
Hitam
Halus
bersih


Merata
Hitam
Halus
bersih


Merata
Hitam
Halus
bersih


Merata
Hitam
Halus
bersih
Kuku
- Warna
- Tekstur
- Kebersihan

Transparan
Kasar
bersih

Transparan
Kasar
bersih

Transparan
Kasar
bersih

Transparan
halus
bersih

Transparan
halus
bersih
Kulit
- Tekstur
- Turgor
- Kebersihan
- Warna

Licin
Baik
Bersih
Sawo
matang

Licin
Baik
Bersih
Sawo
matang

Licin
Baik
Bersih
Sawo
matang

Licin
Baik
Bersih
Sawo
matang

Licin
Baik
Bersih
Sawo
matang
33

Mata
- Bentuk
- Refleks
pupil
- Sclera
-
Konjungti
va
- Pergerakan
bola mata
- Fungsi
penglihatan

Simetris
Baik

Putih
Merah muda
Bebas

Baik


Simetris
Baik

Putih
Merah muda
Bebas

Baik


Simetris
Baik

Putih
Merah muda
Bebas

Baik


Simetris
Baik

Putih
Merah muda
Bebas

Baik


Simetris
Baik

Putih
Merah muda
Bebas

Baik

Telinga
- Bentuk
- Warna

- Fungsi
pendengara
n
- Kebersihan

Simetris
Sawo
matang
Baik


bersih

Simetris
Sawo
matang
Baik


bersih

Simetris
Sawo
matang
Baik


bersih

Simetris
Sawo
matang
Baik


bersih

Simetris
Sawo
matang
Baik


bersih
Hidung
- Bentuk
lubang
hidung
- Fungsi
- Penciuman
- Kebersihan

Simetris


Tidak ada
Baik
bersih

Simetris


Tidak ada
Baik
bersih

Simetris


Tidak ada
Baik
bersih

Simetris


Tidak ada
Baik
bersih

Simetris


Tidak ada
Baik
bersih
Mulut
34

- Warna
bibir

-
Kelembab
an
- stomatitis
Merah
kehitaman
Lembab
Tidak ada
Merah
kehitaman
Lembab
Tidak ada
Merah muda

Lembab
Tidak ada
Merah muda

Lembab
Tidak ada
Merah muda

Lembab
Tidak ada
Gigi
- warna

- jumlah
- kebersihan
- caries

Putih
kekuningan
Utuh
Bersih
Tidak ada

Putih
kekuningan
Utuh
Bersih
Tidak ada

Putih

Utuh
Bersih
Tidak ada

Putih

Gigi susu
Bersih
Tidak ada

Putih

Gigi susu
Bersih
Tidak ada
Lidah
- warna
- fungsi
- pergerakan

Merah muda
Baik
bebas

Merah muda
Baik
bebas

Merah muda
Baik
bebas

Merah muda
Baik
bebas

Merah muda
Baik
bebas
Leher
- peninggian
JVP
- kelenjar
tiroid
- pergerakan

tidak ada

tidak
membesar
bebas

tidak ada

tidak
membesar
bebas

tidak ada

tidak
membesar
bebas

tidak ada

tidak
membesar
bebas

tidak ada

tidak
membesar
bebas
Dada
- Frekwensi
nafas
- Bunyi paru
- Irama

16 X/menit

Vesikuler

16 X/menit

Vesikuler

16 X/menit

Vesikuler

16 X/menit

Vesikuler

20 X/menit

Vesikuler
35

jantung
- Frekwensi
nadi
Regular

80 X/menit
Regular

80 X/menit
Regular

80 X/menit
Regular

84 X/menit
Regular

100 X/menit
Abdomen
- Bentuk
- Nyeri tekan
-
Pembesar
an hepar

Datar
Tidak ada
Tidak ada

Datar
Tidak ada
Tidak ada

Datar
Tidak ada
Tidak ada

Datar
Tidak ada
Tidak ada

Datar
Tidak ada
Tidak ada
Genitalia
- Frekwesni
BAK
- Warna
- Bau
- Anus

-
Haemorro
id
- Frekwensi
BAB

4-5 X/hari

Kuning
Khas urine
Tak ada
kelainan
Tidak ada
1X/hari

4-5 X/hari

Kuning
Khas urine
Tak ada
kelainan
Tidak ada
1X/hari

4-5 X/hari

Kuning
Khas urine
Tak ada
kelainan
Tidak ada
1X/hari

5-6 X/hari

Kuning
Khas urine
Tak ada
kelainan
Tidak ada
1X/hari

6-7 X/hari

Kuning
Khas urine
Tak ada
kelainan
Tidak ada
1X/hari
Ekstremitas
- Bentuk
- Pergerakan
- Oedema
- Keluhan

Simetris
Bebas
Tidak ada
Tidak ada

Simetris
Bebas
Tidak ada
Tidak ada

Simetris
Bebas
Tidak ada
Tidak ada

Simetris
Bebas
Tidak ada
Tidak ada

Simetris
Bebas
Tidak ada
Tidak ada


36

a. Pemeriksaan fisik pada Ny. B
Jenis pemeriksaan Ny. B
Keadaan umum Tampak lemas
TTV : T
P
R
S
110/70 mmHg
84 X/menit
20 X/menit
36,5
0
C
Rambut dan kulit kepala
- Penyebaran
- Warna
- Tekstur
- Kebersihan

Merata
Hitam
Halus
bersih
Kuku
- Warna
- Tekstur
- Kebersihan

Transparan
Kasar
bersih
Kulit
- Tekstur
- Turgor
- Kebersihan
- Warna

Licin
Baik
Bersih
Sawo matang
Mata
- Bentuk
- Refleks pupil
- Sclera
- Konjungtiva

Simetris
Baik
Putih
Merah muda
37

- Pergerakan bola mata
- Fungsi penglihatan
Bebas
Baik
Telinga
- Bentuk
- Warna
- Fungsi pendengaran
- Kebersihan

Simetris
Sawo matang
Baik
bersih
Hidung
- Bentuk lubang hidung
- Fungsi
- Penciuman
- Kebersihan

Simetris
Tidak ada
Baik
bersih
Mulut
- Warna bibir
- Kelembaban
- stomatitis

Merah kehitaman
Lembab
Tidak ada
Gigi
- warna
- jumlah
- kebersihan
- caries

Putih kekuningan
Utuh
Bersih
Tidak ada
Lidah
- warna
- fungsi
- pergerakan

Merah muda
Baik
bebas
Leher
38

- peninggian JVP
- kelenjar tiroid
- pergerakan
tidak ada
tidak membesar
bebas
Dada
- Frekwensi nafas
- Bunyi paru
- Irama jantung
- Frekwensi nadi

20 X/menit
Vesikuler
Regular
84 X/menit
Abdomen Terdapat luka bekas operasi cesarea, striae
gravidarum ada, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Leopold I : TFU = 30 cm, teraba bulat dan
tidak melenting
Leopold II : PUKI
Leopold III : bagian terendah janin yaitu
kepala belum masuk PAP
Leopold IV : konvergen
DJJ = 148 X/menit
TBF = 2.635 gram
Genitalia
- Frekwesni BAK
- Warna
- Bau
- Anus
- Haemorroid
- Frekwensi BAB

4-5 X/hari
Kuning
Khas urine
Tak ada kelainan
Tidak ada
1X/hari
Ekstremitas
39

- Bentuk
- Pergerakan
- Oedema
- Keluhan
Simetris
Bebas
Tidak ada
Tidak ada

3. Analisa data
No Data Kemungkinan
penyebab
Masalah
1 DS : Ibu mengatakan merasa
cemas, kadang tidak bisa tidur,
menghadapi kehamilan yang ke-
8 ini
DO : wajah klien terlihat
murung saat dikaji oleh perawat.
Ada insomnia dan kadang
terbangun tengah malam
Kurangnya informasi
mengenai kehamilan ini

Kurangnya pengetahuan
tentang resiko
kehamilan ini

kurangnya tindakan
preventif yang
dilakukan klien

Keadaan kehamilan
yang kurang baik

cemas
Gangguan rasa
nyaman : cemas
pada Ny. B dalam
keluarga Tn. A
berhubungan
dengan
ketidaktahuan
tentang resiko
kehamilan ini
2 DS : klien mengatakan ini
kehamilan yang ke-8. klien
mengatakan sering mules
DO : klien berusia 53 tahun,
dengan mengandung anak yang
ke-8. pada kehamilan
Pra-senilis

jumlah sel yang
berdegenerasi

Resiko tinggi
perdarahan pada Ny.
B dalam keluarga
Tn. A berhubungan
dengan
ketidakmampuan
40

sebelumnya klien pernah di SC Klien dengan 7X partus

Kekuatan uterus

Kontraksi otot uterus
kurang maksimal

Resiko tinggi
perdarahan
kontraksi otot-otot
uterus dalam
kehamilan ini

4. Diagnosa masalah
1). Gangguan rasa nyaman : cemas pada Ny. B dalam keluarga Tn. A berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang resiko kehamilan ini

2). Resiko tinggi perdarahan pada Ny. B dalam keluarga Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan kontraksi otot-otot uterus dalam kehamilan ini

5. Skoring prioritas masalah
1). Gangguan rasa nyaman : cemas pada Ny. B dalam keluarga Tn. A berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang resiko kehamilan ini
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera

3
2
1
1

3/3 X 1 = 1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah
Skala : mudah
Sebagian

2
1
2

2/2 X 1 = 1
41

Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala : tinggi
Cukup
Rendah

3
2
1
1

3/3 X 1 = 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

2
1
0
1

X 1 = 0,5
Jumlah skor 3,5

2). Resiko tinggi perdarahan pada Ny. B dalam keluarga Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan kontraksi otot-otot uterus dalam kehamilan ini
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera

3
2
1
1

2/3 X 1 = 0,67
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah
Skala : mudah
Sebagian
Tidak dapat

2
1
0
2

X 1 = 0,5
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala : tinggi
Cukup
Rendah

3
2
1
1

2/3 X 1 = 0,67
42

4 Menonjolnya masalah
Skala : masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

2
1
0
1

2/2 X 1 = 1
Jumlah skor 2,84

6. Perencanaan
Tgl No Dx Tujuan Evaluasi
Umum khusus Kriteria Standar Intervensi
1 Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
rasa cemas
ibu hilang
Ibu
memahami
tentang
pengertian
dan peata
laksanaan
dari cemas
verbal Ibu dapat
menyebutkan
tanda dan
gejala dari
cemas


1. kaji
tingkat
kecemasan
ibu
2.berikan
pengetahuan
tentang
teknik
rileksasi
3.beri
pengetahuan
tentang
peningkatan
koping diri
4.jauhi
stimulus
sensori
5.. buat
suasana
lingkungan
43

senyaman
mungkin
6.evaluasi
secara
singkat
tentang apa
yang telah
dilakukan
2 Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
pasien tidak
mengalami
pendarahan
saat
persalinan
- Ibu dapat
mengetahui
akibat dari
pendarahan
saat
persalinan
- ibu dapat
menyebutkan
upaya untuk
mencegah
pendarahan
saat
melahirkan


verbal - Ibu dapat
menjelaskan
akibat dari
pendarahan
saat
melahirkan
- Ibu dapat
menyabutkan
upaya untuk
mencegah
terjasinya
pendaraahan
saat
melahirkan
1. kaji
pengetahuan
ibu
2. kaji
kemapuan ibu
3. beri
penyuluhan
tentang pola
hidup sehat
4.evaluasi
secata singkat
tentang apa
yang telah
dilakukan

Você também pode gostar