1. Laporan PBL modul luka/trauma yang disusun oleh kelompok mahasiswa kedokteran UMI Makassar membahas kasus seorang wanita 24 tahun yang ditemukan tidak sadar setelah kecelakaan sepeda motor dan meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS.
1. Laporan PBL modul luka/trauma yang disusun oleh kelompok mahasiswa kedokteran UMI Makassar membahas kasus seorang wanita 24 tahun yang ditemukan tidak sadar setelah kecelakaan sepeda motor dan meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS.
1. Laporan PBL modul luka/trauma yang disusun oleh kelompok mahasiswa kedokteran UMI Makassar membahas kasus seorang wanita 24 tahun yang ditemukan tidak sadar setelah kecelakaan sepeda motor dan meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS.
LAPORAN PBL MODUL LUKA/TRAUMA BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1A Pembimbing : dr. Roni Tobo Sp.F Nur Indah Rahmadani S 1102110010 Ria Anggriani 1102110011 Rahmat Alfiansyah 1102110044 Gabriyah Hamzah 1102101145 Andi Muh Syukur 1102110075 Fadel Maulana Al-Qadri A 1102110076 Okky Indrasari 1102100107 Fierda Eka Pratiwi 1102110108 Andi Najmiah Hafsah 1102110143 Restu Zulfiani Noor 1102110144
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2014 2
MODUL I DESKRIPSI LUKA / TRAUMA
SKENARIO 1.1 Seorang wanita 24 tahun dibawa dan diantar ke PUSKESMAS oleh polisi.Ia ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km. 9 dan sebuah sepeda motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban. Sayangnya, ia dilaporkan meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS. Sepeda motor yang di temukan hanya menunjukkan sedikit kerusakan.
KALIMAT KUNCI : Wanita 24 tahun Diantar ke PUSKESMAS oleh polisi Ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km. 9 Sebuah sepeda motor ditemukan 5 meter dari korban Ia meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS sepeda motor hanya rusak sedikit
3
PERTANYAAN : 1. Jelaskan patomekanisme dari luka berdasarkan anatomi, histologi, dan fisiologinya? 2. Bagaimana deskripsi luka yang ada pada skenario ? 3. Jelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada skenario ! 4. Bagaimana tingkat keparahan / derajat luka pada skenario ? 5. Tentukan Multiple Cause Of Death ( MCOD ) berdasarkan Proximus Morbus Approach dari skenario tersebut? 6. Bagaiman contoh Visum et Repertum pada korban? JAWABAN : 1. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi kulit a. ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT (1)
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkugan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat kira-kira 15 % berat badan. Kulit mempunyai variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya : kulit yang longgar dan elastis terdapat pada palpebra, bibir dan prepitium. Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut dan leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama : 1) Lapisan epidermis 2) Lapisan dermis 3) Lapisan subkutis 4
Gambar 8. Kulit (1) Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak. 1) Lapisan epidermis (1,2)
Merupakan lapisan terluar kulit. Dibentuk oleh epitel berlapis gepeng. Adapun fungsi dari epidermis adalah sebagai pelindung terhadap pengaruh lingkungan dan terhadap kehilangan cairan. Adapun morfologi epidermis yaitu avaskuler. Dan sekitar 85 % mengalami keratinisasi. Terdapat 4 jenis sel yaitu sel keratinosit, sel langhans, sel merkel, dan sel melanosit. Epidermis terdiri dari 5 lapisan antara lain :
Gambar.9 Lapisan epidermis (1,2) 5
a) Stratum korneum (lapisan tanduk) Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b) Stratum lusidum Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.Tampak lebih jelas pada telapak tangan dan kaki c) Stratum granulosum ( lapisan keratohialin) Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki
d) Stratum spinosum (stratum malphigi) / prickle cell layer (lapisan akanta) Terdiri atas beberapa sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah tengah. Sel sel ini makin dekat permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel (intercellular bridge) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril / keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan kecil yang disebut Nodulus Bizzozero. Diantara sel - sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
6
e) Stratum basale Terdiri atas sel sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel - sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif. Lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu : i. Sel sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, di hubungkan dengan jembatan antarsel ii. Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen ( melanosomes).
2. Lapisan dermis (1,2)
Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selulaer dan folikel rambut. Di bagi menjadi 2 bagian :
Gambar 10. Dermis (1,2)
7
a. Pars papilaris Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Terdiri dari jaringan ikat longgar yaitu : sel fibroblast, lekosit, sel mast, dan serat kolagen tipis.
b. Pars retikularis Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut serabut penunjang misalnya : serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis (1)
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel sel lemak di dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sioplasma lemak yang bertambah. Sel sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan lapisan ini terrdapat ujung ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama, bergantung lokasinya. Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di atas dermis ( pleksus superficialis) dan terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang terletak di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
8
ADNEKSA KULIT (1) Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku. 1. Kelenjar kulit, Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas : a. Kelenjar keringat b. Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stress emosional c. Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergik d. Glandula sebasea
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel sel kelenjar.
B. FISIOLOGI KULIT (1)
1. Fungsi Proteksi Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap : a. Gangguan fisis/ mekanis Mis.tekanan, gesekan, tarikan b. Gangguan kimiawi, misalnya :zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Contoh : lisol, karbol, dll c. Gangguan yang bersifat panas, mis.radiasi,sengatan sinar ultraviolet d. Gangguan infeksi luarkuman/bakteri maupun jamur
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya : a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. 9
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat- zat kimia dengan kulit. (terbentuk dari hasil eskresi keringat dan sebum) c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 , sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur
2. Fungsi Absorbsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O 2 , CO 2 ,dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi/sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,urea, as.urat,amonia.
10
4. Fungsi Persepsi Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis: a. Terhadap rangsangan panasbadan-badan Ruffini di dermis dan subkutis b. Terhadap rangsangan dinginbadan-badan Krause di dermis c. Terhadap rabaan halusbadan taktil Meissner di papilla dermis d. Terhadap rabaan kasarbadan Merkel Ranvier di epidermis e. Terhadap tekananbadan Paccini di epidermis
5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lappisan basal, dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase,ion Cu dan O2. Pajanan sinar matahari memperngaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit, sedangkan ke lapisan dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor).
7. Fungsi Keratinisasi Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan 11
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung seumur hidup.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
2. Deskripsi luka pada scenario (3)
Dalam skenario, didapatkan luka berupa luka lecet. Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.Deskripsi luka pada kasus scenario adalah jumlah luka sebanyak dua. Luka pertama adalah luka tertutup di daerah pipi kiri, tipe luka ini adalah luka lecet geser. Lokasi luka berada didaerah pipi kiri dengan panjang luka 4 cm dan lebar 3 cm. Batas luka tegas dengan tepi tidak rata, ujung tidak beraturan, tebing luka tidak dapat dideskripsikan, dasar luka tampak kemerahan, tidak ditemukan jembatan jaringan, benda asing serta tidak ditemukan perdarahan aktif. Sedangkan luka kedua adalah luka tertutup di daerah pelipis kiri, tipe luka ini adalah luka lecet tekan. Lokasi luka berada di daerah pelipis kiri dengan panjang luka 0,3 cm dan lebar 0,4 cm. batas luka tegas dengan tepi tidak rata, ujung tidak beraturan, tebing luka tidak dapat dideskripsikan, dasar luka tampak kemerahan, tidak ditemukan jembatan jaringan, benda asing serta tidak ditemukan perdarahan aktif. 12
3. Karakteristik kemungkinan agen penyebab luka (3)
Karena merupakan kecelakaan lalu lintas, kami menduga bahwa penyebab utama agen luka adalah aspal yang permukaannya tumpul dan kasar. Untuk luka pertama : korban yang jatuh dan bagian pipinya yang tergesek dengan aspal sehingga menimbulkan luka gesek. Untuk luka kedua : korban yang jatuh ke aspal, tentunya akan terjadi tekanan akibat gaya gravitasi, sehingga menyebabkan luka tekan pada pelipis. 4. Derajat keparahan luka (3,4)
Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka.Dari aspek hukum, VeR dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat memenuhi delik rumusan dalam KUHP.Penentuan derajat luka sangat tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman, keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya.Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka panjang.Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat.Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga 13
pasal tersebut.Untuk hal tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera harus menyimpulkan dengan menggunakan bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan korban yang bersangkutan. Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakitatau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan ataupencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan.Jadi bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori tersebut.Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit.Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati penyakit akibat kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkanluka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidanapenjara paling lama lima tahun. Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut dimasukkan dalam kategori tersebut.4 Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah : a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkanbahaya maut; b. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; c. Kehilangan salah satu panca indera; d. Mendapat cacat berat; e. Menderita sakit lumpuh; f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; 14
g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
5. Penentuan Multiple Cause Of Death( MCOD )berdasarkan Proximus Morbus Approach. (5)
Berbagai faktor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, mulai dari manusia sampai sarana jalan yang tersedia.Secara garis besar ada 4 faktor yang berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, yaitu faktor manusia, kendaraan, fasilitas jalan dan lingkungan. a. Faktor manusia, menyangkut masalah disiplin berlalu lintas 1) Faktor pengemudi dianggap salah saltu faktor utama terjadinya kecelakaan dengan distribusi 75-80%. Faktor berkaitan adalah perilaku (mengebut, tidak disiplin/ melanggar rambu), kecakapan mengemudi dan gangguan kesehatan (mengantuk, letih) saat mengemudi. 2) Faktor penunjang (jumlah penumpang dan barang yang berlebihan) 3) Faktor pemakai jalan, yakni pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan lain-lain.
b. Faktor kendaraan Jalan raya penuh dengan berbagai kendaraan tidak bermotor dan kendaraan bermotor. Kondisi kendaraan yang tidak baik atau rusak akan mengganggu lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan bahkan kecelakaan.
c. Faktor jalan Dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas, panjang dan lebar jalan yang tersedia tidak sesuai dengan kendaraan yang melintasi, serta keadaan jalan yang tidak baik misalnya berlobang-lobang dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan
15
d. Faktor lingkungan Adanya kabut, hujan, jalan licin, akan membawa resiko kejadian kecalakaan yang besar. Pada kecelakaan lalu lintas dikenal 2 istilah yaitu a vehicle traffic accident dan non-motor vehicle traffic accident.A motor-vehicle traffic accident ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya, sedangkan non-motor-vehicle traffic accident ialah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor. Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas, bila 1) Terdapat kerusakan pada benda : Derajat 1 2) Terdapat luka non visihle : Derajat 2 3) Terdapat luka minor visihle : Derajat 3 4) Terdapat luka serious vesihle : Derajat 4 5) Terdapat korban yang tewas : Derajat 5
Untuk mengetahui sebab kematian dan mengetahui bagaimana terjadinya kecelakaan tersebut, maka setiap korban sebaiknya dilakukan : 1) Otopsi 2) Pemeriksaan tambahan : radiologi dan laboratorium
Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui sebab kematian, cara kematian pada korban, serta faktor lain yang berpengaruh sehingga terjadi kecelakaan. Pola kelainan pada pengemudi sepeda motor bisa berua luka akibat impak primer dan luka akibat impak sekunder. Luka karena imoak primerpada tungkai sedangkan impak sekunder pada bagian tubuh lain sebagai akibat benturan tubuh dengan bagian lain dari aspal. Luka yang terjadi akibat impak sekunder seringkali merupakan penyebab kematian pada korban karena mengalami kerusakan adalah kepalanya.
16
Maka Multiple Cause Of Death (MCOD) pada skenario adalah : IA : Luka lecet IB :Benturan di aspal IC :Kecelakaan
6. Contoh VeR (6)
Makassar, 19 Juli 2014 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No. /TUM/VER/VIII/2014
Yang bertandatangan di bawah ini, dr Andi Najmiah Hafsah, dokter spesialis forensik pada Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, atas permintaan dari kepala kepolisian Negara Republik Indonesia Resort kota Gowa sektor Bungaya tertanggal delapan belas Juli dua ribu empat belas maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal Sembilan belas Juli dua ribu empat belas pukul empat belas waktu Indonesia tengah bertempat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 111209 yang menurut surat tersebut adalah : Nama : Erie Susanti Umur : 24 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Warga negara : Indonesia Pekerjaan : Mahasiswi Agama : Islam Alamat : jl. Perintis kemerdekaan 7
17
HASIL PEMERIKSAAN : 1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit berat. Setelah kejadian korban didapatkan pingsan di jalan Tamalanrea dan sepeda motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban. 2. Pada korban ditemukan luka lecet pada wajah. a. Pada pipi atas kiri, 2 cm dari garis tengah tubuh dan sejajar dengan garis khayal yang menghubungkan mata. Ukuran luka dengan panjang 4 cm dan lebar 3 cm. Terlihat luka dengan batas yang jelas dan bentuk yang tidak teratur. Warna luka terlihat merah kecoklatan. Luka tampak kotor dengan sudut yang tumpul. b. Pada pelipis kiri, 7 cm dari garis tengan tubuh dan 3 cm dengan ordinat tubuh dari garis khayal yang dihubungkan oleh kedua mata. Ukuran luka dengan panjang 0,3 cm dan lebar 0,2 cm. telihat luka dengan bentuk tidak teratur dan batas jelas. Warna luka merak kecoklatan. Luka tampak sudut tumpul dan tidak telihat jembatan jaringan. c. Korban dirujuk ke dokter saraf karena ditemukan cedera kepala. 3. Pemeriksaan foto rongen kepala posisi depan dan samping tidak menunjukkan adanya patah tulang. Dan pada pemeriksaan tubuh lainnya tidak didapatkan patah tulang. 4. Terhadap korban dilakukan perawatan luka pada wajahnya dan pengobatan cedera pada kepala 5. Korban dilakukan rawat inap untuk mengikuti perawatan cedera pada kepalannya.
KESIMPULAN Pada pemeriksaan korban wanita umur dua puluh empat tahun ini ditemukan cedera kepala, luka lecet pada pipi atas kiri dan pelipis kiri. Cedera tersebut telah mengakibatkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan/ jabatan/ pencarian untuk sementara waktu.
18
PENUTUP Demikian visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang- undang hokum acara pidana.
Dokter Pemeriksa
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .Edisi keenam.2011, Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Hal. 3-5 2. Sloane, E., Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. 2004, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 266-277 3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi medikolegal atas kecederaan.Jakarta, 2005. 4. Herkutanto, Pusponegoro AD, Sudarmo S. Aplikasi trauma-related injury severity score (TRISS) untuk penetapan derajat luka dalam konteks mediklegal. J I Bedah Indones. 2005;33(2):37-43. 5. Tasmono H. Trauma kepala pada kecelakaan. 2007 available in ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1089/177 diakses 17 Juli 2014.( Nmr 8 ) 6. Afandi, D. Visum et Repertum pada korban hidup. Bagian Ilmu Kedokteran forensik dan Medikolegal. Fakultas Kedokteran Riau.