Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian skripsi dengan judul Usia dan Paritas sebagai Faktor Resiko Preeklampsia Berat dan Eklampsia Di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH. Skripsi dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Umum Universitas Sriwijaya. Terwujudnya laporan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai phak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr..... selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Umum Universitas Sriwijaya atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjalani penelitian ini. 2. Dr. Hj. Putri Mirani, SpOG, sebagai dosen pembimbing substans atas segala bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan proposal ini. 3. Dr. Swanny, MSc, sebagai dosen pembimbing metodologi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta masukan kepada penulis. 4. Para dosen, keluarga, teman teman dan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian proposal ini.
Penulis menyadari bahwa laporan proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap saran dan masukan darin semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan kesehatan.
Palembang,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................ i HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................... ii KATA PENGANTAR .............................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................. iv DAFTAR TABEL..................................................................... v DAFTAR GRAFIK................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN............................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................. 2.1. Definisi Preeklampsia ............................................................. 2.2. Klasifikasi Preeklampsia ........................................................ 2.2.1 Preeklampsia ringan ...................................................... 2.2.2 Preeklampsia berat ........................................................ 2.2.3 Eklampsia ...................................................................... 2.3. Etiologi Preeklampsia .............................................................
BAB III METODE PENELITIAN ............................................. 3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 3.3. Populasi dan Sampel............................................................... 3.4. Variabel Penelitian ................................................................. 3.5. Definisi Operasional ............................................................... 3.6. Kerangka Operasional ............................................................ 3.7. Pengumpulan Data.................................................................. 3.8. Penyajian Data ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal. Walaupun demikian, kehamilan yang normal pun mempunyai risiko. Risiko tinggi kehamilan merupakan penyimpangan dan secara langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Salah satu faktor risiko kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu adalah preeklampsia. Di seluruh dunia preeklampsi menyebabkan 50.000 76.000 kematian maternal dan 900.000 kematian perinatal setiap tahunnya (Chappel dan Morgan, 2006). Insidens preeklamsi pada kehamilan adalah sebesar 5-10% (WHO, 2002; Takahashi dan Martinelli, 2008) dan menjadi satu dari tiga penyebab utama angka kematian ibu setelah perdarahan dan infeksi (Miller, 2007). Angka kejadian di Indonesia bervariasi di beberapa rumah sakit di seluruh Indonesia yaitu antara 5,75 - 9,17% (Sofoewan, 2003) dan meningkat sebesar 40% selama beberapa tahun terakhir di seluruh dunia (Gilbert dkk, 2008) di Indonesia masih merupakan penyebab kematian nomor dua tertinggi (24%) setelah perdarahan (Depkes RI, 2001). Pengaruh preeklamsi pada ibu hamil bervariasi dari hipertensi ringan, hipertensi berat atau krisis hipertensi, eklampsia sampai sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet), kondisi preeklamsi berat ini dapat terjadi pada 1 per 1000 kehamilan (Davison, 2004). Sedangkan dampak kelainan ini pada janin juga bervariasi dari kelahiran prematur, pertumbuhan janin
terhambat yang dapat terjadi pada 1 dari 3 kasus preeklamsi (Auer dkk, 2010) sampai kematian janin. Sehingga preeklamsi selain dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas yang merupakan cermin kesejahteraan suatu bangsa, preeklampsia ini juga membawa dampak sosial yang besar bagi masyarakat. Sampai sekarang penyebab awal preeklampsi masih belum jelas (Gilbert dkk, 2008). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengetahui penyebab preeklampsia dan banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya preeklampsia sehingga disebut disease of theories, tetapi tidak satupun teori yang mutlak benar diantaranya adalah teori mengenai vaskularisasi plasenta, teori imunologik, teori disfungsi endotel, teori adaptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan teori inflamasi (Angsar, 2003;sibai, 2005). Melihat angka kejadian Preeklampsia yang terus meningkat dari waktu ke waktu, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang usia dan paritas sebagai faktor resiko preeklampsia berat dan eklampsia di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH palembang periode ....
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: usia dan paritas sebagai faktor risiko PEB dan eklampsia di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui usia dan paritas sebagai faktor resiko preeklampsia berat dan eklampsia di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH
1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui jumlah pasien preeklampsia berat dan eklampsia di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH. b. Mengetahui gambaran usia dan paritas pada pasien preeklampsia berat dan eklampsia di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH. c. Mengetahui gambaran hubungan usia dan paritas dengan preeklampsia berat dan eklampsia di RSUP Mohammad Hosein Palembang
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi RSUP Mohammad Hosein Penelitian ini dapat memberikan informasi dan bahan masukan yang bermanfaat dalam penanganan lanjutan terhadap kasus Preeklampsia di RSUP Mohammad hosein.
1.4.2 Ilmu Pengetahuan / Mahasiswa Pembaca / Bagi Pendidikan Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan masukan dan informasi dengan judul yang sama tetapi dengan variable yang berbeda.
1.4.4 Bagi Peneliti Menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan di kegiatan sehari hari dalam bidang penelitian dan dapat menerapkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi preeklampsia Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau 30 ml/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif pada saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).
2.2 Klasifikasi preeklampsia Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan, preeklampsia berat, impending eklampsia, dan eklampsia. 2.2.1.1 kriteria preeklampsia ringan a. Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ. b. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. c. Edema generalisata pada muka, lengan, dan perut. 2.2.1.2 kriteria preeklampsia berat a) Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah tidak
turun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring. b) Proteinuria > 5 gram / 24 jam atau > 3 dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali. c) Oligouria < 400 mg / 24 jam. d) Kenaikan kadar kreatin plasma > 1,2 mg/dl. e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur. f) Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat meregangnya kapsula glissoni. g) Edema paru dan sianosis. h) Hemolisis mikroangiopatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase. i) Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm 3 ). j) Oligohiramnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta. k) Gangguan fungsi hepar karena meningkatnya kadar enzim ALT dan AST. Preeklampsia berat sendiri dibagi menjadi; preeklampsia berat tanpa impending eklampsia dan preeklampsia berat dengan impending eklampsia. Disebut impending eklampsia bila preeklampsia berat disertai dengan gejala: Nyeri kepala hebat Gangguan visus Muntah muntah
Nyeri epigastrium Kenaikan progresif tekanan darah 2.2.2 Eklampsia Eklampsia merupakan kasus akut pada pasien preeklampsia, yang disertai kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Pada eklampsia postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam setelah persalinan.
2.3 Epidemiologi Angka kejadian preeklampsia eklampsia berkisar antara 2% dan 10% dari kehamilan di seluruh dunia. Kejadian preeklampsia merupakan penanda awal dari kejadian eklampsia, dan diperkirakan kejadian preeclampsia menjadi lebih tinggi di negara berkembang. Angka kejadian preeklampsia di negara berkembang, seperti di negara Amerika Utara dan Eropa adalah sama dan diperkirakan sekitar 5-7 kasus per 10.000 kelahiran. Disisi lain kejadian eklampsia di negara berkembang bervariasi secara luas. Mulai dari satu kasus per 100 kehamilan untuk 1 kasus per 1700 kehamilan. Rentang angka kejadian preeklampsia-eklampsia di negara berkembang seperti negara Afrika seperti Afrika selatan, Mesir, Tanzania, dan Ethiopia bervariasi dari 1,8%sampai 7,1%. Di Nigeria angka kejadiannya berkisar antara 2% sampai 16,7% dan juga preeklampsia ini juga dipengaruhi oleh ibu nullipara, karena ibu nullipara memiliki resiko 4-5 kali lebih tinggi dari pada ibu multipara. Angka kejadian dari preeklampsia di Indonesia sekitar 7-10%, ini merupakan bukti bahwa preeklampsia merupakan penyebab kematian
nomor dua di Indonesia bagi ibu hamil, sedangkan nomor satu penyebab kematian ibu di Indonesia adalah akibat perdarahan.
2.4 Etiologi Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga penyakit ini disebut dengan The Diseases of Theories.Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah: 1. Faktor Trofoblast Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan terjadinya Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.Teori ini didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir. 2. Faktor Imunologik Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan Blocking Antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan Blocking Antibodies akan lebih banyak akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi. 3. Faktor Hormonal Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi hipertensi dan edema
4. Faktor Genetik Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia/ eklampsia bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Preeklampsia- Eklampsia antara lain: a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia- Eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia- Eklampsia. c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada ipar mereka. 5. Faktor Gizi Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandungasam lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan menyebabkan Loss Angiotensin Refraktoriness yang memicu terjadinya preeklampsia. 6. Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pada Preeklampsia-Eklampsia didapatkan kerusakan pada endotelvaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombinakan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) danserotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2.5 Faktor Risiko Preeklampsia
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor resiko tersebut meliputi: a. Usia ekstrim Dikatakan usia ekstrim jika usia ibu saat hamil < 20 tahun atau > 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun sering dikaitkan dengan faktor primigravida. Bagi usia diatas 35 tahun dihubungkan dengan perubahan fisiologis seperti vasospasme, aktivasi sistem koagulasi dan gangguan keseimbangan humoral. b. Kehamilan ganda Pada kehamilan ganda resiko untuk mengalami preeklampsia dua kali lebih besar dibandingkan kehamilan normal karena pada kehamilan ganda kebutuhan akan oksigen dan nutrisi lebih tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. c. Mola hidatidosa Diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan preeklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada pre-eklampsia. d. Primigravida Pada kasus primigravida berhubungan dengan gangguan imun dimana terjadi penolakan hasil konsepsi oleh tubuh ibu karena pembentukan blocking antibodi terhadap antigen plasenta yang belum sempurna dan reaksi ini mengakibatkan invasi trofoblas yang tidak sempurna. e. Riwayat preeklampsi dalam keluarga Faktor genetik turut berperan dalam kejadian preeklampsia. Jika ibu mengalami preeklampsia maka risiko anaknya untuk mengalami
preeklampsia sebesar 20-40%, jika saudara kandungnya mengalami preeklampsia maka risiko preeklampsia sebesar 11-37 %. f. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal yang ada sebelum hamil Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan kerusakan endotel dan akiabtnya bila terjadi kerusakan endotel di ginjal akan terjadi gangguan fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. g. Diet/ gizi Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadianyang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obesitas/ overweight.
2.6 Patogenesis Preeklampsia Belum diketahui dengan pasti, secara umum pada Preeklampsia terjadi perubahan dan gangguan vaskuler dan hemostatis. Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar terjadinya Preeklampsia adalah iskemik uteroplasenta, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat denganaliran perfusi sirkulasi darah plasenta yang berkurang. Disfungsi plasenta juga ditemukan pada preeklampsia, sehingga terjadi penurunan kadar 1 -25 (OH)2 dan Human Placental Lagtogen (HPL), akibatnya terjadi penurunan absorpsi kalsium dari saluran cerna. Untuk mempertahankan penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangankelenjar paratiroid yang mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai penurunan kadar kalsitonin yang mengakibatkan peningkatan absorpsi kalsium tulang yang dibawa melalui sirkulasi ke dalam intra sel. Peningkatankadar kalsium intra sel mengakibatkan
peningkatan kontraksi pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Teori vasospasme dan respons vasopresor yang meningkat menyatakan prostaglandin berperan sebagai mediator poten reaktivitas vaskuler.Penurunan sintesis prostaglandin dan peningkatan pemecahannya akan meningkatkan kepekaan vaskuler terhadap Angiotensin II. Angiotensin II mempengaruhi langsung sel endotel yang resistensinya terhadap efek vasopresor berkurang, sehingga terjadi vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah yang menyebabkan hambatan aliran darah yang menyebabkan tejadinya hipertensi arterial yang membahayakan pembuluh darah karena gangguan aliran darah vasavasorum, sehingga terjadi hipoksia dan kerusakan endotel pembuluh darah yang menyebabkan dilepasnya Endothelin 1 yang merupakan vasokonstriktor kuat. Semua ini menyebabkan kebocoran antar sel endotel, sehingga unsur-unsur pembentukan darah seperti thrombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan subendotel yang menyebabkan gangguan ke berbagai sistem organ.
2.7 Patofisiologi Preeklampsia Pada preeklampsia terjadi perubahan fungsi patologik. Berikut ini adalah perubahan fungsi organ pada preeklampsia : 4,6
a. Otak Pada hamil normal, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya perdarahan otak dan kejang/ eklampsia. Selain itu, spasme pada arteri retina dan edema retina dapat menyebabkan gangguan visus. Gangguan visus dapat berupa: pandangan kabur, skotoma dan ablasio retinae.
b. Hati Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga subkapsular hematoma. Subkasular hematoma menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium. c. Ginjal Pada pre-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang + 20%, filtrasi glomerulus berkurang + 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh di atas normal. Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein (sindroma nefrotik pada kehamilan). d. Hematologik Perubahan hematologik disebabkan oleh hipovolemik akibat vasospasme, hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopati akibat spasme arteriole dan hemolisis akibat kerusakan endotel arteriole. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan hematokrit akibat hipovolemia, peningkatan viskositas darah, trombositopenia, dan gejala hemolisis mikroangiopatik. e. Sirkulasi uterus, koriodsidua Perubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah patofisiologi yang terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang menentukan hasil akhir kehamilan. Terjadi iskemia uteroplasenter, menyebabkan ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang.
Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta,yang mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga meningkatkan kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron) seh ingga terjadi tonus pembuluh darah yanglebih tinggi. Karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian janin. 2.8 Pencegahan Preeklampsia Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsi pada wanita hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklamsi. Pencegahan dapat dilakukan dengan : 1. Pencegahan dengan non medikal Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang paling sederhana ialah tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadinya preeklampsia meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia dan mencegah persalinan preterm. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah preeklampsia. Hendaknya diet ditambah suplemen yang mengandung: a. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh b. Antioksidan: vitamin C, vitamin E, -karoten, CoQ 10 , N-Asetilsistein, asam lipoik. c. Elemen logam berat: zinc, magnesium, kalsium. 2. Pencegahan dengan medikal
Pemberian diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat hipovolemi. Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia. Pemberian kalsium: 1.500 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia adalah aspirin dosis rendah dibawah 100 mg/hari, atau dipiridamole. Dapat juga diberikan obat antioksidan, misalnya vitamin C, vitamin E, -karoten, CoQ 10 , N-Asetilsistein, asam lipoik. 2.9 Penatalaksanaan 2.9.1. Penatalaksanaan Preeklampsia ringan Pengelolaan preeklamsi ringan dapat secara : a. Pengelolaan dengan rawat jalan (ambulatoir) Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulansi sesuai keinginannya. Di indonesia tirah baring masih diperlukan. Tidak perlu restriksi konsumsi garam. Tidak perlu konsumsi antihipertensi, sedativum, dan diuretik. b. Pengelolaan dengan rawat inap (hospitalisasi) I. Indikasi preeklampsi ringan di rawat inap Hipertensi yang menetap > 2 minggu. Proteinuria yang menetap > 2 minggu. Hasil test laboratorium yang abnormal. Adanya satu atau lebih gejala preeklampsia berat. II. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
Pemeriksaan tekanan darah tiap 4 jam kecuali ketika ibu hamil sedang tidur. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen. Penimbangan berat badan ketika ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan tiap hari. Pengamatan dengan cermat gejala preeklampsia dengan impending eklampsia: - Nyeri kepala frontal atau oksipital. - Gangguan visus. - Nyeri kuadran kanan atas pada abdomen. III. Pemeriksaan laboratorium Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurang-kurangnya diikuti dua hari sesudahnya. Hematokrit dan trombosit: 2 x seminggu. Tes fungsi hepar: 2 x seminggu. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatin serum, BUN, dan asam urat. Pengukuran produksi urin setiap tiga jam. c. Terapi medikamentosa - Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoir - Bila terdapat perbaikan gejala preeklampsia dan umur kehamilan 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi 2- 3 hari kemudian boleh dipulangkan.
2.9.2. Penatalaksanaan Preeklampsia berat-eklampsia - Pemberian terapi medikamentosa a. Segera masuk rumah sakit. b. Tirah baring ke kriri secara intermitten. c. Infus ringer laktat atau ringer dextrose 5%.
d. Pemberian MgSO 4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
4-6 g 20% IV dilarutkan dalam 100 ml/D 5 / 15-20 menit 1) Dimulai 2g/jam IV dalam 10g 1000 cc D 5 ; 100 cc/jam 2) Ukur kadar Mg setiap 4-6 jam 3) Tetesan infus disesuaikan untuk mencapai maintain dose 4-6 mEq/l (4,8-9,6 mg/dL)
24 jam pascasalin 4. Magpie Trial Colaborative Group, 2002 Sama dengan Pritchard regimen 1) 4g 50% dilarutkan dalam normal Saline IV / 10-15 menit 2) 10 g 50% IM: - 5g IM bokong kanan - 5g IM bokong kiri
1) 1g/jam/IV dalam 24 jam atau 2) 5g IM/4 jam dalam 24 jam
Syarat pemberian MgSO 4 . 7H 2 O 1. Refleks patella normal 2. Respirasi > 16 menit 3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam 4. Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc
Antidotum Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO 4 . 7H 2 O , maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 3 menit
Refrakter terhadap MgSO 4 . 7H 2 O, dapat diberikan salah satu regimen dibawah ini : 1. 100 mg IV sodium thiopental 2. 10 mg IV diazepam
3. 250 mg IV sodium amobarbital 4. phenytoin : a. dosis awal 1000 mg IV a. 16,7 mg/menit/1 jam b. 500 g oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam
e. Pemberian anti hipertensi Obat anti hipertensi diberikan bila tensi 180/110 MmHg atau MAP 126, jenis obat: nifedipine 10-20 mg/oral, diulangi tiap 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nicardipine-HCl: 10 mg dalam 100 atau 250 cc NaCL/RL diberikan secara IV selama 5 menit. Bila gagal dalam 1 jam dapat diulang dengan dosis 12,5 mg selama 5 menit. Bila masih gagal dalam 1 jam bisa diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.
f. Pemberian diuretik Diuretik tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena: 1. Memperberat penurunan perfusi plasenta 2. Memperberat hipovolemia 3. Meningkatkan hemokonsentrasi Diuretik diberikan hanya atas indikasi: edema paru, gagal jantung kongestif, edema anasarka g. Diet Diet diberikan secara seimbang. Hindari kalori dan protein yang berlebih.
2.10 Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala awal penyembuhan. Tekanan darah kembali normal beberapa jam kemudian.
2.11 Komplikasi Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lain yang bisa terjadi pada preeklampsia dan eklampsia adalah: a. Edema Paru Edema paru biasanya terjadi pada preeklampsia berat yang mengalami kelainan pulmonal maupun non pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan tekanan onkotik koloid akibat proteinuria, dan penurunan albumin yang diproduksi oleh hati. b. Kelainan ginjal Pada ginjal terjadi lesi khas pasien preeklampsia teruitama glomeruloendoteliosis, yaitu pembengkakan dari kapiler glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. c. Kelainan darah Kelainan darah pada pasien preeklampsia umumnya adalah DIC (Disseminated Intra Coagulopathy) dan destruksi
pada eritrosit (Cunningham, 2005). Trombositopenia merupakan kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l ditemukan pada 15-20% pasien. d. Sindroma HELLP Pada 10% pasien dengan preeklampsia berat dapat terjadi sindroma HELLP ysitu hemolisis, peningkatan enzim hati (elevated liver enzyme), dan penurunan platelet (low platelet). Pada pasien dengan sindroma HELLP, prognosis untuk kehamilan berikutnya kurang baik. e. Ruptur hepar Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar menyebabkan terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan pada lesi ini dapat menyebabkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan membentuk subcapsular hematoma. (Cunningham, 2005) f. Akibat pada janin Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah sehingga mortalitas janin meningkat. Dampak preeklampsia pada janin: intra uterine growth retardation (IUGR), oligohidramnion, berat bayi lahir rendah, dan solusio plasenta.
2.12 Kerangka Teori
Faktor Risiko Usia ekstrim paritas preeklampsia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSMH Palembang. b. Waktu penelitian Penelitian ini dimulai bulan 3.3 Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi yang diambil untuk penelitian ini adalah seluruh pasien preeklampsia berat dan eklampsia di bagian Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang periode b. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria Inklusi. c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Inklusi Pasien preeklampsia berat dan eklampsia yang datang ke RSUP Dr. Mohammad Hosein yang memiliki catatan rekam medik yang lain Ekslusi 1. Pasien yang tidak mengalami preeklampsia berat dan eklampsia. 2. Pasien preeklampsia berat dan eklampsia yang data rekam mediknya tidak bisa ditemukan, berkasnya tidak terbaca atau datanya tidak lengkap. d. Cara Pengambilan Sampel Sampel diambil bila memenuhi kriteria Inklusi.