Você está na página 1de 8

Abstrak Dengan naiknya harga minyak

dunia, perusahaan minyak dan gas berada


dibawah tekanan karena dituntut untuk
memastikan bahwa operasi dari sistem produksi
mereka berada pada kapasitas maksimumnya.
Pada sistem produksi JOB P-PEJ, performansi
dan ketersediaan dari gas compressor menjadi
vital. Karena berfungsi menghasilkan kondensat
dan sweet gas yang akan masuk ke Sulfur Recovery
Unit sebagai supply bahan bakar gas engine.
Sehingga perlu diuji seberapa jauh penurunan
performansinya. Parameter yang dijadikan acuan
dalam uji performansi ini adalah brake
horsepower, isothermal efficiency, dan volumetric
efficiency. Data report diambil secara harian
selama sebelas hari dari Distributed Control System
(DCS) vapor recovery compressor, parameter yang
diambil disesuaikan dengan standard ASME PTC
10.1 tentang performance testing of gas compressor.
Data kemudian diolah sesuai dengan persamaan
yang ada dan kemudian dibandingkan dengan
factory test. Hasil uji performansi dengan
menggunakan metode langsung diperoleh
compressor performance ratio sebesar 1:1,14 untuk
brake horsepower, 1:1,4 untuk isothermal
efficiency, dan 1:1,07 untuk volumetric efficiency.
Penurunan performansi dari vapor recovery
compressor banyak disebabkan oleh: turunnya
putaran motor penggerak, pressure dan
temperature gas yang berubah-ubah, dan adanya
pembatasan di aliran gas suction maupun
discharge. Namun dengan maintenance yang
dilakukan secara rutin yaitu dengan menambah
pelumas pada motor penggerak, membersihkan
elemen crankshaft, diperoleh keadaan unjuk kerja
kompressor tetap dalam keadaan baik. Dengan
penurunan efisiensi yang masih cukup kecil maka
dapat dikatakan vapor recovery copressor masih
dalam keadaan baik dan perlu dijaga maintenance
secara rutin pada CP-9650.

Kata Kunci Compressor Performance Ratio, brake
horsepower, volumetric efficiency, isothermal
efficiency

I. PENDAHULUAN
Joint Operating Body Pertamina-Petrochina
East Java (JOB P-PEJ) merupakan perusahan
eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas hasil
Production Sharing Contract (PSC) antara Pertamina
Hulu Energi dan Petrochina International Java Ltd.
Kantor operasional plant berlokasi di Jl. Lingkar
Pertamina, Desa Rahayu, Kecamatan Soko,
Kabupaten Tuban. Wilayah operasional eksplorasi
minyak dan gas JOB P-PEJ saat ini meliputi 6
kabupaten yaitu: Tuban, Bojonegoro, Lamongan,
Gresik dan Mojokerto. Saat ini, JOB P-PEJ telah
mengoperasikan lima lapangan eksplorasi minyak dan
gas di wilayah Jawa Timur, yaitu lapangan Mudi
(1997), lapangan Sukowati (2004), lapangan Gondang
(2005), lapangan Lengowangi (2011), dan lapangan
South Bungoh (2011). JOB PPEJ mencapai produksi
108 juta barrel sejak pertama kali berdiri pada 1993
hingga Mei 2012, dengan produksi tertinggi berasal
dari lapangan Sukowati yang mencapai 71 juta barrel,
kemudian dari lapangan Mudi sebanyak 34 juta barrel.
Pada tahun 2012 JOB P-PEJ juga telah melakukan 3D
seismic di wilayah Sekarkurung di kabupaten Gresik
untuk mencari sumber minyak baru guna menambah
kapasitas produksi.
Sebagai perusahaan sektor hulu (upstream)
minyak dan gas yang produksi utamanya adalah
minyak mentah (crude oil), JOB P-PEJ memiliki
Central Processing Area (CPA) di wilayah kecamatan
Soko, kabupaten Tuban. CPA tersebut berfungsi
untuk mengumpulkan minyak dan gas hasil produksi
dari masing-masing well pad untuk kemudian
diproses sehingga siap dialirkan melalui pipeline ke
Floating Storage Offloading di lepas pantai utara
Tuban. Dalam proses pemisahan fluida reservoir di
CPA, telah dipasang beberapa peralatan produksi.
Salah satunya adalah Vapor Recovery Compressor
(CP 9650), sebuah equipment yang berfungsi untuk
mengompresi sour gas keluaran dari Stripper agar
diperoleh kondensat dari hasil pemisahan fraksi berat
dan fraksi ringan dalam sour gas. Fraksi berat berupa
kondensat akan menuju ke Scrubber dan disimpan
dalam Storage Tank. Sedangkan fraksi ringan berupa
gas, akan masuk ke Sulfur Recovery Unit (SRU) untuk
PENERAPAN DIRECT METHOD UNTUK PENGHITUNGAN
COMPRESSOR PERFORMANCE RATIO PADA VAPOR
RECOVERY COMPRESSOR (CP-9650) DI
JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA
EAST JAVA (JOB P-PEJ) SOKO-TUBAN
Septian Hari Pradana, Ronny Dwi Noriyati, Ali Musyafa
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: septianharipradana@gmail.com
P
diolah sebagai bahan bakar gas engine dan power
plant. Sehingga performansi dari unit Vapor Recovery
Compressor (CP-9650) menjadi penting untuk
memastikan bahwa compression power yang
dihasilkan benar-benar sesuai kebutuhan dan gas yang
masuk ke SRU benar-benar terpisah dari fraksi berat
serta kondensat yang dihasilkan menjadi maksimal.
Performansi dari suatu equipment sendiri selalu
menurun dari waktu ke waktu, disebabkan oleh
maintenance yang kurang baik, pengoperasian
equipment yang kurang baik, dll. Sehingga tujuan dari
dilakukannya uji performansi ini adalah untuk
mengetahui seberapa jauh pengurangan performansi
yang terjadi dibandingkan dengan factory test.
Sehingga diharapkan dari hasil analisis performansi
yang diperoleh dapat ditentukan langkah apa yang
sebaiknya dilakukan untuk menjaga performansi
equipment khususnya Vapor Recovery Compressor
tetap pada performansi yang bagus untuk menunjang
kelancaran proses produksi.

II. PROFIL UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan
Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East
Java (JOB P-PEJ) merupakan perusahan eksplorasi
dan eksploitasi minyak dan gas sektor hulu (upstream)
hasil Production Sharing Contract (PSC) antara
Pertamina Hulu Energi dan Petrochina International
Java Ltd. Di Indonesia Petrochina beroperasi di
Tuban, Sorong dan Jambi dengan kantor pusat yang
berada di Jakarta. Berdasarkan UU no.8 tahun 1971
tentang Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas
Bumi, maka tanggal 29 Februari 1988 Trend
International Ltd. menandatangani kontrak bagi hasil
(Production Sharing Contract) untuk seluruh kegiatan
yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi minyak dan
gas bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan
produksi minyak dan gas nasional dengan nama JOB
Pertamina-Trend Tuban.
Perusahaan ini mengalami peralihan kepemilikan
pada tanggal 31 Agustus 1993 melalui sebuah konsesi
peralihan saham, hal ini didasarkan pada Surat
Keputusan Dirut Pertamina, mengenai Persetujuan
Konsesi Peralihan Dari Trend East Java ke Santa Fe
Energy Resources Java Ltd., dan mengalami
perubahan nama dari JOB Pertamina-Trend Tuban
menjadi JOB Pertamina - Santa Fe Tuban. Kemudian
berdasarkan SK Direktur Pertamina
No.620/C00000/2001-S1 tanggal 02 Juli 2001,
Perusahaan ini mengalami perubahan nama dari JOB
Pertamina Santa Fe Tuban menjadi JOB Pertamina -
Devon Tuban. Kemudian berdasarkan SK Dirut
Pertamina No. 533/C 00000/2002 - S1 tanggal 27 Juni
2002 dan No. 562/ C 00000/2002 tanggal 4 Juli 2002
terhitung mulai tanggal 1 juli 2002 JOB Pertamina
Devon Tuban menjadi JOB Pertamina Petrochina
East Java hingga saat ini. Saham mayoritas dipegang
oleh Pertamina Hulu Energi dengan Enquity Interest
sebesar 75% dan sisanya dipegang oleh Petrochina
International Java Ltd dengan Enquity Interest sebesar
25%. Perusahaan ini memiliki masa kontrak selama
30 tahun sejak penadatanganan dilakukan dan pada
awalnya meliputi wilayah seluas 7.391 km
2
, namun
saat ini wilayahnya menjadi sekitar 1.478 km
2
sesuai
dengan Reliquishment History Map JOB P-PEJ.
Wilayah operasi JOB PPEJ meliputi enam
kabupaten, yaitu Tuban (lapangan Mudi), Bojonegoro
(lapangan Sukowati), Lamongan (lapangan Gondang),
Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Lapangan Mudi
terletak di kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa
timur. Lapangan Mudi diproduksikan sejak 1997 dan
lapangan Sukowati mulai beroperasi sejak 2004.
Produksi crude oil JOB P-PEJ sejak beroperasi
sampai dengan Mei 2012 mencapai 108 juta barrel
dan produksi gas mencapai 2500 MMSCFD.

2.2 Struktur Perusahaan
Berikut ini adalah struktur perusahaan Joint operating
Body Pertamina Petrochina East Java.


Gambar 2.1 Struktur Perusahaan JOB P-PEJ
Visi perusahaan JOB P-PEJ adalah Diakui
sebagai perusahaan energi terkemuka dengan
integritas tinggi dan ramah lingkungan dengan
orientasi kepedulian sosial.
Field Manager sebagai pimpinan tertinggi di
area Plant membawahi beberapa divisi, yaitu Field
Admin Supt. (FAS), Field Operation Supt. (FOS) dan
Field Health, Safety and Environmental Supt. (FHSE).
FAS merupakan bagian yang terkait dengan kegiatan
administratif dan pengembangan sumber daya
manusia dalam lingkup perusahaan maupun di luar
lingkup perusahaan sebagai bukti peranan perusahaan
pada masyarakat luas. FOS memiliki tugas untuk
menyelenggarakan dan mengatur kegiatan produksi
untuk mencapai target produksi yang sesuai dengan
SOP perusahaan, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, serta melakukan tidakan
preventif berupa pemeliharaan dan perencanaan guna
meminimalisir terjadinya kecelakaan. FHSE
merupakan bagian yang bertugas untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan seluruh sumber daya
manusia dan menangani masalah lingkungan di
kawasan JOB P-PEJ dan sekitarnya. Dengan
menerapkan aspek-aspek kesehatan dan keselamatan
kerja, serta manajemen berbasis lingkungan,
diharapkan dapat meminimalisir kecelakaan kerja di
lingkungan JOB P-PEJ.
Pada level kedua struktur perusahaan, dibagi lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih khusus pada level
ketiga. Bagian Field Administration Supt. meliputi
General Admin Superintendent, dan Material Admin
Superintendent. General Admin Supt. bertugas untuk
menangani kegiatan administratif perusahaan,
mengatur perekrutan sumber daya manusia,
melakukan pengawasan terhadap pengeluaran biaya,
mengadakan program pengembangan masyarakat
sekitar perusahaan, mengatur seluruh pembiayaan
kegiatan operasional perusahaan, dan mengatur
kegiatan informasi dan komunikasi di lingkungan
perusahaan. Sedangkan bagian Material Supt.
bertugas untuk menangani pengadaan material yang
digunakan untuk proses produksi, mengawasi seluruh
fasilitas material produksi, menangani pemesanan,
pembelian dan penyimpanan material produksi agar
sesuai dengan kebutuhan stok yang telah ditetapkan,
serta mengatur pendistribusian material dari
penyimpanan ke divisi yang membutuhkan.

III. PENERAPAN DIRECT METHOD UNTUK
PENGHITUNGAN COMPRESSOR
PERFORMANCE RATIO PADA VAPOR
RECOVERY COMPRESSOR (CP-9650) DI JOINT
OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA
EAST JAVA (JOB P-PEJ) SOKO-TUBAN

3.1 Pemahaman Instrumen Pendukung
Fluida reservoir dari well pad akan dipisahkan
berdasarkan densitasnya pada Free Water Knock Out
menjadi fasa minyak, air dan gas. Fasa air kemudian
akan dialirkan menuju Heat Exchanger untuk ditukar
panasnya dan kemudian diproses di Gas Boot dan
disimpan di water storage tank untuk kemudian
diinjeksikan kembali ke well pad. Sedangkan fasa
minyak akan melalui proses di Stripper dan Gas Boot
untuk dilakukan pemisahan minyak dengan
kandungan H
2
S yang terbawa sebelum disimpan di oil
storage tank. Fasa gas hasil dari pemisahan fraksi
ringan dari minyak di stripper dan scrubber
selanjutnya akan mengalami proses di gas compressor
unit. Gas compressor yang digunakan di JOB P-PEJ
terdiri dari dua macam yaitu compressor CP-9650
sebagai vapor recovery unit dan compressor CP-9600
sebagai fuel gas conditioning. Compressor CP-9650
akan bekerja untuk mengompresi sour gas keluaran
dari Stripper yang masih kaya akan H
2
S sehingga
dihasilkan kondensat dan sweet gas. Kondensat yang
dihasilkan kemudian akan masuk ke Scrubber untuk
dilakukan pemisahan kembali fasa gas dari kondensat,
kondensat yang telah benar-benar terpisah dari gas
akan menuju ke oil storage tank, sedangkan gas akan
masuk kembali ke vapor recovery compressor
sehingga proses terus berulang.
Vapor recovery unit adalah equipment yang
critical dan harus selalu dijaga agar senantiasa bekerja
untuk merecover sour gas di dalam stripper. Dalam
kasus ketika fuel gas reconditioning mengalami shut
down, maka diesel fuel system akan digunakan
sebagai back up bahan bakar ke gas turbin.
Sehingga perlu untuk dilakukan uji performansi
dari vapor recovery unit terkait dengan efisiensi,
compression power, capacity, dll. Agar supply fuel
gas ke gas turbin sebagai pemasok energi listrik yang
digunakan di Central Processing Area maupun well
pad terus berlanjut dan tidak terganggu.

3.1.1 Vapor Recovery Compressor CP-9650
Vapor Recovery Compressor CP-9650 akan
meningkatkan tekanan dari sour gas yang berasal dari
stripper sebelum gas masuk ke gas cooler.
Compressor CP-9650 menggunakan compressor tipe
reciprocating dua tingkat double acting. Tipe
compressor yang digunakan adalah B-VIP (Valve In
Piston) compressor dengan merk Dresser Rand.
Spesifikasi dari kompresor merk Dresser Rand
tersebut adalah:
Tabel 3.1 Spesifikasi B-VIP kompressor 1
st
stage
Maximum Speed 1200 rpm
Maximum Allowable
Working Pressure
215 psig
Hydro Test Pressure 325 psig
Max. Allowable Gas
Discharge temperature
350
o
F
Tabel 3.2 Spesifikasi B-VIP kompressor 2
nd
stage
Maximum Speed 1200 rpm
Maximum Allowable
Working Pressure
750 psig
Hydro Test Pressure 1125 psig
Max. Allowable Gas
Discharge temperature
350
o
F
Dari tabel informasi diatas dapat diketahui
batasan-batasan kerja compressor CP-9650. Maximum
speed kecepatan maksimal pergerakan piston yang
mampu di handle oleh silinder. Pada compressor CP-
9650 piston bergerak karena ada penggerak mula
(prime mover) gas engine merk Waukesha dengan 6
silinder.

(a) (b)
Gambar 3.1 (a) CP-9650 (b) Mesin Dresser
Waukesha
Pada kondisi normal operation sesuai dengan
data report yang dihimpun oleh divisi Production gas
masuk kedalam compressor dengan tekanan 15,78
Psig (suction pressure 1
st
stage) dan suhu rata-rata
116
o
F. Kemudian compressor akan mengompresi gas
tersebut menghasilkan discharge pressure 1
st
stage
rata-rata 65,87 Psig dengan suhu 223,3
o
F. Gas dengan
kondisi tersebut kemudian masuk ke 2
nd
stage
compression, dan dihasilkan discharge pressure 2
nd

stage rata-rata sebesar 276,38 Psig pada suhu rata-rata
264,33
o
F. Dalam sehari compressor CP-9650 rata-rata
mampu mengompresi 1587,67 MMSCFD sour gas
yang berasal dari stripper untuk menuju ke gas cooler
dan digunakan sebagai inlet sweet gas ke Sulphur
Recovery Unit.

3.2 Compressor Performance Testing
Compressor Performance Testing bertujuan
untuk mengetahui unjuk kerja kompresor dan
membandingkannya dengan hasil FAT atau factory
test
[1]
. Dalam penghitungan performance testing
parameter yang dihitung adalah
[2]
:
Horsepower calculation
Isothermal efficiency
Volumetric efficiency
Performance testing yang biasa dilakukan untuk
kompresor sesuai dengan standard ASME PTC 10.
Objek dari standard ASME PTC 10 adalah untuk
menentukan parameter-parameter thermodinamic
yang dapat diukur dalam kompressor yang bekerja
pada tekanan tertentu. Dalam laporan ini peserta didik
Kerja Praktek menggunakan standard ASME PTC 10
untuk menentukan parameter yang diambil dalam
penghitungan.
3.2.1 ASME PTC 10
Standard ASME PTC 10 merupakan standard
yang banyak digunakan dalam pengitungan field
testing performance dari equipment compressor
[3]
.
Standard ini terakhir diperbaharui pada tahun 1965.
Penghitungan performansi dari kompressor cukup
rumit untuk dilakukan seiring dengan adanya
pertimbangan untuk menentukan faktor koreksi dari
perbedaan antara hasil test dengan kondisi
sebenarnya. Parameter yang diukur dalam standard
ASME PTC 10 antara lain:
Quantity of gas delivered
Pressure produced
Head
Shaft power required
Efficiency
Surge point
Choke point
3.2.2 Brake Horsepower Calculation
Brake Horsepower calculation menunjukkan
penghitungan daya pada kompressor ketika bekerja.
Dalam hal ini akan dilakukan perbandingan antara
brake horsepower aktual dan brake horsepower hasil
field testing performance. Brake Horsepower pada
praktikya digunakan untuk mengompresi gas masukan
(inlet gas) ke compressor. Brake Horsepower sangat
bergantung pada input gas supply pada compressor
shaft. Brake Horsepower dihitung dengan persamaan:
...(3.1)
dengan :
BHP = brake horsepower (kW)


= gas flow rate (
3
/h)

= suction temperature (K)

= average compressibility factor


= overall efficiency
high speed reciprocating unit = 0,82
low speed reciprocating unit = 0,85
k = ratio of spesific heat

= suction pressure (kPa)

= discharge pressure (kPa)

= standard pressure (kPa), 101,325 kPa

= standard temperature (K)


3.2.3 Isothermal Efficiency
Isothermal efficiency menunjukkan nilai efisiensi
secara isotermal pada kondisi tidak ada perubahan
terhadap temperatur terukur kompresor
[4]
. Isothermal
efficiency dihitung berdasarkan persamaan:


=
1


100% ...(3.2)
Dimana:
= (
1

) ...(3.3)
dengan:


= isothermal efficiency


= temperatur discharge

= temperatur hisap
= compression ratio
k = ratio of specific heat

3.2.4 Volumetric Efficiency
Volumetric efficiency merupakan ukuran nilai
efisiensi dari kompresor secara volumetric. Dalam hal
ini diberikan nilai re-ekspansi gas tidak dikeluarkan
dari silinder kompressor selama proses kompresi
terjadi. Gas akan terperangkap dalam clearance bottle
[5]
.
Volumetric efficiency dihitung berdasarkan
persamaan:

100

...(3.4)
dan
=

4

2
...(3.5)
dimana :
= Compressor Displacement
= Cylinder bore (m)
= Cylinder stroke (m)
= rotational speed
=1 untuk single acting compressor
2 untuk double acting compressor
= jumlah silinder

3.3 Direct Method pada Penghitungan
Performansi
Direct method atau metode langsung merupakan
metode yang sering dipakai untuk melakukan
penghitungan efisiensi dan performansi dari suatu alat
yang bekerja berdasarkan prinsip thermodinamika
[6]
.
Metode ini dikenal pula dengan metode input-output
karena dilakukan tanpa memerhatikan faktor dari luar
yang berpengaruh pada sistem. Segala aspek
penghitungan yang penyusun lakukan hanya
diperlukan untuk mendapatkan input dari sistem dan
selanjutnya akan dibandingkan dengan output sistem.
Metode langsung merupakan metode yang lebih
sederhana bila dibandingkan dengan metode
penghitungan yang lain seperti metode exergy, dll.
Namun pada kondisi nyata perusahaan sering kali
hanya mengunakan metode langsung ini karena lebih
efisien. Metode ini juga cukup memiliki akurasi yang
baik.

Gambar 3.2 Skema Direct Method pada
Compressor

3.4 Penghitungan Performansi Kompressor
Subbab berikut akan membahas mengenai hasil
penghitungan performansi kompressor. Data yang
digunakan adalah data primer berupa data report
harian selama 11 hari pada bulan September pada
equipment Vapor Recovery Compressor (CP-9650)
dan data sekunder berupa factory test dan datasheet
Vapor Recovery Compressor. Hasil penghitungan
selanjutnya akan dianalisis dan dibandingkan dengan
data sekunder pada factory test.
3.4.1 Penghitungan dan Analisis Brake
Horsepower
Brake horsepower pada kompresor dapat
dihitung dengan mengambil data berupa : gas flow
rate, suction temperature, average compressibility
factor, overall efficiency untuk high speed
kompressor, ratio of specific heat, suction pressure,
discharge pressure. Dan menggunakan tekanan
standard 101,325 kPa, dan suhu rata-rata dalam ruang
combustion air inlet compressor diperoleh dari
datasheet sebesar 35
o
C. Vapor Recovery Compressor
(CP-9650) berdasarkan standard API 11P termasuk
jenis high speed compressor karena rotational speed
yang dimiliki oleh engine 800 RPM. Standard API
11P tentang reciprocating compressor
mengklasifikasikan kompresor berdasarkan engine
rotational speednya low speed compressor bekerja
pada rentang 300-700 RPM, sedangkan high speed
compressor bekerja pada rentang 701-1800 RPM
[7]
.


Sedangkan ratio of specific heat dihitung dengan
memerhatikan komposisi gas pada gas yang akan
dikompresi oleh kompressor. Vapor recovery
compressor (CP-9650) mengompresi sour gas dengan
komposisi sebagai berikut:
Tabel 3.3 Komposisi Sour Gas pada CP-9650
No. Components Chemical Equations Composition (mol %)
1 Carbondioxyde CO
2
31,27
2 Nitrogen N
2
0,51
3 Methane CH
4
37,25
4 Ethane C
2
H
6
10,78
5 Propane C
3
H
8
10,02
6 Iso-butane i-C
4
H
10
2,48
7 Normal-butane n-C
4
H
10
4,02
8 Iso-pentane i-C
5
H
12
1,34
9 Normal-pentane n-C
5
H
12
0,46
10 Hexanes C
6
H
14
0,32
11 Heptanes C
7
H
16
0,21
12 Hidrogen Sulfida H
2
S 1,4
15 Total 100
16 Specific gravity 1,181

3.4.1.1 Penghitungan Ratio Of Specific Heat



Ratio of spesific heat menunjukkan faktor
ekspansi isentropic dari suatu gas. Ratio of specific
heat memengaruhi brake horsepower pada kompresor.
Ratio of specific heat dirumuskan sebagai:
=

...(3.6)
Penghitungan ratio of specific heat berikut:

Tabel 3.4 Penghitungan Equivalent Mol Gas
Gas Mixture Equivalent mol gases
Compon
ent
Mol
Fractio
n
(y)
Individual
Component
Mol mass (M)
y.M
CO
2
0,313 44,010 13,775
N
2
0,005 28,013 0,140
CH
4
0,373 16,043 5,984
C
2
H
6
0,108 30,070 3,247
C
3
H
8
0,100 44,097 4,409
i-C
4
H
10
0,025 56,108 1,402
n-C
4
H
10
0,040 58,124 2,324
i-C
5
H
12
0,013 72,151 0,937
n-C
5
H
12
0,005 72,151 0,360
C
6
H
14
0,003 86,178 0,258
C
7
H
16
0,002 100,205 0,200
H
2
S 0,014 34,076 0,477

Tabel 3.5 Penghitungan Molar heat capacity
(MC
p
)
Gas Mixture Molar heat capacity
Compon
ent
Mol
Fractio
n
(y)
Individual
Component
MC
p
@35
o
C
y. MC
p

CO
2
0,313 37,122 11,619
N
2
0,005 29,114 0,145
CH
4
0,373 35,717 13,322
C
2
H
6
0,108 52,666 5,687
C
3
H
8
0,100 73,524 7,352
i-C
4
H
10
0,025 85,663 2,141
n-C
4
H
10
0,040 97,447 3,897
i-C
5
H
12
0,013 118,792 1,544
n-C
5
H
12
0,005 120,211 0,601
C
6
H
14
0,003 143,110 0,429
C
7
H
16
0,002 165,985 0,331
H
2
S 0,014 34,028 0,476
Total 47,550

Dari tabel didapatkan nilai MC
p
sebesar 47,550,
sehingga ratio of specific heat dapat dihitung
sebagai:
=
47,550
(47,550 8,314)

= 1,21
Parameter yang diperlukan dalam penghitungan
brake horsepower:
Average compressibility factor = 0,94
Overall efficiency (high speed) = 0,82
Ratio of spesific heat = 1,21
Standard pressure = 101,325 kPa
Standard temperature = 308 K
Sedangkan parameter gas flow rate, suction
temperature, suction pressure, dan discharge
pressure bervariasi dalam 11 hari pengukuran. Nilai
compressibility factor yang sama antara 1
st
dan 2
nd

stage membuat brake horsepower total nilainya 2
kali brake horsepower per stage.

=
1+2
2
...(3.7)
Sedangkan 1 = 2 maka
1
=
2
, sehingga:

= 2/ ...(3.8)

Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Brake Horsepower
dalam 11 Hari

BHP
(kW)
2386,57 319 117,5 1663,7 537,1925
2375,5 320 118 1671,9 536,5462
2414,24 319 117,9 1671,9 543,8091
2150,78 317 115,1 1692,7 489,6983
2213,89 318 117 1676,1 499,4981
2327,9 318 118,5 1683,7 523,1986
2363,32 319 116,5 1687,8 537,712
2408,7 321 116,5 1673,4 549,2654
2456,3 322 118,6 1671,9 556,9318
2382,14 323 117 1674 545,5883
2430,84 319 116,5 1687,8 553,0744

Brake horsepower total jika diplot dalam grafik
akan menjadi:

Gambar 3.3 Grafik Brake Horsepower terhadap Waktu

Brake horsepower rata-rata adalah sebesar 533,86
kW

3.4.1.2 Factory Test Brake Horsepower
Factory test disebut juga Factory Acceptance
Testing merupakan uji coba equipment pada site
perusahaan yang dilakukan oleh vendor bersama
dengan perusahaan yang bertujuan untuk melihat
apakah spesifikasi equipment yang diinstall pada
site perusahaan sesuai atau tidak. Berdasarkan
factory test oleh Waukesha Pte.Ltd dan JOB
Pertamina-Santa Fe Tuban tertanggal 6 Desember
2001 diperoleh nilai brake horsepower sebesar 611
kW.

3.4.1.3 Perbandingan Factory Test dan Field
Testing
Pada subbab ini akan dilakukan analisis dan
perbandingan antara field testing performance dan
factory test agar didapatkan brake horsepower
compressor performance ratio.
Brake horsepower rata-rata hasil field testing
performance = 533,86 kW
Brake horsepower hasil dari factory test =
611 kW
Sehingga performance ratio untuk tinjauan brake
horsepower adalah 1:1,1444. Penurunan
performansi brake horsepower pada equipment
vapor recovery compressor (CP-9650) adalah 12,6
%.
Angka penurunan brake horsepower yang
cukup kecil disebabkan oleh perawatan
(maintenance) secara rutin. Perawatan dilakukan
setiap 6 bulan sekali dengan agenda function check
dan cleaning pada equipment vapor recovery
compressor. Kapasitas sour gas yang mampu
dikompresi oleh CP-9650 pada awal instalasi adalah
2,5 MMSCFD, sedangkan saat ini kapasitas sour
gas rata-rata yang mampu dikompresi adalah 2,35
MMSCFD sehingga terbukti bahwa performansi
vapor recovery compressor ditinjau dari sisi brake
horsepower tidak terlalu signifikan penurunannya.
Analisis pada grafik 3.1 mengenai brake
horsepower terhadap waktu diperoleh trend yang
mendekati linier pada angka 540 kW, pada hari ke-4
terdapat penurunan BHP secara significan
disebabkan oleh sempat terganggunya proses pada
vapor recovery compressor CP-9650 akibat pasokan
sour gas terhambat oleh trip pada equipment Three
Phase Separator. Brake horsepower dari
kompressor kembali naik setelah dilakukan
maintenance pada compressor cylinder dan
penggantian compressor oil. Sedangkan penurunan
secara tidak signifikan dapat disebabkan oleh
pasokan reservoir yang berkurang sehingga sour gas
yang dapat dipisahkan oleh Three Phase Separator
dan masuk ke Vapor Recovery Compressor juga
berkurang.

3.4.2 Penghitungan dan Analisis Isothermal
Efficiency
Data yang diambil dalam penghitungan
isothermal efficiency adalah : temperatur discharge,
temperature suction, ratio of specific heat, pressure
suction dan pressure discharge. Pressure suction
dan pressure discharge digunakan untuk
menentukan field testing compression ratio dari
compressor.
=

...(3.9)
dengan
= compression ratio

= Pressure suction

= Pressure discharge
Pressure section minimum adalah 12 Psi sedangkan
discharge pressure maksimum adalah 96 Psi,
sehingga
=
12
96

= 1 8
Nilai parameter yang lain adalah:
Temperature suction bervariasi dalam 11
data
Temperature discharge bervariasi dalam 11
data
Ratio of specific heat = 1,21
Sehingga nilai isothermal dapat dihitung dan
disajikan dalam tabel berikut

Tabel 3.7 Nilai Isothermal Efficiency untuk 11
data
K T
d
T
s



8 1,21 382 319 46,51416
8
1,21 383 320 46,49019
8
1,21 383 319 46,63592
8
1,21 383 317 46,93016
8 1,21 381 318 46,53828
8
1,21 381 318 46,53828
8
1,21 381 319 46,39239
8
1,21 383 321 46,34536
8
1,21 383 322 46,20143
8
1,21 383 323 46,05839
8
1,21 381 319 46,39239
Sehingga dihasilkan efisiensi isothermal rata-rata
sebesar 46,46 %.

Gambar 3.4 Grafik Isothermal Efficiency

3.4.2.1 Perbandingan Factory Test dan Field
Testing
Nilai isothermal efficiency yang dihasilkan
ketika dilakukan Factory Acceptance Testing adalah
66%. Sedangkan efisiensi isothermal rata-rata saat
field testing adalah sebesar 46,46%. Efisiensi
mengalami penurunan sebesar 29,6%. Dari grafik
pada gambar 3.4 diketahui bahwa trend efisiensi
isothermal dari CP-9650 menurun, meskipun sempat
naik dan mencapai nilai 46,9%. Hal ini disebabkan
oleh adanya penurunan kemampuan kompresor
dalam menghasilkan keluaran gas dengan
temperatur maksimum output yang diizinkan. CP-
9650 bekerja tidak pada batas atas temperatur
discharge yang diinginkan sehingga hal ini cukup
membuat efisiensi isothermal yang memerhatikan
faktor suhu suction dan discharge berkurang.
Performance ratio tinjauan isothermal efficiency =
1:1,4

3.4.3 Penghitungan dan Analisis Volumetric
Efficiency
Data yang diambil dalam analisis volumetric
efficiency mencakup : laju aliran gas, cylinder bore,
cylinder stroke, dan jumlah silinder. Kompresor CP-
9650 menggunakan 6 buah silinder dengan
karakteristik :
Cylinder bore : 0,238 m
Cylinder stroke : 0,216 m
RPM : bervariasi pada 11 data
: 2 karena termasuk double acting
kompresor
Sehingga dapat dihitung compressor
displacement sebagai berikut :
=

4
0,238
2
0,216
Sehingga penghitungan volumetric efficiency untuk
11 data dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.8 Penghitungan Volumetric Efficiency

Sehingga dihasilkan Volumetric Efficiency rata-rata
sebesar 42,78 %.

Gambar 3.5 Volumetric Efficiency
3.4.3.1 Perbandingan Factory Test Dan Field
Test
Hasil factory test yang dilakukan saat awal
instalasi memberikan hasil efisiensi volumetrik
46%. Penurunan yang terjadi tidak terlalu
signifikan, hanya 7%. Hal ini dikarenakan aspek
pada compressor displacement yang bergantung
pada rotational speed tidak dioperasikan secara
konstan, bergantung dari jumlah gas driver yang
masuk ke shaft. Performance ratio = 1:1,07

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penghitungan field
testing performance pada Vapor Recovery
Compressor (CP-9650) didapatkan performansi
yang dihasilkan dari field testing tidak menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan dari factory
testing. Dengan rasio perbandingan brake
horsepower field testing dan factory testing 1:1,14,
isothermal efficiency dengan rasio 1:1,4, dan
volumetric efficiency dengan rasio 1:1,07
Saran
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut:
1. perlu dilakukan pengecekan dan maintenance
secara rutin pada Vapor Recovery Compressor
untuk menjaga performansi alat.
2. Dalam penghitungan compressor horsepower
perlu memperhatikan komposisi gas yang
dikompresi oleh kompresor.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Havard, Devold. 2006. Oil and Gas
Production Handbook. Oslo: ABB
[2] Datasheet Fuel Gas Electrical Heater.
Joint Operating Body Pertamina-
Petrochina East Java. Tuban
[3] Gas Machinery Research Council. 2009.
Guideline for Field Testing of
Recoprocating Compressors
Performance. USA
[4] American Society of Mechanical
Engineer. 1997. ASME PTC 10
Standard. ASME
[5] Hanlon, C. Paul. 2001. Compressor
Handbook. New York: Mc Graw Hill
[6] Bureau of Energy Efficiency. 2007.
Energy Performance Assesments of
Compressors. USA
[7] Norsok. 2007. Mechanical Equipment
Standard. Norwegia

Você também pode gostar