Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
= gas flow rate (
3
/h)
=
1
100% ...(3.2)
Dimana:
= (
1
) ...(3.3)
dengan:
= isothermal efficiency
= temperatur discharge
= temperatur hisap
= compression ratio
k = ratio of specific heat
3.2.4 Volumetric Efficiency
Volumetric efficiency merupakan ukuran nilai
efisiensi dari kompresor secara volumetric. Dalam hal
ini diberikan nilai re-ekspansi gas tidak dikeluarkan
dari silinder kompressor selama proses kompresi
terjadi. Gas akan terperangkap dalam clearance bottle
[5]
.
Volumetric efficiency dihitung berdasarkan
persamaan:
100
...(3.4)
dan
=
4
2
...(3.5)
dimana :
= Compressor Displacement
= Cylinder bore (m)
= Cylinder stroke (m)
= rotational speed
=1 untuk single acting compressor
2 untuk double acting compressor
= jumlah silinder
3.3 Direct Method pada Penghitungan
Performansi
Direct method atau metode langsung merupakan
metode yang sering dipakai untuk melakukan
penghitungan efisiensi dan performansi dari suatu alat
yang bekerja berdasarkan prinsip thermodinamika
[6]
.
Metode ini dikenal pula dengan metode input-output
karena dilakukan tanpa memerhatikan faktor dari luar
yang berpengaruh pada sistem. Segala aspek
penghitungan yang penyusun lakukan hanya
diperlukan untuk mendapatkan input dari sistem dan
selanjutnya akan dibandingkan dengan output sistem.
Metode langsung merupakan metode yang lebih
sederhana bila dibandingkan dengan metode
penghitungan yang lain seperti metode exergy, dll.
Namun pada kondisi nyata perusahaan sering kali
hanya mengunakan metode langsung ini karena lebih
efisien. Metode ini juga cukup memiliki akurasi yang
baik.
Gambar 3.2 Skema Direct Method pada
Compressor
3.4 Penghitungan Performansi Kompressor
Subbab berikut akan membahas mengenai hasil
penghitungan performansi kompressor. Data yang
digunakan adalah data primer berupa data report
harian selama 11 hari pada bulan September pada
equipment Vapor Recovery Compressor (CP-9650)
dan data sekunder berupa factory test dan datasheet
Vapor Recovery Compressor. Hasil penghitungan
selanjutnya akan dianalisis dan dibandingkan dengan
data sekunder pada factory test.
3.4.1 Penghitungan dan Analisis Brake
Horsepower
Brake horsepower pada kompresor dapat
dihitung dengan mengambil data berupa : gas flow
rate, suction temperature, average compressibility
factor, overall efficiency untuk high speed
kompressor, ratio of specific heat, suction pressure,
discharge pressure. Dan menggunakan tekanan
standard 101,325 kPa, dan suhu rata-rata dalam ruang
combustion air inlet compressor diperoleh dari
datasheet sebesar 35
o
C. Vapor Recovery Compressor
(CP-9650) berdasarkan standard API 11P termasuk
jenis high speed compressor karena rotational speed
yang dimiliki oleh engine 800 RPM. Standard API
11P tentang reciprocating compressor
mengklasifikasikan kompresor berdasarkan engine
rotational speednya low speed compressor bekerja
pada rentang 300-700 RPM, sedangkan high speed
compressor bekerja pada rentang 701-1800 RPM
[7]
.
Sedangkan ratio of specific heat dihitung dengan
memerhatikan komposisi gas pada gas yang akan
dikompresi oleh kompressor. Vapor recovery
compressor (CP-9650) mengompresi sour gas dengan
komposisi sebagai berikut:
Tabel 3.3 Komposisi Sour Gas pada CP-9650
No. Components Chemical Equations Composition (mol %)
1 Carbondioxyde CO
2
31,27
2 Nitrogen N
2
0,51
3 Methane CH
4
37,25
4 Ethane C
2
H
6
10,78
5 Propane C
3
H
8
10,02
6 Iso-butane i-C
4
H
10
2,48
7 Normal-butane n-C
4
H
10
4,02
8 Iso-pentane i-C
5
H
12
1,34
9 Normal-pentane n-C
5
H
12
0,46
10 Hexanes C
6
H
14
0,32
11 Heptanes C
7
H
16
0,21
12 Hidrogen Sulfida H
2
S 1,4
15 Total 100
16 Specific gravity 1,181
3.4.1.1 Penghitungan Ratio Of Specific Heat
Ratio of spesific heat menunjukkan faktor
ekspansi isentropic dari suatu gas. Ratio of specific
heat memengaruhi brake horsepower pada kompresor.
Ratio of specific heat dirumuskan sebagai:
=
...(3.6)
Penghitungan ratio of specific heat berikut:
Tabel 3.4 Penghitungan Equivalent Mol Gas
Gas Mixture Equivalent mol gases
Compon
ent
Mol
Fractio
n
(y)
Individual
Component
Mol mass (M)
y.M
CO
2
0,313 44,010 13,775
N
2
0,005 28,013 0,140
CH
4
0,373 16,043 5,984
C
2
H
6
0,108 30,070 3,247
C
3
H
8
0,100 44,097 4,409
i-C
4
H
10
0,025 56,108 1,402
n-C
4
H
10
0,040 58,124 2,324
i-C
5
H
12
0,013 72,151 0,937
n-C
5
H
12
0,005 72,151 0,360
C
6
H
14
0,003 86,178 0,258
C
7
H
16
0,002 100,205 0,200
H
2
S 0,014 34,076 0,477
Tabel 3.5 Penghitungan Molar heat capacity
(MC
p
)
Gas Mixture Molar heat capacity
Compon
ent
Mol
Fractio
n
(y)
Individual
Component
MC
p
@35
o
C
y. MC
p
CO
2
0,313 37,122 11,619
N
2
0,005 29,114 0,145
CH
4
0,373 35,717 13,322
C
2
H
6
0,108 52,666 5,687
C
3
H
8
0,100 73,524 7,352
i-C
4
H
10
0,025 85,663 2,141
n-C
4
H
10
0,040 97,447 3,897
i-C
5
H
12
0,013 118,792 1,544
n-C
5
H
12
0,005 120,211 0,601
C
6
H
14
0,003 143,110 0,429
C
7
H
16
0,002 165,985 0,331
H
2
S 0,014 34,028 0,476
Total 47,550
Dari tabel didapatkan nilai MC
p
sebesar 47,550,
sehingga ratio of specific heat dapat dihitung
sebagai:
=
47,550
(47,550 8,314)
= 1,21
Parameter yang diperlukan dalam penghitungan
brake horsepower:
Average compressibility factor = 0,94
Overall efficiency (high speed) = 0,82
Ratio of spesific heat = 1,21
Standard pressure = 101,325 kPa
Standard temperature = 308 K
Sedangkan parameter gas flow rate, suction
temperature, suction pressure, dan discharge
pressure bervariasi dalam 11 hari pengukuran. Nilai
compressibility factor yang sama antara 1
st
dan 2
nd
stage membuat brake horsepower total nilainya 2
kali brake horsepower per stage.
=
1+2
2
...(3.7)
Sedangkan 1 = 2 maka
1
=
2
, sehingga:
= 2/ ...(3.8)
Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Brake Horsepower
dalam 11 Hari
BHP
(kW)
2386,57 319 117,5 1663,7 537,1925
2375,5 320 118 1671,9 536,5462
2414,24 319 117,9 1671,9 543,8091
2150,78 317 115,1 1692,7 489,6983
2213,89 318 117 1676,1 499,4981
2327,9 318 118,5 1683,7 523,1986
2363,32 319 116,5 1687,8 537,712
2408,7 321 116,5 1673,4 549,2654
2456,3 322 118,6 1671,9 556,9318
2382,14 323 117 1674 545,5883
2430,84 319 116,5 1687,8 553,0744
Brake horsepower total jika diplot dalam grafik
akan menjadi:
Gambar 3.3 Grafik Brake Horsepower terhadap Waktu
Brake horsepower rata-rata adalah sebesar 533,86
kW
3.4.1.2 Factory Test Brake Horsepower
Factory test disebut juga Factory Acceptance
Testing merupakan uji coba equipment pada site
perusahaan yang dilakukan oleh vendor bersama
dengan perusahaan yang bertujuan untuk melihat
apakah spesifikasi equipment yang diinstall pada
site perusahaan sesuai atau tidak. Berdasarkan
factory test oleh Waukesha Pte.Ltd dan JOB
Pertamina-Santa Fe Tuban tertanggal 6 Desember
2001 diperoleh nilai brake horsepower sebesar 611
kW.
3.4.1.3 Perbandingan Factory Test dan Field
Testing
Pada subbab ini akan dilakukan analisis dan
perbandingan antara field testing performance dan
factory test agar didapatkan brake horsepower
compressor performance ratio.
Brake horsepower rata-rata hasil field testing
performance = 533,86 kW
Brake horsepower hasil dari factory test =
611 kW
Sehingga performance ratio untuk tinjauan brake
horsepower adalah 1:1,1444. Penurunan
performansi brake horsepower pada equipment
vapor recovery compressor (CP-9650) adalah 12,6
%.
Angka penurunan brake horsepower yang
cukup kecil disebabkan oleh perawatan
(maintenance) secara rutin. Perawatan dilakukan
setiap 6 bulan sekali dengan agenda function check
dan cleaning pada equipment vapor recovery
compressor. Kapasitas sour gas yang mampu
dikompresi oleh CP-9650 pada awal instalasi adalah
2,5 MMSCFD, sedangkan saat ini kapasitas sour
gas rata-rata yang mampu dikompresi adalah 2,35
MMSCFD sehingga terbukti bahwa performansi
vapor recovery compressor ditinjau dari sisi brake
horsepower tidak terlalu signifikan penurunannya.
Analisis pada grafik 3.1 mengenai brake
horsepower terhadap waktu diperoleh trend yang
mendekati linier pada angka 540 kW, pada hari ke-4
terdapat penurunan BHP secara significan
disebabkan oleh sempat terganggunya proses pada
vapor recovery compressor CP-9650 akibat pasokan
sour gas terhambat oleh trip pada equipment Three
Phase Separator. Brake horsepower dari
kompressor kembali naik setelah dilakukan
maintenance pada compressor cylinder dan
penggantian compressor oil. Sedangkan penurunan
secara tidak signifikan dapat disebabkan oleh
pasokan reservoir yang berkurang sehingga sour gas
yang dapat dipisahkan oleh Three Phase Separator
dan masuk ke Vapor Recovery Compressor juga
berkurang.
3.4.2 Penghitungan dan Analisis Isothermal
Efficiency
Data yang diambil dalam penghitungan
isothermal efficiency adalah : temperatur discharge,
temperature suction, ratio of specific heat, pressure
suction dan pressure discharge. Pressure suction
dan pressure discharge digunakan untuk
menentukan field testing compression ratio dari
compressor.
=
...(3.9)
dengan
= compression ratio
= Pressure suction
= Pressure discharge
Pressure section minimum adalah 12 Psi sedangkan
discharge pressure maksimum adalah 96 Psi,
sehingga
=
12
96
= 1 8
Nilai parameter yang lain adalah:
Temperature suction bervariasi dalam 11
data
Temperature discharge bervariasi dalam 11
data
Ratio of specific heat = 1,21
Sehingga nilai isothermal dapat dihitung dan
disajikan dalam tabel berikut
Tabel 3.7 Nilai Isothermal Efficiency untuk 11
data
K T
d
T
s
8 1,21 382 319 46,51416
8
1,21 383 320 46,49019
8
1,21 383 319 46,63592
8
1,21 383 317 46,93016
8 1,21 381 318 46,53828
8
1,21 381 318 46,53828
8
1,21 381 319 46,39239
8
1,21 383 321 46,34536
8
1,21 383 322 46,20143
8
1,21 383 323 46,05839
8
1,21 381 319 46,39239
Sehingga dihasilkan efisiensi isothermal rata-rata
sebesar 46,46 %.
Gambar 3.4 Grafik Isothermal Efficiency
3.4.2.1 Perbandingan Factory Test dan Field
Testing
Nilai isothermal efficiency yang dihasilkan
ketika dilakukan Factory Acceptance Testing adalah
66%. Sedangkan efisiensi isothermal rata-rata saat
field testing adalah sebesar 46,46%. Efisiensi
mengalami penurunan sebesar 29,6%. Dari grafik
pada gambar 3.4 diketahui bahwa trend efisiensi
isothermal dari CP-9650 menurun, meskipun sempat
naik dan mencapai nilai 46,9%. Hal ini disebabkan
oleh adanya penurunan kemampuan kompresor
dalam menghasilkan keluaran gas dengan
temperatur maksimum output yang diizinkan. CP-
9650 bekerja tidak pada batas atas temperatur
discharge yang diinginkan sehingga hal ini cukup
membuat efisiensi isothermal yang memerhatikan
faktor suhu suction dan discharge berkurang.
Performance ratio tinjauan isothermal efficiency =
1:1,4
3.4.3 Penghitungan dan Analisis Volumetric
Efficiency
Data yang diambil dalam analisis volumetric
efficiency mencakup : laju aliran gas, cylinder bore,
cylinder stroke, dan jumlah silinder. Kompresor CP-
9650 menggunakan 6 buah silinder dengan
karakteristik :
Cylinder bore : 0,238 m
Cylinder stroke : 0,216 m
RPM : bervariasi pada 11 data
: 2 karena termasuk double acting
kompresor
Sehingga dapat dihitung compressor
displacement sebagai berikut :
=
4
0,238
2
0,216
Sehingga penghitungan volumetric efficiency untuk
11 data dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.8 Penghitungan Volumetric Efficiency
Sehingga dihasilkan Volumetric Efficiency rata-rata
sebesar 42,78 %.
Gambar 3.5 Volumetric Efficiency
3.4.3.1 Perbandingan Factory Test Dan Field
Test
Hasil factory test yang dilakukan saat awal
instalasi memberikan hasil efisiensi volumetrik
46%. Penurunan yang terjadi tidak terlalu
signifikan, hanya 7%. Hal ini dikarenakan aspek
pada compressor displacement yang bergantung
pada rotational speed tidak dioperasikan secara
konstan, bergantung dari jumlah gas driver yang
masuk ke shaft. Performance ratio = 1:1,07
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penghitungan field
testing performance pada Vapor Recovery
Compressor (CP-9650) didapatkan performansi
yang dihasilkan dari field testing tidak menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan dari factory
testing. Dengan rasio perbandingan brake
horsepower field testing dan factory testing 1:1,14,
isothermal efficiency dengan rasio 1:1,4, dan
volumetric efficiency dengan rasio 1:1,07
Saran
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut:
1. perlu dilakukan pengecekan dan maintenance
secara rutin pada Vapor Recovery Compressor
untuk menjaga performansi alat.
2. Dalam penghitungan compressor horsepower
perlu memperhatikan komposisi gas yang
dikompresi oleh kompresor.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Havard, Devold. 2006. Oil and Gas
Production Handbook. Oslo: ABB
[2] Datasheet Fuel Gas Electrical Heater.
Joint Operating Body Pertamina-
Petrochina East Java. Tuban
[3] Gas Machinery Research Council. 2009.
Guideline for Field Testing of
Recoprocating Compressors
Performance. USA
[4] American Society of Mechanical
Engineer. 1997. ASME PTC 10
Standard. ASME
[5] Hanlon, C. Paul. 2001. Compressor
Handbook. New York: Mc Graw Hill
[6] Bureau of Energy Efficiency. 2007.
Energy Performance Assesments of
Compressors. USA
[7] Norsok. 2007. Mechanical Equipment
Standard. Norwegia