Você está na página 1de 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat
manusia dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
(koentjaraningrat). Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia
yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Seiring dengan berkembangnya wawasan manusia akan lebih dapat
memilah-milah bagian-bagian yang positif dan negative untuk diri pribadi dan
orang lain. Dengan peradaban manusia yang semakin modern maka pola pikir
manusia akan lebih berkembang. Apabila dikaitkan dengan kebudayaan islam
maka manusia merupakan suatu fungsi yang di gunakan untuk meneruskan
kebudayaan islam dimasa lalu untuk menjalankan peradaban modern. Kebudayaan
islam digunakan sebagai pedoman agar manusia tidak terjerumus dalam hal-hal
yang negatif dan manusia dapat memahami betapa pentingnya mempelajari
tentang kebudayaan islam agar kita sebagai umat islam dapat tahu betul
bagaimana sebenarnya kebudayaan islam yang sesungguhnya
Allah mengutus para Rasul untuk membimbing manusia agar mengikuti
ajaran Islam yang baik dan benar, terutama dalam aspek kebudayaan Islam.
Sebagaimana sabdanya yang berarti: Sesungguhnya aku diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlak. Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-
dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam.
Dakwah Islam terjadi dalam proses yang panjang dan rumit karena terjadi
asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian
menghasilkan kebudayaan Islam. Kemudian, kebudayaan ini berkembang dan
diakui kebenaranya secara universal.

2

1.2 Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan masalah maka penulis membatasi
permasalahan ini pada,
1. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan?
2. Apakah konsep-konsep kebudayaan dalam Islam?
3. Prinsip-prinsip apakah yang ada dalam kebudayaan Islam?
4. Bagaimana sejarah intelektual Islam?
5. Apakah pengaruh nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk,
1. Agar kita mengetahui apa yang dimaksud dengan kebudayaan
2. Agar kita mengetahui konsep-konsep kebudayaan dalam Islam
3. Agar kita mengetahui prinsip-prinsip yang ada dalam kebudayaan Islam
4. Agar kita memahami sejarah intelektual Islam
5. Agar kita memahami pengaruh nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia


















3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh
seseorang sebagai anggota masyarakat. Kemudian dari M. Jacobs dan B.J. Stern,
yang menyatakan bahwa, kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi
bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang
kesemuanya merupakan warisan sosial.
Lalu seorang Antropolog Indonesia Koentjaraningrat menyebutkan bahwa
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan relajar. Selanjutnya Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, ,
menyakan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Kebudayaan menurut Robert H
Lowie adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang
di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa
lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
4

2.2 Konsep Kebudayaan dalam Islam
Menurut ahli budaya, kata kebudayaan merupakan gabungan dari 2 kata,
yaitu budi dan daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat,
ikhitar, perasaan. Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi
kebudayaan adalah kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang di kerjakan
dengan mempergunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki kesempurnaan
hidup.
Al-Quran memandang kebudayaan itu sebagai suatu proses, dan
meletakan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan
suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang
menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu secara umum kebudayaan dapat
dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak
mungkin terlepas dari nilai nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai
nilai Ketuhanan.
Kebudayaan Islam berlandaskan pada nilai nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil akal, budi rasa,
dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai nilai kemanusiaan yang bersifat
universal berkembang jadi semua peradapan
Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, berupa:
1. Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia hal yang ada dalam
pengalamannya secara lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu
pengetahuan.
2. Karsa : kerinduan manusia untuk menyadari tentang asal-usul manusia
sebelum lahir dan ke mana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-
norma dan kepercayaan. Kemudian timbul bermacam-macam agama
karena kesimpulan manusia juga bemacam-macam.
3. Rasa : kerinduan manusia akan keindahan sehingga menimbulkan
dorongan untuk menikmatinya. Manusia pada dasarnya selalu merindukan
keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan.
5

Hasil budaya manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kebudayan jasmaniyah (kebudayaan fisik) seperti benda-benda ciptaan
manusia, misalnya alat perlengkapan hidup.
2. Kebudayaan rohaniah (non material) yaitu hasil ciptaan yang tidak dapat
dilihat dan diraba, seperti agama, ilmu pengetahuan, bahasa dan seni.
(Muntoha dkk, 1998:24)
Kebudayaan adalah milik khas manusia, bukan ciptan binatang ataupun
tanaman yang tidak mempunyai akal budi. Binatang memang mempunyai tingkah
laku tertentu menurut naluri bawaannya yang berguna untuk memelihara
kelangsungan hidupnya, tetapi binatang tidak mempunyai kebudayaan. (Faisal
Ismail, 1997:24). Al-Quran memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan
meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Ia tidak mungkin lepas
dari nilai-nilai kemanusiaan, tapi bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Dalam perkembangan kebudayaan perlu bimbingan wahyu dan aturan-
aturan yang mengikat agar tidak terperangkap oleh ambisi yang bersumber dari
nafsu hewani dan berdampak merugikan diri sendiri. Dalam hal ini agama
berfungsi sebagai pembimbing manusia dan mengembangkan akal budinya
sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam.
Hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-niai ketuhanan
disebut dengan kebudayaan Islam, dimana fungsi agama akan berperan semakin
jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia mengalami
kebekuan karena keterbatasan kemampuan dalam memecahkan persoalan hidup.
Kondisi semacam ini dipandang perlu unruk menggunakan bimbingan wahyu.
Kebudayaan akan terus berkembang, tidak akan berhenti selama masih ada
kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan
kreativitas manusia baik dalam konteks hubungan dengan sesama maupun dengan
alam lingkungannya, akan selalu berkaitan. Hal ini berarti manusia sebagai
makhluk budaya dan makhluk sosial tidak akan pernah berhenti dari aktivitasnya
6

dan tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Kebudayan akan berhenti
ketika manusia sudah tidak lagi menggunakan akal budinya. ( Tim Depag RI,
2004 : 166 ).
2.3 Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam,
tetapi kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang
bersifat Islami.
Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu:
1. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt
:Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajad (Qs, aL-
Mujadalah, 58:11).
2. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan
umat manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti.
Sebagaimana telah difirmankan Allah Swt: Dan janganlah kamu
mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban (QS, al-Isra, 17:36).
3. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: Janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan (Qs, al-Qhasash, 28:77).
4. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan
baru. Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat
merusak manusia. dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berakal.

7

Islam membagi kebudayaan menjadi tiga macam :
1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqih
disebutkan : al-Adatu-muhakkamatun artinya bahwa adat istiadat dan
kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia,
mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu
dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada
ketentuannya dalam syariat Islam.
2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam,
kemudian direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami.
3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya Ngaben
yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat
yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan
secara besar-besaran. Umat Islam tidak boleh mengikutinya bahkam Islam
melarangnya karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang
tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru
merupakan kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena
mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal
yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal
dunia (Ahmadzain, 2006/12/08).

2.4 Sejarah Intelektual Islam
Pada masa awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran
yang sistematis belum terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan
sekaligus. Namun ayat Al-Quran yang pertama kali turun dengan jelas meletakkan
fondasi yang kokoh atas pengembangan ilmu dan pemikiran dalam Islam. Sejarah
intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa :

8

1. Masa Klasik, (650-1250 M)
Pada masa periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa
keemasan. Ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan islam, adanya
integrasi antarwilayah islam dan kemajuan dibidang ilmu dan sains. Kemajuan
zaman klasik umat Islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh dinasti
Ummayah. Ekspansi ini menimbulkan pertemuan dan persatuan berbagai bangsa,
suku dan bahasa, yang menimbulkan kebudayaan dan peradaban yang baru.
a. Dalam bidang hukum Islam, muncul ulama mazhab seperti Imam Hanafi,
Imam Syafii, dan Imam Malik.
b. Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab
pertama, yang berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai
bagian kebudayaan Islam, sebab filsafat tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Al-Razi (865) dan al-Farabi (870), mereka dikenal sebagai
pembangun utama sistem filsafat dalam Islam. Ibnu Miskawaih (930)
merupakan pemikir terkenal tentang pendidikan akhlak, karyanya yang
terkenal adalah Tahdzib al-Akhlaq. Tahun 1037 muncul Ibnu Sina, Ibnu
Bajjah pada tahun 1138, Ibnu Thufail pada tahun 1147, dan Ibnu Rusyd
pada tahun 1126. Pada masa klasik seorang raja dynasty abbasyah, yaitu
al-Mamun (813-833) terkenal sebagai raja yang cendekiawan, karena
perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Selain itu dinasti
Umayyah di Spanyol yang didirikan Abdurrahman, yang lolos dari kejaran
Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. mendirikan pusat pemerintahan di
Cordova, masjid, universitas, dan perpustakaan yang berisi ribuan buku
sebagai pusat pengembangan budaya islam.
c. Dalam bidang sastra, muncul seni Al-khitabah



9

2. Masa Pertengahan (1250-1800)
Kemajuan
Pada masa pertengahan ini mengalami kemajuan dalam ilmu
pengetahuan yang sangat pesat karena beberapa faktor seperti:
1. Faktor Politik
a) Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad.
Baghdad pada masa itu merupakan kotayang paling tinggi
kebudayaannya.
b) Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai
pemerintah dan istana.
2. Faktor Sosiografi
a) Meningkatkan kemakmuran umat islam pada waktu itu.
b) Luasnya wilayah kekuasan islam menyababkan banyak orang
Persia dan Romawi yang masuk islam kemudian menjadi muslim
yang taat. Hal ini menyebabkan perkawinan campuran yang
melahirkan keturunan yang tumbuh memadukan kebudayaan yang
berbeda.
c) Aktivitas Ilmiah
1. Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase
yaitu pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau
hal-hal lain pada kertas kemudian dirangkap. Kedua
pembukuan dan yang ketiga penyusunan dan pengaturan
kembali buku.
2. Penerjemahan merupakan aktivitas yang paling besar
peranannya dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal
dari buku-buku bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
3. Setelah penerjemahan dilakukan penjelasan dan pengeditan.
4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
10

Contoh perkembangan kebudayaan islam pada abad pertengahan ini antara
lain dibidang arsitektur seperti pembangunan Masjid Agung Demak, (1506 M),
Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-
1570 M), Masjid Agung Kudus (1549 M), Masjid Agung Cirebon (1480 M),
Masjid Sultan Abdurrahman di Pontianak (18 M) dan Masjid Agung Keraton
Buton di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara (1712 M).
Selain Arsitektur ada pula Seni Sastra yang berkembang di abad
pertengahan antara lain : Fariduddin Al-Attar (1119-1230 M) yang banyak
menulis puisi dan petuah-petuah. Jalaluddin Ar-Rumi (1207-1237 M) juga banyak
menulis puisi dan Fuzuli (wafat 1556 M)
Kemunduran
Islam mengalami masa kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari
umat Islam. Filsafat oleh sebagian ulama dianggap sebagai penyebab
pendangkalan dalam islam.akibat menjauhnya umat Islam dari filsafat timbul
kecenderungan akal yang dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu,
dunia dengan akhirat. Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat dalam
Islam yaitu adanya perdebatan di kalangan para filosof muslim, juga terjadi terjadi
perdebatan diantara fuqoha (ahli fiqih) dengan para teolog (ahli ilmu kalam).
Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis yang
membedakan agama dengan ilmu, dan urusan dunia dengan akhirat. (Sudrajat
Ajat, 2008:229)
3. Masa Modern (1800 M sekarang)
Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari
ketertinggalannya dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan
tradisi klasik, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh barat. Para
penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk
mengembalikan umat Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:
11

1. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab
kemunduran umat Islam.
2. Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
3. Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.
Kebudayaan umat Islam pada masa pembaharuan berkembang kearah
yang lebih maju. Hal ini dapat dipelajari di berbagai negara Islam atau
negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam, seperti Saudi Arabia,
Mesir, Irak, Iran, Kuwait Pakistan, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
Contoh kebudayaan Islam :
a. Arsitektur
Di bidang perhotelan telah dibangun hotel-hotel mewah bertaraf
internasional, antar lain terdapat di sekitar Masjidil Haram Mekah
dan Masjid Nabawi Madinah. Demikian juga pemakaman umum
(maqbarah) baqi yang berada di pinggir kota Madinah, sekarang
ini berada disamping atau pingggir halaman masjid.
b. Sastra
Pada masa pembaruan telah bermunculan para sastrawan yang
karya-karya sastranya bersifat islami seperti :
Muhammad Iqbal seorang sastrawan dan pemikir besar
mengungapkan filsafatnya dalam bentuk puisi dengan
menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Buku tersebut telah
diterbitkan dalaman Bahasa Indonesia.
Dr. Muhammad Husain Haekal merupakan pengarang
Mesir terkenal yang telah menulis Hayatu Muhammad dan
telah terbit dalam Bahasa Indonesia
Jamil Siqdi Az-Zahawi dari Irak terkenal sebagai perintis
sajak modern dan seorang penyair tua. Beliau merupakan
pembela hak-hak wanita bersama-sama dengan Maruf Ar-
Rasafi

12

c. Kaligrafi
Pada masa ini pula kaligrafi mengalami perkembangan yang pesat,
khususnya di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas umat
islam seperti Indonesia. Seni kaligrafi banyak dipakai sebagai
hiasan di masjid-masjid, penyekat tiang, alat-alat rumah tangga,
hiasan rumah dll.

2.5 Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, para penyiar agama
mendakwahkan ajaran islam melalui media budaya. Saat ini nilai-nilai islam
sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya masyarakat
indonesia. Seperti upacara-upacara adat, penggunaan bahasa sehari-hari, pakaian,
penerapan hukum, alat-alat musik dll. Tugas yang paling berat adalah para
intelektual islam menjelaskan secara sistematis terhadap makna dan hubungan
antara nilai-nilai islam dengan budaya-budaya tersebut. Inilah yang akhirnya akan
menghasilkan perilaku ibadah yang berakar dari budaya-budaya masyarakat
Indonesia.
Tumbuh kembangnya Islam di Indonesia diolah sedemikian rupa oleh para juru dakwah
dengan melalui berbagai macam cara, baik melalui bahasa maupun
budaya seperti halnya di l akukan ol eh par a wal i Al l ah di Pul au
J awa. Par a wal i Al l ah t er s e but dengan s egal a kehebatannya dapat
menerapkan ajaran dengan melalui bahasa dan budaya daerah setempat,sehingga
masyarakat secara tidak sengaja dapat memperoleh nilai-nilai Islam
yang pada akhirnya dapat mengemas dan berubah menjadi adat istiadat di dalam
hidup dan kehidupan sehari-hari dan secara langsung merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kebudayaan bangsa Indonesia, misalnya: setiap
diadakan upacara-upacara adat banyak menggunakan bahasa Arab (Al
Quran), yang sudah secara langsung masuk ke dalam bahasa daerah
danIndonesia, hal tersebut tidak disadari bahwa sebenarnya yang dilaksanakan
tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam.
13

Selain itu perkembangan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia terlihat pada berbagai
bidang misalnya:
a. Ilmu Keagamaan, banyak membentuk kader-kader ulama yang
akan bertugas dalam bidang mubalig ke daerah-daerah yang lebih
luas. Cara ini dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan
islam seperti pesantren. Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia
seperti : Hamzah Fansuri, Syamsuddin As Sumatrani, Nurudin Ar
Raniri, Abdul Muhyi, Sunan Bonang, Ranggowarsito, Syekh
Yusuf, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan masih banyak
lagi.
b. Arsitektur Bangunan, Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau
yang memiliki penduduk dan juga terdiri dari berbagai suku,
bangsa, adat, kebiasaan, dan kebudayaan masing-masing. Oleh
karena keragaman itu, mempengaruhi seni arsitektur bangunan
pada zaman itu misalnya bentuk bangunan di masjid-masjid seperti
bentuk kubah, tiang, ukiran-ukiran pada mimbar, dan masih
banyak lagi.

















14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebudayaan tidak diperoleh manusia sebagai warisan, namun hanya
mungkin diperoleh dengan belajar dari masyarakat. Tanpa masyarakat manusia
akan mengalami kesulitan dalam membentuk budaya. Sebaliknya, tanpa budaya
manusia tidak dapat mempertahankan kehidupannya. Justru dengan adanya
kebudayaan dapat digunakan untuk membedakan manusia dengan hewan.
Hasil perkembangan kebudayaan dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan yang
disebut dengan kebudayaan Islam, di mana fungsi agama akan berperan semakin
jelas. Kebudayaan tersebut berkembang menjadi sebuah peradaban islam sampai
sekarang.
3.2 Saran
S












15


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Junaidi.dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XII.Jakarta:
Erlangga.
Chaidar, Zulfarizal.dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII.
Jakarta:Erlangga.
Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI. Jakarta:Erlangga.

Você também pode gostar