Você está na página 1de 13

PT.

BANK NEGARA INDONESIA Tbk (BBNI)




Analisis :
1. Rasio Profitabilitas
Berdasarkan rasio-rasio diatas, dapat dianalisis kondisi profitabilitas perusahaan
sebagai berikut :
a. Return On Asset
Return On Asset menunjukan hasil yang didapatkan dari investasi yang
dilakukan perusahaan dari total aktiva. Dari data diatas diketahui bahwa ROA
BBNI dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2011
ROA sebesar 1,51 % yang kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 1,68 %. Di
tahun 2013 mengalami peningkatan lagi menjadi 2,40 %. Peningkatan ROA 3
tahun berturut-turut ini menunjukan bahwa kinerja perusahaan mengalami
peningkatan. Hal ini merupakan sinyal yang baik bagi investor.


b. Return On Equity
Return On Equity memberikan gambaran kemampuan perusahaan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuantungan bagi pemegang saham. Dari data diatas
juga diketahui bahwa ROE BBNI 3 tahun berturut-turut mengalami peningkatan,
yakni pada tahun 2011 sebesar 11,38 % selanjutnya meningkat menjadi 12,23 % di
tahun 2012 dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 18,42 %. Peningkatan
ROE menunjukan sinyal yang bagus karena berati laba yang dihasilkan perusahaan
(dalam hal ini BBNI) bagi pemegang saham meningkat dari tahun ke tahun.

c. Earning Per Share (EPS) / Rasio laba terhadap saham yang beredar
EPS merupakan rasio yang menunjukan tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan. EPS yang semakin tinggi
menunjukan kinerja perusahaan yang bagus karena laba atau keuntungan per
lembar saham semakin meningkat. Dari data diatas dapat diketahui bahwa EPS
BBNI mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun 2011 EPS
BBNI sebesar 218, di tahun 2012 meningkat menjadi 270, dan meningkat lagi
menjadi 471,09. Hal ini menunjukan bahwa keuntungan per lembar saham yang
mampu diraih BBNI mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut, yang
berarti kinerja keuangan BBNI selama 3 tahun tersebut menunjukan sinyal yang
baikl bagi investor.

2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan kemampuan modal sendiri dari bank
yang dapat dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Berdasarkan data diatas
diketahui bahwa D/E Ratio mengalami penurunan sedikit pada tahun 2012 yang
kemudian meningkat lagi di tahun 2013. Dimana pada tahun 2011 D/E Ratio
BBNI sebesar 0,44 yang kemudian menurun di tahun 2012 menjadi 0,41 yang
berarti hanya mengalami penurunan sebesar 0,03. Di tahun 2013 D/E Ratio
meningkat menjadi 0,55. Jadi rasio ini menunjukan bahwa perusahaan dapat
menggunakan modal yang dimiliki untuk membayar total utangnya sebesar 0,44
pada tahun 2011, pada tahun 2012 sebesar 0,41 dan 0,55 pada tahun 2013.
Meskipun D/E sempat menurun di tahun 2012 tetapi penurunan tersebut tidak
terlalu besar yakni hanya sebesar 0,03 dari tahun 2011. Hal ini berarti kinerja
keuangan peusahaan masih menunjukan dalam kategori baik.

b. Debt to Total Capital Asset
Debt to Total Capital Asset mengukur seberapa besar aktiva peusahaan yang
digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Bedasarkan data
diatas diketahui bahwa rasio hutang Debt/TotalCap dalam 3 tahun tersebut
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 Debt/TotalCap sebesar 0,30 yang
kemudian menurun ditahun 2012 menjadi 0,29. Kemudian meningkat di tahun
2013 menjadi 0,36. Jadi perusahaan dapat menggunakan total aktiva yang dimiliki
untuk membayar total utangnya sebesar 0,30 ditahun 2011, pada tahun 2012
sebesar 0,29, dan 0,36 ditahun 2013. Meskipun Debt/TotalCap sempat menurun di
tahun 2012 tetapi penurunannya tidak derastis yakni hanya sebesar 0,01 dan
kemudian meningkat lagi di tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa kinerja
keuangan perusahaan masih dalam kategori baik.

3. Price Earning Ratio (PER) / Rasio haga saham terhadap laba per lembar saham
PER Ratio merupakan rasio yang menggambakan seberapa besar keuntungan
perusahaan terhadap harga sahamnya. Jika PER suatu perusahaan lebih tinggi
dibandingkan PE perusahaan-perusahaan lain yang ada di industrinya, artinya
investor mengharapkan sesuatu yang besar, yang positif tentunya akan terjadi
dalam perusahaan itu dalam beberapa bulan atau beberapa tahun lagi.
Berdasarkan data jika kita bandingkan PER BBNI dengan BBCA selama 3
tahun tersebut maka dapa diketahui bahwa PER BBNI jauh lebih rendah
dibandingkan dengan PER BBC. PER BBNI pada tahun 2011,2012 dan 2013
secara berturut-turut sebesar 16,86 x, 17,50 x, dan 11,75 x. Sedangkan PER BBCA
pada 2011,2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 25,80 x, 32,45 dan 22,85 x.
Sedangkan jika dibandingkan dengan PER BDMN dapat diketahui bahwa pada
2011 PER BBNI lebih tinggi dari BDMN (16,89 > 15,89), di tahun 2012 dan 2013
PER BBNI lebih rendah dari BDMN (17,50 < 19,22) dan (11,75 < 12,11). Jadi PER
BBNI sebesar 16,86 kali pada tahun 2011 berarti bahwa investor bersedia
membayar Rp.16,86 untuk setiap Rp. 1 laba bersih yang dihasilkan BBNI.
Sedangkan PER sebesar 17,50 kali di tahun 2012 berarti bahwa investor bersedia
membayar Rp.17,50 setiap RP. 1 laba bersih BBNI.


4. Price Book Value (PBV) / Rasio harga saham terhadap nilai buku
Rasio PBV merupakan rasio yang membandingkan harga saham dengan nilai
buku suatu saham. Semakin rendah PBV ratio berarti harga saham tersebt murah atau
berada dibawah harga sebenarnya. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa
PBV BBNI masih lebih rendah jika dibandingkan dengan BBCA. Dimana PBV BBNI
pada tahun 2011, 2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 1,90 x, 2,12 x dan 1,66
x. Nilai tersebut lebih kecil daripada BBCA yakni sebesar 4,97 x di tahun 2011, 5,46
x di tahun 2012 dan 3,87 x di tahun 2013. Sedangkan juika dibandingkan dengan
BDMN PBV BBNI lebih tinggi sedikit dari BDMN. PBV BDMN berada pada kisaran
1,74 x di tahun 2011, 2,06 x di tahun 2012, dan 1,15 x di tahun 2013. Hal ini
menunjukan bahwa harga saham BBNI masih murah atau berada dibawah harga
sebenarnya. Artinya bahwa harga saham BBNI masih memiliki potensi untuk naik.




















PT. BANK CENTRAL ASIA (BBCA)

Analisis :
1. Rasio Profitabilitas
Berdasarkan rasio-rasio diatas, dapat dianalisis kondisi profitabilitas perusahaan
sebagai berikut :
a. Return On Asset
Return On Asset menunjukan hasil yang didapatkan dari investasi yang
dilakukan perusahaan dari total aktiva. Dari data diatas diketahui bahwa ROA
BBCA selama 3 tahun tersebut berfluktuasi. Pada tahun 2011 ROA sebesar 2,11 %
yang kemudian menurun di tahun 2012 menjadi 1,94 %, kemudian meningkat di
tahun 2013 me3njadi 2,13 %. Meskipun sempat terjadi penurunan di tahun 2012
tetapi masih berada dalam batas yang wajar karena masih berada di atas 1 %.



b. Return On Equity
Return On Equity memberikan gambaran kemampuan perusahaan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuantungan bagi pemegang saham. Dari data diatas
juga diketahui bahwa ROE BBCA selama 3 tahun tersebut berfluktuasi, yakni pada
tahun 2011 sebesar 19,25 % selanjutnya menurun di tahun 2012 menjadi 16,82 %
di tahun 2012 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 16,92 %. Jika
dibandingkan dengan ROE BBNI dan BDMN, ROE BBCA masih lebih tinggi
diantara keduanya. Hal ini menunjukan bahwa kinerja keuangan BBCA lebih baik
dari pada BBNI dan BDMN.

c. Earning Per Share (EPS) / Rasio laba terhadap saham yang beredar
EPS merupakan rasio yang menunjukan tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan. EPS yang semakin tinggi
menunjukan kinerja perusahaan yang bagus karena laba atau keuntungan per
lembar saham semakin meningkat. Dari data diatas dapat diketahui bahwa EPS
BBCA mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun 2011
EPS BBCA berada pada 314, di tahun 2012 meningkat menjadi 339, dan
meningkat lagi menjadi 424,59. Hal ini menunjukan bahwa keuntungan per lembar
saham yang mampu diraih BBCA mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-
turut, yang berarti kinerja keuangan BBCA selama 3 tahun tersebut menunjukan
sinyal yang baik bagi investor.

2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan kemampuan modal sendiri dari bank
yang dapat dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Berdasarkan data diatas
diketahui bahwa D/E Ratio BBCA selama 3 tahun tersebut mengalami penurunan
pada tahun 2013. Dimana pada tahun 2011 D/E Ratio BBCA sebesar 0,15 yang
kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 0,19 dan menurun di tahun 2013
menjadi 0,14.
Jadi rasio ini menunjukan bahwa perusahaan dapat menggunakan modal yang
dimiliki untuk membayar total utangnya sebesar 0,15 pada tahun 2011, pada tahun
2012 sebesar 0,19 dan 0,14 pada tahun 2013. Meskipun D/E sempat menurun di
tahun 2013 tetapi penurunan tersebut tidak terlalu besar yakni hanya sebesar 0,05
dari tahun 2012. Hal ini berarti kinerja keuangan peusahaan masih menunjukan
dalam kategori baik.

b. Debt to Total Capital Asset
Debt to Total Capital Asset mengukur seberapa besar aktiva peusahaan yang
digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Bedasarkan data
diatas diketahui bahwa rasio hutang Debt/TotalCap BBCA dalam 3 tahun tersebut
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 Debt/TotalCap BBCA berada pada 0,13
yang kemudian meningkat ditahun 2012 menjadi 0,16. Kemudian di tahun 2013
mmenurun menjadi 0,12. Jadi perusahaan dapat menggunakan total aktiva yang
dimiliki untuk membayar total utangnya sebesar 0,13 ditahun 2011, pada tahun
2012 sebesar 0,16, dan 0,12 ditahun 2013. Meskipun Debt/TotalCap sempat
menurun di tahun 2013 tetapi penurunannya tidak derastis yakni hanya sebesar
0,04. Hal ini menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan masih dalam
kategori baik.

3. Price Earning Ratio (PER) / Rasio haga saham terhadap laba per lembar saham
PER Ratio merupakan rasio yang menggambakan seberapa besar keuntungan
perusahaan terhadap harga sahamnya. Jika PER suatu perusahaan lebih tinggi
dibandingkan PE perusahaan-perusahaan lain yang ada di industrinya, artinya
investor mengharapkan sesuatu yang besar, yang positif tentunya akan terjadi
dalam perusahaan itu dalam beberapa bulan atau beberapa tahun lagi.
Berdasarkan data jika kita bandingkan PER BBCA dengan BBNI dan
BDMN selama 3 tahun tersebut maka dapa diketahui bahwa PER BBCA jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan PER BBNI dan BDMN. PER BBCA pada tahun
2011,2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 25,80 x, 32,45 x, dan 22,85 x.
Sedangkan PER BBNI pada 2011,2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar
16,86 x, 17,50 x dan 11,5 x. Dan untuk PER BDMN berada pada 15,89 x di tahun
2011; 19,22 x di tahun 2012 dan 12,11 di tahun 2013.
Jadi PER BBCA sebesar 25,80 kali pada tahun 2011 berarti bahwa investor
bersedia membayar Rp.25,80 untuk setiap Rp. 1 laba bersih yang dihasilkan
BBCA. Sedangkan PER sebesar 32,45 kali di tahun 2012 berarti bahwa investor
bersedia membayar Rp.32,45 setiap RP. 1 laba bersih BBCA.

4. Price Book Value (PBV) / Rasio harga saham terhadap nilai buku
Rasio PBV merupakan rasio yang membandingkan harga saham dengan nilai
buku suatu saham. Semakin rendah PBV ratio berarti harga saham tersebt murah atau
berada dibawah harga sebenarnya. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa
PBV BBCA lebih tinggi jika dibandingkan dengan BBNI dan BDMN. Dimana PBV
BBCA pada tahun 2011, 2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 4,97 x, 5,46 x
dan 3,87 x. Nilai tersebut lebih tinggi daripada BBNI yakni yang hanya sebesar 1,90
x di tahun 2011, 2,12 x di tahun 2012 dan 1,68 x di tahun 2013. Sedangkan PBV
BDMN berada pada kisaran 1,74 x di tahun 2011, 2,06 x di tahun 2012, dan 1,15 x di
tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa harga saham BBCA mahal atau berada diatas
harga sebenarnya.























PT. BANK DANAMON (BDMN)


Analisis :
1. Rasio Profitabilitas
Berdasarkan rasio-rasio diatas, dapat dianalisis kondisi profitabilitas perusahaan
sebagai berikut :
a. Return On Asset
Return On Asset menunjukan hasil yang didapatkan dari investasi yang
dilakukan perusahaan dari total aktiva. Dari data diatas diketahui bahwa ROA
BDMN selama 3 tahun tersebut berfluktuasi. Pada tahun 2011 ROA sebesar 1,80
% yang kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 1,99 %, kemudian menurun di
tahun 2013 menjadi 1,74 %. Penurunan ROA di tahun 2013 menunjukan bahwa
hasil yang didapatkan dari investasi yang dilakukan BDMN dari total aktiva di
tahun 2013 menurun.

b. Return On Equity
Return On Equity memberikan gambaran kemampuan perusahaan dari
modal sendiri untuk menghasilkan keuantungan bagi pemegang saham. Dari
data diatas juga diketahui bahwa ROE BDMN selama 3 tahun tersebut
berfluktuasi, yakni pada tahun 2011 sebesar 9,90 % selanjutnya meningkat di
tahun 2012 menjadi 10,85 % di tahun 2012 dan menurun pada tahun 2013
menjadi 9,86 %. Jika dibandingkan dengan ROE BBNI dan BBCA, ROE
BDMN masih lebih rendah diantara keduanya. Hal ini menunjukan bahwa
kemampuan BDMN untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham
dengan modal sendiri kalah unggul dari pada BBNI dan BBCA.

c. Earning Per Share (EPS) / Rasio laba terhadap saham yang beredar
EPS merupakan rasio yang menunjukan tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan. EPS yang semakin tinggi
menunjukan kinerja perusahaan yang bagus karena laba atau keuntungan per
lembar saham semakin meningkat. Dari data diatas dapat diketahui bahwa EPS
BDMN mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun 2011
EPS BDMN berada pada 286,43, di tahun 2012 meningkat menjadi 312,11 dan
meningkat lagi menjadi 313,69 pada tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa
keuntungan per lembar saham yang mampu diraih BDMN mengalami peningkatan
selama 3 tahun berturut-turut, yang berarti kinerja keuangan BDMN selama 3
tahun tersebut menunjukan sinyal yang baik bagi investor.

2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan kemampuan modal sendiri dari bank
yang dapat dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Berdasarkan data diatas
diketahui bahwa D/E Ratio BDMN selama 3 tahun tersebut mengalami
peningkatan. Dimana pada tahun 2011 D/E Ratio BDMN sebesar 0,73 yang
kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 0,91 dan meningkat lagi di tahun
2013 menjadi 1,05.
Jadi rasio ini menunjukan bahwa perusahaan dapat menggunakan modal yang
dimiliki untuk membayar total utangnya sebesar 0,73 pada tahun 2011, pada tahun
2012 sebesar 0,91 dan 1,05 pada tahun 2013. Peningkatan D/E ini menunjukan
bahwa kemampuan keuangan BDMN untuk melunasi kewajibannya
menggunakan modal sendiri dapat diandalkan. Sehingga merupakan sinyal yang
bagus bagi investor.



b. Debt to Total Capital Asset
Debt to Total Capital Asset mengukur seberapa besar aktiva peusahaan yang
digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Bedasarkan data
diatas diketahui bahwa rasio hutang Debt/TotalCap BDMN dalam 3 tahun tersebut
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Debt/TotalCap berada pada 0,42 yang
kemudian meningkat ditahun 2012 menjadi 0,48. Kemudian di tahun 2013
meningkat lagi menjadi 0,51. Jadi perusahaan dapat menggunakan total aktiva
yang dimiliki untuk membayar total utangnya sebesar 0,42 ditahun 2011, pada
tahun 2012 sebesar 0,48, dan 0,51 ditahun 2013. Jadi, kemampuan BDMN untuk
melunasi kewajiban atau utang menggunakan aktiva perusahaan menunjukan
sinyal yang positif.

3. Price Earning Ratio (PER) / Rasio haga saham terhadap laba per lembar saham
PER Ratio merupakan rasio yang menggambakan seberapa besar keuntungan
perusahaan terhadap harga sahamnya. Jika PER suatu perusahaan lebih tinggi
dibandingkan PER perusahaan-perusahaan lain yang ada di industrinya, artinya
investor mengharapkan sesuatu yang besar, yang positif tentunya akan terjadi
dalam perusahaan itu dalam beberapa bulan atau beberapa tahun lagi.
Berdasarkan data jika kita bandingkan PER BDMN dengan BBNI dan
BBCA selama 3 tahun tersebut maka dapat diketahui bahwa PER BDMN jauh lebih
rendah dibandingkan dengan PER BBNI dan BBCA. PER BDMN pada tahun
2011,2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 15,89 x, 19,22 x, dan 12,11 x.
Sedangkan PER BBNI pada 2011,2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar
16,86 x, 17,50 x dan 11,5 x. Dan untuk PER BBCA berada pada 25,80 x di tahun
2011; 32,45 x di tahun 2012 dan 22,85 x di tahun 2013.
Jadi PER BDMN sebesar 15,89 kali pada tahun 2011 berarti bahwa investor
bersedia membayar Rp.15,89 untuk setiap Rp. 1 laba bersih yang dihasilkan
BDMN. Sedangkan PER sebesar 19,22 kali di tahun 2012 berarti bahwa investor
bersedia membayar Rp.19,22 setiap RP. 1 laba bersih BDMN. Begitu pula untuk
PER 12,11 kali di 2013 berarti bahwa investor bersedia membayar Rp.19,22 untuk
setiap Rp. 1 laba bersih yang dihasilkan BDMN.

4. Price Book Value (PBV) / Rasio harga saham terhadap nilai buku
Rasio PBV merupakan rasio yang membandingkan harga saham dengan nilai
buku suatu saham. Semakin rendah PBV ratio berarti harga saham tersebt murah atau
berada dibawah harga sebenarnya. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa
PBV BDMN lebih rendah jika dibandingkan dengan BBNI dan BBCA. Dimana PBV
BDMN pada tahun 2011, 2012 dan 2013 secara berturut-turut sebesar 1,74 x, 2,06 x
dan 1,15 x. Nilai tersebut jauh lebih rendah daripada PBV BBCA yakni yang sebesar
4,97 x di tahun 2011, 5,46 x di tahun 2012 dan 3,87 x di tahun 2013. Sedangkan PBV
BBNI berada pada kisaran 1,90 x di tahun 2011, 2,12 x di tahun 2012, dan 1,68 x di
tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa harga saham BDMN murah atau berada
dibawah harga sebenarnya.


KESIMPULAN :
a. BBCA memiliki rasio ROA dan ROE serta EPS yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ROA BBNI dan BDMN. Hal ini menunjukan bahwa BBCA memiliki tingkat
profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan BBNI dan BDMN, sehingga memiliki
potensi yang lebih menguntungkan dari pada BBNI dan BDMN.
b. BDMN memiliki Rasio Debt/Equity dan Debt/TotalCap yang lebih tinggi dari pada
BBNI dan BBCA. Hal ini menunjukan bahwa tingkat solvabilitas BDMN lebih tinggi
dari pada BBNI dan BBCA.
c. Untuk rasio PER, PER BBCA lebih besar dari pada PER BBNI dan BDMN. Hal ini
berarti bahwa investor mengharapkan sesuatu yang besar pada BBCA, yang positif
tentunya akan terjadi dalam BBCA dalam beberapa bulan atau beberapa tahun lagi.
d. BBCA memiliki rasio PBV yang lebih tinggi dibandingkan dengan PBV BBNI dan
BDMN. Hal ini menunjukan bahwa harga saham BBCA lebih mahal atau berada
diatas harga sebenarnya. Akan tetapi meskipun harga saham BBCA lebih mahal tetapi
BBCA lebih memiliki prospek kedepan yang lebih menguntungkan karena tingkat
profitabilitas dan rasio PER yang tinggi.

Você também pode gostar