Você está na página 1de 13

22

BAB IV
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Perancangan sensor getar detektor gempa ini dibagi dalam dua tahap, yaitu
perancangan perangkat keras (hardware) dan perancangan piranti lunak
(software). Secara garis besar sensor getar detektor gempa ini akan menggunakan
sebuah transduser piezoelektrik yang lazim digunakan sebagai sensor regangan.
Secara umum pengoperasian dari sistem ini digambarkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Diagram sistem
Piezoelektrik transduser akan menangkap getaran dan memberikan sinyal
analog kepada ADC pada mikrokontroler, yang kemudian memproses sinyal-
sinyal masukan ini sebagai pemicu aksi pada LED, buzzer, dan relay sebagai
sistem output penentu 3 keadaan; aman, tidak aman dan berbahaya.
LED
(3 buah)
Buzzer
Relay

Unit Pengolah
(AVR ATmega16)
Transduser
Piezoelektrik

Output
I nput

23
4.1 Perancangan Hardware

Gambar 4.2 Skema rangkaian sistem sensor getar

24
Dalam perancangan perangkat keras dari sistem ini digunakan sebuah
transduser piezoelektrik yang akan mendeteksi getaran menjadi sinyal-sinyal
listrik, yang kemudian disearahkan menjadi sinyal-sinyal digital, sehingga
dibutuhkan rangkaian atau sistem ADC (Analog/Digital Converter). Untuk
menentukan batas nilai-nilai keadaaan dan kendali sistem output dibutuhkan
sebuah unit pengolah dalam hal ini mikrokontroler. Skema rangkaian sistem
digambarkan pada Gambar 4.2.
4.1.1 Transduser
Transduser piezoelektrik yang digunakanan adalah DFR00052 Analog
Piezo Disk Vibration Sensor buatan DFRobot. Dikatakan transduser ini dapat
difungsikan sebagai sensor getar karena tanggap terhadap perubahan regangan
dengan menghasilkan perubahan tegangan output terukur yang sebanding dengan
kuat getaran.

Gambar 4.3 Diagram DFRobot Vibration Sensor
Dengan spesifikasi:
Sumber tegangan : 5V
Antarmuka : Analog

25
Output transduser berfungsi sebagai input analog untuk ADC pada
mikrokontroler. Diagram transduser ini digambarkan pada Gambar 4.3.
4.1.2 Unit Pengolah
Dalam perakitan sistem sensor getar sederhana pada umumnya dapat
dilakukan tanpa menggunakan mikrokontroler. Penulis memilih untuk
menggunakan mikrokontroler sebagai pengendali sistem dengan pertimbangan:
mendeteksi getaran gempa sedikit lebih kompleks dibandingkan
getaran yang berupa tumbukan atau benturan.
Mempermudah pengembangan aplikasi sistem dalam penelitian
berikutnya.
Mikrokontroler yang digunakan adalah ATmega16L, rangkaian sistem
minimal mikrokontroler ATmega16L terdiri dari mikrokontroler ATmega16L,
rangkaian clock menggunakan kristal 16 MHz, rangkaian minimum ATmega16L
dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Rangkaian minimum Atmega16L

26
Port A akan difungsikan sebagai input ADC, dimana input analog berasal
dari transduser piezoelektrik. Input analog transduser dihubungkan dengan
PA0/ADC0 (pin ke-40) pada mikrokontroler, Port B dan Port C tidak digunakan.
Port D akan difungsikan sebagai output dengan rincian sebagai berikut:
o PD0 dihubungkan pada output receiver R1OUT pada IC MAX 232
o PD1 dihubungkan pada input driver T1IN pada IC MAX 232
o PD2 dihubungkan pada LED-merah
o PD3 dihubungkan pada LED-jingga
o PD4 dihubungkan pada LED-hijau
o PD6 dihubungkan pada buzzer
o PD7 dihubungkan pada rangkaian penunjang relay
4.1.3 Antarmuka Serial
Pada saat pengujian, sistem dihubungkan secara serial terhadap komputer,
untuk menampilkan nilai yang terbaca oleh ADC. Untuk itu dibutuhkan sebuah
rangkaian antarmuka serial, untuk menghubungkan mikrokontroler dengan
komputer.
Antarmuka serial pada sistem ini menggunakan IC MAX232 sebagai
pengubah level tegangan. IC MAX232 mempunyai 2 receiver yang berfungsi
sebagai pengubah level tegangan dari level RS-232 ke level Transistor
Transistor Logic (TTL) dan mempunyai 2 driver yang berfungsi mengubah
level tegangan dari level TTL ke level RS-232. Pasangan driver/receiver ini
digunakan untuk TX dan RX, sedangkan pasangan yang lainnya digunakan untuk
CTS dan RTS.

27

Gambar 4.5 Skema rangkaian MAX232
T1In dan R1Out dihubungkan pada mikrokontroler, T1Out dihubungkan
dengan DB9 pin ke-3 RS-232, R1IN dihubungkan dengan DB9 pin ke-2 RS-232,
C1+ dan C1- harus dihubungkan dengan kapasitor minimal 16V demikian juga
C2+ dan C2-. Skema rangkaian MAX232 dapat dilihat pada Gambar 4.5.
4.1.4 Sistem Output
Sebagai output digunakan buzzer, relay, dan 3 buah LED, untuk
mengoperasikan relay dibutuhkan rangkaian relay driver seperti pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Skema rangkaian relay driver
Sistem keluaran (output) dari sensor getaran gempa ini berupa 3 keadaan
yang digambarkan sebagai berikut;
o aman : LED-hijau menyala

28
o tidak aman : LED-jingga menyala
o berbahaya : LED-merah, buzzer dan relay menyala.

4.2 Perancangan Software
Program akan dirancang sesuai dengan kebutuhan sistem, yaitu membaca
input, mengkategorikan keadaan sesuai nilai input terhadap parameter, dan
menampilkan output sesuai keaadaan yang berlangsung. Diagram alir program ini
digambarkan pada Gambar 4.7. Sistem sensor pendeteksi gempa ini akan
mengkategorikan keadaan ke dalam 3 kategori keadaan; aman, tidak aman, dan
berbahaya.

Gambar 4.7 Diagram alir program
Mulai
Inisialisasi
I/O
Preset =
Aman
A. Identifikasi
Getaran
B. Identifikasi
Ancaman
C. Hitung
Ancaman
D. Identifikasi
Bahaya

29
Input dari program ini adalah nilai ADC hasil dari konversi sinyal analog
transduser piezoelektrik. Pembacaan ADC akan dilakukan 5 kali berurutan, dan
dicari rata-rata dari 5 bacaan tersebut. Nilai rata-rata dari 5 bacaan berurut ini
yang akan menentukan apakah terjadi getaran atau tidak. Tiga getaran berurut
pertama yang terbaca akan memulai aksi penghitungan ancaman.
Apabila dalam 50 kali siklus pembacaan getaran terdapat minimal 20 kali
ancaman maka sinyal bahaya akan mulai dihitung. Yang perlu diingat adalah
setiap siklus pembacaan getaran terjadi dalam skala mikrodetik. Setiap 50 kali
siklus pembacaan getaran maka jumlah siklus pembacaan dan ancaman akan di
reset (diberikan nilai = 0). Setelah 4 kali pembacaan sinyal bahaya maka sistem
akan mengkategorikan keadaan yang sedang berlangsung dan memberikan aksi
pada sistem output.
4.2.1 Identifikasi Getaran

Gambar 4.8 Diagram alir proses Identifikasi Getaran

Tidak
Ya

B. Identifikasi
Ancaman

Baca nilai
ADC dari
piezoelektrik

Siklus baca
ADC 5?


Siklus baca ADC
+ 1


Jumlah
nilai ADC = 0
Mulai

Hitung rata-rata
nilai ADC
Siklus
baca ADC = 0
Jumlahkan nilai
ADC

30
Diagram alir pada Gambar 4.8 menggambarkan proses Indentifikasi
Getaran dimulai dengan member nilai 0 untuk variabel jumlah (J), kemudian
dilakukan pembacaan ADC 5 kali berturut-turut dengan increment loop. Sampai
pembacaan ke-5 nilai ADC dijumlahkan sebagai J, seteleh lima kali pembacaan
akan dihitung rata-rata nilai ADC (R).
4.2.2 Identifikasi Ancaman
Dalam keadaan transduser piezoelektrik stabil atau diam rata-rata nilai 5
kali pembacaan ADC berturut (R) akan bernilai dalam rentang 0 sampai 2. Proses
Identifikasi Ancaman merupakan evaluasi nilai R dari proses sebelumnya, apakah
dapat dikategorikan sebagai getaran atau tidak, R yang dihitung sebagai getaran
adalah yang bernilai > 2.

Gambar 4.9 Diagram alir proses Identifikasi Ancaman
Pada proses ini getaran berurut akan dihitung sebagai sebuah ancaman,
penghitungan ancaman dimulai dari 3 getaran berurut pertama, namun bila nilai R


Ya
Ya
Tidak
Tidak
Rata-rata nilai
ADC 2?


Jumlah getaran
berurut + 1


C. Hitung
Ancaman
Jumlah getaran
berurut = 0
Jumlah
getaran berurut
3?
Ancaman
terbaca + 1
Mulai

31
yang terbaca bernilai 2 maka jumlah getaran berurut akan diberi nilai = 0
(reset). Proses ini digambarkan oleh diagram alir pada Gambar 4.9, baik terdapat
ancaman atau tidak, proses akan dilanjutkan ke Hitung Ancaman.
4.2.3 Hitung Ancaman
Proses Hitung Ancaman ditandai dengan increment loop baca getaran.
Pada proses ini penghitungan siklus baca getaran dimulai, demikian pula
penghitungan jumlah ancaman yang terbaca. Diagram alir proses Hitung
Ancaman digambarkan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Diagram alir proses Hitung Ancaman
Apabila siklus jumlah baca getaran sudah bernilai 50 dan terbaca 20 kali
atau lebih, hal ini akan dianggap sebagai sinyal bahaya. Apabila siklus baca
getaran belum mencapai 50 kali pembacaan getaran, maka proses Indentifikasi
Tidak
Tidak
Ya
Ya

A. Identifikasi
Getaran

D. Identifikasi
Bahaya





Mulai
Siklus baca
getaran 50?
Ancaman
terbaca 20?
Siklus baca
getaran + 1


Siklus baca
getaran = 0
Ancaman
terbaca = 0
Sinyal bahaya
+ 1

32
Getaran akan kembali dilakukan. Setiap siklus baca getaran sudah mencapai 50,
maka jumlah siklus baca getaran dan jumlah ancaman akan diberi nilai 0 (reset).
Sinyal bahaya akan diproses pada proses berikutnya.
4.2.4 Indentifikasi Bahaya
Pada proses ini akan dilakukan penghitungan sinyal bahaya yang terbaca
yang akan digunakan sebagai parameter keadaan untuk aksi pada sistem output.

Gambar 4.11 Diagram alir proses Identifikasi Bahaya
Tidak
Ya



A. Identifikasi
Getaran




Action 2
(tidak aman)



Action 1
(aman)

Action 3
(berbahaya)
Indeks
= 2



Indeks
= 1
Indeks
= 3
Tunggu
1 detik
Mulai

Indeks = 1
?
Indeks = 2
?
Siklus baca
bahaya 4?
Siklus baca
bahaya + 1
Siklus baca
bahaya = 0
Sinyal bahaya
1 ?
Sinyal bahaya
2 ?
Sinyal bahaya
= 0
Ya
Ya
Ya
Ya Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Ya
Sinyal bahaya
> 2 ?
Tidak

33
Keadaan yang sedang terjadi ditentukan berdasarkan jumlah sinyal bahaya
yang terbaca dalam 4 kali pembacaan. Siklus baca bahaya adalah increment loop
terakhir pada program ini. Apabila siklus baca bahaya sudah dilakukan sebanyak
4 kali maka dilakukan penentuan keadaan, jika belum maka proses Identifikasi
Getaran akan dilakukan kembali. Diagram alir proses Identifikasi Bahaya
digambarkan pada Gambar 4.11.
Penentuan keadaan berdasarkan sinyal bahaya yang terbaca dalam 4 kali
pembacaan adalah sebagai berikut:
o Aman : sinyal bahaya 1
o Tidak Aman : sinyal bahaya 2
o Berbahaya : sinyal bahaya > 2
Indeks adalah identitas keadaan yang baru saja terjadi. Berikut ini nilai
indeks dari setiap keaadaan:
o keadaan aman = 1
o keadaan tidak aman = 2
o keadaan berbahaya = 3
Variabel tambahan ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan
penentuan keadaan berikutnya, pengaruh variabel indeks dalam menenukan
keadaan:
o Sinyal bahaya 2, indeks = 2, keadaan : berbahaya
o Sinyal bahaya > 2, indeks = 1, keadaan : tidak aman

34
Dua keadaan tidak aman berurutan akan dianggap sebagai keadaan
berbahaya, sedangkan keadaan berbahaya yang terjadi setelah keadaan aman tidak
akan dianggap sebagai keadaan berbahaya, tetapi sebagai keadaan tidak aman.
Setelah keadaan ditentukan, aksi pada sistem output akan dilakukan,
kemudian diberikan waktu tunggu 1 detik.
4.2.5 Prosedur Action
Untuk melakukan aksi pada sistem output digunakan sebuah prosedur
bertingkat yang akan melakukan aksi-aksi sesuai tingkatan aksi yang dipanggil
pada proses Identifikasi Bahaya. Setelah aksi pada output diberikan seperti pada
diagram alir pada Gambar 4.12, diberikan waktu tunggu 10 ms sebelum prosedur
ini diakhiri.

Gambar 4.12 Diagram alir prosedur Action



Mulai
Selesai
Tidak Tidak Tidak
Ya Ya Ya
Tunggu
0,1 detik
Step_action
= 1 ?
Step_action
= 2 ?
Step_action
= 3 ?
LED_green : on LED_green : off LED_green : off
LED_orange : off LED_orange : on LED_orange : off
LED_red : off LED_red : off LED_red : on
buzzer : off buzzer : off buzzer : on
relay : off relay : off relay : on

Você também pode gostar