Você está na página 1de 6

Nama: Anna Azizah

NIM : H1E111001
Tugas: Laboratorium Teknik Lingkungan (Ringkasan)
Dosen: Nova Annisa, S.Si., M.S.

Analisa Sampah, Analisa Lumpur, dan Pengelolaan Sampah
A. Analisa Sampah
Analisa sampah bertujuan untuk menentukan dan mengetahui komposisi sampah,
densitas sampah, kadar air dan kadar volatil sampah. Sampah adalah semua material
yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian.
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal
dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). (Departemen
Kehutanan, 2004).
Menurut Miranto (2005) sampah digolongkan dalam empat kelompok antara lain:
a. Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia,
meliputi tinja (faeces), dan air kencing (urine).
b. Sewage, merupakan air limbah yang di buang oleh pabrik maupun rumah tangga,
contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan deterjen.
c. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan
rumah tangga. Refuse dalam kehidupan sehari-hari di sebut sampah.
d. Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri.
Komposisi sampah
Komposisi sampah merupakan gambaran dari masing-masing komponen yang terdapat
dalam buangan padat dan distribusinya. Komposisi sampah dinyatakan dalam persen
berat (%). (Azkha, 2006)
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu sampah yang mudah mengurai dan membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Biasanya sampah ini diolah lebih
menjadi kompos.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah mengurai/sulit mengurai, seperti
plastik, botol dan gelas minuman, kaleng, kaca, dan sebagainya.
Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual.
Penentuan Komposisi Sampah
a. Menimbang berat sampah secara keseluruhan.
b. Memilah-milah sampah sesuai komponennya (organic/anorganik).
c. Menimbang berat sampah yang sudah dipisahkan berdasarkan komponen masing-
masing.
d. Menghitung % komposisi masing-masing sampah tersebut.








Densitas Sampah
Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas sampah akan
berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap penimbulan hingga
pembuangan akhir.
Penentuan Densitas Sampah
a. Menyiapkan sampel sampah.
b. Menimbang berat kosong gelas beaker volume 600 mL.
c. Mengaduk sampah dan memasukkan sampah ke dalam gelas beaker tanpa pemadatan
hingga memenuhi wadah.
d. Memadatkan sampah dalam gelas beaker dan mengukur volumenya (lt)
e. Menimbang berat sampah.
f. Menghitung besarnya densitas sampah.




Kadar Air Sampah
Merupakan sifat fisis sampah, yang menunjukkan kandungan air yang ada di dalam
sampah.
Penentuan Kadar Air Sampah
a. Mencampur kembali sampah dari penentuan komposisi.
b. Membagi sampah menjadi 4 bagian dan mengambil masing-masing 1 sekop dari tiap
bagiannya.
c. Mencampur bagian yang terpisah dan mengambil kira-kira 500 gr.
d. Menimbang cawan petri kosong yang sudah di oven.
e. Memasukkan sampel sampah dan menimbang berat sampel sampah.
f. Memasukkan cawan tersebut dalam oven selama 15 menit, mengeluarkannya dan
mendinginkan
h. Menimbang berat sampel yang sudah di oven beserta cawan petri.
i. Menghitung kadar air sampah.

() ()
()



Kadar Volatil Sampah
Kadar volatil merupakan sifat kimiawi sampah, yang mana adalah pengukuran materi
yang akan menguap bila dipanaskan pada suhu 600
O
C, dan dikonversi menjadi CO2.
Materi volatil pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada
temperatur 600
O
C dimana bagian volatil sampah akan terpijar dan menguap.
Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar
efektifitas reduksi sampah menggunakan metode pembakaran berteknologi tinggi.
Kadar abu merupakan sisa proses pembakaran pada suhu tinggi. Dengan penentuan
kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran tersebut. (Azkha,
2006).

B. Analisa Lumpur
Analisa lumpur bertujuan untuk menentukan densitas lumpur dari volume lumpur
yang ditentukan, mengetahui konsentrasi lumpur aktif ( MLSS ) dan SVI (Sludge
Volume Index) yang ada dalam proses pengolahan air limbah, serta menentukan
efisiensi pengolahan lumpur dengan menggunakan metoda pemekatan dan dewatering.
Pada umumnya (terutama IPAL sistem Aerob) terdapat dua jenis lumpur, yaitu:
- Lumpur Primer (Primary Sludge) yaitu lumpur yang keluar dari tangki pengendap
primer (Primary Clarifier)
- Lumpur Sekunder (Secondary Sludge) yaitu lumpur yang keluar dari tangki
pengendap akhir (Final Clarifier). Lumpur ini dikenal dengan lumpur aktif.
Proses pada pengolahan lumpur
- Proses Pemekatan (Thickenning Process), pada proses ini terjadi pemisahan padatan
dengan cairan
- Penghilangan Air (Dewatering Process):
Sludge Drying Bed (Bidang Pengering Lumpur), pada unit ini lumpur dikeringkan
pada bidang-bidang, pengeringan oleh sinar matahari.
Rotary Burner, pada alat ini lumpur dikeringkan dengan menggunakan aki
pembakaran
Filter Press, lumpur dipisahkan dari cairan di atas bidang berpori sebagai filter
dengan menggunakan tekanan( ditekan diantara 2 lempengan baja)
Dikeringkan di dalam incinerator, lumpur dibakar dalam incinerator. Kemudian
residu dibuang ke tempat sampah.
Densitas Lumpur
Densitas (gr/ml) = selisih berat (gr)/volume (ml)
Densitas lumpur merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting karena sebagai
penahan tekanan formasi.
Konsentrasi Lumpur Aktif (MLSS)
Kadar lumpur aktif diketahui dengan menghitung MLSS (Mixed Liquor Suspended
Solid) yaitu dengan menyaring volume contoh (air limbah didalam tangki aerasi)
dengan kertas saring (whatman : GF/C atau Gelman tipe A/E, Milipore tipe AP 40, atau
setara dengan 2.2 4.7 cm), kemudian residu yang tertahan diatas kertas saring yang
telah diketahui beratnya dikeringkan dalam oven pada suhu 103 105
o
C sampai
mencapai berat konstan.
Perhitungan MLSS (mg/L) = (1000/ml sampel)x(selisih berat(gr))x1000
Untuk mengetahui SVI (Sludge Volume Index) dengan mengendapkan contoh
sampel (air limbah) sebanyak 1 liter, kemudian catat pengendapan lumpur yang terjadi
dalam setiap 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit. Atau dengan rumus:
( )
()
()


Nilai SVI > 200 maka terjadi sludge bulking, yaitu suatu kondisi dimana solid
sukar untuk mengendap sehingga proses pemisahan solid dan liquid menjadi sangat
sulit. Settled sludge volume (V) diukur dalam ml adalah volume lumpur yang telah
diizinkan untuk menetap selama setengah jam. Sample volume (Vo) diukur dalam l
adalah volume lumpur awalnya sebelum diizinkan untuk menetap.
C. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaur-
ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk
mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan juga tidak
membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda
tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk
mengolah, dan ketersediaan area.
Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan dan penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai,
lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Banyak penimbunan sampah
mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi.
Gas akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar
atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik. Penimbunan
harus diperhatikan, dikelola dan dirancang dengan baik agar tidak menyebabkan
masalah lingkungan.
Metode Daur-ulang
Daul-ulang adalah proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari
sampah untuk digunakan kembali. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengambilan
bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar
untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :
Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah
dibuang.
Pengolahan kembali secara biologis
Metode ini adalah proses biologis sampah untuk kompos atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Metode ini menggunakan sistem
dasar pendegradasian bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan
cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menjadi bahan bakar tipe lain melalui metode perlakuan panas.
Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah
bentuk, atau dikenal juga dengan Pengurangan sampah metode ini pencegahan yang
termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak,
mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak
konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang
menggunakan bahan lebih sedikit untuk fungsi yang sama.

Você também pode gostar