Você está na página 1de 19

1

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP NET PROFIT


MARGIN PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kelompok Consumer Goods yang Listing di Bursa Efek Indonesia)


A. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi
oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar
yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap
perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : untuk memberikan persekot
pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau
dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan
dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut
untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh
perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal.
Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena
meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana
membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang
memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus
cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan
adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan
menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga
menimbulkan dana mengaggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan
membuang kesempatan memperoleh laba.
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah
atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja yang terdiri dari kas,
piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus
sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-
sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.
Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat
berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar
tanpa penggunaan secara produktif. Dana yang mati, yaitu dana-dana yang tidak digunakan

2

menyebabkan diadakannya investasi dalam proyek-proyek yang tidak diperlukan dan yang tidak
produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan inefisiensi atau
pemborosan dalam operasi perusahaan.
Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal
kerja (Tunggal, dalam Ima Hermawati 2007:2). Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal
kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover), perputaran
persediaaan (inventori turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek
periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja
makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat.
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada
masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van
Horne,1998: 217). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang
besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba
yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas.
Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat
mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi
perusahaan di mata kreditur.
Fokus utama peneliti dalam melihat kaitan antara perputaran modal kerja dengan
profitabilitas, adalah seluruh perusahaan yang bergerak dalam industri brang konsumsi
(consumer goods). Industri barang konsumsi menjadi industri yang penting bagi
perkembangan perekonomian bangsa. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri
bahwasanya dalam proses produksi barang konsumsi dibutuhkan banyak sumber daya termasuk
di dalamnya sumber daya manusia. Oleh karena itu, industri barang kosumsi memiliki peranan
dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan pada suatu negara.
Berdasarkan studi pendahuluan pada industri barang konsumsi dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki jumlah modal kerja (WCT) yang tinggi
tetapi memiliki tingkat profitabilitas yang rendah. Kenyataan tersebut menyimpang dari teori
yang ada, dimana secara teori apabila perusahaan industri barang konsumsi yang memiliki tingkat
modal kerja (WCT) yang tinggi maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dan calon
investor untuk merumuskan kebijakan dalam melakukan investasi pada perusahaan dalam

3

sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia supaya tingkat pengembalian dari
penanaman investasi tersebut memperoleh hasil yang maksimum.

1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas maka masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat perputaran modal kerja dan profitabilitas perusahaan-perusahaan
kelompok consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2009?
2. Apakah terdapat pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan-
perusahaan kelompok consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2009?
3. Berapa besar pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan-
perusahaan kelompok consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2009?

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat perputaran modal kerja dan profitabilitas perusahaan-
perusahaan kelompok consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2006-2010
2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan-perusahaan kelompok consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2006-2010
3. Untuk mengetahui besar pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan-perusahaan kelompok consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2006-2010?

B. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Modal Kerja
2.1.1. Pengertian Modal Kerja
Mengenai pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu (Riyanto, 1995:
57-58):

4

1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsurunsur
aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk
semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam
waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan
dari jumlah aktiva lancar.
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang
lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva
lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar
dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan
untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi
perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva
lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja memo
(non working capital)
3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan.
Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode
accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income).

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut
(Tunggal, dalam Ima Hernawati 2007: 17) :
1. Sifat atau Jenis Perusahaan
Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan
perusahaan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual.
Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan
untuk memproduksi barang yang akan dijual pada pembeli. Makin lama waktu yang
diperlukan untuk memperoleh barang, atau makin lama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang diperlukan makin besar.

5

3. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan
Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan penjualan.
Makin banyak diperoleh syarat kredit untuk membeli bahan dari pemasok maka lebih sedikit
modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya, semakin longgar syarat kredit
yang diberikan pada pembeli maka akan lebih banyak modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang.
4. Perputaran persediaan
Makin cepat persediaan berputar maka makin kecil modal kerja yang diperlukan.
Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan
kualitas barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu
biaya yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.
5. Perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila
penagihan piutang dilakukan secara efektif maka tingkat perputaran piutang akan tinggi
sehingga modal kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera
digunakan dalam siklus usaha perusahaan.
6. Siklus Usaha (Konjungtur)
Dalam masa prosperti (konjungtur tinggi), perusahaan akan berupaya untuk membeli
barang mendahului kebutuhan untuk memperoleh harga yang rendah dan memastikan
adanya persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut diperlukan modal kerja
yang besar. Sebaliknya, dalam masa depresi (konjungtor menurun) maka volume usaha
turun dan banyak perusahaan harus menukar persediaan dan piutang menjadi uang.
7. Musim
Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka penjualan tiap bulan rata- rata
sama. Tetapi jika pipengaruhi musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang
maksimum untuk jangka relatif pendek.

2.1.3. Perputaran Modal Kerja
Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar
kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi, 2005: 125). Kesalahan atau
kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan
perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali.

6

Indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang
dilihat dari perputaran modal kerja (Husnan, 1997: 98) yang dimulai dari aset kas diinvestasikan
dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Untuk mengukur perputaran
modal kerja digunakan indikator WCT (Working Capital Turn Over) yang dirumuskan sebagai
berikut :
( )
Penjualan
WCT= x 100%
Aktiva Lancar - Utang Lancar

Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat
perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisiens yang
pada akhirnya rentabilitas semakin tinggi.

2.2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, dalam Ima
Hernawati 2007:11). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau
kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai
kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Salah satu
indiktaor yang digunakan dalam mengukur profitabilitas perusahaan adalah Net Profit
Margin yang dirumuskan sebagai berikut :
100%
Laba Setelah Pajak
NPM x
Penjualan
=
Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh
perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba
bersih setelah pajak terhadap penjualan.


2.3. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Net Profit Margin
Tunggal (dalam Ima Hernawati 2007:33) menyebutkan indikasi pengelolaan modal
kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja
yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali
menjadi kas. Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen modal
kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode peputaran modal kerja makin

7

cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien yang
pada akhirnya rentabilitas meningkat.
Pakar manajemen keuangan dari University of Florida (Eugene F. Brigham dan
Joel. F.Houston) menyatakan bahwa jika perusahaan terlalu banyak menyimpan modal maka
akan meningkatkan biaya modal sedangkan disisi lain banyaknya modal yang mengendap
akan mengakibatkan penurunan efisiensi perusahaan dalam beroperasi sehingga akan
menekan laba perusahaan. Sebaliknya jika perputaran modal kerja dalam perusahaan terlalu
rendah maka potensi penjualan yang akan menghasilkan laba akan hilang (Brigham &
Houston, 2010 :136). Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan modal kerja
sangat mempengaruhi laba yang akan diperoleh perusahaan.

2.4. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan pnegelolaan modal kerja dan
profitabilitas diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Siwi (2005) tentang analisis pengaruh
efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan
property dan real estate yang go publik diBursa Efek Indonesia pada tahun 19982002. Rasio-
rasio yang digunakan adalah rasio working capital turnover (WCT), current ratio, debt to equity
ratio(DTA) dan return on investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37 perusahaan
property dan real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2002. Dalam penelitiannya Siwi
(2005) menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara
parsial hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) dan solvabilitas (total debt to
total capital assets) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment)
sedangkan variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas (return on investment). Sedangkan secara simultan semua variabel berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Faurani (2004) malakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja
terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita Mandalika Mataram
Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit
margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio), modal kerja (profit margin ratio).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik
deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini
menunjukkan bahwa modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan
rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

8

Indri Astuti (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas perusahaan automotive and allied product yang go public di BEI. Variabel
yang diteliti dalam penelitian ini yaitu likuiditas, tingkat hutang, efisiensi modal kerja, tingkat
kecukupan kas, tingkat perubahan hutang lancar dan profitabilitas. Rasio yang digunakan antara
lain likuiditas menggunakan rasio current ratio, tingkat hutang menggunakan rasio leverage
ratio, efisiensi modal kerja menggunakan rasio working capital turnover (WCT), tingkat
kecukupan kas menggunakan rasio cash ratio, tingkat perubahan hutang lancar menggunakan
rasio perubahan hutang lancar. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
yang bergerak dibidang sektor industri automotive and allied products yang terdaftar di BEI,
yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis
regresi linier berganda. Hasilnya bahwa variabel independent likuiditas, leverage ( tingkat
hutang), efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan kas (cash ratio), perubahan hutang lancar
diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu Return On Invesment (ROI)
industri automotive and allied product tahun 2000-2003. Sedangkan secara simultan terbukti
mempunyai pengaruh yang signifikan dan secara parsial terbukti bahwa variabel efisiensi
modal kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap profitabilitas dan perubahan
hutang lancar berpengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI).

2.5. Kerangka Pemikiran
Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal
kerja. Pengukuran efissiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat perputaran modal
kerja (working capital turnover), Jika perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat
dana atau kas yang diinvestasikan dalam modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti
keuntungan perusahaan dapat lebih cepat diterima.
Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang
memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus
cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan
adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan
menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga
menimbulkan dana mengaggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan
membuang kesempatan memperoleh laba.

9

Rasio profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh aktivitas
manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektifititas manajemen meliputi kegiatan fungsional
manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Jadi
banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yang kemudian meningkatkan
atau menurunkan laba. Meskipun demikian, analisis rasio keuntungan dapat memberikan
gambaran keuntungan yang diperoleh perusahaan (Rangkuti, 2004: 79). Untuk mengukur
profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini digunakan net profit margin.
Berdasarkan pemaparan diatas maka secara teoritis dapat dikemukakan bawah
perputaran modal kerja dapat berpengaruh terhadap net profit margin perusahaan.
Berdasarkan pemikirian diatas maka secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :


2.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
Pengelolaan modal kerja diduga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

C. METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan consumer goods
yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan kelompok industri barang
konsumsi yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia periode waktu 2009. Adapun
Perputaran
modal kerja
Net profit
margin
Pengelolaan
Modal Kerja
Pengelolaan
Keuangan
Strategi Pemasaran
Alokasi Sumber
Daya
Operasional
Perusahaan

10

kriteria-kriteria dipilihnya anggota populasi menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok industri barang konsumsi dan listing di
Bursa Efek Indonesi dan mencantumkan laporan keuangannya pada tahun 2010.
3.3. Operasionalisasi Variabel
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen
atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen
atau variabel tidak bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah efisiensi pengelolaan modal kerja yang diukur dengan melihat tingkat
perputaran modal kerja dari perusahaan yang diamati.
Adapun variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diwakili
oleh net profit margin (NPM). Net Profit Margin menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai adalah data sekunder, berupa data-data laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006- 2010 yang
diperoleh dari pihak kedua atau tangan kedua. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat pada Indonesian Capital
Market Directory yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, JSX Statistics, laporan hasil
penelitian ilmiah dan jurnal penelitian ilmiah.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi
merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek
penelitian. Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data yang
tercantum pada Indonesian Capital Market Directory yang berupa data laporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam industri barang konsumsi yang listing di BEI
tahun 2006-2010.
3.6. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian agar dapat diinterpretasikan
dan mudah dipahami adalah:
1. Analisis Deskriptif
Penggunaan analisis deskriptif ini ditujukan untuk mengetahui gambaran kondisi
efisiensi modal kerja dan profitabilitas perusahaan yang diamati.

11

2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
sederhana karena hanya melibatkan satu variabel bebas dan satu variabek tak bebas
Formulasi persamaan regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut:
Y a bX = +
Dimana:

Y : Net Profit Margin
a : Bilangan Konstanta
b : Koefisien Regresi
X : Working Capital Turnover

3. Uji t atau uji Parsial
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas
efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas yang
merupakan variabel dependennya. Seperti halnya dengan uji hipotesis secara simultan,
pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial juga didasarkan pada nilai probabilitas
yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik
(Santoso 2004:168) sebagai berikut:
a). Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b). Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS
pada tabel coefficients kolom sig atau significance.

5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R
2
) dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel
dependen bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya (Santoso 2004:167).
Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nol, maka
semakin kecil pula pengaruh semua variabel independent terhadap nilai variabel dependen
(dengan kata lain semakin kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan nilai
variabel dependen). Sedangkan jika koefisien determinasi mendekati 1 maka dapat
dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel independent

12

terhadap variabel terikat. Angka dari R square didapat dari pengolahan data melalui
program SPSS yang bisa dilihat pada tabel model summery kolom R square.

D. Hasil Analisis
Hasil analisis deskripsi untuk variabel perputaran modal kerja untuk perusahan-
perusahaan konsumsi selama tahun 2009 adalah sebagai barikut :\

Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa rata-rata rasio tingkat perputaran
modal kerja dari seluruh perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa efek Indoenesia
pada tahun 2009 adalah sebesar 7.75% dengan simpangan baku sebesar 22.88%. Melihat
struktur data ini dimana nilai simpangan baku lebih besar dibandingkan nilai rata-rata
menunjukkan bahwa data sangat heterogen. Atau dengan kata lain tingkat perputaran modal
kerja di setiap perusahaan consumer goods sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Kondisi
ini didukung dengan kenyataan bahwa nilai maksimum perputaran modal kerja mencapai
126.78% sedangkan nilai paling rendah sebesar -26.19%.
Perbedaan tingkat perputaran modal kerja antar perusahaan consumer goods ini
diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan, skala
ekonomi dari masing-masing perusahaan serta segmentasi pasar dari produk yang dihasilkan.
Dari data yang ada, dapat diketahui bahwa jumlah aset yang dimiliki oleh setiap perusahaan
sangat beragam. Beberapa perusahaan semisal Unilever bahkan memiliki aset yang sangat
besar dibandingkan perusahaan lain.
Aset yang besar ini dengan sendirinya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam berproduksi terutama dalam menekan biaya produksi sehingga akan meningkatkan
skala ekonomi dari perusahaan. Selain itu, penguasaan pangsa pasar juga sangat menentukan
Descriptives
7.7553 4.04622
-.4970
16.0076
4.8093
3.7500
523.901
22.88888
-26.19
126.78
152.97
4.45
4.720 .414
25.518 .809
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Conf idence
Interval f or Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Perputaran Modal Kerja
Statistic Std. Error

13

perputaran modal kerja dari perusahaan tersebut. Semakin besar pangsa pasar yang dimiliki
maka perputaran modal kerja juga akan semakin tinggi karena akan digunakan untuk
memproduksi barang untuk mengimbangi permintaan pasar.


Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa rata-rata net profit margin dari
seluruh perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa efek Indoenesia pada tahun 2009
adalah sebesar 0.078% dengan simpangan baku sebesar 0.061%. Adapun nilai maksimum net
profit margin yang berhasil dicapai oleh perusahaan mencapai 0.27% sedangkan nilai paling
rendah sebesar 0.01%.
Fakta diatas menunjukkan bahwa seluruh perusahaan consumer goods yang terdaftar
di Bursa efek Indoenesia mengalami pertumbuhan laba bersih walaupun secara rata-rata
pertumbuhan laba bersih dari sektor consumer goods ini relatih kecil (hanya sebesar
0.0784%). Namun jika dilihat secara mikro, terdapat beberapa perusahaan yang mampu
menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi diantaranya Unilever yang mampu
meningkatkan laba bersihnya sebesar 0.27%.
Setelah dilakukan uji asumsi normalitas dan ternyata dipenuhi, tahap selanjutnya
dilakukan pemodelan data dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil analisis
dengan SPSS ditampilkan sebagai berikut :
Descriptives
.0784 .01081
.0564
.1005
.0731
.0650
.004
.06118
.01
.27
.26
.07
1.406 .414
2.046 .809
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Conf idence
Interval f or Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Net Prof it Margin
Statistic Std. Error

14



Dari hasil diatas, model regresi linear sederhana yang dibangun adalah sebagai
berikut :
0.066 0.002 Y X c = + +
Dari model diatas dapat diinterpretasikan beberapa hal sebagai berikut :
Secara rata-rata, nilai net profit margin untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 0.066%
Perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap nilai net profit margin untuk
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Setiap kenaikan rasio perputaran modal kerja sebesar 1 satuan maka akan
meningkatkan net profit margin dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebesar 0.002 satuan.
Setelah diperoleh model persamaan regresi taksiran maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian signifikansi dari koefisien regresi yang telah diperoleh. Pengujian
dilakukan secara dua tahap yakni pengujian secara versama-sama (overall) dan pengujian
signifikansi variabel secara sendiri-sendiri (partial). Pengujian secara simultan dilakukan
dengan menggunakan uji F. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis
H
0
:
0 1
0 | | = =
H
1
: Sekurang-kurangnya ada sebuah 0 =
i
|
2. Taraf signifikansi ( ) = 0,05
3. Statistik Uji
1 / Re
/ Re

=
k n sidu JK
k gresi JK
F
4. Kriteria pengujian :
Tolak Ho jika F
hitung
> F
{;(k-1,n-k-1)}
atau p-value s . Terima Ho dalam hal
lainya.
Coefficients
a
.066 .009
.002 .000
(Constant)
Perputaran Modal Kerja
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coef f icients
Dependent Variable: Net Prof it Margin
a.

15

Dengan menggunakan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Dari hasil diatas kita memperoleh nilai F-hitung sebesar 17.093. Sedangkan nilai F-
tabel pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas sebesar (1, 30) adalah sebesar 4.171.
Karena nilai F-hitung yang diperoleh lebih besar dari F-tabel maka H
0
ditolak. Dengan
demikian, pada taraf keyakinan 95% dapat disimpulkan bahwa secara simultan/keseluruhan,
model regresi yang dibangun telah signifikan.
Setelah melakukan pengujian secara simultan, selanjutnya dilakukan pengujian
secara parsial. Untuk keperluan ini dilakukan pengujian koefisien regresi secara individual
(Testing Individual Regression Coefficient). Rumusan hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1. H
0
: |
1
= 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel perputaran modal
kerja terhadap net profit margin di perusahaan-perusahaan sektor consumer
goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
H
1
: |
1
= 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel perputaran modal kerja
terhadap net profit margin di perusahaan-perusahaan sektor consumer goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
2. Taraf signifikansi = 0.05
3. Statistik Uji :
1
1

t
Se
|
|
=
4. Kriteria Uji : Tolak Ho jika nilai
hitung tabel
t t > atau p-value
s
/2 (uji 2 pihak) terima
dalam hal lainnya.
Dengan menggunakan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

16


Dari output diatas diketahui nilai t
hitung
untuk variabel perputarab modal kerja sebesar
4.134. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas 30 (n-k-1=32-1-
1=30) adalah sebesar 2.042. Karena nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel
maka keputusan yang diambil adalah menolak H
0
ditolak dan menerima H
1
. Dengan
demikian, pada taraf keyakinan 95% dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi untuk
variabel perputaran modal kerja telah signifikan secara statistik. Atau dengan kata lain
terdapat pengaruh yang signifikan dari perputaran modal kerja terhadap net profit margin di
perusahaan-perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.1. Penafsiran Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan antara perputaran modal kerja (X)
dengan net profit margin (Y) digunakan rumus koefisien korelasi Pearson. Koefesien korelasi
terletak antara 1 1
xy
r s s dengan ketentuan sebagai berikut :
r
yx
= 1, menunjukan hubungan linier positif sempurna antara X dan Y, dalam arti makin besar
harga X makin besar pula harga Y, atau makin kecil harga X makin kecil pula harga
Y.
r
yx
= -1, menunjukan hubungan linier negatif sempurna antara X dan Y , dalam arti makin
besar harga X makin kecil harga Y, atau makin kecil harga X maka makin besar
harga Y.
r
yx
= 0, menunjukan tidak ada hubungan linier antara X dan Y
Pedoman untuk tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel adalah sebagai
berikut :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 - 0.19 Sangat Rendah
0.20 - 0.39 Rendah
0.40 - 0.59 Sedang
0.60 - 0.79 Kuat
0.80 - 1.00 Sangat Kuat

Coefficients
a
.066 .009 7.107
.002 .000 4.134
(Constant)
Perputaran Modal Kerja
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coef f icients
t
Dependent Variable: Net Prof it Margin
a.

17

Perhitungan nilai koefisien korelasi antara perputaran modal kerja dengan net profit
margin dengan menggunakan bantuan SPSS adalah sebagai berikut :


Hasil analisis diatas diperoleh nilai koefisien korelasi Pearson sebesar 0.602. Ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara perputaran modal kerja dengan net
profit margin di perusahaan-perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Kemudian untuk mengetahui besar pengaruh perputaran modal kerja terhadap net
profit margin di perusahaan-perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia digunakan Koefisien Determinasi (KD). Koefisien determinasi mencerminkan
besarnya pengaruh perubahan variabel independen dalam menjalankan perubahan pada
variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan
kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R
2
berkisar
antara 0< R
2
<1. Jika nilai R
2
semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan
baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen.
Perhitungan koefisien determinasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
KD = r
yx
2
x 100 %
= (0.602 )
2
x 100 %
= 36.30%
Dari hasil diatas diperoleh nilai R-Square sebesar 36.30%. Nilai ini berarti bahwa
sebesar 36.30% variabilitas mengenai net profit margin di perusahaan-perusahaan consumer
goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh tingkat perputaran modal
kerjanya, sedangkan sisanya sebesar 63.70% dipengaruhi oleh variabel lain.

Cor relations
1 .602**
.000
32 32
.602** 1
.000
32 32
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Net Prof it Margin
Perputaran Modal Kerja
Net Prof it
Margin
Perputaran
Modal Kerja
Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).
**.

18

E. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya adlaah sbeagai berikut :
1. Kondisi perputaran modal kerja untuk perusahaan-perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada umumnya masih rendah.
2. Net profit margin yang diperoleh perusahaan-perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada umumnya masih rendah pula.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signfikan dari perputaran modal kerja terhadap
net profit margin. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka net profit
margin juga akan semakin meningkat
4. Besar pengaruh dari perputaran modal kerja terhadap net profit margin adalah
sebesar 36.30% sedangkan sisanya sebesar 63.70% dipengaruhi oleh variabel lain.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Modal kerja dan perputaran modal kerja perusahaan consumer goods industry di Bursa
Efek Indonesia sangat rendah untuk itu hendaknya manajer investasi pasar modal
maupun manajemen perusahaan consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia
memperhatikan lebih intensif lagi sumber dan penggunaan modal kerja.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan variabel lain yang
mempengaruhi net profit margin seperti pangsa pasar, likuiditas, dan lain-lain


19

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Indri. 2003. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Automotive and Allied Product Yang Go Publik di BEI.
Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Dani. 2003. Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Efisiensi Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT Modern Toolsindo Bekasi) .
Faurani I Santi Singangerda. 2004. Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas dan Rentabilitas Pada Koperasi Dharma Wanita Mandalika
Mataram Nusa Tengggra Barat. Jurnal manajemen keuengan, volume 2, no.1. 2004
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS Edisi 2. Semarang:
UNDIP.
Hanafi, M, Mamduh, Dr, MBA dan Halim, Abdul, Prof, Dr, MBA., Akt. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Yogyakarta: AMP-YKPN.
Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang).
Yogyakarta: BPFE.
Hernawati, Irna. 2007. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, Dan Solvabilitas
Terhadap Profitabilitas. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Indonesian Capital Market Directory 2001-2005, Jakarta : Bursa Efek Indonesia.
Nurgraeni, Siwi. 2005. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas
Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia.
Riyanto, Bambang, Prof, Dr. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta: BPFE.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Você também pode gostar