Você está na página 1de 11

ATELETAKSIS

I. Definisi
Atelektasis pertama kali di jelaskan oleh Laennec pada tahun 1819. Atelektasis
berasal dari kata ateles yang berarti tidak sempurna dan ektasis yang berarti ekspansi.
Secara keseluruhan atelektasis mempunyai arti ekspansi yang tidak sempurna. Atelektasis di
definisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di dalam ruang intrapulmonal
atau kolapsnya semua atau sebagian paru. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau
seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
1

II. Etiologi
Pada dasarnya penyebab ateletaksis dibagi menjadi dua yaitu penyebab intrinsik dan
ekstrinsik.
Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
a. Obstruktif
2

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga
bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh
adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau
bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran
kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap
ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang
mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami
infeksi.
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat
panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa
mukus.
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura,
peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak
seperti tumor mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru
yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis
lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran
sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan
rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelektasis
B. Etiologi ekstrinsik atelektasis:
Pneumothoraks
Tumor
Pembesaran kelenjar getah bening.
Pembiusan (anestesia)/pembedahan
Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
Pernafasan dangkal
Penyakit paru-paru

III. Epidemiologi
Di negara maju sepeerti Amerika Serikat, atelektasis sering terjadi pasca operasi
terutama pada atelektasis lobar. Namun, angka kejadiannya tidak terdokumentasi dengan
baik. Atelektasis tidak memiliki kaitan dengan ras maupun jenis kelamin. Presentasi rata-rata
usia pasien yang mengalami atelektasis adalah diatas 60 tahun.
5


IV. Patofisiologi dan Patogenesis

Terdapat tiga mekanisme yang dapat menyebabkan atau memberikan kontribusi
terjadinya atelektasis, diantaranya adalah: Obstruksi saluran pernapasan, kompresi jaringan
parenkim paru pada bagian ekstratoraks, intratoraks, maupun proses pada dinding dada ,
penyerapan udara dalam alveoli, dan gangguan fungsi dan defisiensi surfaktan. Ketiga
penyebab ini dapat menjelaskan dasar fisiologis penyebab atelektasis.




1. Atelektasis Resorpsi

Terjadi akibat adanya udara di dalam alveolus. Apabila aliran masuk udara ke dalam alveolus
dihambat, udara yang sedang berada di dalam alveolus akhirnya berdifusi keluar dan alveolus
akan kolaps.


Gambar 1 Atelektasis Resorpsi. Terjadi akibat obstruksi total pada saluran napas. Keadaan
ini bersifat reversible jika obstruksi dihilangkan.
Penyumbatan aliran udara biasanya akibat penimbunan mukus dan obstruksi aliran
udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok alveolus tertentu. Setiap keadaan yang
menyebabkan akumulasi mukus, seperti : fibrosis kistik, pneumonia, atau bronkitis kronik
yang meningkatkan resiko atelektasis resorpsi. Obstruksi saluran napas menghambat
masuknya udara ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah
terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan
alveolus menjadi kolaps.
2,4

Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik.
Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat yang tertahan.
Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar
getah bening, aneurisma atau jaringan parut.
Pembedahan merupakan faktor resiko terjadinya atelektasis resorpsi karena efek
anastesia yang menyebabkan terbentuknya mukus serta keengganan membatukkan mukus
yang terkumpul setelah pembedahan. Hal ini terutama terjadi pada pembedahan di daerah
abdomen atau toraks karena batuk akan menimbulkan nyeri yang hebat. Tirah baring yang
lama setelah pembedahan meningkatkan resiko terbentuknya atelektasis resorpsi karena
berbaring menyebabkan pengumpulan sekret mukus di daerah dependen paru sehingga
ventilasi di daerah tersebut berkurang. Akumulasi mukus meningkatkan resiko pneumonia
karena mukus dapat berfungsi sebagai media perkembangbiakan mikroorganisme.
2,4,5

Atelektasis resorpsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang menurunkan
pembentukan atau konsentrasi surfaktan. Tanpa surfaktan tegangan permukaan alveolus
sangat tinggi, meningkatkan kemungkinan kolapsnya alveolus. Bayi premature dikaitan
dengan penurunan produksi surfaktan dan tingginya insiden atelektasis resorpsi. Kerusakan
sel alveolus tipe II yang menghasilkan surfaktan juga dapat menyebabkan atelektasis resorpsi.
Sel sel ini dihancurkan oleh dinding alveolus yang rusak, hal ini terjadi selama proses
beberapa jenis penyakit pernapasan.
2. Atelektasis Kompresi
Terjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan eksudat,darah,
tumor,atau udara. Kondisi ini ditemukan pada pneumotoraks, efusi pleura, atau tumor dalam
toraks. Keadaan ini terjadi ketika sumber dari luar alveolus menimpakan gaya yang cukup
besar pada alveolus sehingga alveolus menjadi kolaps.

Gambar 2 Atelektasis Kompresi. Terjadi ketika rongga pleura mengembang karena cairan,
atau karena udara. Keadaan ini bersifat reversible jika udara dan cairan dihilangkan.
3
Atelektasis kompresi terjadi jika dinding dada tertusuk atau terbuka, karena tekanan
atmosfir lebih besar daripada tekanan yang menahan paru mengembang (tekanan pleura), dan
dengan pajanan tekanan atmosfir paru akan kolaps. Atelektasis kompresi juga dapat terjadi
jika terdapat tekanan yang bekerja pada paru atau alveoli akibat pertumbuhan tumor, distensi
abdomen yang mendorong diafragma ke atas, atau edema dan penimbunan ruang interstisial
yang mengelilingi alveolus.
Tekanan ini yang mendorong udara ke luar dan mengakibatkan kolaps. Atelektasis
tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan atelektasis absorpsi. Bentuk atelektasis
kompresi biasanya dijumpai pada penyakit payah jantung, penyakit peritonitis atau abses
diafragma yang dapat menyebabkan diafragma terangkat keatas dan mencetuskan terjadinya
atelektasis. Pada atelektasis kompresi diafragma bergerak menjauhi atelektasis.
2,4

3. Atelektasis Kontraksi
Terjadi akibat perubahan perubahan fibrotik jaringan parenkim paru lokal atau
menyeluruh, atau pada pleura yang menghambat ekspansi paru secara sempura. Atelektasis
kontraksi bersifat irreversible
.3


Gambar 3 Atelektasis Kontraksi (sikatrisasi) terjadi ketika terdapat fibrosis umum atau lokal
yang menghambat ekspansi paru atau pleura dan meningkatkan elastisitas recoil selama
ekspirasi.

4. Mikroatelektasis

Mikroatelektasis (atelektasis adhesive) adalah berkurangnya ekspansi paru-paru yang
disebabkan oleh rangkaian peristiwa kompleks yang paling penting yaitu hilangnya surfaktan.
Surfaktan memilki phospholipid dipalmitoyl phosphatidylcholine yang mencegah kolaps paru
dengan mengurangi tegangan permukaan alveolus. Berkurangnya produksi atau inaktivasi
surfaktan, keadaan ini biasanya ditemukan pada NRDS (Neonatal Respiratory Distress
Syndrome), ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome), dan proses fibrosis kronik.






V. DIAGNOSIS

Dalam menegakkan diagnosis ateletaksis, langkah yang pelu dilakukan adalah
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan
penunjang dapat dilihat dari segi gejala dan manifestasi klinisnya. Gejala yang paling umum
didapatkan pada atelektasis adalah sesak napas, pengembangan dada yang tidak normal
selama inspirasi, dan batuk. Gejala gejala lainnya adalah demam, takikardi, adanya ronki,
berkurangnya bunyi pernapasan, pernapasan bronkial,dan sianosis.
Jika kolaps paru terjadi secara tiba-tiba, maka gejala yang paling penting didapatkan
pada atelektasis adalah sianosis. Jika obstruksi melibatkan bronkus utama, mengi dapat
didengar, dapat terjadi sianosis dan asfiksia, dapat terjadi penurunan mendadak pada tekanan
darah yang mengakibatkan syok.
Jika terdapat sekret yang meningkat pada alveolus dan disertai infeksi, maka gejala
atelektasis yang didapatkan berupa demam dan denyut nadi yang meningkat (takikardi). Pada
pemeriksaan klinis didapatkan tanda atelektasis pada inspeksi didapatkan berkurangnya
gerakan pada sisi yang sakit, tkabunyi nafas yang berkurang, pada palpasi ditemukan vokal
fremitus berkurang, trakea bergeser ke arah sisi yang sakit, pada perkusi didapatkan pekak
dan uskustasi didapatkan penurunan suara pernapasan pada satu sisi.
2,3

Diagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan, serta
pemeriksaan radiografi . Foto radiografi dada digunakan untuk konfirmasi diagnosis. CT scan
digunakan untuk memperlihatkan lokasi obstruksi. Foto radigrafi dada dilakukan dengan
menggunakan proyeksi anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan distribusi
atelektasis. Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelektasis adalah pengurangan volume
paru baik lobaris,segmental, atau seluruh paru, yang akibat berkurangnya aerasi sehingga
memberi bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dan pergeseran fissura interlobaris.
Tanda-tanda tidak langsung dari atelektasis adalah sebagian besar dari upaya kompensasi
pengurangan volume paru, yaitu : penarikan mediastinum kearah atelektasis, elevasi
hemidiafragma,sela iga menyempit, pergeseran hilus. Adanya "Siluet" merupakan tanda
memungkinkan adanya lobus atau segmen dari paru-paru yang terlibat.
2,3




Gambar 1. Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru menunjukkan tepi daerah segitiga
menunjukkan kepadatan yang meningkat pada sulkus cardiophrenikus kiri. Panah merah pada
CT Scan aksial menunjukkan atelektasis pada lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar
pengungsi.

Gambar 2. Foto rontgen dada posteroanterior yang memperlihatkan atelektasis disertai efusi
pleura. Tampak gambaran opak pada hemithoraks kiri disertai deviasi trakea ke kiri.


Gambar 3. Atelektasis pada lobus paru bagian kanan atas. Tampak elevasi dari fissura
horizontal dan deviasi trakea ke arah kanan.


Gambar 4. Atelektasis pada lobus paru bagian medial dextra. Pada foto dada lateral tampak
gambaran opak berbentuk segitiga pada bagian hilus.

Gambar 5. Atelektasis pada lobus paru bagian bawah dextra. Tampak siluet pada bagian
hemidiafragma dextra dengan densitas triangular posteromedial.
VI. Tatalaksana
Tujuan utama dari pengobatan ateletaksis adalah untuk mengeluarkan dahak dan
kembali mengembangkan jaringan paru yang kolaps. Terapi bisa dimulai dengan fisioterapi
thoraks agresif, tetapi mungkin memerlukan bronkoskopi untuk melepaskan sumbatan pada
paru dan reekspansi segmen paru yang kolaps. Jika penyebab atelektasis adalah obstruksi
parsial, maka langkah pertama adalah menghilangkan obstruksinya. Sebuah benda asing
dapat dihilangkan dengan cara membuat pasien batuk, dengan suction, dan bronkoskopi.
Sumbatan lendir dapat di dilakukan dengan cara 'drainase postural', yaitu cara klasik untuk
mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri.
Drainase postural dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas
dan mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi ateletaksis. Antibiotik spectrum
luas yang diberikan seperti sefuroxime dan cefaclore dari golongan sefalosporin. Diberikan
juga bronkodilator Beta 2 Agonis seperti metaproterenol dan albuterol. Bronkodilator
digunakan untuk mendorong sputum dahak, dan dapat meningkatkan ventilasi.
5


VII. Penutupan
Kesimpulan
Ateletaksis merupakan suatu keadaan diamana paru tidak dapat mengembang dengan
sempurna sehingga terjadi kolaps pada alveoli yang menyebabkan ventilasi dan perfusi tidak
baik. Hal ini bisa disebabkan oleh factor intrinsic dan ekstrinsik. Factor intrinsic yaitu terkait
dengan adanya penyumbatan atau obstruktif dan penumpukan secret, sedangkan factor
ekstrinsik terkait akibat adanya penyakit lain seperti pneumotoraks, tumor, pembesaran
kelenjar getah bening dan lain-lain.
Ateletaksis berdasarkan etiopatogenesisnya dibagi menjadi tiga yaitu ateletaksis
resorpsi, absorbs dan kontraksi. Gejala yang paling umum didapatkan pada atelektasis adalah
sesak napas, pengembangan dada yang tidak normal selama inspirasi, dan batuk. Gejala
gejala lainnya adalah demam, takikardi, adanya ronki, berkurangnya bunyi pernapasan,
pernapasan bronkial,dan sianosis. Diagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan
tanda yang didapatkan, serta pemeriksaan radiografi . Foto radiografi dada digunakan untuk
konfirmasi diagnosis. CT scan digunakan untuk memperlihatkan lokasi obstruksi. Untuk
terapi pada ateletaksis dapat dilakukan dengan drainase postural, bronkoskopi, fisoterapi dan
pemberian obat berdasarkan gejala misalkan bronkodilator atau antibiotik.










DAFTAR PUSTAKA

1. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol. 2. Ed.
6. Diterjemahkan oleh Pendit BU EGC. Jakarta. 2005; 802-4.
2. Guyton, AC, Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Diterjemahkan oleh Pendit
BU EGC. Jakarta. 2007; 554-5.
3. Maitra A, Kumar V. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins
SL (eds). Buku Ajar Patologi Robbins. Vol. 2. Ed. 7. Diterjemahkan oleh: Pendit BU.
EGC. Jakarta. 2007; 510-511.
4. Maitra A, Kumar V. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins
SL (eds). Buku Ajar Patologi Robbins. Vol. 2. Ed. 7. Diterjemahkan oleh: Pendit BU.
EGC. Jakarta. 2007; 510-511.
5. .Madappa, T. Atelectasis. Available from http://emedicine.medscape.com/article/296468-
overview. Last update: June 2, 2014. Accesed on June 24, 2014.




















BLOK XII: BLOK RESPIROLOGI
TINJAUAN PUSTAKA
ATELEKTASIS









Baiq. Fitri Wulandari
H1A212010


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Nusa Tenggara Barat
2014

Você também pode gostar