Você está na página 1de 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN

KONTRASEPSI MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)


Studi Deskriptif-Analitik di RSIA Rika Amelia Palembang

Tri Hasnita
1
, Heriyadi Manan
2
dan Zulkarnain
3
1.Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, 30126, Indonesia
2.Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, 30126, Indonesia
3.Departemen IKK/IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, 30126, Indonesia

Email: nitahasnita20@yahoo.com
Abstrak
Salah satu cara untuk mengurangi pertumbuhan penduduk atau menurunkan Total Fertility Rate (TFR) yang dapat
dilakukan pemerintah adalah melalui program KB. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW) merupakan alat
kontrasepsi yang paling efektif dan paling banyak digunakan di RSIA Rika Amelia Palembang tahun 2012, namun
belum ada data mengenai prevalensi penggunaan MOW tahun 2013. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan prevalensi dan mengetahui hubungan faktor usia, status paritas, tingkat pendidikan, pekerjaan, agama dan
jenis pembiayaan terhadap penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW) di RS tersebut.
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain potong lintang. Sampel adalah seluruh wanita yang menggunakan
kontrasepsi periode Januari-Juni 2013 di RSIA Rika Amelia Palembang.
Total responden= 113 orang. Prevalensi penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)=56,64%.
Berdasarkan hasil analisa bivariat, semua variabel yang diteliti berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW), yakni usia (p=0,005), status paritas (p=0,005), tingkat pendidikan (p=0,005), status pekerjaan
(p=0,015) dan jenis pembiayaan (p=0,005). Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling kuat
pengaruhnya adalah status paritas (p=0,005, =2,584).
Prevalensi penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang menunjukkan
angka yang tinggi. Faktor yang paling mempengaruhi penggunaan kontrasepsi MOW adalah status paritas.

Kata Kunci: prevalensi, Kontrasepsi Mantap, Medis Operatif Wanita (MOW).


Abstract
One way to reduce the population growth or lowered the Total Fertility Rate (TFR) that can be done by the government
is through the family planning program. Woman Operative Medical contraception (WOM) is the most effective
contraception and the most widely used at RSIA Rika Amelia Palembang in 2012, however, the prevalence of MOW
usage in 2013 is not obtained yet. Therefore, this study is aimed to determine the prevalence and the correlation
between age, parity status, education level, occupation, religion, and type of financing to Woman Operative Medical
contraception (WOM) usage in the hospital.
This study was an analitic study using icross-sectional approach.The sample in this study was all women that use
contraception from January to June 2013 at Rika Amelia Hospital Palembang.
Total respondents= 113. The prevalence of Woman Operative Medical contraception (WOM) usage=56,64%. Based
on bivariate analysis, all the variables studied, such as age (p=0,005), parity status (p=0,005), education level
(p=0,005), employment status (p=0,015) and types of financing (p=0,005), were affected by the usages of Woman
Operative Medical contraception (WOM). Multivariate analysis found that the most influencing factor was parity status
(p=0,005, =2,584).
The prevalence of Women Operative Medical (WOM) usage was high in RSIA Rika Amelia Palembang. The most
influencing factor of the MOW contraception usage was the parity status.

Keywords: prevalence, Steady Contraception, Woman Operative Medical (WOM).

1. Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di Indonesia
sebagai negara berkembang tidak dapat dihindari. Laju
pertumbuhan penduduk (Growth Rate) ini ditentukan
oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian, antara lain :
(1) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi,
(2) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah,
(3) tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian
rendah, (4) tingkat kelahiran rendah dan tingkat
kematian tinggi.
1

Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) tahun 2013 menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 250
juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per
tahun.
2
Hal ini serupa dengan data terakhir dari Badan
Pusat Statistik kota Palembang yang menunjukkan
bahwa jumlah penduduk di kota Palembang pada tahun
2011 sebanyak 1.481.814 jiwa
3
, yang terus mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Total
Fertility Rate (TFR) di Indonesia tahun 2012 yaitu 2,6
dan di Sumatera Selatan tahun 2012 adalah 2.
4
Namun
Indonesia akan mencapai penduduk tumbuh seimbang
jika TFR pada tahun 2015 turun mencapai 2,1.

Salah satu cara untuk mengurangi pertumbuhan
penduduk atau menurunkan TFR dengan mengikuti
Program Keluarga Berencana. Berdasarkan UU No.10
tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera yang kemudian
direvisi menjadi UU No.52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga disebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, serta
mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas.
4

Metode yang digunakan dalam program keluarga
berencana ini adalah penggunaan alat kontrasepsi, baik
metode sederhana maupun metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) yang bertujuan untuk mencegah
kehamilan. Jenis-jenis alat kontrasepsi yang digunakan
di Indonesia antara lain seperti : pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Medis Operatif
Pria (MOP) atau Vasektomi, Medis Operatif Wanita
(MOW) atau Tubektomi, implant dan kondom.
5
Setiap
metode yang dipilih mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Diantara beberapa metode
yang ada tubektomi merupakan salah satu metode
kontrasepsi jangka panjang yang bersifat permanen dan
memiliki angka keberhasilan yang tinggi. Pada
kontrasepsi mantap wanita adapun syarat yang harus
dipenuhi antara lain : syarat sukarela, bahagia, dan
medik.
6

Data terakhir tahun 2008 menunjukkan jumlah akseptor
KB di Indonesia sebanyak 6.665.203 orang. Pengguna
IUD sebanyak 4,59 %, MOP sebanyak 0,22 %, MOW
sebanyak 1,34 %, implan sebanyak 4,76 %, suntik
sebanyak 56,16 %, pil sebanyak 30,19 % dan pengguna
kondom sebanyak 2,74 %. Sedangkan data terakhir
tahun 2011 jumlah akseptor KB kota Palembang
sebanyak 75.025 orang. Pengguna IUD sebanyak
2,72%, MOP sebanyak 0,67%, MOW sebanyak 1,22%,
implan sebanyak 3,74%, suntik sebanyak 43,56%, pil
sebanyak 38,14%, dan pengguna kondom sebanyak
9,94%.
3

Di RSIA Rika Amelia Palembang, pada tahun 2012
jumlah akseptor KB sebanyak 718 orang. Pengguna
IUD sebanyak 7,8%, MOW sebanyak 24,37%, MOP
sebanyak 43,9%, kondom sebanyak 1,4%, implan
sebanyak 17,4%, suntik sebanyak 5,15%, dan pil
sebanyak 0,28%. Keberhasilan program keluarga
berencana ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan akseptor kontrasepsi tersebut.
Marshall (1995) menyatakan terdapat 3 faktor yang
berperan dalam proses pengambilan keputusan dan
penerimaan sterilisasi baik MOP maupun MOW antara
lain faktor demografi, faktor psikologi, dan faktor
sosial-ekonomi, agama, budaya, hukum. Oleh sebab itu
peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui
prevalensi pengguna kontrasepsi Medis Operatif Wanita
(MOW) dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)
di RSIA Rika Amelia periode Januari-Juni 2013.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik
menggunakan desain potong lintang untuk mengetahui
prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)
di RSIA Rika Amelia Palembang.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
seluruh wanita usia subur yang menggunakan
kontrasepsi di RSIA Rika Amelia Palembang Januari-
Juni 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
populasi yang memenuhi kriteria penelitian.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jenis
KB. Sedangkan variabel bebas adalah usia ibu, paritas,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jenis
pembiayaan.

Data yang telah didapatkan akan ditabulasi kedalam
program komputer Microsoft Excel dan dianalisis dengan
program SPSS 21.0 dengan menggunakan uji Chi-Square
dan Multivariate Logistic Regression yang kemudian akan
disajikan dalam bentuk tabel, dan narasi.
3. Hasil

Pada penelitian ini didapatkan 64 (56,64%) pengguna
kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW) di RSIA
Rika Amelia Palembang periode Januari-Juni 2013.
Dari 113 sampel yang didapat semua beragama Islam
dan dibuat karakteristik responden berdasarkan variabel
bebas.

Tabel 1. Karakteristik Pengguna Kontrasepsi

KarakteristikResponden n %
Usia responden
< 35 tahun
> 35 tahun
Total

54
59
113

47,79
52,21
100
Jumlah anak
< 2
> 2
Total

45
68
113

39,82
60,18
100
Tingkat pendidikan
Rendah
Menengah
Tinggi
Total

11
77
25
113

9,74
68,14
22,12
100
Pekerjaan
PNS
Swasta
Buruh
IRT
Total

14
33
0
66
113

12,39
29,20
0
58,41
100
Jenis Pembiayaan
Program
Bayar
Total

53
60
113

46,90
53,10
100

Frekuensi terbanyak responden terdapat pada kategori
usia >35 tahun (52,21%), jumlah anak >2 orang
(60,18%), tingkat pendidikan menengah (68,14%),
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (58,41%) dan jenis
pembiayaan yang digunakan adalah sistem bayar
(53,10%).

Tabel 2. Karakteristik Wanita yang Mengikuti Program
MOW
Karakteristik Responden n %
Usia responden
< 35 tahun
> 35 tahun
Total

14
39
53

26,42
73,58
100
Jumlah anak
< 2
> 2
Total

6
47
53

11,32
88,68
100
Tingkat pendidikan
Rendah
Menengah
Tinggi
Total

10
43
0
53

18,87
81,13
0
100
Pekerjaan
PNS
Swasta
Buruh
IRT
Total

0
18
0
35
53

0
33,96
0
66,04
100
Frekuensi terbanyak responden terdapat pada kategori
usia >35 tahun (73,58%), jumlah anak >2 orang
(88,68%), tingkat pendidikan menengah (81,13%) dan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (66,04%).

Hubungan Usia Ibu dengan Penggunaan
Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tabel 3. Hubungan Usia Ibu dengan Penggunaan
Kontrasepsi MOW

Usia (tahun)
Jenis KB
Total p PR Non-mow MOW
n % n %
<35 38 70,4 16 29,6 54 0,005 3,77
> 35 11 18,6 48 81,4 59 R Korelasi
Total 49 43,4 64 56,6 113 0,521

Pada tabel di atas, dari perhitungan dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,005,
sebab p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan
penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita
(MOW).

Hubungan Status Paritas dengan Penggunaan
Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tabel 4. Hubungan Status Paritas dengan Penggunaan
Kontrasepsi MOW
Status
Paritas
Jenis KB
Total p PR Non-mow MOW
n % n %
<2 37 82,2 8 17,8 45 0,005 4,63
>2 12 17,6 56 82,4 68 R Korelasi
Total 49 43,4 64 56,6 113 0,638

Pada tabel di atas, dari perhitungan dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,005,
sebab p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara status paritas
dengan penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita
(MOW).

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan
Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Penggunaan Kontrasepsi MOW
Tingkat
Pendidikan
Jenis KB
Total p Non-mow MOW
n % n %
Rendah 1 9,1 10 90,9 11 0,005
Menengah 28 36,4 49 63,6 77
Tinggi 20 80 5 20 25
Total 49 43,4 64 56,6 113
Pada tabel di atas, dari perhitungan dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,005,
sebab p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW).

Hubungan Pekerjaan dengan Penggunaan
Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tabel 6. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Penggunaan
Kontrasepsi MOW
Jenis
Pekerjaan
Jenis KB
Total p Non-mow MOW
n % n %
PNS 11 78,6 3 21,4 14 0,015
Swasta 14 42,4 19 57,6 33
IRT 24 36,4 42 63,6 66
Total 49 43,4 64 56,6 113

Pada tabel di atas, dari perhitungan dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,015,
sebab p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
pekerjaan dengan penggunaan kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW).

Tabel 7. Hubungan Status Pekerjaan dengan Penggunaan
Kontrasepsi MOW
Status
Pekerjaan
Jenis KB
Total P PR Non-mow MOW
n % n %
Bekerja 25 53,2 22 46,8 47 0,086 0,17
IRT 24 36,4 42 63,6 66 R Korelasi
Total 49 43,4 64 56,6 113 0,736

Pada tabel di atas, dari perhitungan dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,085,
sebab p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara status
pekerjaan dengan penggunaan kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW).

Hubungan Jenis Pembiayaan dengan Penggunaan
Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tabel 8. Hubungan Jenis Pembiayaan dengan Penggunaan
Kontrasepsi MOW
Jenis
Pembiayaan
Jenis KB
Total P PR Non-mow MOW
n % n %
Program 0 0 53 100 53 0,005 5,46
Bayar 49 81,7 11 18,3 60 R Korelasi
Total 49 43,4 64 56,6 113 0,822
Pada tabel di atas, dari perhitungan dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,005,
sebab p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
pembiayaan dengan penggunaan kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW).

Analisis Multivariat

Tabel 9. Faktor yang Paling Berhubungan dengan
Penggunaan Kontrasepsi MOW
Variabel P value PR
Usia 0,001 0,806 -0,215
Paritas 0,000 13,255 2,584
Pendidikan 0,003 10,930 2,391

Pada tabel di atas, dari hasil regresi logistik maka faktor yang
berpengaruh dengan penggunaan kontrasepsi Medis Operatif
Wanita (MOW) terdiri dari usia, paritas dan pendidikan,
namun paritas paling kuat pengaruhnya (=2,584).

4. Pembahasan
Prevalensi penggunaan kontrasepsi Medis Operatif
Wanita (MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang
periode Januari-Juni 2013 adalah 56,64%. Angka
prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
2012 (periode Januari-Desember 2012), yaitu 24,37% di
RSIA Rika Amelia Palembang dan di Kota Palembang
tahun 2011, yaitu 1,22%.

Prevalensi ini juga lebih besar dibandingkan dengan di
Rumah Bersalin Bhakti IBI Semarang dengan angka
prevalensi 23,9% (2004), di RSUD Dr.Pirngadi Medan
(2011) dengan angka prevalensi 45,80%, dan di
Puskesmas Pancoran Mas Depok (2010) dengan angka
prevalensi 4,45%.

Pada penelitian ini, peneliti membagi usia dalam 2
kelompok yaitu <35 tahun dan >35 tahun. Berdasarkan
tabel 4 kelompok responden yang memilih jenis KB
Non-MOW ada kecenderungan kelompok umur <35
tahun lebih tinggi dari >35 tahun 70,4% berbanding
18,6%. Lebih jauh berdasarkan uji statistik
menggunakan chi square ada cukup bukti untuk
menolak H
0
, p value 0,005 < (0,05). R korelasi 0,521
artinya keeratan hubungan sedang.

Dilihat berdasarkan prevalence ratio 3,774, berarti usia
merupakan faktor risiko dalam pemilihan jenis KB.
Kelompok umur <35 tahun berisiko 3-4 kali lebih
banyak akan memilih Non-MOW dibandingkan
kelompok umur 35 tahun keatas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rainy (2012) yang menyatakan ada hubungan
bermakna antara usia dengan penggunaan kontrasepsi
jangka panjang, kemungkinan ibu berusia tua untuk
menggunakan kontrasepsi jangka panjang adalah
sebesar 2,5 kali dibandingkan ibu yang berusia muda.
2

Dalam penelitian Yusuf (2002) dinyatakan ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan
penggunaan kontrasepsi jangka panjang, dari nilai OR
dapat diketahui bahwa kemungkinan ibu yang berusia
tua untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang
adalah sebesar 8 kali dibandingkan ibu yang berusia
muda.
2
Penelitian Amiranty (2003) menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan
penggunaan kontrasepsi mantap, wanita berusia >35
tahun memiliki peluang sebesar 10 kali untuk memakai
kontrasepsi mantap dibandingkan wanita yang berusia
<35 tahun.
7
Kelompok responden yang memilih jenis KB Non-
MOW ada kecenderungan responden yang mempunyai
anak hidup <2 orang lebih tinggi dari >2 orang, 82,2%
berbanding 17,6%. Lebih jauh berdasarkan uji statistik
menggunakan chi square ada cukup bukti untuk
menolak H
0
, p value, 0,005 < (0,05). R korelasi 0,638
artinya keeratan hubungan sedang.

Dilihat berdasarkan prevalence ratio 4,632, berarti
jumlah anak hidup merupakan faktor risiko dalam
pemilihan jenis KB. Kelompok yang mempunyai
jumlah anak hidup <2 orang berisiko 4-5 kali lebih
banyak akan memilih Non-MOW dibandingkan
kelompok dengan jumlah anak hidup >2 orang.

Hasil penelitian Rainy (2012) juga menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara proporsi penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang dengan kelompok
responden yang memiliki jumlah anak hidup yang kecil
dengan kelompok repsonden yang memiliki jumlah
anak hidup lebih besar. Responden yang memiliki anak
>2 orang mempunyai kemungkinan 3,9 kali lebih besar
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
dibandingkan responden dengan jumlah anak hidup <2
orang.
1
Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat
hubungan bermakna antara jumlah anak masih hidup
dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Dengan
interpretasi bahwa responden yang mempunyai anak <3
orang mempunyai peluang 7,5 kali lebih tinggi untuk
memilih non kontrasepsi mantap dibandingkan respoden
yang mempunyai anak masih hidup lebih dari sama
dengan 3 orang.
1
Kategori pendidikan yang diketahui semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin rendah yang memilih
kontrasepsi MOW (Tinggi 20% Menengah 63,6%, dan
Rendah 90,9%). Berdasarkan uji statistik menggunakan
chi square ada cukup bukti untuk menolak Ho, p value
0,005 < (0,05).

Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan
pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi
pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal
itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas
pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, mengetahui
keuntungan yang diperoleh dengan memakai
kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih
alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan
untuk mengetahui akibat sampingan dari masing-masing
alat kontrasepsi.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Rainy (2012) yang mengatakan bahwa tidak
ada hubungan secara signifikan antara pendidikan ibu
dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
dengan p value 1,000.
7

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena
sebagian besar responden dalam penelitian ini
merupakan peserta program kontrasepsi mantap
khususnya kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW).

Kategori jenis pekerjaan yang diketahui maka wanita
yang bekerja sebagai PNS lebih cenderung memilih
kontrasepsi Non-MOW (78,6%) dibandingkan dengan
pekerjaan swasta (42,4%) dan IRT (36,4%).
Berdasarkan uji statistik menggunakan chi square ada
cukup bukti untuk menolak Ho, p value 0,015 <
(0,05).

Selanjutnya peneliti membagi status pekerjaan
responden menjadi 2 kelompok yaitu bekerja dan ibu
rumah tangga (IRT). Berdasarkan tabel 8 kelompok
responden yang memilih jenis KB Non-MOW ada
kecenderungan kelompok bekerja lebih tinggi dari IRT
53,2% berbanding 36,4%. Lebih jauh berdasarkan uji
statistik menggunakan chi square ada cukup bukti untuk
menerima H
0
, p value 0,086 > (0,05).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amiranty
(2003) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara status pekerjaan dengan penggunaan
kontrasepsi mantap. Ibu yang bekerja memiliki peluang
sebesar 2 kali untuk memakai kontrasepsi mantap
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (IRT).
7

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena
sebagian besar responden dalam penelitian ini
merupakan peserta program kontrasepsi mantap
khususnya kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW).
kelompok responden yang memilih jenis KB MOW ada
kecenderungan kelompok dengan jenis pembiayaan
program lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
pembiayaan bayar. Lebih jauh berdasarkan uji statistik
menggunakan chi square ada cukup bukti untuk
menolak H
0
, p value (0,005 < (0,05).

Tingginya angka responden yang menggunakan
kontrasepsi MOW dengan jenis pembiayaan program
pada penelitian ini disebabkan karena di tempat
dilakukannya penelitian ini yaitu RSIA Rika Amelia
Palembang merupakan salah satu Rumah Sakit yang
bekerja sama dengan pemerintah yang menjalankan
program KB khususnya jenis kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW) yang dianggap paling efektif
dibandingkan kontrasepsi lainnya.

Dari analisis multivariat terdapat tiga faktor yang
berpengaruh secara bermakna, terdiri dari usia
(p=0,001), status paritas (p=0,000) dan pendidikan
(p=0,003). Dari ketiga faktor independen yang
berpengaruh ini status paritas yang paling kuat
pengaruhnya (=2,584).

Sedangkan berdasarkan analisis bivariat pekerjaan
mempengaruhi seseorang untuk memilih atau tidak
memilih kontrasepsi MOW tetapi setelah dilakukan
analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor
pekerjaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi
apakah seseorang menggunakan MOW atau tidak
MOW.

Terdapat perbedaan antara hasil penelitian ini dengan
Purba (2009),
5
dengan faktor yang paling dominan
dalam pemilihan kontrasepsi adalah keterbatasan alat
kontrasepsi (p=0,001), Ginting (2010), dengan faktor
yang paling mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi
adalah umur (p=0,003).
7

Hasil penelitian berbeda juga ditemui pada penelitian
Laksmi (2009),
8
dengan faktor yang paling
mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi
adalah keikutsertaan Jamkesmas (p=0,022) serta
Kusumaningrum (2009), faktor yang paling
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi adalah umur
(p=0,011).
9

5. Simpulan
Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi Medis
Operatif Wanita (MOW) di RSIA Rika Amelia
Palembang periode Januari-Juni 2013 dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden terbanyak terdapat pada
kelompok umur >35 tahun (52,21%), jumlah anak
>2 (60,18%), tingkat pendidikan menengah
(68,14%), status pekerjaan sebagai Ibu Rumah
Tangga (58,41%) dan jenis pembiayaan yang
digunakan adalah sistem bayar (53,10%).
2. Karakteristik responden yang mengikuti program
terbanyak terdapat pada kategori usia >35 tahun
(73,58%), jumlah anak >2 orang (88,68%), tingkat
pendidikan menengah (81,13%) dan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga (66,04%).
3. Prevalensi penggunaan kontrasepsi Medis Operatif
Wanita (MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang
periode Januari-Juni 2013 sebesar 56,64%.
4. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara faktor usia
(p=0,005 ; PR=3,774 ; R korelasi=0,521) dengan
penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita
(MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang.
5. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (signifikan) antara status
paritas (p=0,005 ; PR=4,632 ; R korelasi=0,638)
dengan penggunaan kontrasepsi Medis Operatif
Wanita (MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang.
6. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (signifikan) antara
faktor tingkat pendidikan (p=0,005) dengan
penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita
(MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang.
7. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (signifikan) antara
faktor jenis pekerjaan (p=0,015) dengan
penggunaan kontrasepsi Medis Operatif Wanita
(MOW) di RSIA Rika Amelia Palembang.
8. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (signifikan) antara
faktor jenis pembiayaan (p=0,005; R
korelasi=0,822) dengan penggunaan kontrasepsi
Medis Operatif Wanita (MOW) di RSIA Rika
Amelia Palembang.
9. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya tiga
faktor yang berpengaruh secara bermakna yaitu
usia, status paritas dan pendidikan, namun yang
paling kuat pengaruhnya adalah status paritas
(=2,584).

Daftar Acuan

1. Abdul, B. S. 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, Indonesia.
2. Fienalia, Rainy Alus. 2012. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah
Kerja Puskesmas Pancoran Mas kota Depok Tahun
2011. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok.
3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN). 2012. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia : Laporan Penduduk. Jakarta, Indonesia.
4. Cunningham, F.G......[et al]. 2005. Williams
Obstetrics, 21 Ed. TerjemahanOleh : Hartanto, H.
EGC. Jakarta, Indonesia.
5. Purba, Junita T. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada
Istri PUS di Kecamatan Rambah Sani Akbuaoten
Rokan Hulu tahun 2008. Tesis, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
6. Kurniasari, D. 2011. Faktor yang Berhubungan
Dengan Akseptor Metode Kontrasepsi MOW
(Tubektomi) di Wilayah Jangli Krajan Barat RW
III Kelurahan Jatingaleh Kecamatan Candisari
Semarang tahun 2010. Skripsi Universitas
Muhammadiyah. Semarang.
7. Ginting, Melvida B.R. 2010. Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi pada PUS di Desa Sukadame
Kecamatan Tigapanah Kabuapten Karo tahun
2010. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
8. Indira, L. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang
Digunakan Pada Keluarga Miskin. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang.
9. Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang
Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang.
(http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusuma
ningrum.pdf) diakses pada tanggal 8 Juni 2013.























BIODATA PENULIS
PENULIS I
Nama : Tri Hasnita
NIM : 04101401019
Tempat, tanggal lahir : Palembang, 20 Juli 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Nomor telepon : 08117882092
Email : nitahasnita20@yahoo.com
Alamat : Jl. Macan Kumbang 7 no.4506 RT.40 RW.11, Palembang 30137

PENULIS II
Nama : Dr. dr. H. Heriyadi Manan, Sp.OG(K), MARS
NIP : 1958 1119 198712 1 001
Jenis kelamin : Laki-laki
Departemen : Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

PENULIS III
Nama : Dr. dr. H. M. Zulkarnain, M.Med.Sc, PKK
NIP : 1961 0903 198903 1 002
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Keluarga,
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang

Você também pode gostar