1. SUFI INDRAINI (105070200111002) 2. REVY SEKTI AJI W (105070201111005) 3. FEBRIANI V (105070203111002)
PSIK A PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Fiksasi/ Restrain Tempat : Ruang Rehabilitasi (R 23J), RSSA, Malang Hari/Tanggal : Kamis, 5 Juni 2014 Sasaran : Keluarga Klien Waktu : 1x 45 menit, 09.00 09.45 WIB Pertemuan Ke : 1 ( pertama ) Penyuluh : Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Brawijaya
I. Tujuan Instruksional Umum Penyuluhan ini bertujuan umum untuk membuat keluarga klien mengerti dengan jelas tentang penanganan atau pembatasan gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
II. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendapat penyuluhan, diharapkan peserta mengerti dan memahami tentang : Pengertian fiksasi/restrain. Tujuan fiksasi/restrain. Jenis- jenis fiksasi/restrain. Indikasi dilakukan fiksasi/restrain. Hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan fiksasi/restrain. Prosedur pemasangan fiksasi/restrain.
3
III. Materi Terlampir
IV. Metode Ceramah Tanya Jawab Pemutaran video Demo
V. Media Leaflet
VI. Kriteria Evaluasi Evaluasi Struktur Peserta hadir tepat waktu di tempat penyuluhan Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Rehabilitasi (R 23J), RSSA, Malang Pendataan peserta penyuluhan tersusun rapi Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan sudah dilakukan dengan rapi sebelumnya.
Evaluasi Proses Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan Peserta tidak ada yang pulang mendahului sebelum acaranya selesai Raut muka peserta tampat tidak bosan Peserta bisa berkomunikasi aktif dengan pemberi materi, yaitu dengan bisa memberikan pertanyaan kepada pemateri mengenai hal yang kurang dimengerti dan juga bisa menjawab sedikit pertanyaan dari pemateri terkait dengan penerimaan materi yang disampaikan 4
Peserta dapat mempraktikan bagaimana cara pemasangan fiksasi/restrain.
Evaluasi Hasil Peserta bisa mengerti pengertian, tujuan, indikasi, tipe, hal yang harus diperhatikan dan prosedur pemasangan fiksasi /restarin. Keluarga bisa pemasangan fiksasi/restarin kepada klien atau pasien yang mengalami tindakan diluar kendali.
VII. Kegiatan Penyuluhan No. Waktu Durasi Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta 1. 09.00 09.05 5 menit Pembukaan Membuka pertemuan dengan mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menanyakan kabar dengan menanyai beberapa peserta Menjelaskan tujuan acara / penyuluhan Menjelaskan pemateri yang akan memaparkan materi
Menjawab salam
Memperhatikan Menjawab pertanyaan
Memperhatikan
Memperhatikan 2. 09.05 09.25 20 menit Penatalaksanaan Menjelaskan pengertian dan tujuan restrain Menyebutkan indikasi pemasangan restrain Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis
Mendengarkan dan memperhatikan 5
restrain Menjelaskan prosedur pemasngan restrain Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan restrain 3. 09.25 09.35 10 menit Tanya Jawab Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Mengevaluasi dengan cara menanyakan kembali mengenai materi yang telah diberikan tadi. Bertanya kepada pemateri dan menjawab pertanyaan pemateri 4. 09.35 09.40 10 menit Mendemonstrasikan cara pemasangan fiksasi/restrain. Memperhatikan pemateri saat demo dilakukan 5. Memberikan kesempatan peserta untuk mempraktekkan bersama- bersam dengan pemateri terkait pemasangan fiksasi/restrain. Keluarga antusias dalam mempraktekkan cara pemasangan fiksasi/restrain. 5. 10.40 10.45 5 menit Terminasi Mengucapkan terima kasih kepada peserta atas peran peserta Mengucapkan salam penutup
Mendengarkan
Menjawab Salam
6
Materi Penyuluhan Fiksasi/Restrain
A. Definisi Fiksasi/Restrain - Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. - Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang beperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu. - Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan.
B. Tujuan Restrain a. Untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan klien. b. Memfasilitasi pemeriksaan. c. Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik
C. Jenis-jenis Restrain a. Restrain Jaket Sepanjang pinggang, jaket tanpa lengan dengan penutup punggung yang diikat dengan tali pengikat.
7
b. Restrain Mumi. Restrain Mumi berfungsi untuk mengendalikan gerakan, dan mengimobilisasi ekstremitas. biasanya digunakan pada bayi. Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ketengah. Bayi diletakkan diatas selimut tersebut dengan bahu berada dilipatan dan kaki kearah sudut yang berlawanan. Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan tubuh,sisi kanan selimut ditarik ketengah melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.
c. Sheet and ties Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali. d. Restrain Lengan dan Kaki Kadang digunakan untuk mengimobilisasi satu ekstremitas atau lebih yang berguna untuk pengobatan atau prosedur dan untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restrain yang ada dipasaran atau yang tersedia, termasuk restrain pergelangan tangan atau kaki sekali pakai, atau restrain yang dibuat dari pita kasa, kain muslim, atau tali stockinette tipis. Jika restrein jenis ini digunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh klien, harus dilapisi bantalan untuk mencegah untuk mencegah tekanan yang tidak semestinya. Kontriksi atau cidera haringan dan pengamatan 8
terhadap ekstremitas harus sering dilakukan untuk memeriksa adakah tanda-tanda terjadinya iritasi, dan atau gangguan sirkulasi ujung restrain tidak boleh diikat di penghalang tempat tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu ekstremitas,
e. Restrain Siku Restrain Siku adalah tindakan untuk mencegah anak menekuk siku, mencegah anak memegang kepala, wajah, leher, atau dada. Biasanya ini dilakukan pasca pembedahan dan di khususkan pada anak. Caranya ialah menggunakan seutas kain muslim cukup panjang untuk mengikat tepat di bawah aksila sampai kepergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat dimasukkannya depresor lidah. Restrain dilingkarkan lengan, dan direkatkan dengan plester atau pin.
E. Indikasi dilakukan fiksasi/restrain. Adapun dari indikasi tindakan restrain adalah sebagai berikut: a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya. b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran. d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian diri. 9
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk istirahat, makan dan minum. f. Pasien anak memerlukan diagnosis dalam keadaan darurat dan tidak dapat bersikapkooperatif dikarenakan tidak bersikap dewasa atau kecacatan mental ataupun fisik g. Untuk mengurangi gerakan yang tidak diinginkan pada pasien yang disedasi. Kontra indikasi dari penggunaan teknik restraint yaitu: 1. Jika pasien anak kooperatif 2. Tidak mendapatkan izin tertulis dari orangtua pada prosedur yang akan dilakukan. 3. Pasien anak yang tidak bisa direstraint dengan aman dikarenakan ada komplikasifisik atau mental. 4. Pasien yang telah memiliki trauma fisik ataupun psikologis terhadap teknik restraint. 5. Pasien yang tidak disedasi atau yang tidak memerlukan perawatan darurat yangmemerlukan beberapa kali kunjungan
D. Prosedur Pemasangan fiksasi/ restrain Prosedure Penatalaksanaan Restrain a. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien berkurang karena pengekangan. b. Siapkan jumlah staf yang cukup (sekitar 4 sampai 5 orang) dengan alat pengekangan yang aman dan nyaman. c. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim. d. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan hukuman. e. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. 10
f. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis, ikatan tidak terjangkau oleh klien. cara pengikatan : - Tiap anggota gerak 1 ikatan - Jangan mengikat terlalu longgar dan jangan terlalu kencang - usahan ikatan tidak mengganggu aliran cairan IV - posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi - lakukan pemeriksaan TTV setiap 30 menit pada pemeriksaan pertama atau awal g. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman. h. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna, temperatur, sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap 2 jam; Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-tanda vital setiap 2 jam) i. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan diri. j. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. k. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula. l. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien.
E. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan restrain a. Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter. b. Sesegera mungkin (< 1 jam) setelah melakukan restrain/seklusi, perawat melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis. 11
c. Intervensi restrain/seklusi dibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18 tahun. 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun. d. Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk klien > 18 tahun, 2 jam I untuk anak-anak, dan usia 9-17 tahun. e. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun, dan 4 jam untuk usia < 17 tahun. f. Selama restrain/seklusi klien diobservasi tiap 10-15 menit, fokus observasi : 1.Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restraint/seklusi 2. Nutirisi dan hidrasi 3. Sirkulasi dan range of motion ekstrimitas 4. Vital sign 5. Hygiene dan eliminasi 6. Status fisik dan psikologis 7. Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restraint dan seklusi
12
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.M 011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Roberts J F, Curzon M E J, Koch G, Martens L C. Behaviour Management Teachniquesin Paediatric Dentistry.Eur Arch Paediatr Dent 2010; 11(4): 166-174
Clinical Affairs Committee. Guideline on Behaviour Guidance for the Pediatric Dental Patient. Reference Manual 2012/2013; 34(6): 170-182.
Anonim.(2012). Type Restraint: Healthy Enthusias (http://healthyenthusiast.com/ tipe-restrain.html ), diperoleh tanggal 29 Mei 2013