Você está na página 1de 7

CASE REPORT SESSION

SIDIK PERFUSI MIOKARD



Penyusun:
Nurhayati Binti Shaharuddin 130112123518

Preseptor:
Dr. Dodi Nugraha




ILMU KEDOKTERAN NUKLIR
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2014

Keterangan Umum

Nama: Ny. Y
Umur: 53 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Permata Indah Blok A-12, Arcamanik
Agama: Islam

Anamnesis

Keluhan utama: Nyeri dada kanan dan kiri

Anamnesis khusus: Pasien mengeluhkan nyeri dada yang tembus ke belakang dan
menjalar ke lengan kiri dan leher (+), hilang timbul. Pasien pernah di masuk ke IGD
karena keluhan nyeri dada. Pasien merasa cepat capek (+) terutama aktivitas yang berat.
Riwayat DM (+) sejak 13 tahun yang lalu, hipertensi (+) 140/80 mmHg, asma (-). Nyeri
tidak hilang setelah makan obat.

Pemeriksaan Fisik

Berat badan : 48.5 kg
Tinggi badan : 148 cm
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital:
- TD : 140/80 mmHg
- Nadi : 96x/mnt
- Respi : 20x/mnt
- Suhu : afebris
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher: JVP tidak meningkat, retraksi suprasternal (-)
Thorak:
- Cor : bentuk gerak simetris, bunyi jantung teratur, bising (-)
- Pulmo : VBS ka=ki, rochi -/-, wheezing -/-
Abdomen: tidak diperiksa
Ekstrimitas : akral hangat, capillary refill < 2 detik, edema -/-

Diagnosis kerja
Atypical chest pain, DM type II

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: kolesterol total, kolesterol HDL, LDL, trigliseride,
glukosa
Pemeriksaan echocardiography
EKG
Sidik perfusi miokard




















Pemeriksaan Sidik Perfusi Miokard



Diskripsi:

Sidik perfusi miokard dilakukan dalam dua tahap, yaitu dengan beban farmakologis
(adenosis) dan saat intirahat. Adenosis diberikan secara intravena dengan dosis 140
mcg/kg/menit selama enam menit. Radiofarmaka disuntikkan pada menit ke-6 setelah
pemberian adenosine. Tekanan darah sebelum pemberian adenosine 120/60 mmHg
dengan denyut jantung 92 x/menit, sedangkan tekanan darah pada akhir pemberian
adenosine 110/60 mmHg dan denyut jantung 97 x/menit. Tidak ada keluhan bermakna
selama dan setelah pemberian adenosine. Dari pencitraan setelah pemberian beban,
tampak penangkapan radioaktivitas yang sedikit kurang pada apeks, sedangkan
penangkapan radioaktivitas pada segmen-segmen miokard yang lainnya pada ventrikel
kiri masih dalam batas normal.
Dari pencitraan saat istirahat, tampak perbaikan penangkapan radioaktivitas pada apeks
(defek perfusi reversible).
Nilai fraksi injeksi ventrikel kiri pada saat pembebanan dan istirahat: 65% dan 74%

Kesimpulan: Gambaran demikian menunjukkan adanya defek perfusi miokard reversible
ringan pada apeks

Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

Pembahasan

1. Atyphical chest pain

Definisi: nyeri dada yang dirasakan tidak mempunyai karakteristik yang khas

Gejala: - nyeri yang dirasakan seperti menusuk, tajam, berdenyut
- Melibatkan dinding dada, radiasi bervariabel
- Random onset
- Berkelanjutan dalam detik, menit, jam atau mungkin seharian
- Jarang bereaksi terhadap obat


2. Sidik perfusi miokard (SPM)

A. Prinsip Kerja
Penilaian distribusi radiofarmaka; penangkapan biofarmaka tersebut oleh aliran darah
koroner yang mensuplainya sebagai prosedur yang sederhana dan cepat untuk
mendeteksi, melokalisasi dan mengukur defek perfusi, serta menentukan reversibilitasnya



B. Indikasi
1. Penyakit Jantung Koroner
2. Infark Miokard
3. Diagnosis & evaluasi Hipertrofi Ventrikel Kiri konsentris
4. Hipertrofi Septum Asimetrik
5. Hipertrofi Ventrikel Kanan
6. Penentuan viabilitas miokard

C. Peralatan
Kamera gama
Kolimator low energy parallel hole
Energy setting: low energy (puncak 140 keV)
Window wide 20%

D. Prosedur
1. Uji beban dengan ergocycle
a. Pasien telah dipasang EKG, cuff TD
b. Sebelum pemeriksaan dibuat rekaman EKG
c. pasien melaksanakan latihan fisik dgn ergocycle menggunakan protokol
sbg berikut :
beban awal 25 watt, dinaikan 25 watt setiap 3 menit
dengan beban pemulihan 10 watt
d. kecepatan putaran : > 80 rpm
e. tekanan darah & denyut jantung dipantau selama latihan fisik berlangsung
f. Latihan fisik dihentikan bila
telah tercapai beban maksimal berdasarkan denyut jantung
maksimum yaitu 220-umur atau setidak-tidaknya 85% dari denyut
jantung maksimum tsb
ada keluhan nyeri dada, sesak nafas, hipotensi, atau perubahan yg
signifikan pd rekaman EKG (aritmia, perubahan gelombang T)
pasien kelelahan/tdk sanggup lg meneruskan
g. Pada pasien dengan keterbatasan fisik dapat digunakan adenosine
2. Pencitraan dilakukan segera setelah latihan fisik selesai
3. 3-4 jam setelah latihan fisik, dilakukan pencitraan pada waktu istirehat (rest atau
delayed imaging: 1 jam sebelum pencitraan pasien minum segelas susu dan 10
menit sebelum pencitraan disuntik dengan
99m
Tc- sestamibi, dosis 10-15 mCi
4. Waktu: latihan fisik dan pencitraan lebih kurang 1 jam dan pencitraan saat
istirahat setengah jam , jangka waktu antra pencitraan setelah beban dan istirehat
sekitar 3-4 jam.

E. Persiapan Pasien
1. Memakai kemeja berkancing.
2. Sarapan pagi makanan yang berlemak.
3. Berhenti obat-obatan (propanolol, ISDN) 24 48 jam sebelum pemeriksaan
4. Berhenti minum kopi/teh 1 hari sebelumnya
5. Bawa susu ultra kotak warna biru (full cream) 4 kotak

F. Penilaian
Dalam keadaan normal distribusi radioaktivitas pada miokardium merata.
Defek perfusi jika penangkapan radioaktivitas kurang
a. matching defect: Defek perfusi yang menetap/irreversible
b. Mismatch defect: defek perfusi pada pencitraan dengan beban dan normal
atau menjadi lebih baik pda pencitraan saat istirehat menunjukkan adanya
iskemi miokard yang reversible
c. reverse redistribution: penangkapan radioaktivitas dengan beban lebih
baik dibandingkan dengan saat istirehat dapat disebabkan oleh penyakit
jantung koroner yang berat disertai dengan kolateralisasi yang baik.

Você também pode gostar