Você está na página 1de 9

1

Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL
sebenarnya sudah bukan merupakan barang asing dalam dunia kedokteran khususnya bagi
para urologis. Sejak diperkenalkan penggunaannya di awal tahun 1980-an, ESWL semakin
populer dan menjadi pilihan pertama dalam kasus umum penanganan penyakit batu ginjal.
Seiring dengan makin majunya teknologi kedokteran dalam terapi penyakit batu ginjal, maka
saat ini semakin besar peluang pasien untuk dapat menghindari operasi terbuka untuk
mengeluarkan batu ginjal dari dalam tubuhnya. Terapi batu ginjal dimulai dari terapi natural
atau pasif, yaitu dengan meminum obat-obatan tertentu untuk membantu meluruhkan batu
ginjal secara kimia, kemudian ke terapi aktif, dimulai dari yang bersifat non-invasive seperti
ESWL, kemudian terapi minimal-invasive seperti Percutaneous Nephrolithotomy (PNL) dan
Ureteroscopy (URS), dan akhirnya sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka.

Rumusan Masalah
Bagaimana cara kerja ESWL
Kelebihan dan kelemahan ESWL

Manfaat dan Tujuan
Untuk mengetahui cara kerja ESWL
Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan ESWL

Bab II
Landasan Teori
Manfaat ESWL

Beberapa keuntungan dari ESWL diantaranya menghindari operasi terbuka, lebih aman,
efektif, dan biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang sederhana sehingga
tidak memerlukan perlakuan berkali-kali.
2



Sejarah ESWL

ESWL ditemukan tahun 1980 an. Tehnologi ESWL berkembang pesat menjelang 2000,
berbagai jenis dan tipe telah disempurnakan. Tehnologi Elektrokonduktive yang
dikembangkan oleh Inserm di Perancis dengan membungkus elektrode dengan Electrolyte
cairan yang sangat konduktive sehingga menjamin akurasi tenaga shockwave tidak berkurang
sampai target batu . Tenaga shockwave yang optimal ini menjadikan efek terapi pemecahan
batu sangat maksimal
Definisi ESWL

ESWL adalah terapi yang menggunakan gelombang kejut (shock wave), yang ditembakkan
dari luar tubuh ke arah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihannya
cukup kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural dengan urinasi. Dikatakan sebagai terapi
non-invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan alat kedalam tubuh
pasien. Sedangkan PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal-invasive karena
memerlukan sedikit pembedahan dengan memasukkan alat kedalam tubuh untuk
menghancurkan dan mengeluarkan batu ginjal.

Dalam terapi PNL, guide wire dimasukkan melalui kulit dekat pinggang kemudian dengan
membuat lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal sampai ia menemukan posisi batu
ginjal. Sejenis tabung kecil kemudian dimasukkan sepanjang guide wire untuk membuat
3


tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan instrumen kecil untuk menghancurkan
batu ginjal dan mengeluarkan serpihannya. Sedangkan URS prinsip kerjanya mirip dengan
PNL, namun dalam URS digunakan alat yang dinamakan ureteroscopes, dimana alat ini
dimasukkan melalui urethra (saluran kencing), kemudian melalui bladder (kandung kemih)
dan ureter (saluran kemih), sampai menemui posisi batu ginjal.


Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus umum
penanganan batu ginjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta kefleksibelannya terhadap
posisi batu ginjal. Sebagai perbandingan, terapi PNL hanya efektif untuk penanganan batu
ginjal yang masih berada dalam ginjal atau atau yang berada pada ureter bagian atas.
Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang berada pada ureter bagian bawah atau
pada kandung kemih. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi
dengan ESWL pada umumnya tidak memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi
dilakukan, dan sudah dapat melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah
terapi. Sedangkan untuk PNL dan URS diperlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua
minggu, dan waktu pemulihan yang lebih panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang
menjalani operasi terbuka , yaitu sekitar enam minggu.

Dari berbagai referensi diperoleh data bahwa tingkat keberhasilan terapi ESWL sampai
pasien benar-benar bebas dari batu ginjal adalah antara 60 sampai 90 persen. Tingkat
4


keberhasilan ini sangat ditentukan diantaranya oleh besar, jenis, dan lokasi dari batu ginjal
tersebut.







Bab III
Pembahasan
Generasi Terbaru ESWL

Mesin ESWL Generasi 2010 adalah Richard Wolf seri piezolith 3000 (R). Alat ini termasuk
yang paling canggih dengan kelebihan:
Daya pecah batu yang lebih kuat
Fokus dan akurasi lebih baik
Reaksi nyeri yang lebih minimal
Tindakan yang lebih cepat
Double Locator (pelacak batu)
5


Suara lebih halus, lebih nyaman




6


Bagaimana Shock Wave menghancurkan batu ginjal ?

Dari hasil observasi pada proses ESWL, ditemukan bahwa pada awalnya batu ginjal yang
ditembak dengan shock waves pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar. Selanjutnya
dengan bertambahnya jumlah tembakan, fragment tersebut pecah kembali dan hancur.
Umumnya diperlukan sekitar 1000 sampai 5000 tembakan sampai serpihan-serpihan batu
ginjal tersebut cukup kecil untuk dapat dikeluarkan dengan proses urinasi.

Proses hancurnya batu ginjal diprediksi merupakan hasil kombinasi dari efek langsung
maupun tidak langsung dari shock waves. Untuk dapat menjelaskan proses hancurnya batu
ginjal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui profil dari shock wave yang dihasilkan di titik
fokus penembakan. Hasil pengukuran tekanan pada titik fokus penembakan dapat dilihat
dalam Gambar 1. Secara umum, shock wave ditandai dan diawali oleh high positive pressure
(compressive wave) dengan durasi singkat sekitar satu mikrodetik, kemudian diikuti oleh
negative pressure (tensile wave) dengan durasi sekitar tiga mikrodetik.
High positive pressure di dalam batu ginjal akan mengalami refraksi dan refleksi, dan
akhirnya membangkitkan tensile dan shear stress di dalam batu ginjal. Selanjutnya retak akan
terjadi dan merambat hingga menyebabkan batu pecah menjadi dua atau beberapa fragment
besar. Pada saat yang sama, tingginya compression stress dapat menyebabkan erosi pada
permukaan batu ginjal. Proses di atas dikatakan sebagai efek langsung dari shock wave.


7


Sedangkan negative pressure pada Gambar 1, akan mengakibatkan munculnya cavitation
bubbles pada fluida di sekitar batu ginjal dan ini dikatakan sebagai efek tidak langsung dari
shock wave. Cavitation bubbles ini kemudian akan collapse menghujam permukaan batu
ginjal dan menyebabkan erosi

Seberapa Besar Batu Yang Bisa Dipecah ?

Dengan alat terbaru, batu ginjal yang pernah dipecah bisa mencapai 7 cm. Bahkan ada 1
pasien dengan batu berukuran 10cm dapat dipecah. Dengan batu berukuran besar, kadang
memerlukan pemasangan stent (sejenis selang kecil) sebelum tindakan ESWL untuk
memperlancar aliran air seni dan pengeluaran batu. Untuk itu konsultasi kepada dokter ahli
urologi yang menguasai alat terbaru mutlak diperlukan.

Kapan ESWL Bisa Dilakukan ?

ESWL dapat dilakukan dalam keadaan:
Fungsi ginjal masih baik.
Tidak ada sumbatan distal (di bagian bawah saluran) dari batu.
Tidak ada kelainan pembekuan darah.
Tidak sedang hamil, karena menggunakan fasilitas rontgen.



8


Pasca ESWL

Pasien dapat langsung pulang, kecuali dianjurkan oleh dokter karena kondisi pasien yang
memerlukan observasi ketat. Dapat beraktivitas normal setelah 24 jam pasca terapi.

Kelemahan ESWL

Walaupun ESWL telah terbukti keandalannya, namun ia masih menyisakan beberapa
tantangan. Diantaranya adalah rendahnya tingkat keberhasilan ESWL (dengan satu kali
tindakan) pada pasien yang memiliki batu ginjal dengan diameter lebih dari dua sentimeter,
dan pada batu yang berjenis Cystine. Selain itu masih didapatinya laporan terjadinya injury
pada ginjal yang kemungkinan besar disebabkan oleh cavitation.

Saat ini berbagai riset masih intensif dilakukan untuk mengatasi beberapa masalah di atas.
Diharapkan pada akhirnya akan dapat dikembangkan teknologi baru yang dapat
meningkatkan efisiensi lithotripter dalam menghancurkan batu ginjal dan disaat yang
bersamaan dapat meminimalkan injury pada ginjal.



9


Bab IV
Kesimpulan dan Saran
.......................................................................................................................




Daftar Pustaka

1. American Urological Association, The Management of Ureteral Stones, 1997.
2. Eisenmenger W., The Mechanisms of Stone Fragmentation in ESWL, Ultrasound
in Medicine and Biology, Vol. 27, No. 5, 2001.
3. Robin O. et al., Design and characterization of a research electrohydraulic
lithotripter patterned after the Dornier HM3, Review of Scientific Instruments,
February 26, 2000.
4. Jens J. Rassweiler et al., Progress in Lithotripter Technology, EAU Update Series,
No. 3, 2005.

Você também pode gostar