1. Koagulasi darah dipicu oleh faktor jaringan yang terpapar pada cedera vaskuler dan mengaktivasi faktor VII menjadi fVIIa. 2. FVIIa kemudian menghasilkan trombin yang mengaktivasi platelet dan faktor-faktor koagulasi lainnya untuk memperkuat produksi trombin. 3. Aktivasi koagulasi diregulasi oleh inhibitor jalur faktor jaringan dan antitrombin untuk mencegah terjadinya trombosis sistemik.
1. Koagulasi darah dipicu oleh faktor jaringan yang terpapar pada cedera vaskuler dan mengaktivasi faktor VII menjadi fVIIa. 2. FVIIa kemudian menghasilkan trombin yang mengaktivasi platelet dan faktor-faktor koagulasi lainnya untuk memperkuat produksi trombin. 3. Aktivasi koagulasi diregulasi oleh inhibitor jalur faktor jaringan dan antitrombin untuk mencegah terjadinya trombosis sistemik.
1. Koagulasi darah dipicu oleh faktor jaringan yang terpapar pada cedera vaskuler dan mengaktivasi faktor VII menjadi fVIIa. 2. FVIIa kemudian menghasilkan trombin yang mengaktivasi platelet dan faktor-faktor koagulasi lainnya untuk memperkuat produksi trombin. 3. Aktivasi koagulasi diregulasi oleh inhibitor jalur faktor jaringan dan antitrombin untuk mencegah terjadinya trombosis sistemik.
Perdarahan perioperatif merupakan salah satu masalah yang menantang karena saat ini telah terjadi peningkatan penggunaan obat-obatan antitrombotik poten. Memahami konsep koagulasi terkini merupakan hal yang penting dalam menentukan resiko perdarahan preoperatif pada pasien dan penatalaksanaan terapi hemostatik secara perioperatif. Serine protease thrombine memainkan peranan yang penting dalam mengaktivasi sejumlah serine protease zymogens (prekurson enzimatik inaktif), kofaktor dan reseptor permukaan sel. pembentukan thrombin hampi selalu diregulasi secara lokal untuk mencapai hemostasi yang cepat pasca-cedera tanpa harus menimbulkan thrombosis sistemik yang tak terkontrol. Selama pembedahan, terdapat beberapa gangguan dalam koagulasi dan sistem inflamasi karena perdarahanhemodilusi, transfusi darah, dan stres pembedahan. Perdarahan postoperatif (pasca-operasi) seringkali memerlukan transfusi darah alogenik, yang mendukung terjadinya pembentukan thrombin dan hemostasis. !amun, aktivitas prokoagulasi dan inflamasi mengalami peningkatan pada periode pasca-operasi" sehingga, terapi antithrombotik mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi thrombotik perioperatif. Sudah ada beberapa kemajuan dalam penatalaksanaan hemostasis dan thrombosis perioperatif sejak adanya pengenalan obat-obatan hemostatik dan antitrombotik jenis baru. !amun, salah satu keterbatasan terapi terkini adalah uji pembekuan darah konvensional tidak dapat menunjukkan keseluruhan proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh, sehingga kita sulit untuk mengoptimalkan terapi farmakologis. Memahami mekanisme regulasi in vivo dan modulasi farmakologis pembentukan thrombin dapat membantu mengendalikan perdarahan tanpa meningkatkan resiko prothrombik. #alam tinjauan ini, kami fokus terhadap mekanisme regulasi hemostasis dan pembentukan thrombin dengan menggunakan beberapa model koagulasi sederhana. ($nesth $nalg %&&'"(&)*(+,,- +.) #arah sudah dianggap sebagai hal yang suci sejak zaman kuno. /arakter huruf 0hina untuk darah berasal dari simbol hieroglif yang artinya adalah 1hal suci yang disimpan dalam pembuluh2 (gambar (). /emampuan untuk mentransformasi komponen darah dari cair menjadi padat merupakan representasi dari aktivasi dan inhibisi enzimatik. /onsep moderen koagulasi diperkenalkan pada tahun ('.+ dalam bentuk model 3aterfall0ascade (model riam atau air terjun), yang mana konsep ini dianggap terlalu rumit oleh para non-hematolog (gambar %$). Model ini telah mengalami sejumlah perbaikan, hingga menghasilkan model berbasis sel yang dapat menguraikan jaringan kompleks ari berbagai elemen koagulasi (gambar %4). Selama ini, koagulasi darah telah menjadi mekanisme pertahanan yang sangat rumit untuk mendeteksi cedera pada tubuh dan mencegah eksanguinasi (perdarahan berlebihan) agar dapat meningkatkan kemampuan bertahan hidup. Sistem penga5asan aksi koagulasi hemostatik yang terlokalisasi merupakan hal yang sangat penting karena terdapat banyak gangguan integritas vaskuler yang berlangsung setiap saat di sepanjang hidup manusia. $rtikel ini menyajikan suatu perspektif terkini mengenai mekanisme dasar koagulasi, hemostasis dan pembentukan thrombin. Mekanisme koagulasi dasar. 6ntuk memahami evolusi hemostasis, kita harus meneliti sistem koagulasi primitif mahluk invertebrata. /epitung sepatu kuda (7imulus) sudah ada di muka bumi ini lebih dari ,8& juta tahun" sehingga, mereka seringkali disebut sebagai fosil yang hiduo. #i darah 7imulus (hemolymphhemolimfe), oksigen dihantarkan oleh protein hemocyanin yang mengandung tembaga. Sel darah yang bersirkulasi hanya amoebocytes (hemocytes) yang mengandung bakterisida dan protein zymogen koagulasi. /omponen kunci koagulasi 7imulus adalah protease serine, protein pembekuan darah (coagulagenkoagulagen, 9aktor 0), dan transglutaminase (suatu enzim yang menyerupai 9aktor :;;;). /etika amaebocyteamebisit terpapar ooleh endotoksis (di dalam air laut) setelah cedera, protein serine mengkonversi koagulagen menjadi coagulinkoagulin, yang mana komponen ini akan dipolimerisasi oleh transglutaminase. Sistem koagulasi dasar ini memungkinkan 7imulus agar mengisolasi cedera dan patogen yang menginvasi (gambar ,$).
Gambar 1: <uruf 0hina untuk darah. Sebuah garis diagonal di atas simbol piring, berarti 1persembahan yang diletakkan di atas piring2.
Gambar 2: ($) Model riam konvensional untuk menjelaskan koagulasi (karena bentuk alur mekanismenya menyerupai air terjun). Model air terjunriam (cascade) terdiri atas dua a5alan jalur yang berbeda, jalur intrinsik (kontak) dan ekstrinsik, yang berakhir pada persatuan jalur di tingkat 9aktor :a (jalur bersama). (4) =egulasi pembentukan thrombin. /oagulasi terpicu oleh (terinsiasi oleh) faktor >;;a yang bersirkulasi dan faktor jaringan (?9tissue factor) lokal. Pembentuka f:a dan thrombin diregulasi oleh tissue factor path5ay inhibitor (?9P;) dan antithrombin ($?). @ika sudah mencapai ambang batas, terbentuklah thrombin, lalu thrombin mengaktivasi platelet, 9aktor >, faktor >;;; dan faktor :; untuk semakin memperkuat produksi thrombin (efek propagasiperambatan)
/oagulasi 7imulus memiliki beberapa implikasi langsung untuk manusia. Pertama, tes 7imulus (amoebocyte lysate) digunakan secara klinis dan komersial untuk mendeteksi kontaminasi bakteri dalam darah, material (seperti mikrochip) dan lingkungan. /edua, tahap terakhir koagulasi manusia menyerupai 7imulus, yakni thrombin (protease serine) mengkonversi fibrinogen (protein pembekuan darah) menjadi monomer fibrin, yang kemudian dipolimerisasi oleh 9aktor :;;; yang sebelumnya telah teraktivasi oleh thrombin (salah satu jenis transglutaminase) (gambar ,4). /ita dapat bertanya, jika tahap terakhir hemostasis memang sederhana dan sudah efektif selama ratusan juta tahun, lalu apa manfaat sejumlah faktor koagulasi dan jalur kompleks yang ada di tubuh manusia jika kita hanya bertujuan untuk mencapai fungsi pembekuan darah yang sama seperti pada invertebrataA #i antara vertebrata nonmamalia dan mamalia, rangkaian asam amino prothrombin dan fibrinogen telah terbentuk dengan baik. Perbedaan evolusioner antara sistem koagulasi vertebrata dan invertebrata adalah terletak pada kebutuhan untuk menghasilkan thrombosis terlokalisasi dalam suatu jaringan pembuluh darah tertutup bertekanan tinggi yang hanya ditemukan pada vertebrata, sedangkan pada invertebrata, jaringan pembuluh darahnya terbuka dan bertekanan rendah. Inisiasi Koagulasi Sama halnya pada amoebosit yang mendeteksi kebocoran pembuluh darah pada cangkang kepiting tapal kuda, pada manusia, darah yang beredar bereaksi cepat terhadap disrupsi endotel vaskuler untuk membatasi perdarahan. =espon a5al hemostatic dipicu oleh Tissue Factor (?9" tromboplastin) yang diekspresikan pada subendotelial perisitdan fibroblast. Acivated factor VII (f>;;a), sebuah protease serin yang normalnya beredar dalam darah dengan konsentrasi rendah, berikatan dengan l?9 untuk mengaktifkan 9aktor : menjadi f:a. Selanjutnya, f:a (yang juga merupakan protease serin) menghasilkan sejumlah (&.(-( nM) thrombin. ?erdapat dua inhibitor yang meregulasi respon prokoagulan yang dipicuoleh ?9, sehingga membatasi aksi protease serin di lokasi cedera vaskuler (Bambar %4). ;nhibitor jalur faktor jaringan (Tissue factor pathway inhibitor?9P;) menetralisasi f:a ketika bentuk ini dalam sebuah kompleks dengan ?9-f>;;a. =egulator lain respon prokoagulan yang dipicu ?9, yaitu antitrombin ($?, sebelumnya disebut antitrombin ;;;" sebuah inhibitor protease serin" SC=P;!), yang beredar dalam konsentrasi yang tinggi ((8& Dgm7) dan menetralkan pembentukan a5al f:a dan thrombin. Sehingga, prokoagulan memicu reaksi hanya terjadi ketika ?9 terekspos cukup tinggi pada kadar yang melebihi inhibisi ?9P; dan $? (Bambar %4). dalam kata lain, f>;;a mengikuti sirkulasi dalam mencari lokasi kerusakan vaskuler (misalnya dimana ?9 terekspos), dan melacak jumlah f:a dan thrombin sebagai suara EalarmF adanya bahaya potensia". $ktivitasi ini dipantau secara ketat oleh inhibitor yang muncul secara alami untuk mencegah Ealarm palsuF atau Erespon yang terlalu berlebihanF. Propagasi Koagulasi Platelet yang beredar berkontribusi untuk melokalisasi formasi thrombus pada lokasi kerusakan vaskuler dengan pertama-tama berikatan dengan kolagen subendotelial - faktor von 3illebrand (v39) melalui reseptor glikoproten (BP) ;bmereka. ?hrombin yang dihasilkanoleh ?9-f>;;af:a (EjalurekstrinsikF) mampu mengaktivasi perlekatan platelet dengan sekitarnya melalui reseptor protease teraktivasi (protease activated receptors) ( dan + (P$=( dan P$=+). Platelet yang teraktivasi oleh ?rombin memainkan peran yang sangat penting dalam kelanjutan proses koagulasi dalam beberapa cara. Pertama, reseptor platelet BP;bberikatandenganfaktor :;, dan juga melokalisasi 9aktor>;;; kelokasi disrupsi endotel melalui protein pemba5anya v39. /emudian, secara terpisah, 9aktor > teraktivasi, dilepaskandari platelet G- granulpadaaktivasi platelet. 9aktor :;, >;;;, dan > dilibatkan dalam mempertahankan respon prokoagulan (Ejalur intrinsicF) setelah aktivasi mediasi thrombin (Bambar %4). Protease serin 9aktor :;a memediasi aktivasi 9aktor ;: menjadi f;:a, dan f>;;;a sebagai kofaktor f;:a. 9aktor;:a, sebuah protease serin mengaktivasi 9aktor : menajadi f:a, dan f>a sebagai kofaktor f:a. #engan tidak adanya f>;;;a atau f;:a, seperti yang terjadi pada <emofilia $ atau 4, masing-masing, inisiasi koagulasinya berjalan normal, tapi, tahap propagasinya sangat berkurang (Bambar %4). pasien dengan hemophilia mengalami perdarahan berulang pada otot dan sendi karena rendahnya ekspresi ?9 (sehingga, inisiasi koagulasi diredam secara cepat oleh ?9P; dan $?). #engan menggunakan rekombinan f>;;a dosis tinggi ('&-(%& Dgkg), perdarahan rekuren dapat dikurangi dengan meningkatkan produksu f:a hingga melebihi ?9P; dan $? (sehingga memperbaiki pembentukan thrombin) pada pasien hemophilia dengan antibody penghambat mela5an 9aktor >;;; atau 9aktor ;:. ?iga komponen kunci (substrat, ensim, akselerator HkofaktorI) yang terkonsentrasi padapermukaan platelet teraktivasi dibutuhkan untuk menghasilkan thrombin secara lokal.satu platelet yang teraktivasi thrombin mengekspos lebih dari (%.&&& salinan reseptor BP;;b;;;a yang dapat mengonsentrasi fibrinogen untuk formasi fibrin yang efisien. 7ebih lanjut lagi, 9aktor :;;; turunan plasma dan platelet diaktivasi oleh thrombin menjadi f:;;;a, sebuah transglutaminasi yang secara cepat menyerangkan monomer fibrin. Sehingga, fibrinogen danfaktor :;;; terlokalisasi merupakn substrat akhir thrombin yang memiliki peran yang sangat penting dalam menstabilkan penyumbatan hemostatik primer. Pada defisiensi fibrinogen berat, platelet terlokalisasi oleh interaksi v39-BP;b tapi tidak dapat mengerahkan molekul fibrinogen kereseptor BP;;b;;;a. /urangnya formasi fibrin pada permukaan platelet menyebabkan terlepasnya tautan platelet. Secara klinis, situasi ini terlihat sebagai perdarahan rekuren, dan sebuah thrombosis paradoksikal pada afibrinogenemia kongenital. Koagulasi In Vitro Prothrombin time (P?) dan activated partial thromboplastin time (aP??) sejauh ini merupakan tes skrining yang paling sering digunakan pada abnormalitas koagulasi. ?es ini masing-masing berhubungan dengan jalur ekstrinsik dan intrinsic model 3aterfall0ascade (Bambar %$). P? a5alnya dikembangkan oleh Juick untuk mengukur kadar prothrombin dengan menambahkan sejumblah besar ?9 (ekstrak otak kelinci) ke plasma. Sekarang telah dipahami bah5a P? dipengaruhi oleh reduksi 9aktor >;;, :, > dan prothrombin seperti yang terjadi pada terapi antagonis vitamin / atau penyakit hepar berat (?abel (). Pada pemeriksaan P?, jumlah ?9 yang digunakan untuk memicu pembekuan in vitro lebih besar dibandingkan dengan kondisi in vivo, menyebabkan pembentukan thrombin secara cepat, dan umpan baliknya aktivasi 9aktor > (Bambar %4). 4agaimanapun, jelas bah5a mekanisme koagulasi in vivo tidaksecarapenuh ditunjukkan oleh P? karena perdarahan rekuren terjadi pada hemofilia (defisiensi9aktor >;;; ataufaktor ;:) meskipunnilai P? normal. /onsentrasi ?9 nampaknyalebihrendahpadain vivo, sehingga, P? dimodifikasiuntukmengevaluasi plasma hemofilikmenggunakan EtromboplastinparsialF (misalnya fosfolipiddengan minimal ?9 yang diisolasidari tromboplastin mentah oleh ultrasentrifugasi dan dilusi). Padates P?? (partial thromboplastin time), produksif:adan thrombin mediasi f>;;a dibatasi olehkondisi ?9 rendah, dan, sebagaihasilnya, aktivitas f;:a dan f>;;;a sebagai alternative sumber f: menjadi penting untuk pembekuan (Bambar %). P?? selanjutnya dikembangkan untuk reprodusibilitas dengan menambahkan activator kontak (misalnya kaolin, celite, atau asam elagik) menjadi sebuah pemeriksaan yang dikenalsebagaiactivated P?? (aP??). #enganadanya activator sistemkontak, rentetanaktivasi protease serin terjadi dalam urutan desenden 9aktor:;;a:;a;:a:a, menghasilkan pembetukan thrombin (Bambar %$). meskipun aktivasi 9aktor :;; oleh activator kontaktidakdianggappentinguntuk hemostasis normal (karenapasiendefisiesi9aktor :;; tidakberdarah), aP?? sensitive terhadapreduksibesar9aktor :;;, :;, ;:, >;;;, >, danhinggatingkatynglebihrendah, rothrombin (?abel (). =entetanaktivasi protease serine berjalansangatlambatpadaaP??karenakofaktor, f>;;;adanf>a, tidaktersediahingga thrombin dihasilkan untuk mengaktivasi mereka (Bambar %4). sehingga, aP?? digunakan secaraklinis untuk memantau antikoagulasi unfractioned heparin, argatroban, bivalirudin, dan lepirudin (catatan* kalibrasi spesifik dibutuhkan untuk setiap antikoagulasi), karena semua inhibitor thrombin ini mereduksi aktivasi umpan balik 9aktor >;;; dan > yang dimediasi oleh thrombin. Meskipun P?aP??dapat diguakan untuk memandu antikoagulasi, beberapa batasan penting harus diperhatikan ketika mereka diukur untuk mengevaluasi perdarahan. Secara perioperative, perdarahandisebabkanolehdefekkoagulasi multiple karenahemodelusi, kehilangankonsumptif, fibrinolysis, penggunaanantikoagulan, hipotermia, dankerusakanmekaniksertametabolik lain. Pentingbah5a P?aP?? tidak menyediakan informasi interaksi in vivo platelet dengan faktor koagulasi. Platelet teraktivasi mampu secara lokal mengumpulkan faktor koagulasi, dan dengan demikian, tingkat perdarahan di ba5ah P? aP?? berkepanjangan dapat bervariasi sesuai dengan jumlah dan atau fungsi platelet. Selanjutnya, tidak mungkin untuk memperkirakan stabilitas keseluruhan trombus hemostatik menggunakan P? aP?? karena kedua tes berhenti sebelum fibrin dipolimerisasi oleh f:;;;a. #efisiensi 9aktor :;;; congenital dikaitkan dengan perdarahan tali pusat dan perdarahan intrakranial, tetapi kekurangan ini tidak terdeteksi oleh skrining P? aP??. P? aP?? juga tetap normal ketika perdarahan disebabkan oleh meningkatnya kerusakan fibrin (yaitu, keadaan hiperfibrinolitik) seperti terjadi defisiensi kongenital G % -antiplasmin. 4erbeda dengan P? aP??, penggunaan thrombelastografimetri memungkinkan aktivitas fungsional fibrinogen, 9aktor :;;;, dan protein fibrinolitik. REGULASI KOAGULASI ENDOTELIAL Cndotelium intak memiliki beberapa fungsi antikoagulan yang mempertahankan darah dalam keadaan cairan (?abel %). Cndotelium melemahkan aktivitas platelet dengan melepaskan oksida nitrat, prostasiklin, dan ecto-$#Pase (yang kemudian mendegradasi adenosin difosfat). $da beberapa inhibitor koagulasi yang diproduksi oleh sel endotel. ?9P; yang diturunkan dari endothelium terlokalisir pada permukaannya, dan dengan cepat dilepaskan ke dalam sirkulasi setelah pemberian heparin, mengurangi aktivitas prokoagulan sel ?9-f>;;a. Cndotel juga mengeluarkan heparan sulfat, glikosaminoglikan yang mengkatalisis aktivitas antikoagulan dari $?. Plasma $? mengikat heparan sulfat yang terletak pada permukaan luminal, dan membran basal endothelium. ?rombomodulin adalah protein endotelium-terikat lain dengan fungsi antikoagulan dan antiinflamasi. #alam respon terhadap rangsangan prokoagulan sistemik, aktivator plasminogen tipe jaringan (tissue-type plasminogen activator?P$) dilepaskan secara transient dari 3eibel-Palade sel endotel untuk mendukung fibrinolisis. Cndotelium diaktifkan oleh respon prokoagulan modulasi inflamasi dengan menyintesis ?9, v39, inhibitor activator plasminogen (P$;) -(, dan P$=s. $rea permukaan endotelium yang luas membutuhkan perbaikan konstan, dan dengan demikian, platelet dan faktor koagulasi dikonsumsi pada tingkat basal tanpa adanya cedera vaskular klinis yang jelas. Pembentukan thrombin basal (homeostatis) ditunjukkan oleh sirkulasi kompleks trombin-$? dan penanda koagulasi lain (misalnya, protrombin fragmen (.%) bahkan tanpa adanya perdarahan terbuka. #emikian pula, konsumsi basal platelet berjumlah sekitar K L (& , mm -, per hari (hitungan normal (8&-,8& L (&, mm -, ), tingkat trombosit yang sesuai dengan ambang batas (M(& L (& , mm -, ) untuk perdarahan spontan. =espon hemostatik umumnya terbatas pada lokasi cedera vaskular karena protease serin kunci terikat membran pada permukaan trombosit yang diaktifkan. =elatif sedikit molekul 9:$ dan trombin diba5a keluar dari lingkungan setempat. <ilir dari cedera vaskular, kompleks ?9-f>;;af:a dihambat oleh ?9P;. Plasma (bebas) 9:$ dan trombin dengan cepat dinetralisir oleh $? yang terikat denganheparin. ?rombin juga diambil oleh endotel trombomodulin permukaan-terikat. Pengikatan trombomodulin ke CLosite ; trombin mengoptimalkan aktivitas katalitik trombin terhadap pembentukan alami antikoagulan protein 0 dan ?$9; (trombin-activatable fibrinolisis inhibitor). #alam sirkulasi sistemik, protein 0 ($P0) teraktivasi telah terbukti mengerahkan beberapa fungsi antiinflamasi dan sitoprotektif dengan memodulasi reseptor protein 0 endotel dan protease-activated receptor-( (P$=-(, reseptor trombin) melalui mekanisme yang masih dalam investigation. ?$9; juga memberikan efek antiinflamasi dengan memecah bradikinin dan 08a. Pelepasan terus menerus 9:$, trombin, dan fibrin larut ke dalam sirkulasi sistemik mengarah pada aktivasi sistem fibrinolitik (pelepasan tP$), yang melarutkan fibrin tak larut dan mencegah iskemia yang diinduksi oleh deposisi trombus di organ akhir. Multimer besar v39 juga meningkat selama peradangan, dan mereka diturunkan oleh disintegrin dan metalloprotease dengan motif thrombospondin tipe (, member (, ($#$M?S-(,), yang juga disintesis oleh sel endotel. Pada pasien dengan thrombositopenik purpura trombotik kronis rekuren, aktivitas $#$M?S-(, yang sangat berkurang (N8O) dapat meningkatkan sirkulasi multimers v39 ultralarge, yang berkontribusi terhadap agregasi platelet dan trombosis intravaskular. PERUBAHAN KOAGULASI PERIOPERATIF Pasien trauma dan bedah memiliki derajat cedera pembuluh darah yang bervariasi. Perdarahan massif menyebabkan pengenceran progresif faktor koagulasi sampai ,&O dari normal setelah kehilangan ( volume darah dan turun ke (8O setelah kehilangan % volume darah. #engan adanya hemodilusi berat ini, inisiasi pembentukan trombin tertunda akibat berkurangnya 9aktor >;;, dan propagasi terdeuksi dengan pengurangan besar dari procoagulan serin zymogens protease dan akselerator. Cfisiensi pembentukan trombin selanjutnya berkurang dengan penurunan jumlah platelet, yang menurun hingga 8& L (& , mm -, karena kehilangan % volume darah. P? dan aP?? juga menunjukkan sebuah Pkeadaan hipokoagulasiP ketika mereka mendekati lebih dari (,8 kali normal. #ua substrat trombin penting, fibrinogen dan 9aktor :;;; juga menurun dengan cepat selama hemodilusi" fibrinogen menurun hingga (&& mg d7 setelah kehilangan (+%O dari volume darah. 4erkurangnya pembentukan trombin, rendahnya fibrinogen, dan rendahnya aktivitas 9aktor :;;;a membuat bekuan fibrin rentan terhadap tP$ disebabkan fibrinolisis. Pembentukan bekuan fibrin tidak stabil karena fibrinogen yang rendah danatau 9aktor :;;; menyebabkan pendarahan yang berlanjut, tetapi juga mungkin merupakan akibat dari masalah dalam melokalisasi aktivitas prokoagulan. 9ibrin polimerisasi tampaknya memiliki peran dalam mengandung kelebihan trombin dan molekul 9:$ dalam thrombus. 4ahkan, $? ; yang a5alnya digambarkan sebagai protein antikoagulan ternyata menjadi fibrin. #alam hemodilusi parah, protein antikoagulan, termasuk ?9P;, $?, protein 0, protein S, dan endotelium-terikat trombomodulin, secara progresif menurun. #engan demikian, prokoagulan dan proinflamasi aktivitas trombin mungkin tidak akan cepat ditekan setelah trombin dilepaskan (dari bekuan lemah di lokasi cedera) ke dalam sirkulasi. #efisiensi baik fibrinogen maupun 9aktor :;;; tampaknya berkaitan dengan peningkatan penanda plasma dari pembentukan trombin. ?erapi hemostatik saat ini untuk perdarahan pasca operasi terdiri dari alogenik fresh frozen plasma, kriopresipitat, dan konsentrat platelet. 4aru-baru ini, faktor faktor konsentrat plasma, seperti fibrinogen, 9aktor :;;;, dan f>;;a rekombinan teraktivasi, telah semakin banyak digunakan pada pasien pasca operasi di sebagai terapi empiris. /omponen-komponen ini memungkinkan pemulihan yang cepat terhadap elemen tertentu dari koagulasi tanpa perlu cross-match, sambil menghindari kelebihan volume intravaskular. Selain itu, risiko penularan infeksi menurun karena mereka dipasteurisasi terhadap virus yang dikenal saat ini. !amun, penelitian tambahan diperlukan untuk membuktikan keamanan mereka dalam kondisi perioperatif karena pasien bedah menunjukkan adanya beberapa defisiensi dalam protein prokoagulan dan antikoagulan. Misalnya, perdarahan perioperatif parah setelah transfusi masif sering ditingkatkan dengan penggunaan rekombinan f>;;a (%&-'& Dgkg)" !amun, ada beberapa lkasus trombosis sistemik yang dilaporkan. Penuruana faktor dan inhibitor koagulasi pulih setelah operasi selama beberapa hari. =espon inflamasi akut terkait dengan cedera pembuluh darah dan penyembuhan luka sering mengakibatkan peningkatan sitokin, jumlah platelet, fibrinogen, v39-9actor >;;;, dan kadar P$;-( diatas batas normal. Sintesis ?9P; dan $? tidak meningkat, dan ekspresi trombomodulin endotel menurun akibat sitokin inflamasi (misalnya, tumor necrosis factor, interleukin-(Q). /etidakseimbangan elemen prokoagulan dan antikoagulan ini dapat meningkatkan risiko komplikasi prothrombotik pada periode pasca operasi. Penggunaan profilaksis terapi antitrombotik harus dipertimbangkan berdasarkan jenis operasi, ri5ayat hematologi, dan karakteristik pasien lain (misalnya, usia, obesitas). KONTROL HIPEKOAGULABILITAS /eseimbangan yang terganggu antara prokoagulan dan antikoagulan elemen koagulasi dapat menyebabkan peristi5a prothrombotik dan berkaitan dengan morbiditas serta mortalitas. ?rombosis dapat diinduksi oleh fungsi faktor prokoagulan yang berlebihan atau kegagalan protein antikoagulan untuk menekan respon koagulasi. /ondisi ini mungkin akibat dari perubahan fisiologis (misalnya, penuaan), penyebab herediter, penyakit yang diperoleh (misalnya, penyakit ateromatosa, kanker, sindrom antifosfolipid), obat-obatan (misalnya kontrasepsi oral), dan penyebab iatrogenik (misalnya, stent drug-eluting) (?abel ,). ;nsidens trombosis vena dan arteri meningkat secara eksponensial seiring dengan bertambahnya usia, dan ini dapat dijelaskan, sebagian, akibat penyakit lanjut ateromatosa, kanker, berbagai prosedur bedah, dan imobilitas. Rklusi trombotik arteri koroner dan serebral berhubungan dengan aktivasi platelet dan koagulasi yang dipicu oleh pecahnya plak aterosklerosis, yang menyebabkan infark miokard dan strok iskemik. Pada pasien kanker, mediator pertumbuhan tumor, termasuk ?9 dan sitokin lain (misalnya, interleukin-(Q), dapat memicu koagulasi dan menurunkan sistem antikoagulan, meningkatkan kejadian tromboembolis vena. Sejumlah obat-obat kemoterapi juga dikaitkan dengan peningkatan trombosis (l-asparaginase, lenalidomide, tamoLifen, dll). Rsteoarthritis dan osteoporosis menjadikan pasien lansia rentan untuk fraktur, dan kemudain mejalani bedah reparatif dan imobilitas, sehinggan meningkatkan risiko trombosis vena. #efisiensi $?, protein 0, dan protein S congenital menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengatur pembentukan trombin, dan dengan demikian, mempengaruhi kerentanan individu mengalami trombosis vena dalam (deep vein thrombosis) dan emboli paru. Sebuah polimorfisme nukleotida tunggal dalam gen 9aktor > (umumnya $rg8&.Bln" 9actor > 7eiden) adalah contoh lain dari regulasi thrombin disfungsional karena inaktivasi yang dimediasi $P0 pada 9actor >a 7eiden lebih lambat dari biasanya. Mutasi 7eiden > yang biasa di Cropa utara (heterozigot 8O -(&O) meningkatkan risiko untuk trombosis vena oleh tiga sampai delapan kali lipat pada heterozigot, dan hingga )& kali lipat pada homozigot. Sebuah polimorfisme protrombin (varian B%&%(&$) dikaitkan dengan protrombin plasma tingkat tinggi (S((8O dari normal) dan peningkatan risiko trombosis vena dalam (deep vein thrombosis) dan emboli paru. sindrom antifosfolipid adalah contoh dari keadaan trombofilik yang diperoleh, dan dikaitkan dengan peningkatan risiko emboli vena dan keguguran. <al ini ditandai dengan adanya ikatan antibodi fosfolipid (disebut anticoagulant lupus). Meskipun P? dan aP?? memanjang, antibodi lupus tidak mengerahkan antikoagulasi. Sebaliknya, kompleks yang terbentuk antara autoantibodi dan Q % -BP ; (apolipoprotein <) dianggap mengganggu antikoagulan endogen (misalnya, ?9P;, $P0) dan meningkatkan koagulasi serta system inflamasi. Meskipun kejadian tromboemboli rendah (,-,& per (&.&&& per tahun), penggunaan kontrasepsi oral (kombinasi estrogen dan progestogen) berpotensi dapat menginduksi keadaan prokoagulan. <al ini disebabkan peningkatan yang 9aktor >;;, ;:, :, dan :;;;, dan penurunan $? dan protein S yang diinduksi oleh estrogen.
Bambar +* Cndothelium dan aktivasi protein 0. ?hrombomodulin (?M) yang diekspresikan pada endothelium intak (utuh) dapat berikatan dengan cepat pada thrombin (f;;a), yang kemudian akan memecah protein 0 dan thrombin activatable fibrinolysis inhibitor (?$9;) untuk bisa menghasilkan activated protein 0 ($P0) dan ?$9;a. $P0 memiliki efek antiinflamasi melalui reseptor protein 0 endothelial, yang mana hal ini memicu hantaran sinyal sitoprotektif intraseluler. ?$9;a juga memiliki efek antiinflamasi dengan cara mendegradasi komplemen (08a) dan bradikinin. $P0 mengikat protein S (PS) dan menonaktifkan 9aktor > (f>) dan 9aktor >;;; pada endotelium yang sudah aktif. ;naktivasi f>a mengalami keterlambatan pada 9aktor > 7eiden. ;naktivasi f>;;;a dapat diperkuat oleh f>.
Bambar 8* Mekanisme prokoagulan heparin-induced thrombocytopenia (<;?). $ntibodi ;gB ($b) berikatan dengan kompleks heparin-platelet factor + (P9+) pada permukaan platelet. $ntibodi ini menginduksi aktivasi platelet dengan cara berikatan dengan reseptor 9c-gamma-=;;$ dan menimbulkan mobilisasi kalsium. $ktivasi platelet mendukung pembentukan thrombin sistemik dengan cara mengkatalisasi prothrombinase (kompleks f:a-f>a) dan melepaskan mikropartikel prokoagulan. Pelepasan P9+ dari granule-G platelet juga meningkatkan antigenisitas kompleks P9+- heparin.
Bambar .* ;nteraksi thrombin (f;;a) dengan fibrinogen, platelet dan #?;. #omain fibrinogen bermuatan negatif dan platelet P$=( (protease-activated receptor () berikatan dengan thrombin melalui CLosite ; yang bermuatan positif. ?hrombin memecah fibrinogen dan reseptor P$=( pada domain katalitik, sehingga menghasilkan formasi fibrin dan aktivasi platelet. $rgatroban mengikat domain katalitik thrombin, dan menghambat aktivitas enzimatik thrombin. 7epirudin dan bivalirudin mengkiat CLosite ; dan domain katalitik thrombin. Setelah diagnosis klinis thrombofilia bermanifestasi dalam bentuk thrombosis arterial dan vena, maka penatalaksanaan antithrombosis profilaksis dan terapeutik biasanya diperlukan untuk mencegah terjadi rekurensi thrombosis, dan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat oklusi vaskuler di organ besar. /arena sejak a5al abad ke-%&, derivat coumarin dan heparin tak terfraksinasi digunakan sebagai profilaksis dan penatalaksanaan untuk berbagai kondisi thrombosis. Selama lebih dari beberapa tahun terakhir, obat-obatan baru telah dikembangkang, termasuk lo5 molecular 5eight heparin (7M3<) dan pentasakarida sintetik (9ondaparinuL). #alam sirkulasi arterial, aktivasi platelet dipicu oleh berbagai kondisi thrombosis, suatu proses yang tidak dapat disupresi secara adekuat oleh heparin dan coumarin. Sehingga, terapi antiplatelet merupakan strategi primer untuk mencegah thrombosis arterial. Rbat-obatan yang sering digunakan untuk tujuan tersebut adalah aspirin dan clopidogrel (PlaviL). Rbat antiplatelet parenteral yang dapat digunakan antara lain inhibitor BP ;;b;;;a, yang mana obat ini dapat diberikan selama intervensi arteri koroner perkutaneus. 4eberapa jenis obat antiplatelet ;> dan oral saat ini sedang dikembangkan. Seperti yang dirangkum pada tabel +, ahli anestesi saat ini harus menghadapi berbagai jenis regimen antikoagulan baru yang kompleks. Sehingga kita harus bisa memahami mekanisme aksi dan profil farmakokinetika dan farmakodinamika obat-obatan ini. Antagonis Vitamin K #erivat coumarin saat ini digunakan sebagai satu-satunya obat untuk terapi antikoagulan oral (5arfarin untuk daerah $merika 6tara dan phenprocoumon untuk daerah Cropa). #erivat coumarin merupakan antagonis vitamin / yang menghambat gamma-carboLylasi zyomogen protease serine, termasuk prothrombin, 9aktor >;;, ;:, :, protein 0, dan protein S. #omain gamma-carboLylasi (yang disebut juga Bla- domain) merupakan domain yang penting untuk fungsi enzimatik protein yang bergantung pada vitamin / karena domain protein ini berikatan dengan ion kalsium pada permukaan fosfolipid yang bermuatan negatif. 0oumarin dapat mengurangi aktivasi enzimatik protease serine, namun coumarin tidak secara langsung berkompetisi dengan aktivitas thrombin, hal ini berbeda dengan kompleks heparin- $?. Prokoagulan (prothrombin, 9aktor >;;, ;:, :) dan antikoagulan (Protein 0 dan S) juga dapat dipengaruhi oleh derivat coumarin, namun efek klinis akhir antagonis vitamin / adalah antikoagulasi karena pembentukan thrombin tertekan oleh prothrombin nonfungsional dan 9aktor :. !amun, selama induksi antikoagulasi oral, fungsi 9aktor >;; dan protein 0 langsung hilang karena 5aktu paruhnya yang singkat (.-' jam), namun prothrombin dan 9aktor : tetap berfungsi selama %-, hari (5aktu paruh masing-masing, +%-K% jam dan %K-+) jam). Meskipun P? dan international normalized ratio (;!=) mengalami pemanjangan akibat penurunan faktor >;;, pembentukan thrombin in vivo dari 9aktor : residual dan prothrombin dapat terus berlanjut selama induksi coumarin. !ormalnya, thrombin melakukan regulasi mandiri untuk membentuk dirinya sendiri melalui aktivasi $P0 (inaktivasi f>a dan f>;;;a) setelah berikatan dengan thrombomodulin endotelial (gambar +), namun penurunan yang drastis pada protein 0 dapat mengakibatkan pembentukan thrombin yang tak terkendali. Bangren ekstremitas dan nekrosis kulit merupakan salah satu komplikasi thrombosis serius dari coumarin. Penggunaan coumarin tidak direkomendasikan pada fase akut thrombosis (seperti pada heparin-induced thrombocytopenia H<;?I) dan induksi coumarin harus ditimpali oleh heparin (jika tidak ada kontraindikasi) atau direct thrombin inhibitor (#?;) untuk menekan aktivitas thrombin residual. 0oumarin cukup efektif untuk antikoagulasi pada pasien yang memiliki katup jantung prostetik, fibrilasi atrial, dan stroke iskemik. Seringkali sulit untuk mempertahankan kisaran terapeutik coumarin (;!= %.&-+.&), karena metabolisme coumarin dipengaruhi oleh faktor genetika, berbagai jenis medikasi, dan diet. Perdarahan gastrointestinal dan traktus urinarius terjadi pada ..8O pasien coumarin tiap tahunnya, sedangkan perdarahan intrakranial, yang merupakan komplikasi paling serius, terjadi pada (O pasien tiap tahunnya. Penatalaksanaan coumarin pada pasien yang menjalani pembedahan cenderung lebih sulit karena pemulihan fungsi hemostatik butuh 5aktu beberapa hari, dan perdarahan atau thrombosis tetap dapat terjadi. 3arfarain pada umumnya dihentikan dalam + hari sebelum memulai pembedahan untuk menormalisasi ;!= ketika operasi. Penggunaan vitamin / saja, tidak cukup untuk membalikkan efek coumarin secara akut karena onset aksinya yang lambat (+-. jam setelah pemberian secara ;>). 9resh frozen plasma (99P) paling sering digunakan untuk tujuan ini di $S, namun dosis ,& m7kg dibutuhkan untuk mencapai kadar hemostatik faktor pendukung vitamin /. 9aktor pendukung vitamin / dapat ditemukan di negara-negara Cropa (yang dikenal juga sebagai konsentrat kompleks prothrombin, yang saat ini belum disetujui penggunaannya di $S). /onsentrat ini membutuhkan volume besar dan 5aktu yang banyak untuk dapat bekerja pada pasien yang menjalani operasi beresiko tinggi.
Bambar K* =egulasi fibrinolisis. 9ibrin menghasilkan residu lysine yang bermuatan positif, yang menjadi tempat ikatan tissue plasminogen activator (tP$) dan plasminogen (Plg), yang mana ikatan ini menghasilkan plasmin (Plm) pada fibrin. Plasminogen activator inhibitor-( (P$;-() menghambat tP$. ?hrombin (f;;a) menimbulkan efek antifibrinolitik dengan cara mengaktivasi 9aktor :;;; dan thrombin-activatable fibrinolysis inhibitor (?$9;). f:;;;a berikatan dengan G%- antiplasmin (inhibitor plasmin) dan ?$9; pada residu lysine. ?$9; yang teraktivasi (?$9;a) memecah residu lysine (tempat ikatan plasminogen) dari fibrin, dan mengurangi aktivasi plasmin. Heparin, LMWH, dan Fondaparinu. <eparin merupakan suatu campuran glycosaminoglycan yang berat molekulnya beragam (,&&&-,&.&&& #a). <eparin memiliki efek antikoagulan jika berikatan dengan $?, yang bersirkulasi dalam konsentrasi yang lebih tinggi ((8& Tgm7, %.. TM) jika dibandingkan dengan prothrombin ('& Tgm7, (.+ TM) maupun 9aktor : ((& Tgm7, &.(K TM). 9raksi molekul heparin besar dapat mengkatalisis interaksi (*( antara $? dan thrombin, sedangkan fraksi molekul heparin kecil mengkatalisis interaksi antara $? dan 9aktor :a (f:a). Meskipun memiliki efek antikoagulan, ada beberapa keterbatasan heparin, seperti 5aktu paruhnya yang singkat (,&-'& menit) setelah injeksi ;>, farmakokinetikanya yang sulit diprediksi jika diberikan secara subkutan, hipersensitivitas, dan thrombositopenia. 7M3< tersusun atas fraksi heparin yang rantai molekulnya lebih pendek (+&&&-.&&& #a). @ika dibandingkan dengan heparin tak terfraksinasi, 7M3< dan fondaparinuL memiliki keunggulan bioavaibilitas, 5aktu paruh yang lebih panjang (,-. jam), jarang menimbulkan <;?, dan efek samping perdarahan mayor-nya lebih minimal. Sehingga, 7M3< dan fondaparinuL lebih sering digunakan untuk mengatasi #>? (deep vein thrombosis) pada pasien perioperatif (?abel +). 7M3< cenderung lebih selektif terhadap f:a jika dibandingkan dengan heparin karena unit sakarida yang lebih panjang dibutuhkan untuk menjembatani thrombin (CLosite ;;) dan $?. 9ondaparinuL merupakan suatu 7M3< sintetis yang berikatan dengan lima unit sakarida (pentasakarida). $? yang berikatan dengan fondaparinuL hanya menghambat f:a. Rbat ini sangat efektif dalam menghambat prokoagulan f:a. !amun, P? dan aP?? tidak sensitif dalam memantau terapi 7M3< dan fondaparinuL karena produksi f:a yang suprafisiologis dalam P?aP??. Pemeriksaan aktivitas anti-f:a spesifik dibutuhkan untuk mengukur efek antikoagulasi 7M3< dan fondaparinuL. Meskipun komplikasi perdarahan hebat jarang ditemukan pada penggunaan 7M3< dan fondaparinuL jika dibandingkan dengan heparin, aktivitas anti-:a $? yang ditimbulkan oleh senya5a ini tidak dapat dibalikkan efeknya secara cepat oleh protamine sulfate. =esiko perdarahan dapat meningkat jika obat-obatan ini tidak dihentikan dalam (%-%+ jam sebelum dilakukannya prosedur invasif. ?idak seperti heparin, 7M3< lebih banyak diekskresikan pada ginjal dan penurunan dosis 7M3< harus dipertimbangkan untuk mencegah komplikasi perdarahan pada pasien yang memiliki bersihan creatinine N ,& m7menit. <eparin dan derivatnya sangat berguna dalammencegah thrombosis akut dan kronik, namun karena ketergantungannya pada $?, suatu SC=P;! endogen, maka hal ini bisa menimbulkan masalah. /hasiat heparin dapat menurun jika aktivitas $? mengalami penurunan (N.&O). Meskipun defisiensi $? kongenital jarang ditemukan, defisiensi $? dapatan ditemukan pada (&O-%&O pasien yang menjalani bedah jantung, yang mana mereka ini merupakan yang sering mendapatkan terapi heparin praoperatif karena heparin meningkatkan kecepatan daur $?. /ondisi klinis lain yang berhubungan dengan kadar $? yang rendah antara lain kehamilan, luka bakar berat, disfungsi hati, sindrom nefrotik, sepsis, dan penggunaan estrogen, atau 7- asparaginase. <eparin berikatan dengan beberapa protein plasma seperti platelet factor + (P9+, suatu chemokine yang dilepaskan dari platelet). Pada sekitar 8&O pasien yang mendapatkan heparin selama bedah jantung, dapat ditemukan antibodi ;gB yang mela5an kompleks heparin-P9+. Pada sejumlah pasien yang menjalani bedah jantung ((O-,O), dapat terjadi suatu kondisi thrombositopenia dan keadaan prothrombosis, yang disebut juga dengan <;?. ;nsidensi <;? (8O) cenderung lebih banyak ditemukan pada pasien bedah ortopedi yang mendapatkan heparin untuk thromboprofilaksis selama lebih dari % minggu. ;n vivo, kompleks P9+-heparin pada permukaan platelet dapat mengaktivasi platelet dengan cara berikatan silang pada reseptor 9c-gamma-=;;a sehingga hal ini menimbulkan mobilisasi kalsium (gambar 8). Proses ini mengakibatkan pelepasan isi granul platelet dan mikropartikel prokoagulan, yang mendukung pembentukan thrombin. #engan demikian, <;? merupakan suatu kondisi prokoagulan, meskipun sebenarnya terjadi thrombositopenia (8&-.& L (& , mm -, ). @ika <;? dicurigai terjadi dan ditemukan titer antibodi <;?, maka heparin dan 7M3< haus dihentikan dan penggunaan #?; dapat dipertimbangkan. @ika ri5ayat <;? sudah lama (S, bulan) dan titer antibodi masih rendah, maka lebih aman memberikan heparin, terutama untuk prosedur operasi pintasan jantung (cardiac bypass). <al ini karena respon imunitas <;? tidak berhubungan dengan respon anamnestik.
Inhibitor langsung pada thrombin !Dire"t thrombin inhibitor# Setelah terjadinya aktiviasi proteolitik oleh f:a, thrombin berikatan secara cepat dengan platelet dan fibrinogen melalui CLosite ; (lokasi ikatan anion, gambar .). ?hrombin mengaktivasi platelet dengan memecah reseptor P$=( dan P$=+ pada permukaan platelet dan menghasilkan fibrin dengan cara melepaskan 9ibrinopeptide $ dan 4. #?; berkompetisi dengan platelet dan fibrinogen untuk berikatan dengan thrombin CLosite ; danatau lokasi katalitik (?abel +" Bambar .). $rgatroban merupakan salah satu lokasi katalitik inhibitor thrombin, sedangkan bivalirudin dan lepirudin merupakan inhibitor bivalen yang mengikat CLosite ; dan lokasi aktif (gambar .). #?; memiliki efek antikoagulan yang tidak bergantung pada $? endoten, dan agen ini ini memiliki ukuran molekul yang lebih kecil jika dibandingkan dengan heparin (?abel +). #engan demikian, #?; menghambat ikatan thrombin pada fibrin, sedangkan kompleks heparin-$? tidak melakukannya. ;ndikasi penggunaan #?; antara lain antikoagulan untuk <;?, intervensi perkutaneus koroner, dan untuk kondisi kontraindikasi heparin (seperti pada kasus alergi heparin). #?; memiliki efek antithrombik yang poten di arteri dan vena dengan cara menghambat thrombin agar tidak mengaktivasi platelet, 9aktor >, dan >;;;. Pada pasien <;?, #?; efektif dalam mengurangi komplikasi thrombosis seperti hilangnya ekstremitas. /omplikasi perdarahan penggunaan #?; merupakan salah satu hal yang dikha5atirkan dari penggunaan #?; karena saat ini belum ada antidot untuk #?;. Penyesuaian dosis berdasarkan aP?? merupakan hal yang penting dalam mengurangi komplikasi perdarahan jika inhibitor bivalen digunakan pada pasien gangguan ginjal. $rgatroban membutuhakn penurunan dosis pada pasien yang mengalami insufisiensi hepatis. Perbedaan berat molekul pada beberapa jenis #?; memiliki implikasi klinis. $ntikoagulan #?; harus dipantau dengan aP??, diharapkan agar aP?? tetap dipertahankan pada batasan dua hingga tiga kali lipat dari nilai normal. Meskipun lepirudin dan argatroban digunakan pada konsentrasi yang sama pada <;? tunggal, konsentrasi milar argatroban cenderung lebih tinggi dari lepirudin. Pemanjangan P? yang timbul akibat inhibisi thrombin yag berlebihan, cenderung lebih sering ditemukan pada argatroban jika dibandingkan dengan lepirudin meskipun berada pada kadar terapeutik. Pemeriksaan fibrinogen dengan menggunakan metode 0lauss juga cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan lepirudin karena penambahan reagen bovine akan dihancurkan oleh lebih banyak molekul argatroban meskipun masih dalam kadar terapeutik. Meskipun menjadi obat inhibitor thrombin oral pertama, Limelagatran ditarik dari pasar karena obat ini berhubungan erat dengan disfungsi hati, sedangkan obat #?; oral dan ;> terbaru hingga saat ini masih dalam tahap percobaan klinis. Bolongan obat baru yang merupakan inhibitor faktor :a (seperti rivaroLaban dan apiLaban) merupakan obat-obatan yang paling maju perkembangannya. Perbedaan golongan antara anti-:a dan #?; dapat memberikan keleluasaan pada kita untuk memiliki terapi antithrombotik sesuai profil farmakokinetika, jenis intervensi, dan kondisi yang mendasari. Obat$obatan Fibrinolitik ;ntervensi akut dengan obat-obatan fibrinolitik dapat menyelamatkan hidup pasien yang mengalami emboli paru-paru, stroke iskemia (seperti oklusi arteri serebri media), dan pasien yang mengalami infark myokardial akut tanpa harus melakukan intervensi perkutaneus koroner. /omplikasi perdarahan (8O-,&O) dapat terjadi jika fibrinolitik diinjeksikan secara sistemik maupun secara langsung ke arteri yang terserang oklusi. Saat ini fibrinolitik yang tersedia antara lain streptokinase, urokinase, dan tP$. Rbat-obatan ini mengaktivasi plasminogen menjadi plasmin, suatu protease serine yang mendegradasi fibrin (ogen) dan 9aktor > dan >;;;. #i praktek klinis, tP$ merupakan jenis obat yang paling sering digunakan karena efek katalitiknya yang terlokalisasi pada aktivasi plasminogen jika terdapat fibrin. $liran darah ke thrombus merupakan hal yang vital dalam penghantaran tP$, sehingga aktivasi fibrinolisis yang terlokalisasi melalui pemberian obat le5at kateter dianggap lebih baik jika dibandingkan dnegan pemberian sistemik. 9ibrinolisis yang terinduksi oleh tP$ biasanya diatur oleh inhibitor protease. P$;-( merupakan suatu inhibitor protease serine yang disintesis dalam hati dan endothelium, dan ekspresinya meningkat pada kondisi inflamasi. P$;-( berikatan dengan cepat pada tP$ di plasma , saat berikatan, tP$ mengalami netralisasi" P$;-( juga menghambat urokinase namun tidak pada streptokinase. Plasminogen dan tP$ berikatan pada residu lysine yang bermuatan positif pada permukaan fibrin. Pada sirkulasi sistemuk, plasmin dihambat dengan cepat oleh G%-antiplasmin, namun plasmin yang berikatan dengan fibrin cenderung lebih resisten terhadap G%- antiplasmin (gambar K). ?hrombin memodulasi aktivasi fibrinolitik dengan cara mengaktivasi 9:;;;a dan ?$9;. 9aktor :;;; bersirkulasi dalam bentuk heterotetramer yang terdiri atas dua subunit $ dan dua subunit 4 (platelet juga mengandung subunit $ 9aktor :;;; dalam sitoplasmanya). Monomer fibrin mengalami ikatan silang dengan subunit $ aktif dari 9aktor :;;;a, yang membuat fibrin lebih resisten dari berikatan dengan G%-antiplasmin dan ?$9; pada fibrin. konsentrasi thrombin lokal yang tinggi (sekitar (8& nM) dapat tercapai karena aktivasi ?$9;, dan aktivasi ?$9; akan memecah residu lisin dari permukaan fibrin, sehingga hal ini mencegah ikatan tP$ dan plasminogen. APC dan Thrombomodulin Pada orang sehat, pembentukan thrombin untuk hemostasis terjadi secara lokal karena aktivitas antikoagulan pada sel endotelial dapat menghambat pelepasan sistemik thrombin dan protease prokoagulasi lainnya. $P0 merupakan protease serine yang unik karena memiliki sifat antikoagulan dan antiinflamasi. Protein 0 zimogen $P0 bersirkulasi dalam plasma dengan konsentrasi +-8 Tgm7 (&.&) TM) dan diaktivasi secara proteolitik oleh thrombin. #alam thrombus, tingkat aktivasi protein 0 mengalami keterbatasan karena kadar fibrinogen plasma yang tinggi (%8&& Tgm7, K.. TM), sehingga fibrinogen yang lebih banyak dipecahkan oleh thrombin. !amun, ketika thrombin bebas berikatan dengan thrombomodulin endothelial, protein 0 dapat teraktivasi oleh $P0 karena thrombodulin memblokade ikatan antara fibrinogen dengan thrombin CLosite ; (gambar + dan .). $P0 menginaktivasi 9aktor >a dan 9aktor >;;;a, dua kofaktor yang penting dalam pembentukan thrombin (gambar %4). fungsi Protein S adalah sebagai kofaktor untuk aktivitas enzimatik $P0. /adar Protein 0 yang sangat rendah berhubungan erat dengan thrombosis, seperti pada kasus purpura fulminans dan nekrosis kulit yang terinduksi oleh 5arfarin. Percobaan acak prospektif mengenai $P0 pada pasien yang mengalami sepsis berat menunjukkan bah5a $P0 dapat menurunkan tingkat kegagalan organ dan tingkat kematian. Perbaikan tingkat bertahan hidup pada pasien sepsis terjadi karena adanya efek antiinflamasi (bukannya efek antikoagulan) $P0. Peranan antiinflamasi $P0 dimediasi oleh inaktivasi reseptor protein 0 endotelial, sehingga hal ini memicu sinyal sitoprotektif intraseluler. Kesimpulan /oagulasi darah memainkan peranan penting dalam menjaga agar tidak terjadi kehilangan darah dan dalam proses perbaikan pembuluh darah yang cedera (luka). Seiring dengan bertambahnya usia, cedera vaskuler dapat terjadi melalui berbagai proses penyakit (seperti atherosklerosis, diabetes), yang mana hal ini dapat mengakibatkan aktivasi yang tidak perlu pada respon prokoagulan dan proinflamasi, sehingga hal mengakibatkan oklusi vaskuler thrombotik. 4eberapa jenis obat antithrombotik dan antiplatelet telah berhasil dikembangkan untuk mencegah komplikasi vaskuler pada pasien yang rentan dengan menggunakan teknik sintesis kimia5i dan perancangan biomedis. !amun, penatalaksanaan hemostatik perioperatif semakin meningkatkan komplikasi karena adanya kebutuhan untuk mengurangi perdarahan tanpa menimbulkan komplikasi thrombosis. Meskipun begitu, pemahaman kita mengenai sistem koagulasi telah mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa abad terakhir, dan perkembangan teknologi juga telah menghasilkan sistem pemeriksaan koagulasi yang lebih terspesialisasi, sehingga kita dapat memantau berbagai fase koagulasi darah. ?ermasuk pemeriksaan fungsi platelet (agregasi), thrombelastographymetry, dan pemeriksaan pembentukan thrombin yang terkalibrasi. Pemantauan koagulasi akan menjadi topik yang penting di masa depan karena intervensi hemostatik semakin mengalami peningkatan seiring dengan adanya penggunaan konsentrat faktor rekombinan, yang merupakan tambahan untuk terapi konvensional yang sudah ada sebelumnya, seperti fresh frozen plasma (99P) dan kryopresipitat. >alidasi dan penggunaan alat pemantau koagulasi akan dapat membantu kita dalam meningkatkan pemahaman dan penatalaksanaan mengenai cara menyeimbangkan fungsi hemostatik dan antithrombotik dalam koagulasi darah.