Bab 4 menceritakan perbincangan antara Sutan Hamzah dan Putri Rubiah mengenai perubahan sikap Sutan Mahmud yang semakin jarang mengunjungi mereka. Mereka mencurigai pengaruh luar sehingga meminta bantuan dukun untuk mengerjai istri Sutan Mahmud agar gila.
Bab 4 menceritakan perbincangan antara Sutan Hamzah dan Putri Rubiah mengenai perubahan sikap Sutan Mahmud yang semakin jarang mengunjungi mereka. Mereka mencurigai pengaruh luar sehingga meminta bantuan dukun untuk mengerjai istri Sutan Mahmud agar gila.
Bab 4 menceritakan perbincangan antara Sutan Hamzah dan Putri Rubiah mengenai perubahan sikap Sutan Mahmud yang semakin jarang mengunjungi mereka. Mereka mencurigai pengaruh luar sehingga meminta bantuan dukun untuk mengerjai istri Sutan Mahmud agar gila.
A. Ri ngkasan Ceri ta Pada waktu itu, hari Minggu sore, Sutan Hamzah sedang berada di rumah Rubiah dan pada saat itu hadir juga Putri Rubiah yang sedang menjahit di tikar rumput. Di sana, Sutan Hamzah dan Putri Rubiah berbincang-bincang mengenai kelakuan Sutan Mahmud yang semakin lama semakin berubah. Sutan Mahmud, kakak Sutan Hamzah, dirasa oleh Putri Rubiah dan Sutan Hamzah semakin jarang mengunjungi mereka. Sutan Mahmud beralasan karena pekerjaan dan kesibukannya. Sutan Hamzah dan Putri Rubiah juga berbincang-bincang bagaimana kakaknya tersebut terlalu mengurusi anaknya sampai disekolahkan tinggi-tinggi di mana-mana. Padahal, yang seharusnya mengurusi adalah mamaknya. Putri Rubiah dan Sutan Hamzah juga mengkritik bagaimana Sutan Mahmud tidak mau beristir banyak padahal ia adalah penghulu yang notabene merupakan orang yang bergelar cukup tinggi. Akhirnya, setelah berbincang-bincang, mereka berdua mencurigai sikapnya yang berubah disebabkan karena pengaruh orang lain. Mereka pun meminta bantuan dukun setempat Si Juara Lintau, namun sang dukun berkata bahwa ilmu yang ada pada Sutan Mahmud terlalu kuat. Dugaan Sutan Hamzah dan Putri Rubiah pun menjadi terbukti. Akhirnya, mereka menyuruh Si Juara Lintau untuk mengerjai istri Sutan Mahmud dan Si Juara Lintau menyarankan agar istri Sutan Mahmud tersebut dibuat menjadi orang gila. Mereka pun setuju. Akhirnya, setelah semua urusan dengan Si Juara Lintau selesai, ia pun segera pulang ke rumahnya.
B. Daftar Kata-Kata Sul i t 1) Pelimbahan : Tempat rendah atau lubang yg sengaja digali untuk tempat membuang air kotor dsb. 2) Mentua : Mertua. 3) Bersutan : Menyebut sutan kepada ; memanggil sutan kepada. 4) Menyabung : Mengadu ; mempertaruhkan. 5) Bujang : Belum menikah (baik laki-laki maupun perempuan). 6) Kemenakannya : Anak saudara (adik atau kakak). 7) Daranya : Anak perempuan yang belum kawin ; gadis ; perawan. 8) Diindahkannya : Dipedulikannya ; diperhatikannya 9) Secambung : Semangkuk 10) Nipah : Palem yg tumbuh merumpun di rawa-rawa daerah tropis tinggi mencapai 8 m, daunnya digunakan untuk bahan atap, tikar, keranjang, topi, dan payung, nira dr sadapan perbungaannya digunakan untuk pembuatan gula dan alkohol;
C. Daftar Ungkapan Khas
I . DAFTAR I DI OM 1) Harta Pusaka : Barang pusaka/peninggalan sebelumnya/terdahulu. 2) Untung Nasib : Nasib hidup seseorang/takdir. 3) Sia-sia : Tidak ada gunanya.
I I . DAFTAR PERI BAHASA 1) Arang habis, besi binasa : artinya mendapat musibah secara beruntun. 2) Malang tak boleh ditolak, mujur tak dapat diraih : artinya nasib itu tak dapat diubah sebelumnya oleh karena nasib adalah rahasia Allah bagi manusia. 3) Berudang di balik batu : artinya ada sesuatu/maksud yang tersembunyi di sebalik sesuatu perbuatan, perkataan dan sebagainya. 4) Menepuk air di dulang : artinya membeberkan rahasia keluarganya.
I I I . KALI MAT BERMAJAS 1) Pikiranku pun demikian pula. Makin lama makin jarang ia datang kemari kian hari kian kurang diindahkannya aku dan Rubiah, serta kaum keluarganya yang lain-lain sebagai takut ia datang kemari. 2) "Apakah sebabnya Penghulu di lain-lain tiada sebagai dia?" jawab Sutan Hamzah. 3) Bukan tak baik saja, perbuatan yang sedemikian, tetapi malu aku kepada orang lain; sebab tak layak orang yang berbangsa sebagai kita, berbuat begitu, 4) Bukan sebagai kakanda Mahmud; jangankan mendapat uang, bahkan berugi dan berhabis uang pula ia. 5) Bukankah lebih baik bodoh sebagai hamba ini, tetapi tak pernah susah dan menyusahkan orang. 6) Tetapi hamba, bebas sebagai burung di udara; tak ada yang melarang dan menyuruh, boleh berbuat sekehendak hati: Beraja di hati, bersutan di mata hamba sendiri. 7) Orang yang sebagai dia, harus membanting tulang, jika tak kaya; sebab bangsanya kurang. 8) Bukankah telah adat nenek moyang kita, yang sebagai itu? 9) Sekarang tahulah hamba, apa sebabnya ia sebagai benci saja melihat kita. 10) Jika kita bencanakan dia, menjadi sebagai: menepuk air di dulang pekerjaan kita itu; muka kita sendiri juga yang akan basah. 11) Tatkala datang bujang Abu, berkatalah Sutan Hamzah per- lahan- lahan kepadanya, sebagai takut ia perkataannya akan ter- dengar oleh orang lain. 12) Kurang patut rupanya bagi orang besar sebagai Tuanku itu.
D. Perbandi ngan Budaya E. Anal i si s Unsur I ntri nsi k Ceri ta 1) Amanat/Moral yang disampaikan ! Sebaiknya, meskipun kita telah berkeluarga, kita tidak boleh melupakan keluarga kita dan menelantarkannya begitu saja. (bukti tekstualnya : "Pikiranku pun demikian pula. Makin lama makin jarang ia datang kemari kian hari kian kurang diindahkannya aku dan Rubiah, serta kaum keluarganya yang lain-lain sebagai takut ia datang kemari. Katanya karena banyak kerja, dan ia takut kalau- kalau pekerjaannya kurang maju. Benarkah itu?" tanya putri Rubiah). 2) Tokoh-Tokoh penting dan perwatakannya : a) Sutan Hamzah : ! Dalam bab ini banyak sifat Sutan Hamzah yang bisa kita lihat, mulai dari sifatnya yang pendendam terbukti pada saat dia ingin istri Sutan Mahmud yang sudah mendukuni sikapnya agar mati (bukti tekstual : "Mati pun tak mengapa, karena perempuan semacam itu tak harus dipelihara. Setelah ia gila atau mati, saudara hamba tentu mau kawin pula."). Terlihat juga sikapnya yang peduli kepada saudaranya ( bukti tekstual : Kalau benar ia telah kena "perbuatan" orang, seharusnya kita- lah yang akan mengobatinya. Itulah kewajiban orang bersaudara. Jangan kita musuhi dia, sebab tentulah akan bertambah- !"#$%$&'()$#$*$+ '$#$ -$./" 0/" '$#$ 1$./" 2/"3 4$+5$/ +6)7$8 *$9.$+ 7(+:$#2 .(9$)"4$+ *28$ 4(6)$+5 %$+5 *();$+5.$/ /2+552 *()24/)2 *$+%$.< '()52 .( #"."+ ;$#$ 1$./" 2/" ="."; *$+%$. #28$.".$+ >2.$ 4(6)$+5 *():$*$/ /2+552 /2#$. 7(7;"+%$2 24/)2 #$+ $+$. *$+%$. $.$+ #2$+55$; $+(9 !"#$%$&'()#$*$+ '$#$ ?$7$+ @(.$)$+5 @$$/ 2+23 +6)7$8+%$ 7(7;"+%$2 24/)2 4(*$+%$. A 6)$+53 *$2. 2/" *();$+5.$/ /2+552 $/$";"+ /2#$. '$#$ 4$$/ 2+23 4(*$52$+ 6)$+5 7$429 7(7;()=$%$2 #"."+3 +$7"+ .(;()=$%$$+ /()9$#$; #"."+ 4"#$9 *().")$+5< >"4/)"3 ;$#$ 4$$/ 2+2 9$8 2/" #2$+55$; $#$8$9 9$8 %$+5 ;$82+5 +6)7$8< tambah penyakitnya, karena dari kanan dan dari kiri, tak dapat pertolongan). b) Putri Rubiah ! Dalam bab ini, digambarkan Putri Rubiah mempunyai sifat setia terhadap saudaranya (bukti tekstualnya : "Memang engkaulah saudaraku yang sesungguh-sungguhnya, membangkitkan batang terendam, yang tahu adat istiadat dan menjunjung tinggi pusaka nenek moyang kita dan tahu meng- hargakan ketinggian kebangsawanan kita dan menjalankan kewajiban kepada saudara dan kemenakannya," kata putri Rubiah, memuji-muji adiknya itu). Putri Rubiah juga mempunyai sifat yang agak egois seperti pada saat ia lebih ingin diurusi oleh Sutan Mahmud, ketimbang Sutan Mahmud lebih mengurusi anaknya karena sekolah menurutnya tidak penting (bukti tekstualnya : Mauku sekolah Belanda ini saja, cukuplah. Sudah itu masukkan saja ia ke kantor, jadi juru tuliskah atau apa saja. Biarpun tak bergaji, tak mengapalah mula- mula ini. Kelak, tentulah akan naik juga pangkatnya dan dapat juga gaji yang besar, asal ada untungnya. Bukankah sudah ada pepatah kita yang mengiaskan hal itu: Malang tak boleh ditolak, mujur tak dapat diraih. Sesudah diikhtiarkan, diserahkan! Ini tidak; karena hendak memajukan anak sampai berhabis-habisan. Harta pusaka pun hampir diganggunya pula.). c) Si Juara Lintau ! Si Juara Lintau pada bab ini digambarkan sebagai dukun yang cukup baik dan penurut, terbukti pada saat ia melayani perintah dari Sutan Hamzah dan Putri Rubiah (bukti tekstualnya : "Perkara itu serahkanlah kepada hamba; seberapa boleh, tentu akan hamba tolong. Hanya suatu permintaan hamba, adakah agaknya baju atau kain Tuanku Penghulu di sini yang sudah dipakainya?" tanya Juara Lintau.). d) Sutan Mahmud (tokoh pasif ! hanya digambarkan oleh peran lainnya). ! Sutan Mahmud kurang memedulikan saudaranya (bukti tekstualnya : "Pikiranku pun demikian pula. Makin lama makin jarang ia datang kemari kian hari kian kurang diindahkannya aku dan Rubiah, serta kaum keluarganya yang lain-lain sebagai takut ia datang kemari. Katanya karena banyak kerja, dan ia takut kalau- kalau pekerjaannya kurang maju. Benarkah itu?" tanya putri Rubiah.). 3) Karakterisasi yang digunakan : ! Pada bab ini, menggunakan karakterisasi secara dramatik, terbukti karena pada bab ini terdapat sangat banyak dialog, dan watak karakter lebih digambarkan melalui dialog antar tokoh (bukti tekstualnya : "Pikiran yang sedemikian, acap kali timbul pula dalam hatiku. Memang pangkat itu aku sukai dan harus dijaga benar- benar, supaya jangan bercacat nama. Tetapi janganlah hendaknya karena itu, berubah kelakuan adat dan pikiran. Coba kaupikir! Aku dan Rukiah saudaranya dan kemanakannya yang perempuan, jadi tanggungannya. Tetapi tiada dijaga, tiada dikunjung-kunjunginya dan tiada dilihat- lihatnya, apalagi di- belanjainya; pendeknya tidak diindahkannya. Hanya anak dan istrinya sahaja yang dijaga dipelihara dan dihiraukannya. Kalau terjadi apa-apa pada malam atau siang hari atau kami ditimpa bahaya sekali disebut seribu kali dijauhkan Allah hendaknya, bagaimana kami? Akan mati seoranglah agaknya," kata Putri Rabiah dengan sedih.). 4) Latar Suasana Sosial Budaya ! Latar suasana sosial Budaya Minang dengan Agama Islam (bukti tekstualnya : "Ah, bohong! Bukannya ia sendiri yang menjadi Penghulu di Padang ini dan berpangkat tinggi. Apakah sebabnya Penghulu di lain-lain tiada sebagai dia?" jawab Sutan Hamzah.). Pada bukti tersebut terdapat gelar Sutan yang berarti dari Minang. 5) Sudut Pandang Pengarang ! Sudut pandang orang ketiga serba tahu