Você está na página 1de 28

ANCHOR HANDLING.

SELASA, 09 OKTOBER 2012


ANCHOR HANDLING



ANCHOR HANDLING



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia terkenal dengan kesuburan dan kekayaan alamnya. Disamp
ing itu Negara Republik Indonesia dikenal dengan sebutan Negara Kepulauan Air, salah
satu kekayaan alam Indonesia yang menjadi andalan devisa negara adalah gas alam d
an minyak bumi.
Sehubungan dengan kekayaan alam dan potensi yang dimilikinya, khususnya cadanga
n minyak bumi dan gas yang terkandung di dalamnya,maka sudah sepantasnya jika ne
geri kepulauan ini membutuhkan sarana pelayaran di laut yang memadai dan lancar da
lam upaya untuk mengelola dan menggali potensi dan kekayaan alam tersebut. Dalam
hal ini ditekankan pada ketrampilan anak buah kapal dalam mengoperasikan running an
chor sebagai salah satu factor penunjang kapal supply dalam mengeksplorasi kekayaan
alam, termasuk minyak dan gas di Indonesia.
Sarana pelayaran di laut yang digunakan untuk menunjang kelancaran pengekplorasian
pada umumnya dilakukan oleh kapal-kapal supply. Karena kebanyakan sumber-
sumber minyak bumi dan gas terletak di lepas pantai tidak jauh dari daratan dan pulau
maka dalam hal ini penulis mengambil judul : Ketrampilan ABK MV. Britoil-
44 Dalam Operasi Anchor Handling di Ladang Gas Lepas Pantai.
Alasan penulis memilih judul diatas karena pada saat penulis pertama kali bertugas di a
tas MV. Britoil-
44, kapal beroperasi di Muara Peugah (Bekapai Oil Field) Kalimantan Timur khusus unt
uk anchor handling melayani beberapa crane barge untuk perawatan Platform. Dalam
melaksanakan tugas kami sering mengalami kelambatan dan salah satu faktor penyeba
bnya adalah sebagian ABK maupun perwira kurang terampil dalam melaksanakan tuga
s tersebut.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik sudah tentu harus mengetahui kendala-
kendala umum yang dihadapi oleh kapal supply terutama dalam pengoperasian anchor
handling di ladang gas lepas pantai. Kendala-
kendala yang disebabkan baik dari dalam kapal sendiri maupun dari luar kapal. Dari da
lam kapal misalnya : Faktor kemampuan mesin kapal, peralatan-
peralatan kerja yang tersedia di atas kapal , serta ketrampilan ABK.
Sedang dari luar kapal dapat menyangkut faktor lingkungan kerja kondisi geografis dan
keadaan alamnya serta faktor manusia di sekeliling tempat kerja (pencharter, mitra kerj
a) maupun sikap dari perusahaan pelayaran sendiri / owner dengan diketahui kendala-
kendala tersebut dapat diketahui jalan pemecahannya.
Di sampaing sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan program, penulis mengharap
kan laporan penelitian ini, juga berguna untuk memberikan informasi atau pengenalan b
agi rekan seprofesi/Pasis yang belum mengenal perihal tentang kapal supply dan pekerj
aannya.



A. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat kita bayangkan bahwa
pekerjaan anchor handling sangat memerlukan suatu ketrampilan khusus bagi para cre
w di atas kapal.
Adapun pokok masalah yang berhasil di identifikasi adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat ketrampilan ABK Britoil-44 dalam pekerjaan anchor handling
2. Peralatan anchor handling diatas kapal kurang lengkap
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
a. Memberikan gambaran bagi rekan-
rekan sesama pelaut dalam operasi anchor handling di lading gas lepas pantai.
b. Membagi pengalaman dalam hal penanganan dan cara mengatasi kendala yang timbul s
ehingga menghambat kelancaran operasional kapal.
2. Manfaat penulisan
a. Sebagai bahan masukan bagi rekan-
rekan sesama pelaut yang ingin bekerja diatas kapal dalam operasi anchor handling.
b. Sebagai bahan referensi dan bacaan yang ilmiah khususnya bagi sesama rekan Pasis di
BP3IP.
c. Sebagai bahan pemikiran penulis yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berdasark
an fakta atau kejadian yang penulis alami selama berada di atas kapal MV. Britoil-44.
C. Lingkup Bahasan
Mengingat luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan anchor handling, m
aka penulis utamakan untuk dibahas dalam makalah ini adalah khusus pada MV. Britoil
-
44 saat bekerja di muara Peugah (Bekapai Oil Field) Kalimantan Timur untuk melayani
Crane Barge seperti Ewis Lady. Prima Perkasa dan Mahakam Milik PT. Guna Nusa
dan dicarter oleh PT. Total Indonesia dalam rangka perawatan beberapa anjungan pe
mboran minyak maupun gas yang berada di lepas pantai pada lokasi tersebut diatas.
Pekerjaan diatas dilaksanakan pada periode bulan April-
Juni 2004 dan penulis adalah sebagai Nahkoda dari MV. Britoil-44.

A. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis
yaitu :
1. Studi Lapangan
Metode ini dilakukan berdasarkan pengalaman yang penulis alami selama bekerja diat
as kapal kapal milik Britoil Offshore seprti dibawah ini :
- AHT Britoil-32 yang bekerja untuk pemasangan pipa minyak
dibawah air di daerah Ningbo China.
- AHT Britoil-
37 yang bekerja bersama crane barge Castoro 10 pada Total Indonesia di Bekapai Oil
Field Kalimantan Timur Indonesia.
- AHT Britoil-
37 yang bekerja bersama crane barge Java Constractor pemasangan pipa minyak diba
wah air di Hazira Surat India.
1. Studi Kepustakaan
Pada metode ini penulis melakukan berdasarkan membaca buku-
buku referensi yang ada di BP3IP serta yang ada kaitannya dengan judul makalah dan
penulisannya baik sewaktu penulis masih diatas kapal maupun saat mengikuti program.


BAB II

KEADAAN SEKARANG

A. Sebagian ABK dan Perwira pada MV. Britoil-
44 Tidak Terampil Dalam Melaksanakan Pekerjaan Anchor Handling.

Kapal supply sebagai jenis kapal yang dirancang khusus untuk melayani pekerjaan-
pekerjaan eksplorasi di lepas pantai. Mempunyai ciri khas : badan kapal kecil dengan m
esin induk yang besar Horse Powernya, sistem propeller ganda dan dilengkapi dengan
mesin penggerak depan (Bow Thruster Engine). Perlengkapan kerja lainnya biasanya b
erupa Anchor, Towing Winch Engine dan perlengkapannya, tangki-
tangki untuk muatan curah (Bulk Material Tank) dan perlengkapan-
perlengkapan lain yang sewaktu-waktu bisa ditambah.
Badan usaha yang biasanya menggunakan jasa dari kapal-
kapal supply adalah perusahaan pengeboran minyak, baik dari luar negeri maupun dari
dalam negeri sendiri. Sejalan dengan kegiatan eksplorasi di lokasi pengeboran minyak
bumi dan gas yang secara terus menerus, maka aktivitas kerja dari kapal-
kapal supply adalah non stop dalam 24 (dua puluh empat) jam.
Di sini betul-
betul dibutuhkan disamping kondisi kapal yang baik dan lengkap peralatannya, juga aw
ak kapal yang cukup, disiplin dan memiliki keterampilan untuk kelancaran kerjanya. Kal
au tidak demikian akan dapat menimbulkan resiko kerja yang tinggi, karena bekerja diat
as kapal pada umumnya, dan pada kapal-
kapal supply di lokasi pengeboran pada khususnya merupakan bentuk kerja keras yang
penuh dengan tantangan dan resiko yang besar serta berbahaya.
Seperti yang dialami saat kerusakan pada alat-
alat anchor handling terjadi pada tanggal 5 Mei 2004 jam 08.00, dengan kerusakan seb
agai berikut :
- Rusaknya kanvas rem ( brake lining )
- Kerusakan pada motor/mesin penggerak tenaga hidraulik
- Terjadi kontaminasi pada minyak pelumas.
- Kerusakan / kebocoran pipa-pipa hidraulik
- Putusnya work wire (tali kawat baja)
Akibat penanganan terhadap peralatan anchor handling yang rusak tanpa rencan
a kerja yang baik dan tidak didukung oleh personil yang terampil dalam mencari penyeb
ab untuk mengatasi kerusakan. Sistem mekanisme peralatan anchor handling yang aka
n diperbaiki dilakukan oleh personil kapal MV.Britoil-
44 (masinis) yang belum memiliki keterampilan yang memadai , sehingga dalam pelaks
anaannya dilakukan dengan mengira-
ngira asal musababnya, sehingga menyebabkan merambatnya kerusakan keunit-
unit lain. Diantaranya kerusakan pada alat-alat stopper dan tugger winch.
Kerusakan pada alat-alat stopper
- Kerusakan pada motor / hidraulik untuk alat-
alat stopper hidraulik/stopper otomatis (kram fork/shark jaws, triplek stopper, towing/ gui
de pins).
- Rusak/macet alat-alat stopper manual (pelican hook)


Kerusakan pada tugger winch
- Motor penggerak hidraulik rusak
- Pipa saluran minyak hidraulik bocor / pecah
- Kanvas rem (brake linning) tipis dan rusak
- Putusnya tali kawat baja
Apabila perbaikan kerusakan tadi tidak segera diatasi dan ditangani oleh tenaga
yang cakap dan trampil, maka perbaikan dapat memakan waktu yang lama. Jika kerusa
kan yang mengakibatkan keterlambatan ini masih bisa ditolerir atau dimengerti oleh pih
ak pencharter, namun apabila kerusakan berat dan besar hingga memakan waktu yang
lama untuk perbaikan pihak kapal supply dan perusahaannya, karena boleh jadi adanya
pembatalan kontrak (kapal off charter).

dengan barge master yang merupakan akibat dari kesalahan atau keterbatasan
berkomunikasi. Pada umumnya bahasa pengantar yang digunakan untuk komunikasi d
alam pelaksanaan pekerjaan anchor handling adalah bahasa Inggris.
Seperti yang pernah terjadi dimana barge master memerintahkan untuk menurun
kan jangkar ke dasar laut dengan cara menggunakan anchor handling winch dengan s
endirinya jangkar akan turun perlahan ke dasar laut, kapal dianjurkan maju pelan agar j
angkar berada di posisi yang dikehendaki, tetapi pengertian Tug Master (nahkoda) med
rop/lego (menjatuhkan tanpa menggunakan tenaga winch), sehingga jangkar meluncur
cepat kedalam laut berdasarkan gravitasi dan beban jangkar itu sendiri, sedangkan kap
al masih tetap maju penuh.
Akibatnya kawat baja yang berdiameter 65 mm (work wire) lepas dari anchor wi
nch drum, begitu juga jangkar tidak berada di posisi yang dikehendaki. Dengan demikia
n jangkar harus diangkat kembali untuk dipindahkan (reposisi). Untuk mengangkat kem
bali jangkar itu digunakan alat chaser (system chaser), dimana wire jangkar crane barg
e dimasukkan ke lobang chaser dan kemudian chaser pennant disambung ke arah jang
kar yang akan diangkat sampai chaser menyangkut pada jangkar, bila jangkar telah ter
kait anchor handling winch di heave up (hibob) untuk mengangkat jangkar sampai atas
deck
Setelah jangkar distopper, lepaskan buoy pennant yang tersambung di tarik ke atas dec
k sampai work wire yang terlepas, kemudian sambungkan buoy pennant kembali pada j
angkar dan selanjutnya lakukan pemindahan jangkar. Hal lain yang kadang terjadi dima
na barge master tidak memahami kesulitan Tug Master (nahkoda) yang berhubungan d
engan kemampuan kapal MV.Britoil-
44 (anchor handling tug) dalam melakukan manouvre-
manouvre (berolah gerak) terbatas kemampuannya dimana akibat dari beban jangkar y
ang tergantung di belakang (buritan) dan tersambung rantai / wire ke crane

barge serta faktor-
faktor keadaan alam seperti cuaca serta arus di sekitar itu. Berhubungan dengan hal ini
terkadang kapal pelan dan sulit untuk mencapai tujuan yaitu menuju tempat posisi jangk
ar untuk diletakkan.
Dalam hal ini sering kali barge master menyalahkan / menyimpulkan bahwa kem
ampuan Tug Master/nahkoda dalam mengoperasikan kapal untuk berolah gerak kurang
memadai, dikarenakan patokan atau dasar yang dipakai barge master berorientasi pad
a data-data kapal MV.Britoil-44 yang diberikan oleh pemilik kapal .

A. Alat-alat Perlengkapan Anchor Handling Tidak Lengkap

Kapal MV.Britoil-
44 sebagai jenis kapal yang dirancang khusus untuk melayani pekerjaan-
pekerjaan eksplorasi di lepas pantai. Mempunyai ciri khas : body kapal kecil dengan me
sin penggerak depan (Bow Thruster Engine). Perlengkapan kerja lainnya adalah berupa
anchor winch, Towing winch, anchor handling winchserta perlengkapan lainnya.
Badan usaha yang biasanya menggunakan jasa dari kapal-
kapal supply adalah perusahaan pengeboran minyak, baik dari luar negeri maupun dari
dalam negeri sendiri. Sejalan dengan kegiatan explorasi di lokasi pengeboran minyak d
an gas bumi yang secara terus menerus, maka aktifitas kerja dari kapal-
kapal supply khususnya dalam hal ini MV.Britoil-
44 adalah terus menerus sesuai dengan pergerakan dari crane barge Ewis Lady, Pri
ma Perkasa maupun Mahakam.
Disini betul-
betul dibutuhkan di samping kondisi kapal yang baik dan lengkap peralatannya, juga aw
ak kapal yang cukup memadai, disiplin dan memiliki ketrampilan untuk kelancaran kerja
nya.
Banyaknya program kerja yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh anak buah
kapal dan crew kapal lainnya, bahkan kadang-
kadang pihak pencharter atau rekanan kerja / mitra kerja memberi order yang terus me
nerus. Di sisi lain, hal demikian dapat membuat pihak kapal dan crewnya kewalahan da
n merasa tertekan. Suasana yang tidak diharapkan tersebut dapat lebih cepat tercipta a
tau berkembang apabila dari atas kapal sendiri tidak tersedia tenaga yang cukup, dalam
arti tidak cukup jumlahnya dan kurang ketrampilannya. Sedangkan dari pihak penchart
er atau mitra kerja tidak mau tahu dengan kondisi kapal beserta crewnya yang mereka i
nginkan adalah semua order yang mereka berikan harus dapat dilaksanakan dengan te
pat dan baik untuk menunjang kelancaran program-
program kerja yang telah canangkan.
Demikian pula pekerjaan anchor handling harus dilaksanakan dengan baik dan
efisien. Selain crew kapal yang kurang terampil dalam pekerjaan anchor handling, juga
karena perlunya anchor handling tersebut ditunjang oleh sarana dan alat-
alat pendukungnya yang berada dalam kondisi prima sehingga benar-
benar siap untuk dipakai beroperasi. Namun di dalam kenyataannya di lapangan, pekerj
aan acap kali timbul kejadian dan hal-
hal yang tidak diinginkan yang mana dapat menghambat kelancaran kerja pelaksanaan
anchor handling itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor manusia yang mengopera
sikannya yang kurang terampil .
Peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan anchor handling setiap jangk
ar antara lain adalah :
1 (satu) buah Scan marine Buoy.
2 (dua) buah 85 ton Crosby Anchor Shckle Bolt Type 1 x 3 x 200 penant wire.
Apabila semua alat telah diterima maka dengan menggunakan crane, crane barg
e memberikan penant wire ke boat dan ditahan di Shark jaws. Selanjutnya, penant wire
disambung dengan work wire menggunakan segel 85 ton.
Jika telah tersambung dengan baik, maka Anchor Handling Tug mulai menarik (Hi
bob) work wire sedangkan crane barge mengulur (area) jangkar , hingga jangkar terseb
ut ditarik naik (hibob) ke stern roller MV.Britoil-44.
Semua pekerjaan deck berada dibawah pengawasan/tanggung jawab Mualim I. s
etelah jangkar berada di stern roller, Mualim I memeriksa kedudukan jangkar dan melap
orkan ke anjungan. apabila semuanya berada dalam keadaan siap kerja. Nahkoda (Ma
ster) kemudian mulai melakukan olah gerak kapal menuju haluan seperti yang diberikan
Barge Master. Untuk mencapai haluan yang dikehendaki nahkoda hanya diijinkan untu
k menggunakan kedua mesin induk dan bow thruster berputar di tempat (dengan sudut
minimal).
Apabila Anchor handling Tug telah berada pada haluan yang dikehendaki, maka n
ahkoda (master) melapor ke ruang kontrol (control Room). Setelah melakukan konfirma
si dengan barge master, jangkar dapat dibawa ke posisi yang telah ditentukan; biasany
a panjang wire sekitar 700 sampai 1000 meter.
Pada saat Anchor Handling Tug membawa jangkar, tegangan harus dipertahanka
n antara 30 sampai 35 ton. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar wire/rantai tidak ter
lalu terseret di kedalaman lumpur.


BAB III

KEADAAN YANG DIHARAPKAN

A. Seluruh ABK maupun perwira MV. Britoil-
44 terampil terutama dalam melaksanakan pekerjaan anchor handling.

Dalam menghadapi permasalahan seputar ketrampilan anakbuah kapal dan upaya yan
g ditempuh untuk meningkatkan keterampilan anak buah kapal, khususnya dalam peng
operasian anchor handling , dimana pemikiran untuk memecahkan permasalahan yang
terjadi ditempuh didasarkan pada penelitian terdahulu, saat penulis bekerja di atas kapa
l di ladang gas lepas pantai, dimana ketidakterampilan anak buah kapal menyebabkan t
erhambatnya pelaksanaan anchor handling. Dan mengenai peranan nahkoda dalam up
aya meningkatkan komunikasi dan penerapan disiplin diatas kapal sebagai upaya menc
ari solusi. Juga peranan pihak perusahaan pelayaran dalam bentuk dukungan untuk me
ningkatkan ketrampilan melalui pengadaan kursus-
kursus dan bimbingan lain,yang secara tidak langsung ikut menunjang kelancaran peng
operasian kapal supply di lepas pantai

B. Alat-alat perlengkapan anchor handling harus dilengkapi
- Pennant Storage Reel
- Tow Line Stop Post
- Tugger Winch
- Capstan
- Roller Lead Shieve
- Gog Pad Eye
- Spooling Wire Guide
- Pelican Hook Stopper Point
- Shark Jaw
- Double Karm Fork
- Single Karm Fork
- Stern Roller
- Stern Gate
- Towing and Anchor Handling Winch
- Gypsy
- Control Station Lay Out

C. Pengertian ( Istilah )
1. Oil Rig : Bangunan Anjungan minyak lepas pantai yang berbentuk Kapal atau tongkang
diberi kaki dan dipasang jangkar, dilengkapi dengan menara bor.
2. Anchor Handling / Anchor Job : Pelaksanaan dan proses penanganan pekerjaan jangka
r mulai dari cara pengambilannya dari crane barge, mengangkat dan membawa kemudi
an ditempatkan atau diletakkan jangkar tersebut pada posisi yang telah ditentukan.
3. Penant Wire : Kawat baja dengan diameter 2
3 Inchi yang terpasang dengan segel ke crown jangkar sedang ujung yang satunya lagi
disambungkan ke work wire anchor handling boat Ini digunakan untuk mengangkat ata
u menurungkan jangkar ke dasar laut yang terbebas dari pipe line.
4. Anchor handling Boat/Vessel : Kapal-
kapal khusus lepas pantai Yang dibuat untuk melayani pekerjaan pengambilan, buoy da
n pengangkatan serta penempatan jangkar Rig, jangkar tongkang di Tempat yang telah
ditentukan posisinya.
5. Barge Master : Seorang yang memiliki ijazah pelaut dan punya Pengalaman Nakhoda se
rta diberikan pendidikan khusus untuk menangani anchor handling dan rig move.
6. Fishing job : Pekerjaan pengangkatan jangkar dengan Menggunakan J hoock karena
penant wirenya putus J Hoock adalah sebuah alat yang terbuat dari besi baja yang b
erbentuk kail dan berfungsi untuk mengangkat jangakar apabila penant wire putus.
7. Lay-
Out Tugger wire : Mengarea wire sling yang berada pada tromol
wire drum yang letaknya sebelah kiri / kanan dari pada posisi work wire yang pemasan
ganya tidak sejajar dengan work wire drum, wire diameter 20-
28 mm dengan panjang Maximum 100 meter, Pada saat digunakan Tugger wire terseb
ut diarea sampai ke stern roller kapal sesuai dengan kebutuhan.
8. Buoy Catcher Lasso : Wire strop 24 mm diameter dengan mempunyai panjang 3-
4 meter juga dihubungkan dengan open link Chain diameter 13-15 mm panjang 1,5-
2,0 meter terpasang Secara hinge link pada masing-masing dua bagian ujung wire.
9. Pick it up : Dalam pelaksanaan anchor handling dimana penant Wire anchor Rig dengan
work wire kapal pada Main drum sudah dihubungkan (Connected) hingga dalam proses
di angkat (Hiave) sampai jangkar tersebut tidak makan ( anchor off bottom ).
10. Put it down : pada saat pelaksanaan anchor handling menuju Ke posisi ( Target ) yang
sudah ditentukan oleh Rig Master atau surveyor mengikuti Ship Nav. Maka saat in posi
tion secara pelan Pelan membuka ship winch break untuk mengarea work wire dan Pe
nant wire anchor Rig yang berada di stern roller kapal hinggaSampai kedasar laut ( anc
hor on Bottom ).
11. Bow Thruster : baling-
baling yang dipasang pada haluan kapal Yang posisinya dibawah garis air yang digerak
kan oleh mesin bantu, sehingga baling-
baling dapat berputar yang mana berfungsi untuk mengolah gerak kapal dan menggera
kkan haluan kapal tersebut kearah kiri atau kanan secara parallel dengan kecepatan m
aju / mundurnya kapal tersebut pada mesin induk Maximum:2,0 knots, maka bow thrust
er itu effectif dapat di gunakan untuk membantu dalam mengolah gerak kapal, sandar at
au lepas sandar.
12. Shark Jaws : alat berupa garpu tala sebesar 8 inchi terbuat Dari besi baja ditempatkan
pada buritan kapal Anchor Handling Tug Vessel dan Anchor Handling Tug Supply Vess
el yang di gerakan dengan hydroulik guna untuk menahan penant wire.


BAB IV
ANALISIS
A. Identifikasi Masalah
Selama periode diatas penulis mengevaluasi, maka dengan jelas dapat diketahui p
ermasalahan yang menyebabkan pekerjaan menjadi tertunda, antara lain :
1. Kurangnya ketrampilan Perwira maupun ABK
2. Peralatan anchor handling kurang lengkap
3. Komputer yang dipasang tidak berfungsi dengan baik
4. Komunikasi yang kurang baik / kurang harmonis
5. Lemahnya tingkat disiplin
6. Tingkat keharmonisan kerja rendah
7. Pola penerimaan crew tidak dikontrol dengan baik
Dari ketujuh masalah diatas penulis memprioritaskan dengan analisa U S G ( Urgency
Seriosmess Groth ) :
U ( Urgency ) : Adalah masalah yang apabila tidak segera diatasi akan berakibat fatal dalam jangka waktu
panjang.
S ( Seriuosmess ): Adalah masalah yang apabila terlambat diatasi akan berdampak fatal terhadap
kegiatan tetapi berpengaruh pada jangka pendek.
G ( Growth ) : Adalah masalah potensi untuk tumbuh dan berkembangnya masalah dalam jangka waktu panj
ang dan timbulnya masalah baru dalam jangka panjang.
N
O
MASALAH
ANALISA
PERBANDI
U S G
NILAI
U S G
PRIORI
TAS
NGAN T
A Kurangnya ketrampilan Perwira serta ABK un
tuk Anchor Handling
A B
A C
A D
A E
A F
A - G
A
A
AA
AA
B
C
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
6 4 5 1
5
I
B Peralatan untuk Anchor handling kurang leng
kap
B C
B D
B E
B F
B G
B
B
B
B
B
C
D
E
F
G
C
B
B
F
G
5 6 2 1
3
II
C Komputer yang dipasang tidak berfungsi den
gan baik
C D
C E
C F
C - G
CC
CC
C
C
C
C
D
E
F
C
4 5 2 1
1
III
D Komunikasi kurang baik D E
D F
D G
EF
D
E
E
D
D
F
G
1 2 2 5 IV
E Lemahnya tingkat kedisiplinan E F
E - G
E
E
E
E
F
G
3 3 2 8 V
F Tingkat keharmonisan kerja rendah F - G G F F 1 1 5 7 VI
G Pola penerimaan crew tidak dikontrol dengan
baik

1 - 3 3 VII
Dengan penentuan masalah pokok dengan metode analisis USG penulis mendapatkan
prioritas dua masalah pokok, yaitu :
1. Kurangnya ketrampilan Perwira maupun ABK diatas kapal MV.Britoil-
44 dalam pekerjaan anchor handling.
2. Peralatan untuk anchor handling diatas kapal tidak lengkap.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa salah satu fungsi kapal supply adalah sebagai saran
a pelaksana anchor handling dalam melayani kegiatan rig atau crane barge , di dalam p
elaksanaan pekerjaan anchor handling dimana segala sarana dan peralatan bekerja ter
us menerus dengan mengangkat beban-
beban berat sehingga kapal supply kesuksesan dan terwujudnya hasil kerja yang optim
al.
Disini dapat kita lihat kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan-
kerusakan sangat besar. Bila terjadi kerusakan pada kapal-
kapal supply dan peralatan anchor handling, dengan sendirinya pekerjaan anchor handl
ing itu akan tertunda atau terhambat. Yang akan mengakibatkan tertundanya atau terla
mbatnya kegiatan rig ataupun crane barge di dalam melaksanakan pekerjaan.
Kerusakan-
kerusakan pada sarana dan peralatan anchor handling dapat terjadi terutama bila tidak
adanya atau kurangnya perawatan terhadap sarana dan peralatan itu sendiri, juga tidak
dapat dikesampingkan kerusakan-
kerusakan dapat terjadi sebagai akibat dari cara pelaksanaan pengoperasian sarana da
n peralatan yang tidak sesuai dengan prosedur yang semestinya, dikarenakan tenaga y
ang mengopersionalkannya tidak memiliki ketrampilan yang memadai.
Pelaksanaan pengoperasian terhadap sarana dan alat-
alat tidak tepat kebanyakan disebabkan oleh kelalaian atau malasnya tenaga-
tenaga operasional untuk membaca dan memahami manual / buku penuntun yang ters
edia berkaitan dengan sarana dan peralatan anchor handling.
Untuk mencegah/menghindari kerusakan-
kerusakan sarana dan peralatan yang terjadi begitu cepat atau setidak-
tidaknya menekan nilai kerusakan sekecil mungkin, sebaiknya diadakan perawatan-
perawatan atau pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap kapal dan peralatan-
peralatan anchor handling, yang dilakukan oleh anak buah yang memiliki kecakapan se
suai dengan yang disyaratkan, Mengingat kesalahan penanganan dalam peralatan anc
hor handling dapat menyebabkan kerusakan-
kerusakan yang merembet ke berbagai alat lainnya.
Perawatan atau pemeliharaan adalah merupakan usaha-
usaha untuk memelihara peralatan anchor handling tersebut sejauh mungkin agar tetap
berfungsi dengan baik , sehingga tidak mengganggu operasi kapal dalam melaksanaka
n tugasnya.
Menurut hasil penelitian yang relevan menampakkan bahwa kurangnya perawata
n atau kata lain perawatan terhadap sarana dan peralatan sering terbengkalai atau terlu
pakan disebabkan oleh faktor-faktor :
1. kelalaian manusia
2. tersitanya waktu dan kegiatan-kegiatan lain

B. Tinjauan Teoritis

Kapal supply merupakan suatu sarana yang dibutuhkan untuk membantu melayani kegi
atan-
kegiatan di lokasi ladang minyak maupun gas di laut atau lepas pantai. Untuk itu kapal-
kapal supply harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai mesin induk kapal yang bertenaga kuda (horse power)
Besar sesuai dengan ukuran kapal yang ada.
2. Memiliki anchor handling winch dan towing winch yang mempunyai daya tarik ( bollard p
ull ) yang besar.
3. Ruangan deck/geladak cukup luas dan lebar buritan cukup luas untuk dilewati jangkar d
an buoy rig untuk dinaikkan dan disimpan di atas deck dimana kapal dapat terus melaks
anakan kegiatan anchor handling.
4. memiliki tanki bahan bakar, tangki air ,tangki minyak lumas serta tangki ballast dengan
kapasitas yang memadai.
5. ruangan geladak/deck dapat dimanfaatkan untuk macam-
macam kegunaan khusus seperti crane, alat-alat selam, roda gulungan kabel dan lain-
lain.
Sedangkan fungsi dari pada kapal supply itu sendiri, diantaranya sebagai berikut
:
1. Kapal Supply sebagai sarana pelayanan anchor handling
2. Kapal supply sebagai media transportasi dan pengangkutan khusus melayani sektor per
minyakan di laut atau lepas pantai
3. Kapal supply sebagai sarana bantuan SAR (search and Rescue / Pencarian dan penyela
matan)
4. Kapal supply sebagai sarana untuk operasi pencegahan pencemaran di laut .
5. Kapal supply sebagai sarana untuk tugas penelitian dan survei maupun pekerjaan bawa
h air.
6. Kapal supply sebagai sarana tunda dan lain-lainnya.
Untuk mengetahui pembahasan tentang operasi anchor handling di ladang gas l
epas pantai, perlu kiranya kita mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan pe
mbahasan ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Lamanya waktu pelaksanaan anchor handling di lokasi; tergantung dari pekerjaan crane
barge atau rig. Pada umumnya untuk kegiatan anchor handling dihadapkan pada :
a. Crane barge dalam penataan dan penempatan jangkar hingga crane barge berada pada
posisi yang dikehendaki memakan waktu beberapa hari sesuai pekerjaan apa yang ak
an dilakukan.
Dalam hal MV.Britoil-
44 pada saat itu crane barge tersebut diposisikan merapat pada platform / anjungan mi
nyak yang akan diservice.
b. Crane Barge
Waktu yang dibutuhkan dan lamanya kegiatan anchor handling tergantung dari kegiatan
barge. Bila kegiatan crane barge itu melaksanakan kegiatan dan pekrjaan pemasangan
pipa atau kabel di dasar laut, maka kegiatan anchor handling dilaksanakan secara rutin
, karena crane barge mengadakan pergerakan (barge move) setiap saat dan pekerjaan
ini dilakukan sepanjang yang dikehendaki.
Pada umumnya crane barge mempunyai 8 buah jangkar yang harus dikerjakan d
an berkenaan dengan kegiatan anchor handling. Tetapi ada juga yang menggunakan 1
2 jangkar apabila keadaan laut disekitar lokasi dianggap berbahaya seperti arus kencan
g , keadaan angin yang kadang-kadang berada diatas rata-rata perkiraan semula.
2. Kategori pekerjaan anchor handling meliputi :
a. Running anchor
maksudnya proses mengambil jangkar dari crane barge, diletakkan diatas
dek kapal ataupun di stern roller kemudian membawa jangkar tersebut dan meletakkan
nya pada posisi yang telah ditentukan di dasar laut.
b. Retrieving anchors
Maksudnya proses pengangkatan kembali jangkar dari dasar laut , diletakkan diat
as dek kapal ataupun di stern roller dan kemudian dibawa kembali ke crane barge.
c. Chasing/graphing anchor
Adalah proses pekerjaan untuk mencari dan mengangkat jangkar yang putus, apa
bila pennant wire (tali kawat baja) untuk menghubungkan buoy dan jangkar putus.
Sistim pelaksanaannya dapat dibagi :
a. Sistim pelampung/buoy terdiri dari :
1) Curucifix buoy (pelampung yang bagian atas terdapat palang berbentuk salib dan bagian
bawah ada mata atau tempat segel)
2) Suit case buoy (pelampung yang bagian tengah berlobang poros terusan sebagai tempat
lewat wire)
b. Sistem permanent chain chaser (PCC), yaitu suatu sistim yang menggunakan ring/gelan
g baja yang disambung dengan tali kawat baja 60 mm atau 70mm. Dengan panjang kira
-kira 25 meter sampai 50 meter dan dipasang permanen pada rantai/tali kawat jangkar.
Selain itu berdasarkan beberapa teori dan didukung beberapa pendapat dari kep
ustakaan yang ada, kelancaran pengoperasian kapal supply pada garis besarnya diseb
abkan oleh dua faktor utama, yaitu :
1. Faktor dari dalam kapal
a. Faktor kemampuan kapal
b. Faktor manusia
2. Faktor dari luar kapal
a. Faktor alam
b. Faktor lingkungan kerja
c. Faktor-faktor lain yang terkait.

C. Pemecahan Masalah Secara Teoritis

barge serta faktor-
faktor keadaan alam seperti cuaca serta arus di sekitar itu. Berhubungan dengan hal ini
terkadang kapal pelan dan sulit untuk mencapai tujuan yaitu menuju tempat posisi jangk
ar untuk diletakkan.
Dalam hal ini sering kali barge master menyalahkan / menyimpulkan bahwa kem
ampuan Tug Master/nahkoda dalam mengoperasikan kapal untuk berolah gerak kurang
memadai, dikarenakan patokan atau dasar yang dipakai barge master berorientasi pad
a data-data kapal MV.Britoil-44 yang diberikan oleh pemilik kapal .
A. Alat-alat Perlengkapan Anchor Handling Tidak Lengkap
Kapal MV.Britoil-
44 sebagai jenis kapal yang dirancang khusus untuk melayani pekerjaan-
pekerjaan eksplorasi di lepas pantai. Mempunyai ciri khas : body kapal kecil dengan me
sin penggerak depan (Bow Thruster Engine). Perlengkapan kerja lainnya adalah berupa
anchor winch, Towing winch, anchor handling winchserta perlengkapan lainnya.
Badan usaha yang biasanya menggunakan jasa dari kapal-
kapal supply adalah perusahaan pengeboran minyak, baik dari luar negeri maupun dari
dalam negeri sendiri. Sejalan dengan kegiatan explorasi di lokasi pengeboran minyak d
an gas bumi yang secara terus menerus, maka aktifitas kerja dari kapal-
kapal supply khususnya dalam hal ini MV.Britoil-
44 adalah terus menerus sesuai dengan pergerakan dari crane barge Ewis Lady, Pri
ma Perkasa maupun Mahakam.
Disini betul-
betul dibutuhkan di samping kondisi kapal yang baik dan lengkap peralatannya, juga aw
ak kapal yang cukup memadai, disiplin dan memiliki ketrampilan untuk kelancaran kerja
nya.
Banyaknya program kerja yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh anak buah
kapal dan crew kapal lainnya, bahkan kadang-
kadang pihak pencharter atau rekanan kerja / mitra kerja memberi order yang terus me
nerus. Di sisi lain, hal demikian dapat membuat pihak kapal dan crewnya kewalahan da
n merasa tertekan. Suasana yang tidak diharapkan tersebut dapat lebih cepat tercipta a
tau berkembang apabila dari atas kapal sendiri tidak tersedia tenaga yang cukup, dalam
arti tidak cukup jumlahnya dan kurang ketrampilannya. Sedangkan dari pihak penchart
er atau mitra kerja tidak mau tahu dengan kondisi kapal beserta crewnya yang mereka i
nginkan adalah semua order yang mereka berikan harus dapat dilaksanakan dengan te
pat dan baik untuk menunjang kelancaran program-
program kerja yang telah canangkan.
Demikian pula pekerjaan anchor handling harus dilaksanakan dengan baik dan
efisien. Selain crew kapal yang kurang terampil dalam pekerjaan anchor handling, juga
karena perlunya anchor handling tersebut ditunjang oleh sarana dan alat-
alat pendukungnya yang berada dalam kondisi prima sehingga benar-
benar siap untuk dipakai beroperasi. Namun di dalam kenyataannya di lapangan, pekerj
aan acap kali timbul kejadian dan hal-
hal yang tidak diinginkan yang mana dapat menghambat kelancaran kerja pelaksanaan
anchor handling itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor manusia yang mengopera
sikannya yang kurang terampil .
Peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan anchor handling setiap jangk
ar antara lain adalah :
1 (satu) buah Scan marine Buoy.
2 (dua) buah 85 ton Crosby Anchor Shckle Bolt Type 1 x 3 x 200 penant wire.
Apabila semua alat telah diterima maka dengan menggunakan crane, crane barg
e memberikan penant wire ke boat dan ditahan di Shark jaws. Selanjutnya, penant wire
disambung dengan work wire menggunakan segel 85 ton.
Jika telah tersambung dengan baik, maka Anchor Handling Tug mulai menarik (Hi
bob) work wire sedangkan crane barge mengulur (area) jangkar , hingga jangkar terseb
ut ditarik naik (hibob) ke stern roller MV.Britoil-44.
Semua pekerjaan deck berada dibawah pengawasan/tanggung jawab Mualim I. s
etelah jangkar berada di stern roller, Mualim I memeriksa kedudukan jangkar dan melap
orkan ke anjungan. apabila semuanya berada dalam keadaan siap kerja. Nahkoda (Ma
ster) kemudian mulai melakukan olah gerak kapal menuju haluan seperti yang diberikan
Barge Master. Untuk mencapai haluan yang dikehendaki nahkoda hanya diijinkan untu
k menggunakan kedua mesin induk dan bow thruster berputar di tempat (dengan sudut
minimal).
Apabila Anchor handling Tug telah berada pada haluan yang dikehendaki, maka n
ahkoda (master) melapor ke ruang kontrol (control Room). Setelah melakukan konfirma
si dengan barge master, jangkar dapat dibawa ke posisi yang telah ditentukan; biasany
a panjang wire sekitar 700 sampai 1000 meter.
Pada saat Anchor Handling Tug membawa jangkar, tegangan harus dipertahanka
n antara 30 sampai 35 ton. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar wire/rantai tidak ter
lalu terseret di kedalaman lumpur.

BAB III

KEADAAN YANG DIHARAPKAN

A. Seluruh ABK maupun perwira MV. Britoil-
44 terampil terutama dalam melaksanakan pekerjaan anchor handling.

Dalam menghadapi permasalahan seputar ketrampilan anakbuah kapal dan upaya yan
g ditempuh untuk meningkatkan keterampilan anak buah kapal, khususnya dalam peng
operasian anchor handling , dimana pemikiran untuk memecahkan permasalahan yang
terjadi ditempuh didasarkan pada penelitian terdahulu, saat penulis bekerja di atas kapa
l di ladang gas lepas pantai, dimana ketidakterampilan anak buah kapal menyebabkan t
erhambatnya pelaksanaan anchor handling. Dan mengenai peranan nahkoda dalam up
aya meningkatkan komunikasi dan penerapan disiplin diatas kapal sebagai upaya menc
ari solusi. Juga peranan pihak perusahaan pelayaran dalam bentuk dukungan untuk me
ningkatkan ketrampilan melalui pengadaan kursus-
kursus dan bimbingan lain,yang secara tidak langsung ikut menunjang kelancaran peng
operasian kapal supply di lepas pantai

B. Alat-alat perlengkapan anchor handling harus dilengkapi
- Pennant Storage Reel
- Tow Line Stop Post
- Tugger Winch
- Capstan
- Roller Lead Shieve
- Gog Pad Eye
- Spooling Wire Guide
- Pelican Hook Stopper Point
- Shark Jaw
- Double Karm Fork
- Single Karm Fork
- Stern Roller
- Stern Gate
- Towing and Anchor Handling Winch
- Gypsy
- Control Station Lay Out
C. Pengertian ( Istilah )
1. Oil Rig : Bangunan Anjungan minyak lepas pantai yang berbentuk Kapal atau tongkang
diberi kaki dan dipasang jangkar, dilengkapi dengan menara bor.
2. Anchor Handling / Anchor Job : Pelaksanaan dan proses penanganan pekerjaan jangka
r mulai dari cara pengambilannya dari crane barge, mengangkat dan membawa kemudi
an ditempatkan atau diletakkan jangkar tersebut pada posisi yang telah ditentukan.
3. Penant Wire : Kawat baja dengan diameter 2
3 Inchi yang terpasang dengan segel ke crown jangkar sedang ujung yang satunya lagi
disambungkan ke work wire anchor handling boat Ini digunakan untuk mengangkat ata
u menurungkan jangkar ke dasar laut yang terbebas dari pipe line.
4. Anchor handling Boat/Vessel : Kapal-
kapal khusus lepas pantai Yang dibuat untuk melayani pekerjaan pengambilan, buoy da
n pengangkatan serta penempatan jangkar Rig, jangkar tongkang di Tempat yang telah
ditentukan posisinya.
5. Barge Master : Seorang yang memiliki ijazah pelaut dan punya Pengalaman Nakhoda se
rta diberikan pendidikan khusus untuk menangani anchor handling dan rig move.
6. Fishing job : Pekerjaan pengangkatan jangkar dengan Menggunakan J hoock karena
penant wirenya putus J Hoock adalah sebuah alat yang terbuat dari besi baja yang b
erbentuk kail dan berfungsi untuk mengangkat jangakar apabila penant wire putus.
7. Lay-
Out Tugger wire : Mengarea wire sling yang berada pada tromol
wire drum yang letaknya sebelah kiri / kanan dari pada posisi work wire yang pemasan
ganya tidak sejajar dengan work wire drum, wire diameter 20-
28 mm dengan panjang Maximum 100 meter, Pada saat digunakan Tugger wire terseb
ut diarea sampai ke stern roller kapal sesuai dengan kebutuhan.
8. Buoy Catcher Lasso : Wire strop 24 mm diameter dengan mempunyai panjang 3-
4 meter juga dihubungkan dengan open link Chain diameter 13-15 mm panjang 1,5-
2,0 meter terpasang Secara hinge link pada masing-masing dua bagian ujung wire.
9. Pick it up : Dalam pelaksanaan anchor handling dimana penant Wire anchor Rig dengan
work wire kapal pada Main drum sudah dihubungkan (Connected) hingga dalam proses
di angkat (Hiave) sampai jangkar tersebut tidak makan ( anchor off bottom ).
10. Put it down : pada saat pelaksanaan anchor handling menuju Ke posisi ( Target ) yang
sudah ditentukan oleh Rig Master atau surveyor mengikuti Ship Nav. Maka saat in posi
tion secara pelan Pelan membuka ship winch break untuk mengarea work wire dan Pe
nant wire anchor Rig yang berada di stern roller kapal hinggaSampai kedasar laut ( anc
hor on Bottom ).
11. Bow Thruster : baling-
baling yang dipasang pada haluan kapal Yang posisinya dibawah garis air yang digerak
kan oleh mesin bantu, sehingga baling-
baling dapat berputar yang mana berfungsi untuk mengolah gerak kapal dan menggera
kkan haluan kapal tersebut kearah kiri atau kanan secara parallel dengan kecepatan m
aju / mundurnya kapal tersebut pada mesin induk Maximum:2,0 knots, maka bow thrust
er itu effectif dapat di gunakan untuk membantu dalam mengolah gerak kapal, sandar at
au lepas sandar.
12. Shark Jaws : alat berupa garpu tala sebesar 8 inchi terbuat Dari besi baja ditempatkan
pada buritan kapal Anchor Handling Tug Vessel dan Anchor Handling Tug Supply Vess
el yang di gerakan dengan hydroulik guna untuk menahan penant wire.


BAB IV
ANALISIS

A. Identifikasi Masalah
Selama periode diatas penulis mengevaluasi, maka dengan jelas dapat diketahui p
ermasalahan yang menyebabkan pekerjaan menjadi tertunda, antara lain :
1. Kurangnya ketrampilan Perwira maupun ABK
2. Peralatan anchor handling kurang lengkap
3. Komputer yang dipasang tidak berfungsi dengan baik
4. Komunikasi yang kurang baik / kurang harmonis
5. Lemahnya tingkat disiplin
6. Tingkat keharmonisan kerja rendah
7. Pola penerimaan crew tidak dikontrol dengan baik
Dari ketujuh masalah diatas penulis memprioritaskan dengan analisa U S G ( Urgency
Seriosmess Groth ) :
U ( Urgency ) : Adalah masalah yang apabila tidak segera diatasi akan berakibat fatal dalam jangka waktu
panjang.
S ( Seriuosmess ): Adalah masalah yang apabila terlambat diatasi akan berdampak fatal terhadap
kegiatan tetapi berpengaruh pada jangka pendek.
G ( Growth ) : Adalah masalah potensi untuk tumbuh dan berkembangnya masalah dalam jangka waktu panj
ang dan timbulnya masalah baru dalam jangka panjang.
N
O
MASALAH
ANALISA
PERBANDI
NGAN
U S G
NILAI
U S G
T
PRIORI
TAS
A Kurangnya ketrampilan Perwira serta ABK un
tuk Anchor Handling
A B
A C
A D
A E
A F
A - G
A
A
AA
AA
B
C
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
6 4 5 1
5
I
B Peralatan untuk Anchor handling kurang leng
kap
B C
B D
B E
B F
B G
B
B
B
B
B
C
D
E
F
G
C
B
B
F
G
5 6 2 1
3
II
C Komputer yang dipasang tidak berfungsi den
gan baik
C D
C E
C F
C - G
CC
CC
C
C
C
C
D
E
F
C
4 5 2 1
1
III
D Komunikasi kurang baik D E
D F
D G
EF
D
E
E
D
D
F
G
1 2 2 5 IV
E Lemahnya tingkat kedisiplinan E F
E - G
E
E
E
E
F
G
3 3 2 8 V
F Tingkat keharmonisan kerja rendah F - G G F F 1 1 5 7 VI
G Pola penerimaan crew tidak dikontrol dengan
baik

1 - 3 3 VII
Dengan penentuan masalah pokok dengan metode analisis USG penulis mendapatkan
prioritas dua masalah pokok, yaitu :
1. Kurangnya ketrampilan Perwira maupun ABK diatas kapal MV.Britoil-
44 dalam pekerjaan anchor handling.
2. Peralatan untuk anchor handling diatas kapal tidak lengkap.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa salah satu fungsi kapal supply adalah sebagai saran
a pelaksana anchor handling dalam melayani kegiatan rig atau crane barge , di dalam p
elaksanaan pekerjaan anchor handling dimana segala sarana dan peralatan bekerja ter
us menerus dengan mengangkat beban-
beban berat sehingga kapal supply kesuksesan dan terwujudnya hasil kerja yang optim
al.
Disini dapat kita lihat kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan-
kerusakan sangat besar. Bila terjadi kerusakan pada kapal-
kapal supply dan peralatan anchor handling, dengan sendirinya pekerjaan anchor handl
ing itu akan tertunda atau terhambat. Yang akan mengakibatkan tertundanya atau terla
mbatnya kegiatan rig ataupun crane barge di dalam melaksanakan pekerjaan.
Kerusakan-
kerusakan pada sarana dan peralatan anchor handling dapat terjadi terutama bila tidak
adanya atau kurangnya perawatan terhadap sarana dan peralatan itu sendiri, juga tidak
dapat dikesampingkan kerusakan-
kerusakan dapat terjadi sebagai akibat dari cara pelaksanaan pengoperasian sarana da
n peralatan yang tidak sesuai dengan prosedur yang semestinya, dikarenakan tenaga y
ang mengopersionalkannya tidak memiliki ketrampilan yang memadai.
Pelaksanaan pengoperasian terhadap sarana dan alat-
alat tidak tepat kebanyakan disebabkan oleh kelalaian atau malasnya tenaga-
tenaga operasional untuk membaca dan memahami manual / buku penuntun yang ters
edia berkaitan dengan sarana dan peralatan anchor handling.
Untuk mencegah/menghindari kerusakan-
kerusakan sarana dan peralatan yang terjadi begitu cepat atau setidak-
tidaknya menekan nilai kerusakan sekecil mungkin, sebaiknya diadakan perawatan-
perawatan atau pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap kapal dan peralatan-
peralatan anchor handling, yang dilakukan oleh anak buah yang memiliki kecakapan se
suai dengan yang disyaratkan, Mengingat kesalahan penanganan dalam peralatan anc
hor handling dapat menyebabkan kerusakan-
kerusakan yang merembet ke berbagai alat lainnya.
Perawatan atau pemeliharaan adalah merupakan usaha-
usaha untuk memelihara peralatan anchor handling tersebut sejauh mungkin agar tetap
berfungsi dengan baik , sehingga tidak mengganggu operasi kapal dalam melaksanaka
n tugasnya.
Menurut hasil penelitian yang relevan menampakkan bahwa kurangnya perawata
n atau kata lain perawatan terhadap sarana dan peralatan sering terbengkalai atau terlu
pakan disebabkan oleh faktor-faktor :
1. kelalaian manusia
2. tersitanya waktu dan kegiatan-kegiatan lain

B. Tinjauan Teoritis

Kapal supply merupakan suatu sarana yang dibutuhkan untuk membantu melayani kegi
atan-
kegiatan di lokasi ladang minyak maupun gas di laut atau lepas pantai. Untuk itu kapal-
kapal supply harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai mesin induk kapal yang bertenaga kuda (horse power)
Besar sesuai dengan ukuran kapal yang ada.
2. Memiliki anchor handling winch dan towing winch yang mempunyai daya tarik ( bollard p
ull ) yang besar.
3. Ruangan deck/geladak cukup luas dan lebar buritan cukup luas untuk dilewati jangkar d
an buoy rig untuk dinaikkan dan disimpan di atas deck dimana kapal dapat terus melaks
anakan kegiatan anchor handling.
4. memiliki tanki bahan bakar, tangki air ,tangki minyak lumas serta tangki ballast dengan
kapasitas yang memadai.
5. ruangan geladak/deck dapat dimanfaatkan untuk macam-
macam kegunaan khusus seperti crane, alat-alat selam, roda gulungan kabel dan lain-
lain.
Sedangkan fungsi dari pada kapal supply itu sendiri, diantaranya sebagai berikut
:
1. Kapal Supply sebagai sarana pelayanan anchor handling
2. Kapal supply sebagai media transportasi dan pengangkutan khusus melayani sektor per
minyakan di laut atau lepas pantai
3. Kapal supply sebagai sarana bantuan SAR (search and Rescue / Pencarian dan penyela
matan)
4. Kapal supply sebagai sarana untuk operasi pencegahan pencemaran di laut .
5. Kapal supply sebagai sarana untuk tugas penelitian dan survei maupun pekerjaan bawa
h air.
6. Kapal supply sebagai sarana tunda dan lain-lainnya.
Untuk mengetahui pembahasan tentang operasi anchor handling di ladang gas l
epas pantai, perlu kiranya kita mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan pe
mbahasan ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Lamanya waktu pelaksanaan anchor handling di lokasi; tergantung dari pekerjaan crane
barge atau rig. Pada umumnya untuk kegiatan anchor handling dihadapkan pada :
a. Crane barge dalam penataan dan penempatan jangkar hingga crane barge berada pada
posisi yang dikehendaki memakan waktu beberapa hari sesuai pekerjaan apa yang ak
an dilakukan.
Dalam hal MV.Britoil-
44 pada saat itu crane barge tersebut diposisikan merapat pada platform / anjungan mi
nyak yang akan diservice.
b. Crane Barge
Waktu yang dibutuhkan dan lamanya kegiatan anchor handling tergantung dari kegiatan
barge. Bila kegiatan crane barge itu melaksanakan kegiatan dan pekrjaan pemasangan
pipa atau kabel di dasar laut, maka kegiatan anchor handling dilaksanakan secara rutin
, karena crane barge mengadakan pergerakan (barge move) setiap saat dan pekerjaan
ini dilakukan sepanjang yang dikehendaki.
Pada umumnya crane barge mempunyai 8 buah jangkar yang harus dikerjakan d
an berkenaan dengan kegiatan anchor handling. Tetapi ada juga yang menggunakan 1
2 jangkar apabila keadaan laut disekitar lokasi dianggap berbahaya seperti arus kencan
g , keadaan angin yang kadang-kadang berada diatas rata-rata perkiraan semula.
2. Kategori pekerjaan anchor handling meliputi :
a. Running anchor
maksudnya proses mengambil jangkar dari crane barge, diletakkan diatas
dek kapal ataupun di stern roller kemudian membawa jangkar tersebut dan meletakkan
nya pada posisi yang telah ditentukan di dasar laut.
b. Retrieving anchors
Maksudnya proses pengangkatan kembali jangkar dari dasar laut , diletakkan diat
as dek kapal ataupun di stern roller dan kemudian dibawa kembali ke crane barge.
c. Chasing/graphing anchor
Adalah proses pekerjaan untuk mencari dan mengangkat jangkar yang putus, apa
bila pennant wire (tali kawat baja) untuk menghubungkan buoy dan jangkar putus.
Sistim pelaksanaannya dapat dibagi :
a. Sistim pelampung/buoy terdiri dari :
1) Curucifix buoy (pelampung yang bagian atas terdapat palang berbentuk salib dan bagian
bawah ada mata atau tempat segel)
2) Suit case buoy (pelampung yang bagian tengah berlobang poros terusan sebagai tempat
lewat wire)
b. Sistem permanent chain chaser (PCC), yaitu suatu sistim yang menggunakan ring/gelan
g baja yang disambung dengan tali kawat baja 60 mm atau 70mm. Dengan panjang kira
-kira 25 meter sampai 50 meter dan dipasang permanen pada rantai/tali kawat jangkar.
Selain itu berdasarkan beberapa teori dan didukung beberapa pendapat dari kep
ustakaan yang ada, kelancaran pengoperasian kapal supply pada garis besarnya diseb
abkan oleh dua faktor utama, yaitu :
1. Faktor dari dalam kapal
a. Faktor kemampuan kapal
b. Faktor manusia
2. Faktor dari luar kapal
a. Faktor alam
b. Faktor lingkungan kerja
c. Faktor-faktor lain yang terkait.

C. Pemecahan Masalah Secara Teoritis
Proses penentuan
Alternatif pemecahan masalah yang dipilih
Dengan metode efektif dan efisien (Teori Rensis Ukert)
N
o.
Pemecahan Masalah Efek
tif
Efisi
en
Juml
ah
1. Tempatkan tenaga yang sesuai dengan bidangnya 5 4 9
2. Adakan pelatihan khusus sebelum melakukan tugasnya 4 4 8
3. Mendirikan diklat khusus untuk Anchor Handling dan Towing 4 3 7
4. Penempatan officer dan enginer cadet 4 3 7
5. Pencharteran boat harus sesuai dengan standar 4 4 8
6. Survey untuk boat charter harus dilakukan oleh orang yang pr
opesional di bidangnya
4 3 7
7. Memiliki armada sendiri 3 3 6
8. Persiapan lokasi operasi sehingga tidak memerlukan boat yan
g sangat mahal
4 4 8
1. Perawatan terhadap sarana dan peralatan anchor handling
a. Perawatan alat-alat khusus untuk anchor handling
1) Towing/anchor handling winch dan alat-alat stopper hydraulic serta tugger winch
Perawatan terhadap alat-
alat ini dilakukan dan diawasi oleh Mualim I untuk pipa dan winch sedangkan untuk me
sin-mesin/motor-
motor penggerak hidrauliknya dilakukan oleh KKM/Masinis. Di dalam pemeliharaan dan
perawatan alat-
alat ini dimana secara rutin diberi gemuk, pelumas sebaiknya dilakukan 1 (satu) atau 2(
dua) minggu sekali. Untuk itu Mualim I sebaiknya mengecek nipples (saluran gemuk) be
rapa jumlahnya dan tempat-
tempatnya. Saat pemberian gemuk/pelumas sebaiknya gemuk yang lama dikeluarkan d
iganti dengan gemuk yang baru. Sedangkan untuk keberhasilan dan pengecatan telah k
ita ketahui dan pahami prosedur-prosedur yang semestinya.
2) Pemeriksaan dan perawatan tali kawat baja
Perawatan tali kawat baja yang terdiri dari berbagai jenis seperti : work wire, pennants, t
ugger wire, sling, buoycatcher secara rutin dan diberi minyak tali kawat baja.
b. Daftar-daftar pemeriksaan sarana dan alat-alat anchor handling
Sebelum pelaksanaan anchor handling periksalah semua peralatan dan buat daftar-
daftar pemeriksaan sarana kapal supply atau alat-alat utama.
2. Kedisiplinan, Komunikasi dan ketrampilan ABK
a. Kedisiplinan diri
Nahkoda adalah pemegang kewibawaan (kekuasaan) dikapalnya dan selaku pe
mimpin masyarakat hukum di dalam kapal. Dalam kedudukan demikian itu ia diberi tuga
s untuk menggunakan keamanan dan ketertiban umum di dalam masyarakat tersebut.
Nahkoda dan perwira adalah pimpinan diatas kapal, sehingga mereka merupaka
n suri teladan bagi ABK. Sebagai suri teladan, tentunya tindak tanduk nahkoda dan per
wira diperhatikan oleh ABK, maka dari itu Nahkoda dan perwira dituntut sebagai orang-
orang pertama yang melaksanakan dan menjalankan kedisiplinan dan tata tertib terlebi
h dahulu, dengan demikian ABK pun akan mengikuti.
Di dalam menjaga, meningkatkan ataupun mendidik kedisiplinan perlu menggun
akan cara yang tegas ataupun pendidikan kedisiplinan perlu menggunakan cara yang te
gas dan keras. Tetapi cara yang begini akan menghasilkan disiplin yang keras dan kaku
. Sedangkan diatas kapal supply menganut paham disiplin dan flexible, maksudnya disi
plin yang hadir dari kesadaran hati nurani manusia yang kemudian dibina melalui pendi
dikan baik pendidikan formal maupun informal.
Adapun jalan keluar untuk mengatasi nilai kedisiplinan yang semakin menurun di
dalam diri personil / ABK Britoil-
44 dengan terlebih dahulu mencari penyebabnya, kemudian penyebab itulah yang mest
i dihilangkan. Penyebab menurunnya disiplin antara lain, kejenuhan serta kelelahan, un
tuk itu perlu adanya penyegaran dan dengan demikian membutuhkan sarana. Sarana p
enyegaran ini sebaiknya disesuaikan dengan keadaan dan situasi diatas MV.Britoil-
44, seperti :
1) Sarana hiburan : televisi dengan antenna parabola, video dan alat permainan lainnya.
2) Sarana olah raga : alat-alat kebugaran tubuh, catur dan lain-lain
3) Perpustakaan di atas kapal
4) Akomodasi yang layak
Selain penyediaan sarana penyegaran harus dibuat pula larangan terhadap hal-
hal yang cendrung yang mengganggu kelancaran kerja dan kedisiplinan, seperti :
1) Dilarang membuat keributan di kapal
2) Dilarang minum dan mabuk alkohol di kapal
Alternatif pemecahan masalah yang dipilih
Dengan metode efektif dan efisien (Teori Rensis Ukert)
N
o.
Pemecahan Masalah Efek
tif
Efisi
en
Juml
ah
1. Tempatkan tenaga yang sesuai dengan bidangnya 5 4 9
2. Adakan pelatihan khusus sebelum melakukan tugasnya 4 4 8
3. Mendirikan diklat khusus untuk Anchor Handling dan Towing 4 3 7
4. Penempatan officer dan enginer cadet 4 3 7
5. Pencharteran boat harus sesuai dengan standar 4 4 8
6. Survey untuk boat charter harus dilakukan oleh orang yang pr
opesional di bidangnya
4 3 7
7. Memiliki armada sendiri 3 3 6
8. Persiapan lokasi operasi sehingga tidak memerlukan boat yan
g sangat mahal
4 4 8
1. Perawatan terhadap sarana dan peralatan anchor handling
a. Perawatan alat-alat khusus untuk anchor handling
1) Towing/anchor handling winch dan alat-alat stopper hydraulic serta tugger winch
Perawatan terhadap alat-
alat ini dilakukan dan diawasi oleh Mualim I untuk pipa dan winch sedangkan untuk me
sin-mesin/motor-
motor penggerak hidrauliknya dilakukan oleh KKM/Masinis. Di dalam pemeliharaan dan
perawatan alat-
alat ini dimana secara rutin diberi gemuk, pelumas sebaiknya dilakukan 1 (satu) atau 2(
dua) minggu sekali. Untuk itu Mualim I sebaiknya mengecek nipples (saluran gemuk) be
rapa jumlahnya dan tempat-
tempatnya. Saat pemberian gemuk/pelumas sebaiknya gemuk yang lama dikeluarkan d
iganti dengan gemuk yang baru. Sedangkan untuk keberhasilan dan pengecatan telah k
ita ketahui dan pahami prosedur-prosedur yang semestinya.
2) Pemeriksaan dan perawatan tali kawat baja
Perawatan tali kawat baja yang terdiri dari berbagai jenis seperti : work wire, pennants, t
ugger wire, sling, buoycatcher secara rutin dan diberi minyak tali kawat baja.
b. Daftar-daftar pemeriksaan sarana dan alat-alat anchor handling
Sebelum pelaksanaan anchor handling periksalah semua peralatan dan buat daftar-
daftar pemeriksaan sarana kapal supply atau alat-alat utama.
2. Kedisiplinan, Komunikasi dan ketrampilan ABK
a. Kedisiplinan diri
Nahkoda adalah pemegang kewibawaan (kekuasaan) dikapalnya dan selaku pe
mimpin masyarakat hukum di dalam kapal. Dalam kedudukan demikian itu ia diberi tuga
s untuk menggunakan keamanan dan ketertiban umum di dalam masyarakat tersebut.
Nahkoda dan perwira adalah pimpinan diatas kapal, sehingga mereka merupaka
n suri teladan bagi ABK. Sebagai suri teladan, tentunya tindak tanduk nahkoda dan per
wira diperhatikan oleh ABK, maka dari itu Nahkoda dan perwira dituntut sebagai orang-
orang pertama yang melaksanakan dan menjalankan kedisiplinan dan tata tertib terlebi
h dahulu, dengan demikian ABK pun akan mengikuti.
Di dalam menjaga, meningkatkan ataupun mendidik kedisiplinan perlu menggun
akan cara yang tegas ataupun pendidikan kedisiplinan perlu menggunakan cara yang te
gas dan keras. Tetapi cara yang begini akan menghasilkan disiplin yang keras dan kaku
. Sedangkan diatas kapal supply menganut paham disiplin dan flexible, maksudnya disi
plin yang hadir dari kesadaran hati nurani manusia yang kemudian dibina melalui pendi
dikan baik pendidikan formal maupun informal.
Adapun jalan keluar untuk mengatasi nilai kedisiplinan yang semakin menurun di
dalam diri personil / ABK Britoil-
44 dengan terlebih dahulu mencari penyebabnya, kemudian penyebab itulah yang mest
i dihilangkan. Penyebab menurunnya disiplin antara lain, kejenuhan serta kelelahan, un
tuk itu perlu adanya penyegaran dan dengan demikian membutuhkan sarana. Sarana p
enyegaran ini sebaiknya disesuaikan dengan keadaan dan situasi diatas MV.Britoil-
44, seperti :
1) Sarana hiburan : televisi dengan antenna parabola, video dan alat permainan lainnya.
2) Sarana olah raga : alat-alat kebugaran tubuh, catur dan lain-lain
3) Perpustakaan di atas kapal
4) Akomodasi yang layak
Selain penyediaan sarana penyegaran harus dibuat pula larangan terhadap hal-
hal yang cendrung yang mengganggu kelancaran kerja dan kedisiplinan, seperti :
1) Dilarang membuat keributan di kapal
2) Dilarang minum dan mabuk alkohol di kapal


1) Dilarang Mengkomsumsi narkoba
2) Dilarang berjudi di kapal
3) Dan lain-lain yang dianggap perlu.
a. Komunikasi
Seringnya berkumpul dan bercerita dengan sendirinya selain mengetahui pribadi
masing-
masing juga yang terutama mengetahui kelemahan kita dalam berkomunikasi terutama
bahasa asing (Inggris) dan yang paling penting menambah wawasan dan perbendahara
an kata-kata kita.
Untuk itu alangkah baiknya jika membawa buku atau perangkat-
perangkat yang membantu kita dalam hal berkomunikasi terutama bahasa Inggris. Untu
k meningkatkan komunikasi dengan bahasa isyarat/sandi maka perlu mempelajari signa
l (isyarat) yang sering digunakan khusus dalam anchor handling. maka untuk itu signal/
kode-
kode yang sering berkaitan dengan pekerjaan anchor handling dan bongkar muat dileta
kkan / ditempel di tempat-tempat yang mudah di lihat diatas kapal.
Diatas kapal MV.Britoil-
44 dalam persiapan pelaksanaan anhor handling, sebaiknya personil-
personil (anchor handler) berkumpul dahulu untuk berdiskusi serta membahas pelaksa
naan anhor handling disamping penjelasan-
penjelasan nahkoda untuk mengantisipasi kekurangan-
kekurangan dan keterbatasan dalam hal berkomunikasi ( Tool Box Meeting ).
b. Keterampilan
Bila ABK terampil maka pekerjaan mudah dan terasa ringan untuk dikerjakan ser
ta keterpaduan kerja dimana anhor handler merupakan suatu kesatuan tim dalam pelak
sanaan terjalin kerjasamanya, disamping itu ada rasa aman dalam diri nahkoda di dala
m pelaksanaan anchor handling. begitu juga bila adanya ABK yang terampil Mualim I d
alam menjalankan tugas agar ringan. Walaupun bagaimana sebelum persiapan pekerja
an anchor handling selalu diadakan diskusi dan penjelasan-
penjelasan dari Nahkoda ataupun pengaturan personil dalam tugas.
Faktor-
faktor yang menunjang kelancaran pelaksanaan, keamanan dan keselamatan kerja dal
am pekerjaan seperti yang telah diuraikan diatas adalah sarana dan peralatan yang bai
k, kedisiplinan dan ketrampilan serta komunikasi yang baik dan jelas. Tetapi tidak dapat
dikesampingkan faktor penting lainnya yaitu tehnik-
tehnik pelaksanaan kerja serta tehnik-
tehnik atau cara mengolah gerak kapal (manuver) kapal supply itu sendiri, terutama unt
uk nahkoda ataupun perwira yang berperan sebagai berikut koordinator umum diatas k
apal supply dalam melaksanakan pekerjaan anchor handling.
Untuk itu perlu juga dijelaskan dasar-
dasar tehnik persiapan dan pelaksanaan anchor handling serta olah gerak kapal (mano
uvre) kapal supply. Agar mudah dimengerti dan dipahami maka penulis buat dalam bent
uk sketsa atau gambar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diadakan identifikasi masalah dan alternatif pemecahan ternyata yang menyeb
abkan terjadinya kelambatan dalam pelaksanaan anchor handling adalah karena :
1. Persiapan lokasi tidak mengikuti prosedure baku (standar).
2. Personil yang bertanggung jawab dalam tugas kurang berpengalaman (kurang professio
nal/trampil).
3. Kapal yang digunakan untuk melayani crane barge tidak mencukupi, atau walaupun ada
tidak memenuhi standart untuk melaksanakan tugas, sehingga harus meminjam dari pe
rusahaan lain.
B. Saran
1. Persiapan lokasi harus mengikuti prosedure yang berlaku
2. Tempatkan personil yang mengerti pekerjaan yang akan dilakukan (professional/terampil
)
3. Kapal yang dicharter harus sesuai standar dan dalam kondisi siap pakai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan Shadily, Sosiologi Untuk Masayrakat Indonesia, Jakarta, PT. Buna Aksara 1983
2. H.R. Soebekti S. Capt., Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut
3. H. Abd.Djani, Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Pemimpin/ Manajer, Jakarta Warta
Pertamina, 1993.
4. Onong U. Effendi Drs.MA, Human Relation and Public Relation dan Management
5. NSOS, Management Perawatan dan Perbaikan
6. Moekijat Drs. Prinsip-prinsip Administrasi Management dan Kepemimpinan
7. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Radar Jaya Offset, 1982




Diposkan oleh Ardiansyah Muh Amir di 08.27 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
ARSIP BLOG
2012 (1)
o Oktober (1)
ANCHOR HANDLING
MENGENAI SAYA

Ardiansyah Muh Amir
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar