Você está na página 1de 36

Oleh :

TULUS ANUGRAH
09310091


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
Pada umumnya bagi kebanyakan orang formalin adalah
bahan yang sering digunakan untuk pengawetan mayat
digunakan juga sebagai bahan industri lem, desinfektan
untuk pembersih lantai, kapal dan pakaian serta untuk
pembasmi serangga.
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian
labolatorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) di jakatra, ditemukan
sejumlah produk berupa ikan asin, mie basah dan tahu
yang memakai pengawet formalin. produk pangan
berformalin itu dijual disejumlah pasar dan
supermarket. menurut peraturan mentri Kesehatan
Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999, formalin merupakan
bahan kimia yang penggunaanya dilarang untuk produk
makanan
Formalin merupakan larutan 37 %
formaldehid, termasuk golongan senyawa
aldehid atau alkanal, yang mengandung
satu atom karbon. Lembaga perlindungan
lingkungan Amerika Serikat (EPA), dan
Lembaga Internasional untuk penelitian
kanker (IARC) menggolongkan formalin
sebagai senyawa karsinogen, didalam tubuh
formalin akan berubah menjadi asam
format, asam format yang terakumulasi
dengan akan mempengaruhi kerusakan
mukosa lambung.
Lambung organ berbentuk j:, terletak pada
superior kiri rongga abdomen dibawah
diagfragma. Lambung yang selalu
berhubungan dengan semua jenis makanan,
minuman, dan obat-obatan akan mengalami
iritasi kronik. Epitel lambung mengalami
iritasi terus-menerus oleh dua faktor perusak
endogen (HCl, pepsinogen, dan garam
empedu), dan perusak eksogen ( 0bat-
obatan, alkohol, dan bakteri).

Bagaimanakah Gambaran perubahan dan
atau kerusakan morfologi mukosa lambung
tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar)
yang di induksi formalin dengan dosis
bertingkat (50 mg/kgBB/hari, 100
mg/kgBB/hari, 200mg/kgBB/hari)

1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Akademik
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Judul Penelitian
2. Metode Penelitian
3. Subjek Penelitian
4. Objek Penelitian
5. Waktu Penelitian
6. Tempat Penelitian
FORMALIN
Pengertian
Formalin adalah nama dagang dari formaldehid
yang terdiri dari 37% formaldehid, methanol, dan
air. Senyawa kimia formaldehida (juga disebut
metanal, atau formalin), merupakan aldehida
dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuk gas,
atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau
padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde
atau trioxane
Lambung
Anatomi lambung
Tikus memiliki satu lambung (mono gastrik)
terletak disisi kiri rongga abdomen dan
berbatasan dengan hati. Lambung dan
organ pencernaan lainya terikat kerongga
tubuh bagian dorsal oleh mesentrium yang
kaya akan pembuluh darah
Secara anatomis lambung tikus digabi atas
4 regio yaitu cardia, fundus, corpus dan
pilorus
Fungsi pencernaan
Fungsi motorik



Dinding lambung disusun oleh empat lapisan dasar
yaitu ;
Mukosa
Submukosa
Tunika muskulari
Serosa

1. Gastritis
gastritis didefinisikan sebagai peradangan mukosa
lambung
1. Ulkus lambung
ulkus lambung didefinisikan sebagai efek pada
mukosa saluran cerna yang meluas melalui hingga
submukosa atau lebih dalam, hal ini berbeda dengan
erosi yang jauhnya hanya sebatas epitel mukosa
Respon sel merupakan partisipan dilingkungannya
yang secara tetap menyesuaikan struktur dan fungsinya
untuk mengakomodasi tuntutan perubahan dan stres
ekstra sel.
Respon utama adaftasi adalah atrofi, hipertrofi,
hiperplasia dan metaplasia
Dua pola kematian sel
Nekrosis
Apoptosis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :Mammalia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus novergicus

Formalin
(Senyawa aldehide)
Sel goblet, sel
parietal, sel chiep
Konsentrasi yang tinggi
didalam tubuh dapat
menimbulkan reaksi kimia
dengan hampir semua zat
dalam sel sehingga
menekan fungsi sel dan
menyebabkan kerusakan
sel
Mukosa
lambungg
Sipat formalin
bereaksi cepat
dengan salurancerna
epitelial
Inflamasi
1. Infiltrasi sel
radang
2. Edematous
jaringan
3. dekuamasi
Adaptasi sel
1. Hiperplasi
sel goblet
2. Metaplasia
intertisial
Degeneratif
dan nekrosis
1. Degenerasi
hidrofilis
2. Erosi
3. Ulkus/
ulserasi
formalin
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Gambaran Histopatologi
mukosa lambung tikus putih
kontrol
Dosis 1
50
mg/kgbb
Dosis 2
100
mg/kgbb
Dosis 3
200
mg/kgbb
Selama 14 hari
1. Kerusakan didalam sel terjadi karena formalin mengkoagulasi
protein yang terdapat pada protoplasma dan nukleus. Dengan
demikian formalin dapat mempengaruhi kerusakan mukosa
lambung tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar)

2. Peningkatan dosis formalin dapat mempengaruhi secara positif
terhadap kerusakan mukosa lambung tikus putih (Rattus
norvegicus strain wistar)

Ho Tidak Terdapat perubahan dan atau kerusakan morfologi
mukosa lambung tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi
formalin.

H1 Terdapat perubahan dan atau kerusakan morfologi mukosa
lambung tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi formalin.

A. JENIS PENELITIAN
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
eksperimental laboratorik dengan posttest controlled group
design.

o Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanankan pada bulan
maret 2013 sampai selesai
o Tempat penelitian
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPPV) Regional III Bandar Lampung.
pembuatan preparat dilakukan di RS. Abdul
Moeluk
Desain penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap ( RAL).


POPULASI
subjek penelitian ini adalah tikus putih jantan ( rattus
novergicus) Galur Wistar.
SAMPEL
pengambilan sampel dilakukan dari populasi tikus
secara acak, dimana semua objek populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel,
berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.


kriteria inklusi :
Jenis kelamin jantan
umur 2-3 bulan
Berat badan 150 200 gram
Mampu bergerak/ beraktifitas dengan baik
Memiliki nafsu makan yang baik
Kriteria eksklusi :
Tikus mati selama penelitian
Memiliki kelainan anatomi
Pengambilan sampling dilakukan
secara(simple random sampling )yang
didasarkan pada pertimbangan tertentu dari
peneliti mengenai ciri atau sifat populasi.
Penentuan besar sample dalam tiap
kelompok dilakukan dengan menggunakan
rumus WHO (1993)

jumlah sample setiap
perlakuan minimal 5 ekor tiap 4 kelompok,
oleh karena terdapat 4 kelompok maka
dibutuhkan 20 ekor tikus.

1. Variabel bebas
formalin 37 %

2. Variabel terikat
variabel terikat dalam penelitian ini adalah mukosa
lambung tikus putih galur strai wistar
N Variabel definisi Cara ukur Alat Ukur Hasil ukur sk
al
a
1. formalin
Formalin bertingkat yang
diberikan pada tikus galur
wisar sesuai kelompoknya, 0
ml/hari pada kelompok kontrol,
1/16 dosis lethal (0,019-0,025
ml/ hari) pada kelompok 1, 1/8
dosis lethal (0,038-0,050
ml/hari) pada kelompok 2 dan
dosis lethal ( 0,075 0,100
ml/hari) pada kelompok 3.
Volume formalin dosis
bertingkat diukur
menggunakan spuit 1 cc
(tuberkulin). Setelah itu
dicampur dengan aquades
hingga 3 ml dan diberikan per
sonde selama 2 minggu.
diukur
menggunakan
spuit 1 cc
(tuberkulin),
disesuaikan
dengan dosis
Spuit
tubrkulin
dengan dosis
1.0 mg/kgBB =0,000 ml
2.50 mg/kgBB = (0,019- 0,025 ml/ hari)
3.100mg/kgBB =(0,038-0,050 ml/hari)
4. 200mg/kgBB = ( 0,075 0,100 ml/hari)
ra
si
o
2. Mukosa
lambung
tikus putih
Perubahan
histopatologi Mukosa
lambung tikus putih
setelah di berikan
formalin.
mikroskop
Olympus dengan
pembesaran lensa
okuler 10x dan
lensa objektif 400x
pada 100 sel dengan
5 lapang pandang.
mikroskop
Olympus
1. normal berarti tidak terdapat
perubahan patologi
2. Erosi epitel <50%
3.erosi >50%
4. ulserasi ditandai dengan
adanya celah lebih dari sepuluh
epitel per lesi, pada stadium ini
biasanya terdapat jaringan
granulasi dibawah epitel
int
er
val
1. ALAT :
Mikroskop
tabung reaksi, spuit tuberkulin, beker glas,minor set, spuit disposable.
Aklimatisasi hewan
4 buah kandang tikus, tempat makan dan tempat minum tikus


2. BAHAN
o Formalin 37 %
o Aquades
o alkohol
o Minyak emersy dan xylol
o Pewarnaan gram


1. Langkah 1 : penentuan dosis formalin
2. Langkah 2 : tikus putih dilakukan aklimatisasi selama 7 hari,
kemudian hari ke-8 randomisasi
3. Langkah 3 : pada hari ke-9 diberikan formalin dengan cara
per sonde menggunakan spet tuberkulin selama 14 hari
4. Langkah 4 : pada hari ke-22 dilakukan pembedahan dan
pengambilan organ
5. Langkah 5 : pada hari ke -23 pembuatan preparat sesuai
prosedur
6. Langkah 6 : dilakukan pengumpulan data dengan cara
mengamati gambaran histopatologi mukosa lambung tikus
putih yang telah diinduksi formalin.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan
pengambilan data primary

J. PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan program statistik komputer
SPSS versi 16 yang dimulai dengan memeriksa data,
menyunting data (editing), mengolah data (coding),
memasukan data (entry), memproses data
(processing), membersihkan data (cleaning), dan
tabulasi data (tabulating).


Uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui
perbedaan antara kelompok
Jika terdapat perbedaan signifikan
dilanjutkan Mann-Whitney U, uji Least
Significant Difference (LSD) dengan = 5%
untuk melihat lebih jelas perbedaan antara
kelompok perlakuan.

Aklitimasi selama 7 hari

Kelompok 1

Kelompok K
randomisasi
Mikroskopik mukosa lambung (post test)

Formalin dosis
50 mg/kgbb
+pakan dan
minum


Formalin dosis
50 mg/kgbb
+pakan dan
minum

Formalin dosis
50 mg/kgbb
+pakan dan
minum
Pakan pelet
ayam +
minum air
Hari ke-8

Kelompok 2


Kelompok 3


Hari ke-9

Hari ke 22

Pemberian
formalin

Kelompok
perlakuan
Skoring gambaran histopatologis gaster tikus
wistar
Rerata

1 2 3 4 5
Kontrol 0 0 0 0 1 0,2
P1 1 1 1 1 1 1
P2 1 2 2 2 1 1,6
P3 2 1 2 2 2 1,8




Kelompok
perlakuan
N Mean Rank
Kersakan
gaster
Kontrol 5 3,80
P1 5 9,00
P2 5 13,80
P3 5 15,40
TOTAL 20
Kerusakan gaster
Chi-Square
Df
Asymp.sig.
13.628
3
,003
kelompok K P1 P2 P3
K - 0,014 0,011 0,007
P1 0,014 - 0,050 0,014
P2 0,011 0,050 - 0,513
P3 0,007 0,014 0,513 -

Você também pode gostar