Nama Penguji : dr. Wayan Westa, Sp.KJ (K) Nama Residen Pembimbing : dr. Inke Dokter Muda : Komang Surya Bhuana Rajeg (0902005049)
I. IDENTITAS PASIEN Nama :PJP Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jalan Lingga gang I no. 73 singaraja Umur : 18 tahun Agama : Hindu Bangsa : Bali / Indonesia Tingkat pendidikan : Tamat SMP Pekerjaan : Tidak bekerja Status Pernikahan : Belum menikah Tanggal Wawancara : 2 April 2014 No. RM : 02 6750 Diagnosis : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
II. RIWAYAT SAKIT Keluhan utama (Heteroanamnesa) : Gaduh Gelisa 1. Autoanamnesa Pasien datang ke RSJ Bangli pada tanggal 9 Maret 2014 Pada pukul 13.00. Pada kunjungan tersebut pasien datang diantar oleh ayah dan sepupunya. Pasien mengenakan baju kaos merah, dengan celana pendek berwarna abu selutut dan sendal jepit berwarna putih. Pasien terlihat bersih namun berbau. Pasien berperawakan gendut dengan tinggi badan sekitar 170cm dan berat badan pasien 75 kg dengan kulit berwarna sawo matang. Pasien diwawancara dalam posisi duduk berhadapan dengan pemeriksa, dan wawancara dilakukan dalam bahasa bali. Selama wawancara pasien menjawab dengan jelas. Pasien berbicara sambil sambil menatap mata pemeriksa. Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan jelas dan dapat dimengerti. Pasien mampu menyebutkan nama lengkap, umur, waktu saat pemeriksaan, siapa yang menemani, serta berada di mana saat wawancara dengan benar. Ketika ditanya pengurangan 100-7 pasien menjawab 92 dan ketika di tanya 92-7 pasien menjawab 84. Pasien dapat mengulangi 3 nama benda yang sebelumnya diucapkan oleh pemeriksa yaitu pulpen, pisau dan sendok. Pasien dapat menjawab nama Presiden Indonesia sekarang yaitu SBY. Pasien tidak mampu menjawab arti peribahasa bagai air di daun talas dengan benar. Pasien mampu membedakan antara buah jeruk dan bola tenis, pasien menjawab buah jeruk berwarna orange, bola tenis berwarna hijau. Ketika ditanya pendidikan terakhir pasien menjawab smp. Pasien mengatakan perasaannya biasa saja. Ketika ditanya senang atau sedih pasien menjawab senang. Pasien merasa senang karena memiliki banyak teman di RSJ Bangli. Ketika ditanya kenapa dibawa kesini pasien menjawab tidak tahu. Awalnya pasien diajak jalan-jalan kerumah bibinya tetapi diajak ke RSJ Bangli. Pasien berkata tiang nak be seger, kel jemput ne jak bapak, tapi konden teke. Ketika ditanya keluhan sekarang pasien mengatakan tidak ada keluhan. Ketika ditanya apakah mendengar suara-suara pasien menjawab tidak ada. Ketika ditanya apakah dulu pernah mendengar suara-suara pasien menjawab pernah. Pasien mengaku mengalami keluhan tersebut pertama kali dulu, ketika ditanya kapan pasien tidak mampu meningatnya. Suara tersebut dikatakan tidak didengar oleh orang lain & tidak diketahui sumbernya dari mana. Pasien mengatakan suara suara tersebut berupa suara manusia laki laki dan perempuan yang menyuruhnya untuk makan. Lalu pasien menuruti apa yang disuru oleh suara-suara tersebut. Suara suara tersebut dikatakan terus menerus terngiang. Pada awalnya suara hanya didengar pada malam hari, dan lama kelamaan suara tersebut semakin sering terdengar sampai sepanjang hari suara tersebut didengar pasien. Suara suara tersebut terdengar lebih dari 1 bulan. Pasien mengatakan jadi sering emosi oleh karena suara tersebut. Terkadang pasien mendengar suara yang memerintah pasien, terutama saat bekerja. Suara tersebut dikatakan menyuruh pasien untuk melepaskan barang barang yang pasien bawa, sehingga pasien dikatakan sering menjatuhkan barang barang di tempat pasien bekerja yaitu di Super Ekonomi. Pasien lantas dipecat dari pekerjaannya. Pasien lantas mengatakan sering berbicara sendiri dan marah marah akibat mendengar suara suara maka pasien di bawa ke poli RSUP sanglah & di rawat inap di ruang lely selama seminggu. Pada saat dirawat dan setelah minum obat pasien merasa semakin jarang mendengar suara suara tersebut, merasa lebih tenang dan mulai bisa tidur. Pasien tidak ingat obat apa yang diberikan saat ia dibolehkan pulang dari rumah sakit.
Kira kira 1 bulan setelah pasien dirawat inap di RSJ Bangli, yaitu pada awal tahun bulan maret 2014, pasien mengatakan suara suara tersebut sudah jarang didengar lagi oleh pasien. Saat itu pasien bekerja di rumah kakek pasien menjadi tukang siram sayur. Pasien mengaku satu Bulan setelahnya pasien mulai mendengar suara suara lagi, suara tersebut dikatakan tidak diketahui sumbernya dan dikatakan hanya didengar oleh pasien. Suara suara tersebut dikatakan mengomentari tentang diri pasien, ketika ditanya bagaimana contohnya pasien mengatakan bahwa ia lupa apa yang dikatakan oleh suara suara tersebut. Pasien juga mengatakan sesekali melihat bayangan perempuan kecil yang dikatakan berlari ke arah pintu kamar pasien. Bayangan tersebut dilihatnya pada malam hari. Pasien mengatakan hanya dia yang bisa melihat bayangan tersebut. pasien mengaku berusaha untuk tidak memerdulikan suara dan bayangan tersebut yang berlangsung selama hampir 1 bulan. Selain itu pasien juga merasa bahwa dirinya dikendalikan oleh komputer, ketika ditanya dimana komputer tersebut pasien tidak bisa menjelaskan. Pasien mengatakan dirinya dikendalikan saat dia ingin mengendarai motor sehingga dia takut untuk mengendarai motor, sehingga pasien berhenti bekerja di rumah kakeknya. Pasien juga mengatakan sempat dikontrol dan pasien mengamuk dan merobek robek ijazah yang dimilikinya. Keesokan harinya pasien diajak ke RSUP sanglah dan akhirnya pasien dirawat kembali selama 1 minggu di ruang Lely RSUP sanglah. Setelah dirawat untuk yang kedua kalinya pasien mengatakan sudah tenang, tidak merasakan dikontrol lagi. Namun pasien mengatakan masih mendengar suara suara yang sama dengan sebelumnya. Lama kelamaan suara suara tersebut intensitasnya berkurang dan mulai terdengar samar samar. Setelah pasien merasakan keluhannya mereda, pasien kemudian melamar untuk bekerja di NC minimarket sebagai kasir dan SPG. Pasien mengaku selama bekerja pasien sudah tidak lagi mengalami keluhan apa apa, dan bisa bekerja dengan baik selama hampir satu tahun hingga tahun 2009. Pasien akhirnya berhenti mengonsumsi obat obatan dan berhenti kontrol ke RS Sanglah. Lalu pasien mengatakan kembali mendengar suara suara dan kesulitan tidur. Pasien juga merasa bahwa teman teman ditempat kerjanya membicarakannya. Sehingga pasien berhenti kerja di NC minimarket. Saat keluhan tersebut muncul pasien mengaku kontrol kembali ke Poli RSUP sanglah untuk mendapatkan obat, pasien mengatakan mendapatkan haloperidol, namun pasien lupa akan dosis yang diminum. Akhirnya pasien merasa lebih baik dan dapat kembali tidur. Kemudian pasien pindah kerja ke Bali Taxi sebagai tukang las dan mekanik, dimana pasien bekerja disana selama 1 tahun 4 bulan. Pasien merasa senang bisa bekerja namun pekerjaan tersebut dirasa berat karena pasien harus berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya. Terkadang dahulu pasien sering berpikir tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan merasa sangat terbebani dengan adanya tenggat waktu yang diberikan. Pasien sering berpikir bahwa atasannya tidak puas akan hasil kerjanya dan rekan kerjanya tidak suka bekerja sama dengannya. Terkadang apabila teman pasien mulai berbicara dengan suara pelan kepada temannya yang tidak bisa didengar oleh pasien dari tempat duduknya, pasien merasa yakin bahwa temannya membicarakannya dan berkomentar jelek tentang dirinya. Saat pemeriksa mencoba membantah dengan mengatakan bahwa mungkin mereka sedang membicarakan pekerjaan atau hal lain, pasien dengan yakin berkata bahwa sudah pasti mereka membicarakan dirinya karena pasien merasa temannya tersebut tidak suka dengan dirinya dan hasil kerjanya. Saat pemeriksa menanyakan apakah temannya tersebut pernah mengatakan secara langsung bahwa dirinya tidak suka dengan hasil kerja pasien, pasien mengatakan tidak, namun pasien merasa yakin bahwa memang hal tersebut yang dirasakan oleh temannya walaupun temannya tidak pernah mengatakannya secara langsung.. Pasien lalu pindah kerja ke percetakan selama 2 minggu dan sempat tidak bekerja selama hampir 2 tahun, akhirnya pindah kerja ke tiara grosir pada tahun 2012. Selama di tiara grosir pasien merasa teman temannya sering membicarakannya, terutama saat teman temannya sedang mengobrol atau tertawa bareng. Pasien Selama menjalani pengobatan di RSUP Sanglah pasien merasa dirinya lebih baik. Suara suara yang sebelumnya didengar pasien mulai berkurang, dan hanya terdengar samar samar hingga sekarang. Pasien mengatakan sejak kecil anak pasien sering ditinggal kerja oleh ayah & ibunya dan diasuh oleh neneknya. Pasien mengatakan saat kecil pasien dilahirkan normal dan tidak ada permasalahan. Pasien dikatakan hanya mendapat ASI dimalam hari saat ibunya pulang dari kerja. Pasien mengaku saat SD pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan pasien sempat mendapatkan rangking 1 di sekolahnya. Pasien mengatakan bahwa ayah pasien merupakan sosok yang disiplin. Pasien mengatakan selalu dimarah apabila pasien tidak mau belajar. Pasien mengatakan pernah dimarahi sampai gemetar, menangis dan pipis di celana. Pasien mengatakan jadinya lebih suka untuk menghabiskan waktunya dirumah untuk membaca daripada bermain dengan teman temannya. Pasien mengatakan tidak mempunyai teman dekat sampai sekarang. Pasien mengaku pernah berpacaran beberapa kali, namun terakhir ketika tahun 2007 tersebut saat pasien diputuskan oleh pacarnya. Saat ditanya tentang masa depan, pasien mengatakan ingin cepat bisa sembuh dan ingin melanjutkan sekolah ke jenjang universitas, dan ingin cepat berkeluarga. Sehari hari pasien hanya beraktivitas di rumahnya, terkadang pasien membantu usaha ayahnya dan membantu mengantar dupa keliling warung. Namun pasien sebagian besar menghabiskan waktunya dirumah untuk merawat ikan dan ayam ayamnya. Pasien dirumah tinggal bersamah ayah, ibu dan neneknya, adik kandung dan adik sepupu pasien. Pasien juga mengatakan bahwa ia terkadang mengantar adik sepupu pasien ke pantai untuk mencari udara segar. Pasien mengatakan bahwa tetangganya mengetahui bahwa dirinya sakit dan pasien bergaul seperti biasa, walaupun terkadang pasien memiliki pikiran pikiran curiga terhadap mereka. Pasien mengatakan bahwa dirinya tau bahwa dia sakit, namun terkadang saat dia merasa gejalanya berkurang, dia menghentikan obat obatan yang diminum. Pasien menyangkal pernah mengalami cedera kepala, kejang, asma, dan kencing manis. Pasien mengatakan memiliki riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol, yaitu jenis tuak. Namun pasien mengatakan hanya mengkonsumsi minuman tersebut jika ada hari raya tertentu, atau hanya untuk mengurangi beban pikiran. Pasien juga memiliki riwayat merokok, bahkan saat ini rokok yang dibelinya 2 minggu yang lalu masih tersisa. Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam mengendalikan keinginannya untuk mengkonsumsi alkohol maupun rokok. Pasien juga mengatakan mengonsumsi kopi, dan hanya minum kopi ketika harus bekerja pada pagi hari.
2. Heteroanamnesa (Ibu Pasien) Ibu pasien mengatakan membawa pasien ke poliklinik jiwa dengan keluhan utama tidak bisa tidur. Dikatakan pasien tidak bisa tidur sejak 3 hari yang lalu, namun pasien dilihat tidak terlalu gelisah, hanya terkadang berjalan jalan saja. Ibu pasien mengatakan saat ini kondisi anaknya jauh lebih baik dari dulu. Ibu pasien mengatakan kalau anaknya sekarang lebih terbuka dan bisa mengurus diri dengan baik. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah lebih terbuka dengan lingkungan keluarganya, dimana jika ada masalah pasien mau bercerita kepada ibunya dan meminta pendapat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pasien dikatakan dulu sangat tertutup dan tidak mau menceritakan masalah yang dia hadapi dengan keluarganya. Pasien juga dikatakan termasuk merupakan orang pendiam dikeluarganya. Dulunya saat masih sakit pasien dikatakan tidak mau untuk berinteraksi dengan orang dan lingkungan sekitar rumahnya, namun saat ini pasien sudah mau berinteraksi, dan sudah mau bergaul dengan muda mudi banjar saat ada kegiatan banjar, walaupun terkadang pasien malas untuk keluar. Saat bekerja dahulu pasien dikatakan merupakan orang yang mandiri dan bertanggung jawab dimana pasien sering membantu ekonomi keluarganya, dan pasien juga sering membayarkan tagihan listrik, air dan pajak rumahnya. Ibu pasien menceritakan anaknya mulai sakit pada awal 2007, dimana pada saat itu banyak permasalahan yang dialami pasien. Pada saat itu pasien merupakan tulang punggung keluarga, dimana ayah pasien saat itu tidak bekera sehingga tidak memiliki penghasilan. Sedangkan ibu pasien juga memiliki penghasilan yang pas-pasan karena warung yang dimilikinya tidak seramai sekarang. Selain menanggung beban ekonomi keluarganya pasien juga dikatakan merasa beban dengan masalah keluarganya dimana ayah pasien bertengkar dengan paman pasien. Kemudian pasien juga di putus pacarnya, sehingga pasien dikatakan sering murung dan berada didalam kamarnya. Semenjak itulah pasien dikatakan sering murung, bengong dan terkadang berbicara sendiri. Pasien dikatakan sering teriak teriak di malam hari dan sering berbicara kacau. Pasien dikatakan terkadang nyambung dan juga tidak saat diajak bicara. Karena itulah pasien dikatakan diajak berobat ke RSUP sanglah. Sepulang dari RS pasien dikatakan agak tenang, pasien dikatakan sudah tidak lagi teriak teriak di malam harinya. Pasien juga dikatakan lebih tenang, walaupun pasien masih belum dapat bekerja. Pasien pernah diajak kontrol ke puskesmas, namun sepulang dari puskesmas pasiendikatakan membuang obatnya dan langsung membuang dirinya diatas motor dan mengamuk, Malam harinya pasien dikatakan mengamuk dan merobek robek ijasahnya. Lalu pasien dibawa lagi ke rumah sakit sanglah untuk dirawat, dan setelah pulang dari rumah sakit pasien dikatakan menjadi lebih tenang. Ibu pasien mengatakan sewaktu kecil anaknya lahir normal di RSUP Sanglah tanpa komplikasi. Semasih kecil anaknya sering ditingal kerja dan hanya diasuh oleh neneknya. Ibu pasien mengatakan anaknya hanya mendapat ASI dimalam hari saat ibunya pulang dari kerja. Pasien dikatakan berkembang dengan baik dan memiliki interaksi sosial dengan anak seumurannya dengan baik. Semasih SD pasien dikatakan merupakan anak cerdas dan pernah mendapat juara 1 disekolahnya. Namun ayah pasien adalah orang yang cukup disiplin. Ayah pasien dikatakan sering memarahi pasien waktu kecil. Ayah pasien dikatakan mendidik anak anaknya dengan keras, terkadang memarahi dan menghukum anak anaknya sampai nangis.
Riwayat Keluarga Pasien dan keluarganya memiliki kehidupan yang sederhana. Saat ini pasien belum menikah. Saat ini pasien tinggal bersama orang tua, nenek dan adiknya, kadang kadang adik sepupu pasien juga menginap dirumah. Pasien belum menikah, dan saat ini berumur 27 tahun. Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ibu pasien adalah anak keempat dari 5 bersaudara sedangkan ayah pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Ayah pasien saat ini bekerja sebagai buruh bangunan di daerah seminyak & kadang kadang membantu mengedarkan dupa yang dijual ibunya. Ibu pasien hanya membuka usaha warung kecil didepan rumah pasien. Adik pasien saat ini sedang kuliah semester 8 di STIKOM Denpasar. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya dikatakan cukup baik, dan keluarga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien. Saat ditanya tentang keluarga pasien yang memiliki gejala sama dengan pasien, ibu pasien mengatakan bahwa dirinya sewaktu kelas 5 SD dikatakan pernah mengalami lupa diri dan sering bengong bengong. Ibu pasien juga mengatakan dirinya sewaktu kecil melihat daun seperti uang. Hal itu dialami ibu pasien selama 3 bulan, namun setelah diajak ke dukun akhirnya sembuh. Ibu pasien juga mengatakan bahwa nenek dari pihak ibu pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien yaitu mendengar suara suara dan sering bicara sendiri. Nenek ibu pasien juga dikatakan kadang kadang tidak ingat dengan keluarga atau sedang berada dimana. Namun ibu pasien tidak yakin apakah hal itu merupakan gangguan jiwa atau tidak.
Riwayat Sosial Pasien dikatakan cukup bisa bergaul dengan teman-teman di sekolahnya namun tidak memiliki teman yang benar-benar dekat.untuk diajak berbagi cerita. Pasien memang cenderung pendiam dan jarang mengungkapkan perasaannya kepada orang-orang di sekitarnya. Jika memiliki masalah, pasien cenderung menyimpan sendiri masalahnya dan tidak menceritakannya kepada orang tau, saudara maupun teman-temannya. Pasien juga tidak terlalu banyak bicara apabila sedang berada di rumah maupun di lingkungan sekitar rumahnya. Namun pasien mengaku sudah berusaha untuk mulai lebih bergaul terhadap orang orang disekitar rumahnya. Saat ini pasien mengatakan malas untuk bekerja karena pasien merasa malas untuk dimarahi oleh bos dan bertemu teman teman baru. Pasien mengatakan lebih memilih untuk tinggal dirumah dan mengurusi ayam serta burung burung peliharaannya.
III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Interna Keadaan umum : Baik Tekanan darah : 100/60 mmHg Nadi : 86 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,5 0 C
Status General Kepala : normocephali Mata : anemia -/-, ikterus -/-, reflex pupil +/+ isokor Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-) Thoraks : simetris Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-) Pulmo : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen : bising usus (+) normal, distensi (-), hepar/lien tidak teraba Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas, edema (-) keempat ekstremitas
2. Status Neurologi GCS : E4V5M6 Tenaga : 555 555 Tonus : N N 555 555 N N Trofik : N N Reflek fisiologis : + + N N + +
3. Status Psikiatri Kesan Umum: Kesan fisik keseluruhan : penampilan tidak wajar, roman muka sesuai umur, Kontak verbal cukup dan visual kurang Perilaku dan aktivitas motorik : tenang saat pemeriksaan Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif Sensorium dan Kognisi Kesadaran : jernih Orientasi : baik Daya ingat : Segera : baik Jangka pendek : baik Jangka panjang : baik Konsentrasi : baik Berpikir Abstrak : baik Berhitung : baik Intelegensia : sesuai tingkat pendidikan Mood/Afek : inadekuat Proses Pikir Bentuk Pikir : nonlogis nonrealis Arus Pikir : koheren, perlambatan. Isi Pikir : ide bunuh diri (-) waham curiga (+) riwayat waham kendali (+) Pencerapan Halusinasi : halusinasi visual (-) , halusinasi auditorik (+), riwayat halusinasi visual (+), saat ini Halusinasi visual (-) Ilusi : tidak ada Dorongan Instingtual : Insomnia (+) tipe campuran, hipobulia (-), riwayat raptus (+), saat ini raptus (-) Psikomotor : tenang saat pemeriksaan Tilikan : 5
IV. RINGKASAN Pasien laki laki 27 tahun, pendidikan tamat SMK, Hindu, belum menikah, roman muka datar, berasal dari denpasar. Pasien datang dengan keluhan utama tidak bisa tidur. Pasien dapat menjawab nama, umur, alamat serta siapa yang menemaninya saat wawancara serta kemampuan berhitung dengan benar. Selama wawancara berlangsung pasien kooperatif, namun pasien lebih sering menunduk dan apabila menjawab tampak hanya memandang pemeriksa dengan sekilas dan tampak malu malu, lalu mengerakkan kakinya ditempat . Saat wawancara kontak verbal cukup dan visual kurang. Dikatakan awalnya pasien mengalami gangguan tidur tersebut sejak awal tahun 2007, diawali oleh masalah pada pekerjaannya, masalah pertengkaran ayah dan pamannya, dan pasien diputuskan oleh pacarnya, sehingga pasien berhenti bekerja. Sejak saat itu pasien mendengar suara suara yang tidak didengar oleh orang lain berkomentar tentang dirinya. Pasien juga sering melihat bayangan perempuan kecil yang tidak dilihat oleh orang lain. Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh robot dan membuat pasien melakukan sesuatu tidak dibawah kehendaknya. Hal tersebut menyebabkan pasien mengalami gangguan tidur, sering gelisah, dan berbicara kacau menyahuti suara suara yang berkomentar tentang dirinya. Pasien merupakan orang yang pendiam, tidak pernah mengungkapkan perasaannya dan menceritakan masalahnya kepada orang lain. Pasien juga tidak memiliki teman dekat. Pasien saat ini tidak bekerja, hanya kadang kadang membantu ayahnya mengantar dupa. Riwayat kejang demam ketika masih anak anak tidak adak. Riwayat penyakit sistemik dan trauma tidak ada. Dikatakan nenek dari ibu pasien sering mengalami gelisah dan bicara kacau. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status interna dan neurologi dalam batas normal. Dari status psikaitri didapatkan kesan umum dengan penampilan tidak wajar, roman muka sesuai umur, kontak verbal cukup dan non verbal kurang. Mood dan afek ditemukan inadekuat. Bentuk pikir non logis non realis, arus pikir koheren, isi pikir terdapat waham curiga dan tidak ada ide bunuh diri. Persepsi terdapat halusinasi visual dan auditorik. Insomnia ada, hipobulia dan raptus tidak ada. Psikomotor didapatkan tenang saat pemeriksaan dengan tilikan derajat 5.
VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL Axis I : Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.00) Axis II : Ciri kepribadian skizoid Axis III : Saat ini tidak ditemukan Axis IV : Saat ini tidak ditemukan Axis V : GAF setahun terakhir 70 61 ( GAF saat ini 60 - 51
VII. USULAN PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Psikometri Tes Warteg Tes House Man Tree Tes Mengarang
VIII. PENATALAKSANAAN a. Non Farmakologi - Psikoterapi suportif Menginformasikan kepada pasien mengenai penyakit atau gangguan yang dialami pasien, mengenai perjalanan penyakitnya, terapi yang akan diberikan, termasuk efek samping obat, lama pengobatan, pengawasan minum obat serta informasi mengenai harga obat. -Psikoedukasi keluarga b. Farmakoterapi - Risperidone 2 mg 0 1 tablet i.o - Trihexyphenidil 2 mg k/p
IX. PROGNOSIS Diagnosis : Skizofrenia Paranoid (Buruk) Onset umur : Muda (Buruk) Faktor genetik : Tidak ada (Baik) Ciri Kepribadian : Skizoid (Buruk) Pendidikan : Tamat SMK (Baik) Status Pernikahan : Belum Menikah (Buruk) Dukungan Keluarga : Ada (Baik) Faktor pencetus : Tidak jelas (Buruk) Lingkungan Sos/Eko : Cukup (Baik) Penyakit organik : Tidak ada (Baik) Perjalanan Penyakit : Kronik (Buruk) Cepat terapi : Lambat (Buruk) Tepat Terapi : Tepat (Baik) Respon Terapi : Baik (Baik) Kepatuhan Terapi : Tidak Patuh (Buruk) Insight/Tilikan : 5 (Baik) Prognosis : Dubius Ad Malam
X. ANALISIS PSIKODINAMIKA 1. Genetik / organobiologik Nenek dari ibu pasien dikatakan dulunya sering lupa dan berbicara sendiri, namun ibu pasien tidak tahu apakah itu kelainan jiwa atau tidak. Ibu pasien juga saat kecil dikatakan pernah bengong sendiri, namun sembuh setelah berobat ke dukun. Saat dalam kandungan, pasien dikatakan cukup bulan dan lahir normal di rumah sakit. 2. Pola Asuh Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Sejak kecil pasien cukup sering ditinggal oleh orang tuanya karena pekerjaan. Pasien dirawat oleh neneknya. Pasien mengaku lebih dekat dengan ibunya, namun pasien tidak terlalu dimanjakan. Ayah pasien mendidik pasien dengan cukup keras. Apabila pasien melakukan kesalahan / tidak mau belajar maka ayah pasien akan memarahi dan menghukum pasien, bahkan terakadang hingga pasien menangis. 3. Stressor Psikososial Pasien saat itu mendapatkan tekanan dari atasannya di tempat kerja, dan dirumah pasien harus melihat pertengkaran ayah dan paman pasien, selain itu pasien juga mengaku diputuskan oleh pacarnya saat itu karena pasien terlalu curiga. Namun untuk keluhan sekarang 4. Ciri Kepribadian Premorbid Pasien merupakan orang yang pemalu dan pendiam.Pasien tidak pernah menunjukkan perasaannya dan tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang tua, saudara maupun teman-temannya.Pasien cukup bisa bergaul dengan teman-temannya, namun pasien tidak memiliki teman dekat yang benar-benar bisa diajak berbagi cerita.Pasien lebih suka untuk melakukan segala sesuatunya sendiri dan tidak begitu suka bermain ke luar rumah. 5. Mekanisme Pembelaan Ego Mekanisme pembelaan ego pasien adalah represi dimana pasien sering kali menekan masalah yang dihadapinya agar tidak menjadi beban pikiran.