Você está na página 1de 5

Anamnesis dan Riwayat Penyakit

Anamnesis yang sistematik mencakup (1) keluhan utama pasien, (2) riwayat penyakit
lain yang pernah dideritanya maupun pernah diderita keluarganya, dan (3) riwayat
penyakit yang diderita saat ini. Pasien datang ke dokter mungkin dengan keluhan (1)
sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan urologi, seperti malaise, pucat, uremia
yang merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi, dan (2) lokal, seperti
nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.

Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia dirasakan
sebagai nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau berupa referred
pain (nyari yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit). Inflamasi akut pada organ
padat traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena
regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut. Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis,
maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ berongga
sperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang nyaman/discomfort.




Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada
pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang
menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.

Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltik yang
terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit,
namun hilang timbul bergantung dari gerakan perilstaltik ureter. Nyeri tersebut dapat
dirasakan pertama tama di daerah sudut kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding
depan abdomen, ke regio inguinal hingga ke daerah kemalian. Sering nyeri ini diikuti
keluhan pada sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.

Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi
vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli buli.
Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai
miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang disertai hematuria.

Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar postat
dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun umunya diaraskan
pada abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral atau nyeri rektum. Nyeri prostat
ini sering diikuti keluhan miksi seperti frekuensi, disuria dan bahkan retensi urine.

Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal dari
kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari organ di luar
skrotum). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso testis atau torsio apendiks
testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada testis atau
epididimis menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan sangat nyeri. Nyeri testis
sering dirasakan pada daerah abdomen, sehingga sering dianggap disebabkan kelainan
organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel, hidrokel,
maupun tumor testis.

Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya
merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama
pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan parafimosis
atau keradangan pada prepusium atau glans penis. Sedangkan nyeri yang terasa pada
saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit Peyronie atau priapismus (ereksi terus
menerus tanpa diikuti ereksi glans).

Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi, obstruksi,
inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi, poakisuria atau drekuensi,
nokturia dan disuria; sedangkan keluhan obstruksi meluiputi hesitansi, harus mengejan
saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi dan menentes serta masih terasa ada
sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi dan obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract
syndrome.



Gejala iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, merupakan akibat
hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda asing di
dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan buli-buli nerogen.
Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi berkemih yang lebih dari normal (keluhan
ini paling sering ditemukan pada pasien urologi). Hal ini dapat disebabkan karena
produksi urine yang berlebihan atau karena kapasitas buli buli yang menurun. Nokturia
adalah polaksuria yang terjadi pada malam hari. Pada malam hari, produksi urin
meningkat pada pasien-pasien gagal jantung kongestif dan odem perifer karena berada
pada posisi supinasi. Pada pasien usia tua juga dapat ditemukan produksi urine pada
malam hari meningkat karena kegagalan ginjal melakukan konsenstrasi urine.

Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksternum akan diikuti pengeluaran urin. Apabila
terdapat obstruksi infravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering
pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine keluar, seringkali
pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat kaki pasien. Di
pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian memancar lagi (disebut
dengan intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di
dalam buli buli dengan masih keluar tetesan urine (terminal dribbling). Apabila buli-buli
tidak mampu lagi mengosongkan isinya, akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan
diikuti dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya
makin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari yang dikenal sebagai
inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena striktura uretra anterior biasanya
ditandai dengan pancaran kecil, deras, bercabang dan kadang berputar putar.

Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang
keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat beberapa macam
inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous (urine selalu keluar),
inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat), inkontinensia urge (ada keinginan
untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli penuh).

Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya perdarahan per
uretram yang keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu diperhatikan apakah
terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses miksi (hematuria total) atau
akhir miksi (hematuria terminal). Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
pada saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.

Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi karena
adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa
menjadi gas karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes mellitus.

Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adlah adanya darah di dalam ejakulat, biasa
ditemukan pada pasien usia ubertas dan paling banyak pada usia 30-40 tahun. Kurang
lebih 85-90% mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling sering
disebabkan oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak
hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat sembuh sendiri.
Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat, adanya ingeksi
vesikula seminalis atau prostat, atau oleh karsinoma prostat.

Cloudy urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya infeksi
saluran kemih.

Keluhan pada skrotum dan isinya
Keluhan pada daerah ini yang menyebabkan pasien datang berobat ke dokter adalah,
pembesaran buah akar, varikokel, atau kriptorkismus. Pembesaran skrotum dapat
disebabkan tumor testis, hidrokel, spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.

Keluhan disfungsi seksual
Termasuk disfungsi seksual adalah penurunan libido, kekuatan ereksi menurun,
disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd (air mani tidak keluar pada saat ejakulasi ), tidak
pernah merasakan orgasmus atau ejakulasi dini.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien
dan pemeriksaan urologi. Kalainan-kelainan pada sistem urogenitalia dapat memberikan
manifestasi sistemik, atau tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan di bidang
urogenitalia kebetulan menderita penyakit lain. Hipertensi, edema tungkai, dan
ginekomasti dapat merupakan tanda dari kelainan sistem urogenitalia.

Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus
diperhatikan saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat
disebabkan oleh hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitonial. Palpasi dilakukan
secara bimanual (dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra
untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan.
Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan
pada sudut kostovertebra.

Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas
irisan/operasi di suprasiimfisis. Mass di daerah tersebut dapat merupakan tumor ganas
buli buli atau adanya buli buli yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan
palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas buli buli.

Pemeriksaan genetalia eksterna
Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,
makropensi, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna,
fimosis, fistel uretro kutan, dan tumor penis. Striktura uretra anterior yang berat dapat
menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang teraba pada palpasi di sebelah ventral
penis, berupa jaringan keras yang dikenal sebagai spongiofibrosis.

Pemeriksaan skrotum dan isinya
Perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau adanya
hipoplasia pada kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus. Untuk
membedakan antara massa padat dengan massa kistus pada isi skrotum dapat
dilakukan pemeriksaan transiluminasi pada isi skrotum.


Colok dubur (Rectal Toucher)
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah diberikan
pelicin) ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani dan
refleks bulbo-kavernous (BCR), (2) adanya massa di lumen rektum, dan (3) menilai
keadaan prostat. Penilaian refleks bulbo-kavernosus dinilai dengan merasakan adanya
reflek jepitan ani pada jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada glans penis.
Pada wanita yang sudah berkeluarga dapat dilakukan pula colok vagina untuk menilai
kemungkinan adanya kelainan pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah
di vagina, dan massa di buli-buli.

Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik
yang berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor neuron atau lesi
saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli buli neurogen.

Referensi:
Purnomo, B.B. 2008. Dasar-dasar Urologi (edisi kedua). Sagung Seto, Jakarta.

Você também pode gostar