Você está na página 1de 13

1. Laki laki 56 th dating dengan keluhan mudah lelah sejak 1 bulan yll.

Keluhan disertai
pusing. Dari anamnesis lanjutan didapatkan pasien seorang vegetarian. Pemeriksaan fisik
ditemukan konjuktiva anemis, atrofi papil, tampak kuku sendo. Hasil lab hb 7,2 . MCH
24 , MVC 72. Diagnosa pasien tersebut ?
Jawaban : Anemia definisi besi
Pembahasan : Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia
dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8
g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin
yang terjadi secara perlahan-lahan sering kali sindroma anemia tidak terlalu
menyolok dibandingkan dengan anemia lain yang penururnan kadar khemoglobinya
terjadi lebih cepat, oleh karena mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan
baik.
Gejala Khas Defisiensi Besi
merupakan Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi,tetapi tidak dijumpai pada
anemia jenis lain adalah: Koilonychia : kuku sendok, kuku menjadi rapuh,bergaris-
garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok,Atrofi papil lidah :
permukaan lidah menjadi licin dean mengkilap karena papil lidah menghilang,
Stomtitis anglaris (cheilosis) : adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai becak berwarna pucat keputihan, Disfangia : nyeri menelan karena kerusakan
epitel hpofaring, atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia, Pica :
keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim,seperti :tanan liat, es, lem, dan
lain-lain.
Anemia bersifat somatik jika hemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl. Pada
pemeriksaaan fisik dijumpai pasien yang pucat, teruama konjungtiva dan jaringan di
bawah kuku.

2. Seorang anak 6 th dating diantar oleh ibunya dengan keluhan sering bersin bersin dan
hidung gatal bila kena debu. Pasien juga mengeluh batuk 2 mggu. Apakah dasar
penyebab keadaan pasien tersebut ?
Jawaban : reaksi hipersensitivitas 1 . pembahasan dibawah :
Hipersensitivitas Tipe I
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alergi

Tes alergi (hipersensitivitas tipe I) pada kulit.
Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung atau anafilaktik. Reaksi ini
berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran
gastrointestinal. Reaksi ini dapat mengakibatkan gejala yang beragam, mulai dari
ketidaknyamanan kecil hingga kematian. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah
terpapar antigen, namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam.
Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Komponen seluler utama pada
reaksi ini adalah mastosit atau basofil. Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh keping darah,
neutrofil, dan eosinofil.
Uji diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe I adalah tes kulit
(tusukan dan intradermal) dan ELISA untuk mengukur IgE total dan antibodi IgE spesifik untuk
melawan alergen (antigen tertentu penyebab alergi) yang dicurigai. Peningkatan kadar IgE
merupakan salah satu penanda terjadinya alergi akibat hipersensitivitas pada bagian yang tidak
terpapar langsung oleh alergen). Namun, peningkatan IgE juga dapat dikarenakan beberapa
penyakit non-atopik seperti infeksi cacing, mieloma, dll. Pengobatan yang dapat ditempuh untuk
mengatasi hipersensitivitas tipe I adalah menggunakan anti-histamin untuk memblokir reseptor
histamin, penggunaan Imunoglobulin G (IgG), hyposensitization (imunoterapi atau
desensitization) untuk beberapa alergi tertentu.
[1]

Hipersensitivitas Tipe II


Pemfigus, contoh hipersensitivitas tipe II pada anjing.
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan
imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.
Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada sel atau jaringan yang secara langsung berhubungan
dengan antigen tersebut. Pada umumnya, antibodi yang langsung berinteraksi dengan antigen
permukaan sel akan bersifat patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel.
[2]

Hipersensitivitas dapat melibatkan reaksi komplemen (atau reaksi silang) yang berikatan dengan
antibodi sel sehingga dapat pula menimbulkan kerusakan jaringan. Beberapa tipe dari
hipersensitivitas tipe II adalah:
Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal),
Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti penisilin yang dapat menempel
pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi
kemudian berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah
merah), dan
Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga
menyebabkan kerusakan ginjal).
[3]

Hipersensitivitas Tipe III
Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya
pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini
ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan. Pada kondisi normal, kompleks antigen-
antibodi yang diproduksi dalam jumlah besar dan seimbang akan dibersihkan dengan adanya
fagosit. Namun, kadang-kadang, kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen (spora fungi,
bahan sayuran, atau hewan) yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi
antibodi terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-
antibodi secara terus-menerus. Hal ini juga terjadi pada penderita penyakit autoimun.
Pengendapan kompleks antigen-antibodi tersebut akan menyebar pada membran sekresi aktif dan
di dalam saluran kecil sehingga dapat memengaruhi beberapa organ, seperti kulit, ginjal, paru-
paru, sendi, atau dalam bagian koroid pleksus otak.
[4]

Patogenesis kompleks imun terdiri dari dua pola dasar, yaitu kompleks imun karena kelebihan
antigen dan kompleks imun karena kelebihan antibodi. Kelebihan antigen kronis akan
menimbulkan sakit serum (serum sickness) yang dapat memicu terjadinya artritis atau
glomerulonefritis. Kompleks imun karena kelebihan antibodi disebut juga sebagai reaksi Arthus,
diakibatkan oleh paparan antigen dalam dosis rendah yang terjadi dalam waktu lama sehingga
menginduksi timbulnya kompleks dan kelebihan antibodi. Beberapa contoh sakit yang
diakibatkan reaksi Arthus adalah spora Aspergillus clavatus dan A. fumigatus yang menimbulkan
sakit pada paru-paru pekerja lahan gandum (malt) dan spora Penicillium casei pada paru-paru
pembuat keju.
[4]

Hipersensitivitas Tipe IV


Perbesaran biopsi paru-paru dari penderita hipersensitivitas pneumonitis menggunakan
mikrograf.
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat
(delayed-type). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.
Waktu cukup lama dibutuhkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresi
sitokin dan kemokin, serta akumulasi makrofag dan leukosit lain pada daerah yang terkena
paparan. Beberapa contoh umum dari hipersensitivitas tipe IV adalah hipersensitivitas
pneumonitis, hipersensitivitas kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
kronis (delayed type hipersensitivity, DTH).
[5]

Hipersensitivitas tipe IV dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori berdasarkan waktu awal
timbulnya gejala, serta penampakan klinis dan histologis. Ketiga kategori tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
[1]

Tipe
Waktu
reaksi
Penampakan
klinis
Histologi Antigen dan situs
Kontak
48-72
jam
Eksim (ekzema)
Limfosit, diikuti
makrofag; edema
epidermidis
Epidermal (senyawa organik,
jelatang atau poison ivy, logam
berat , dll.)
Tuberkulin
48-72
jam
Pengerasan
(indurasi) lokal
Limfosit, monosit,
makrofag
Intraderma (tuberkulin,
lepromin, dll.)
Granuloma
21-28
hari
Pengerasan
Makrofag, epitheloid
dan sel raksaksa,
fibrosis
Antigen persisten atau
senyawa asing dalam tubuh
(tuberkulosis, kusta, etc.)
Referensi
1. ^
a

b

c
(Inggris)Hypersensitivity Reactions. Abdul Ghaffar.
2. ^ David K. Male, Jonathan Brostoff, Ivan Maurice Roitt, David B. Roth (2006).
Immunology. Mosby. ISBN 978-0-323-03399-2.
3. ^ (Inggris)Hypersensitivity Douglas F. Fix.
4. ^
a

b
(Inggris)Fritz H. Kayser (2004). Medical Microbiology. Thieme. ISBN 978-1-
58890-245-0.
5. ^ (Inggris)Tak W. Mak, Mary E. Saunders, Maya R. Chaddah (2008). Primer to the
immune response. Academic Press. ISBN 978-0-12-374163-9.

3. Seorang perempuan 45 th dating dengan keluhan menstruasi lama lebih dari 3 mggu.
Keluhan disertai pusing. Pada pemeriksaan fisik normal. Hasil lab HB 7,0. Pada
pemeriksaan apusan darah tepi didapatkan mikrositik hipokromik. Apakah diagnosis
pasien tersebut ?
Jawaban : anemia definisi besi . pembahasan di no. 1 pdf

4. Seorang perempuan usia 24 th blm menikah mengeluh nyeri saat BAK. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan suprapubik. Pemeriksaan urin didapatkan bau
busuk, sedimen leucosit 10-20/Lpb, nitrat (+), darah samar (+), protein <0,5/dl, apakah
diagnosis pasien tersebut ?
Jawaban : sistitis
Pembahasan : Tanda dan gejala Sistitis Bakteri yang mungkin timbul:
Air seni yang berbau busuk
Air seni yang berwarna keruh
Darah di air seni (hematuria)
Demam
Mengalami kesulitan mengosongkan kandung kemih meskipun ada dorongan kuat untuk
buang air kecil
Nyeri saat buang air kecil (disuria)
Rasa sakit pada bagian bawah perut
Rasa sakit pada panggul
Sering buang air kecil
Manifestasi klinis : Pasien sistitis mengalami urgency, sering berkemih, rasa panas
dan nyeri pada saat berkemih, nokturia, dan nyeri atau spasme pada area kandung
kemih, dan suprapubis. Piuria (adanya sel darah putih dalam urin), bakteri, dan sel
darah merah (hematuria) ditemukan pada pemeriksaan dan mengidentifikasi apakah
organisme gram negatif atau positif (Brunner & Suddarth, 2002).
Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine,
nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.
Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge uretra
prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont:
hestansi, aliran lemah).
Pielonefrritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam
menetap meskipun di obati dengan antibiotik.

5. Seorang laki laki usia 35 th dating dengan keluhan batuk berdahak, batuk dirasakan
semakin berat sejak 10 hari yang lalu. Terdapat demam, sesak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 39,5 C, RR 28 x/menit. Vesikuler paru menurun, terdapat suara ronkhi
basah halus paru kiri bawah. Hasil rongen thorax didapatkan gambaran bercak kesuraman
difus diparu bawah kiri. Apakah diagnosis pasien trsbt ?? jawaban :

6. Seorang wanita 35 th datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 6 bulan yll. Pasien
merasa sulit tidur, tidak nafsu makan dan berat badan turun 3 kg. pasien cemas akan
kondisi keluarga karena suami selingkuh. Apakah terapi pasien tersebut ?
Jawaban : Diazepam
Pembahasan : Golongan anti cemas
Obat ini memberi kasiat menghilangkan rasa cemas melalui penguatan inhibitor GABA
(gama acid amino biturat).

Sehingga obat ini akan memberi terapi pada kasus- kasus:
Gangguan cemas umum
Cemas karena stress
Gangguan tidur
Phobia
Cemas karena PTS
Cemas dengan kondisi medik
Cemas karena tindakan medis
Gangguan kejang
Histeria

Macam -macam obatnya :
1. Diazepam(Valium,Valisanbe,Validex)
2. Chlordiazepoxide(Cetabrium)
3. Alprazolam(Atarax,Xanax)
4. Clobazam
5. lorazepam (Ativan)
6. buspirone
7. hidroxyzine
8. Bromazepam
Golongan anti psikotik :Obat-obat jenis ini digunakan untuk menghilangkan gejala
psikotik seperti waham dan halusinasi ,penghayatan diri.Untuk obat jenis konvesional
biasanya hanya mampu menghilangkan gejala psitip saja, tetapi obat jenis atipkal bisa
menghilangka gejala positip dan gejala negatip.

1. chlorpromazine (promagtil,largagtil)
2. haloperidol(haldol2mg,5mg)
3. trifluoperazine (stelasin 2mg 5mg)
4. perphenazine
5. fluphenazine
6. thioridazine(meleril)
7. pimozide
8. clozapine(clozaril)
9. sulpirideh
10. risperidone(Persidal)
11. quetiapine
12. Olanzapine
Golongan anti depresi
Obat obat ini sangat bermanfaat untuk pengobatan gejala depresi seperti mutisme
,hipoaktif dan disforik,.Disamping itu bisa untuk mengobati keadaan panic,enurises,pada
anak dengan gangguan perhatian,bumilia narkolepsi dan ,obsesi kumpulsif.Tiga jenis
obat anti depresan yaitu Golongan Tricyclik,selective serotonin reuptake inhibitor
(SSRI),monoamine oksidase inhibitor

Macam macam obat anti depresan.
1. Amitriptyline(trilin}
2. Imipramine
3. Clomipramine
4. Fluoxentine(Kalcetin)
5. Srtraline(Fridep)
6. Amoxapine
7. Moclobenide
8. Citalopram
9. Duloxetine
10. Venlafaxine
11. Maprotiline
12. Fluvoxamine
13. Mirtazapine
14. Paroxetine
15. Tianeptine
16. Mianserine

Golongan anti maniak :obat-obat ini berguna untuk menghilangkan gejala manik seperti
logorhoe,hiperaktive euforia
1. Lithium carbonte
2. Carbazepine
3. Haloperidol
7. Laki laki 35 tahun datang dengan keluhan BAK keruh sejak 1 mggu yll. Riwayat 1 bulan
yll bermain dengan PSK. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan secret
mukopurulen pada ostium uretra ekterna pasien. Apakah pemeriksaan tambahan yang
sesuai pada kasus ?
Jawaban : gram
Pembahasan : Cara Pengambilan Sampel : Punksi Suprapubik, Kateter, Urin Porsi
Tengah, Pemeriksaan Dipstik, Pemeriksaan Mikroskopik Urin, Kultur dan pewarnaan
gram urine ( dari urine porsi tengah atau spesimen lansung dari katater)
8. Seorang laki laki 30 th datang dengan keluhan nyeri mata kanan setelah dilempar batu.
Keluhan diikuti oleh mual dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan hifema total pada
bilik mata. Pemeriksaan selanjutnya yang tepat adalah ??
Jawaban : pemeriksaan TIO . pembahasan di folder.

9. Seorang bayi usia 6 bulan dibawa oleh ibunya dengan keluhan tidak mau makan dan
minum dan bayi rewel. Keluhan sejak 4 bulan yll. Bayi sudah dicoba dengan susu
formula dan makanan apapun tapi tidak mau. Berat bayi saat ini 6600, BB/TB <70%.
Apakah diagnosis pasien tersebut ?
Jawaban : esophagitis
Pembahasan : Gejala-Gejala Dari Eosinophilic Esophagitis : Gejala utama pada kaum
dewasa dengan eosinophilic esophagitis adalah kesulitan dalam menelan makanan padat
(dysphagia). Secara spesifik, makanan menyangkut pada esophagus setelah ia ditelan.
Gejala-gejala yang kurang umum termasuk heartburn dan nyeri dada. Pada anak-anak,
gejala-gejala yang paling umum adalah nyeri perut, mual, muntah, batuk, dan gagal
untuk tumbuh dengan subur.

10. Seorang laki laki 35 th dengan keluhan sesak nafas dan batuk sejak 1 hari yll. Dari
anamnesa ditemukan riwayat sesak nafas berulang sejak kecil. Pada pemeriksaan fisik
pasien tampak sesak dan lebih menyenangi posisi duduk. Apakah terapi pasien tersebut ?
Jawaban :

11. Seorang perempuan 17 th datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yll. Riwayat
sesak nafas waktu kecil terutama saat musim hujan dan terhirup debu. Pasien mengatakan
sudah minum obat dari dokter tetapi tidak membaik dan sukar bernafas. Pemeriksaan gas
darah PCO2 70 PO2 60 ekses base -10. Standar bicnat rendah. Diagnosis pasien tersebut
adalah ?
Jawaban : Bronchitis asmatikus
Pembahasan :
Bronkitis asmatik juga sering ditemukan pada anak-anak, namun umumnya
disebabkan oleh adanya kelainan pada sistem pernafasan yang mungkin dimiliki sejak
lahir atau adany sifat turunan. Jika bronkitis asmatik terjadi pada orang dewasa
umumnya disebabkan oleh kebiasaan buruk yakni merokok.
Berdasarkan diagnosa bronkitis asmatik terjadi lebih dominan pada asma.
sekitar 50% bronkitis asmatik terjadi pada anak-anak sejak usia bayi maupun balita.
Jika pada anak gejala bronkitis asmatik umumnya sama dengan gejala bronkitis dan asma
biasa seperti bersin dan batuk yang disebabkan oleh adanya infeksi pernasapan seperti
bronkitis yang menyebabkan batuk dan perubahan suara menjadi serak, bronkitis asma,
atau bronkitis walaupun terdapat banyak bukti bahwa ada keterbatasan aliran udara
variabel dan diagnosa yang tepat adalah asma.
Secara umum maupun medis, penyebab dari Bronchitis Asthmatic Chronis Atau
Bronchitis Asmatis ini belum diketahui secara pasti, namun kebanyakan kasus yang
terjadi Bronchitis Asthmatic Chronis Atau Bronchitis Asmatis ini terjadi akibat paparan
udara kotor baik yang ada di lingkungan tepat tinggal maupun lingkungan di mana
penderita bronchitis astmatic kronis itu berada , serta rokok yang selalu menjadi biang
keladi dari penyebab timbulnya berbagai penyakit pernafasan.

12. Seorang peempuan 56 tahun mengeluh sakit kepala sejak 3 hari yll dan tengkuk terasa
tegang. Pasien tidak ada riwayat merokok. Tensi 160/90. Apakah penanganan yang tepat
pada pasien tersebut ?
Jawaban : captopril
Pembahasan : Captopril merupakan obat umum yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah. Obat ini merupakan obat golongan ACE (Angiotensin Converting
Enzyme) inhibitor. Captopril dapat digunakan bersamaan dengan obat anti hipertensi
golongan lain untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jadi dari namanya pun
sudah dapat dimengerti bahwa captopril menghambat kerja enzim yang mengubah
angiotensin. Angiotensin II merupakan suatu zat aktif yang mengakibatkan
vasokonstriksi (mengecilnya pembuluh darah). Jadi secara logika, bila zat yang
mengakibatkan pembuluh darah mengecil dihambat, maka pembuluh darah akan tetap
besar sehingga tekanan di dalam pembuluh darah itu pun tidak meningkat. Hal ini tentu
saja dapat dijelaskan, karena secara hukum fisika, tekanan akan meningkat bila luas
penampangnya mengecil dan tekanan akan menurun bila luas penampangnya besar.
Captopril tidak hanya menurunkan tekanan darah
namun juga melindungi jantung. Obat ini merupakan obat yang sangat baik pada pasien
hipertensi dengan gangguan jantung seperti gagal jantung atau pasca serangan jantung. Untuk
masalah ini tidak ada obat yang memiliki efektifitas lebih tinggi daripada obat golongan ACEI
termasuk captopril sehingga captopril merupakan salah satu obat dewa bagi penderita
hipertensi karena harganya yang murah dan sudah teruji sekian lama dapat menurunkan angka
morbiditas.
13. Seorang wanita 29 th hamil 8 mggu periksa ke klinik dg BB 45 kg TB 150cm. berapakah
penambahan BB ideal yg sesuai dg IMT ?
Jawaban :

14. Seorang wanita usia 20 th dating ke klinik dg keluahan mimisan





No 15. Jawaban : Warna merah keunguan
Pembahasan : Asfiksia bisa juga terjadi akibat dari tertutupnya jalan nafas. Kondisi ini
terjadi setelah korban tidak sadar dan tidak ada usaha untuk bernafas. Akhirnya, korban mati.
Gambaran klasik asfiksia termasuk:
15

1. kongesti pada wajah
kulit tampak kemerahan pada wajah dan kepala akibat hambatan aliran kembali vena ke
jantung oleh kompresi leher
2. edema pada wajah
pembengkakan jaringan akibat transudasi cairan dari vena akibat peningkatan vena hasil
obstruksi aliran kembali vena ke jantung
3. sianosis pada wajah
warna biru pada kulit akibat adanya darah terdeoksigenasi dalam sistem vena yang terkongesti
serta kadang-kadang turut melibatkan sistem arteri.
4. peteki pada kulit wajah dan mata
perdarahan halus sebesar ujung jarum lazim ditemukan di wajah dan sekitar kelopak mata selain
pada konjunktiva dan sklera akibat darah bocor dari vena kecil yang mengalami peningkatan
tekanan. Keadaan ini diduga akibat hipoksia dinding pembuluh darah namun belum terbukti
pasti. Peteki bukan tanda diagnostik asfiksia karena dapat ditemukan pada keadaan batuk atau
bersin yang terlampau keras. Hal yang terkait peteki wajah adalah peteki visceral yang disebut
Tardieu spots yang sebelumnya dianggap tanda khas asfiksia kini sudah terbukti bukan tanda
terjadinya obstruksi pernapasan.

No. 16 jawaban : inj furosemid
Pembahasan : Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai
diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel
tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak
mempengaruhi tekanan darah yang normal
No.17 jawaban : gagal ginjal akut
Pembahasan : Tanda dan gejala gagal ginjal akut antara lain:
Berkurangnya urin saat buang air
Terlalu banyak menyimpan cairan di dalam tubuh yang menyebabkan pembengkakan
pada area kaki
Perasaan mengantuk
Napas pendek
Lelah
Perasaan bingung
Mual
Kejang atau koma pada kasus yang parah
Nyeri atau perasaan tertekan pada dada
No.18 jawaban : mikrositik hipokromik
Pembahasan : anak umur 5 th, mcv 70, mchc 27

Nilai eritrosis Rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga Indeks eritrosit/ sel darah
merah merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap (Complete blood
count) yang memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai
banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit. Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis
penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit eritrosit/ sel darah merah). Indeks/
nilai yang biasanya dipakai antara lain :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume
rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan fermatoliter/ rata-rata ukuran eritrosit.
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu
banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan
dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah gram hemoglobin per dL eritrosit)

CARA PENETAPAN MASING-MASING NILAI :
Nilai untuk MCV, MCH dan MCHC diperhitungkan dari nilai-nilai ; (a) hemoglobin (Hb), (b)
hematokrit (Ht), dan (c) Hitung eritrosit/ sel darah merah (E). Kemudian nilai-nilai tersebut
dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
1. MCV (VER) = 10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)
2. MCH (HER) = 10 x Hb : E, satuan pikogram (pg)
3. MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
Nilai normal :
MCV: 82-92 femtoliter
MCH: 27-31 picograms / sel
MCHC: 32-37 gram / desiliter

TUJUAN PENETAPAN NILAI ERITROSIT RATA-RATA
Eritrosit/ sel darah merah berfungsi sebagai tranportasi hemoglobin dengan kata lain juga
mentranportasikan oksigen (O2), maka jumlah oksigen (O2) yang diterima oleh jaringan
bergantung kepada jumlah dan fungsi dari eritrosit/ sel darah merah dan Hemoglobin-nya.
Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan MCH dan MCHC mencerminkan isi
hemoglobin eritrosit. Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini digunakan untuk mendiagnosis
jenis anemia yang nantinya dapat dihungkan dengan penyebab anemia tersebut. Anemia
didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb per eritrosit (MCH) :
Anemia mikrositik : nilai MCV kecil dari batas bawah normal
Anemia normositik : nilai MCV dalam batas normal
Anemia makrositik : nilai MCV besar dari batas atas normal
Anemia hipokrom : nilai MCH kecil dari batas bawah normal
Anemia normokrom : nilai MCH dalam batas normal
Anemia hiperkrom : nilai MCH besar dari batas atas normal

INTERPRETASI HASIL ABNORMAL
Tujuan akhir dari penetapan nilai-nilai ini adalah untuk mendiagnosis penyebab anemia. Berikut
ini adalah jenis anemia dan penyebabnya:
Normositik normokrom, anemia disebabkan oleh hilangnya darah tiba-tiba, katup jantung
buatan, sepsis, tumor, penyakit jangka panjang atau anemia aplastik.
Mikrositik hipokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, keracunan timbal,
atau talasemia.
Mikrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan hormon eritropoietin dari
gagal ginjal.
Makrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kemoterapi, kekurangan folat, atau
vitamin B-12 defisiensi.
No 19 jawaban : Hipertiroid
PEMBAHASAN : Hipertiroid : berarti kelenjar gondok bekerja meleb ihi kerja normaal
sehingga biasanya kelenjar gondok membesar dan juga akan didapatkan hasil laboratorium untuk
hormon TSH, T3 dan T4 yang berada di atas ambang normal.
Pada Hipertiroid, terjadinya peradangan kelenjar tiroid maupun adanya neoplasma atau tumor
kelenjar gondok, menyebabkan kelenjar membesar, terlihat dari munculnya benjolan atau massa
yang bisa diraba pada leher tengah bagian depan. Ciri khasnya: benjolan itu akan turut
bergerak saat penderita melakukan gerakan menelan. Artinya bila penderita disuruh melakukan
gerakan menelan, maka si benjolan tadi bergerak ke atas dan ke bawah, mengikuti irama gerakan
menelan si penderita.

Você também pode gostar