A. Sejarah Desa Tulung Setiap daerah mempunyai sejarah dan dongeng sendiri, yang dilewatkan dalam pembicaraan di malam selamatan atau obrolan saat sedang jaga kampung di gardu/pos juga obrolan warung kopi. Dongeng itu secara turun temurun diwariskan dari orang-orang yang lebih tua. Ceritanya kadang-kadang jauh dari rasional sulit dibuktikan dengan waktu, sampai-sampai ada yang menghubungkan mitos tertentu pada tempat-tempat keramat. Di desa kami mempunyai nama desa yang menjadikan seseorang berkarakter, bersahabat bahkan warganya dalam bertingkah tidak sampai hati meninggalkan simbol desa yang abstrak ini. Memang kejadian cerita sangat unik dan sederhana sehingga nama itu menjadi panutan bagi yang mendengarnya. Alkisah pada jaman kerajaan Islam diceritakan seorang kelana tua berpakaian ala sunan menunjukkan sikap kebingungan ia mondar-mandir di depan beberapa orang yang sedang memotong-motong kayu besar dan meratakan gundukan tanah untuk tempat peristirahatan sementara. Karena merasa kasihan kelana tua itu ditanyai dengan suara yang agak keras. Dia tak menjawab, namun balik bertanya. Desa apa ini? Si pekerja serentak menjawab . Ini desa matamu karena jawaban menyinggung perasaan, terjadilah dialog bernada tinggi, sehingga diakhiri pertengkaran. Konon para pekerja merasa kalah sehingga berhamburan sambil berteriak. Tulung-tulung (Bahasa Indonesia: Tolong) Dengan spontan orang berjubah itu secara histeris berteriak, yen ono rejane jaman kampung iki dak jenengi desa Tulung (kalau ada ramainya kampung ini saya namai Desa Tulung). Kesimpulan dari legenda itu membawa hikmah. Karena kalau berbicara dengan orang yang selalu sibuk atau bekerja berat, diharapkan menanggapi dengan sabar, tidak mudah tersinggung, dan tahu situasi dan kondisi. Begitulah dari tahun ke tahun cerita yang unik itu diwariskan dengan cara turun- temurun. B. Sejarah Pemerintahan Desa Sejak dulu desa Tulung terdiri dari Dusun Panggang dan Desa Tulung dipimpin seorang lurah. Untuk Dusun dipimpin oleh kepolo (Kasun). Secara kronologis kepemimpinan lurah di Desa Tulung sebagai berikut :
1. Sonto Karso Menjabat Kepala Desa Tahun 1842 1878 2. Ngatijah Menjabat Kepala Desa Tahun 1878 1901 3. Sono Kromo Rejo Menjabat Kepala Desa Tahun 1901 1941 4. Setro Angsal Menjabat Kepala Desa Tahun 1941 1945 5. Noto Taram Menjabat Kepala Desa Tahun 1945 1954 6. Wiro Sari Menjabat Kepala Desa Tahun 1954 1955 7. H. Towiro Menjabat Kepala Desa Tahun 1955 1990 8. Semangku Menjabat Kepala Desa Tahun 1990 1998 9. H. Ali S.H Menjabat Kepala Desa Tahun 1998 2007 10. Budi Aswin Menjabat Kepala Desa Tahun 2007 sampai sekarang Pemilihan Kepala Desa dari Sonto Karso dan Ngatijah secara transparan karena pemilih terdiri di belakang calon Kepala Desa yang disenangi: (Istilah dulu Getok-getok uwi) dari Sono Kromo Rejo sampai H. Towiroh dilaksanakan pemilihan dengan cara memasukkan biting (kayu kecil pendek) ke Bumbung (seruas kayu bambu) dalam bilik. Pemilihan Kepala Desa dari Semangku sampai Budi Aswin dilaksanakan seperti Pemilu. Tentang pembantu kepala Desa seperti Carik, Modin, Kebayan dan Kepolo sejak dari kepala Desa Sonto Karso sampai dengan Kepala Desa Semangku pelaksanaannya ditentukan oleh Lurah atau kepala Desa itu sendiri.
C. Sejarah Pembangunan Desa Sejarah perkembangan dan pembangunan Desa Tulung diceritakan pada hal-hal yang menonjol pada setiap era kepemimpinan Kepala Desa. Dari yang pertama sampai sekarang. 1. Masa Kepemimpinan Lurah Sonto Karso (1842 1878) a. Sebagai orang yang dipercaya sebagai Lurah pertama. b. Seseorang yang memperhatikan makam-makam para pendiri atau leluhur desa terbukti dengan pemberian tanda-tanda makam. c. Pemrakarsa pembuatan telaga minum 2. Masa Kepemimpinan Lurah Ngatijah (1878 1901) Pandai melindungi rakyatnya dari kekejaman Belanda dengan cara tipu muslihatnya. 3. Masa Kepemimpinan Lurah Sono Kromo Rejo (1901 1941). a. Penentang penjajah saat warganya diminta sebagai kerja paksa. b. Lurah pertama yang memperhatikan bidang pertanian dengan adanya saluran air untuk kebutuhan pertanian. 4. Masa Kepemimpinan Lurah Setro Angsal (1941 1945) Masa Kepemimpinanya hanya 3 Tahun diakibatkan oleh situasi peralihan penguasa wilayah (Belanda Jepang RI) 5. Masa Kepemimpinan Lurah Noto Taram (1945 1954) a. Menanam kedisiplinan sebagai warga, tak segan-segan memberi hukuman pada warganya. b. Membangun rasa patriot pada warganya, banyak membantu tentara untuk keperluan logistik. c. Pembuatan saluran air untuk keselamatan Desa dan untuk pertanian. d. Pendalaman Telaga Air Minum 6. Masa kepemimpinan Lurah Wiro Sari (1944 1955) a. Membangun tempat-tempat ibadah, merintis pendidikan agama Islam pada warga secara jamaah. b. Pembenahan saluran air untuk pertanian. c. Penambahan hak tanah menjadi Gogolan. 7. Masa Kepemimpinan Lurah H. Towiroh a. Penanaman disiplin warga b. Pendirian Langgar, Masjid, Sekolah MI, SDN, Jamaah Tahlil, Pemberantasan buta huruf, pendidikan ditingkatkan. c. Pendirian Stan Pasar, Lumbung Desa, Plengsengan Tanggul Desa. d. Pembuatan lapangan olah raga. e. Mendirikan grup kesenian (Wayang kulit, ludruk, Tayuban, Karak/Manten, Sunatan, dan Kerawitan Palapa. f. Penambah jumlah gogolan. g. Pemadatan jalan, pembuatan jembatan, Balai Desa, Polindes. h. Menjaga dan melestarikan adat Desa. i. Pembentukan RT, RW dan penggantian nama jabatan pamong Desa menajadi Sekdes, dan Kaur-kaur. j. Penggagas dana swadaya. k. Pembuatan Waduk Desa, Pelebaran dan pendalaman Telaga Minum. l. Sering mengadakan turnamen sepak bola. 8. Masa Kepemimpinan Lurah Sumangku (1990 1998) a. Merehab dan membuat jembatan baru b. Pembenahan saluran air. c. Penambahan Luas makam. d. Pemadatan jalan poros Desa. e. Pelebaran dan pendalaman telaga minum f. Pembinaan Karang Taruna dan olahraga. g. Pelesterian adat Desa. 9. Masa Kepemimpinan Lurah H. Ali, S.H (1998 2007) a. Penambahan pembangunan Musholla. b. Pemadatan jalan c. Rehabilitasi Masjid d. Rehab MI, SD, dan TK, Polindes, Kantor dan Balai Desa. e. Plesterisasi rumah warga kurang mampu. f. Pelebaran dan pendalaman air minum dan penampungan air bersih. g. Pengadaan SPP dan Perguliran SPP untuk menunjang usaha ekonomi lemah. 10. Masa Kepemimpinan Lurah Budi Aswin (2007 sampai sekarang) a. Pembangunan Balai Dusun Panggang. b. Rehab Balai Desa. c. Rehab Rumah (RTSM) d. Pendalaman Waduk e. Pembangunan Taman f. Pengurukan Lapangan Olah raga. g. Pavingisasi jalan lingkungan dan jalan poros Desa. h. Pembenahan saluran air (irigasi) i. Pelestarian adat Desa j. Pengadaan SPP dan Perguliran untuk menunjang ekonomi lemah.
D. Pembagian Administratif Wilayah Secara Administratif Desa Tulung merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Adapun batas-batas Desa Tulung yaitu (Tabel 1.1): Tabel 1.1 Batas-batas Desa Tulung No Arah mata angin Batas Desa 1 Sebelah Utara Lampah 2 Sebelah Selatan Slempit 3 Sebelah Barat Glindah 4 Sebelah Timur Turirejo (Sumber : Profil Desa Tulung, 2014)
Foto 1.1
Peta Desa Tulung
Adapun luas wilayah Desa Tulung seluas 219,952 ha dengan perincian sebagai berikut: 1. Permukiman : 400,062 ha 2. Sawah : 145,890 ha 3. Tegalan : 26,750 ha 4. Pekarangan : 4 ha 5. Waduk : 3 ha 6. Kuburan / Makam: 0,250 ha dengan pembagian luas wilayah dan administratif untuk masing-masing Dusun/RW yang teridentifikasi sebagai berikut (Tabel 1.2): Tabel 1.2 Data Pembagian Wilayah Desa Tulung Dusun / RW Jumlah RW Jumlah RT Tulung 4 8 Panggang 1 2 (Sumber : Profil Desa Tulung, 2014) Sedangkan orbitasi dan waktu tempuh pusat Pemerintahan Desa dengan pusat - pusat pemerintahan adalah sebagai berikut : 1. Jarak ke ibukota Kecamatan : 5 km 2. Jarak ke ibukota Kabupaten : 20 km 3. Jarak ke ibukota Propinsi : 35 km
Foto 1.2
Suasana Desa Tulung
C. Tingkat Pendidikan Masyarakat Di desa Tulung terdapat dua institusi pendidikan yakni SDN Tulung dan MI Mambaul Ulum. Adapun komposisi penduduk Desa Tulung jika ditinjau dari tingkat pendidikan terbagi menjadi 8 kelompok, detail pengelompokan dan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam Tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Dusun Tingkat Pendidikan S . 2
Dari tabel diatas diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan penduduk Desa Tulung adalah lulusan SD sampai dengan SMA.
Foto 1.3
SDN Tulung dan MI Mambaul Ulum
D.Kondisi Sosial Masyarakat di Desa Tulung tergolong tipikal masyarakat pedesaan hal ini tergambar dari struktur masyarakat yang bersifat paguyuban, dimana tingkat kepedulian dan kebersamaan yang tinggi terhadap sesama warga dan sumbangsih peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing merupakan bentuk tanggung jawab warga untuk menjunjung tinggi transparansi maupun legalitas yang proporsional dalam setiap peran kemasyarakatannya. Potensi dan kontribusi masyarakat terhadap sistem pengambilan keputusan dan pola pembangunan secara partisipatif Desa Tulung masih didominasi oleh tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dilibatkan dalam penyelenggaraan rapat-rapat pengambilan keputusan ditingkat Desa Tulung . Foto 1.4
Masjid Desa Tulung
E. Kondisi Ekonomi Kondisi perekonomian sangat tergantung pada hasil pertanian dan mencari barang bekas (rongsokan). Persebaran jenis pekerjaan warga Desa Tulung dapat dilihat dari tabel 1.4 berikut : Tabel 1.4. Jenis Pekerjaan No Dusun Pekerjaan Karya wan swast a PNS/ TNI/P olri Pens iuna n Peda gang Tuk ang Peta ni Buru h tani Lain nya` 1 Tulung 194 15 4 32 14 98 125 1 2 Panggan g 56 2 - 6 6 22 52 - Sumber : Profil Desa Tulung, 2014 Dari tabel 1.4 diatas terlihat bahwa mata pencaharian warga Desa Tulung sebagian besar adalah sebagai petani, buruh tani, dan karyawan swasta. Foto 1.5 Jenis Pekerjaan mayoritas warga desa tulung
Berbanding lurus dengan jenis pencaharian warga desa seperti pada tabel 1.4 di atas maka tingkat kesejahteraan penduduk terlihat sebagaimana pada tabel 1.5 berikut: Tabel 1.5 Tingkat Kesejahteraan No. Dusun Tingkat Kesejahteraan Miskin Sedang Mampu 1 Tulung 24 324 54 2 Panggang 6 90 26
F. Gambaran Kelembagaan Masyarakat Dari hasil pemetaan yang dilakukan diketahui bahwa kelembagaan yang ada di Kelurahan Tulung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik adalah terdiri dari lembaga formal dan lembaga non formal desa. Adapun lembaga formal antara lain: 1. Pemerintah Desa a. Kepala Desa b. Sekertaris Desa c. Kepala Urusan Keuangan d. Ketua Dusun e. Ketua RW f. Ketua RT 2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 3. Lembaga Ketahanan Desa (LKD) 4. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) 5. Linmas 6. Karang Taruna Adapun lembaga non formal antara lain: 1. Takmir masjid 2. Remaja Masjid 3. Jamiyah Yasin dan Tahlil Fatayat NU 4. Jamiyah Yasin dan Tahlil RT 5. Jamiyah Diba dan Shalawat 6. Jamiyah Hadrah (Ishari) 7. Jamiyah Manaqib Al Ubudiyah 8. Jamiyah Thariqah Qodiriyah wan Naqsabandiyah 9. Jamiyah Khatmil Quran 10. Jamiyah Qasidah Burdah G. Gambaran Pertanian Desa Tulung Desa Tulung merupakan desa yang berada pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut, yang berkondisi datar. Sedangkan suhu udara berkisar 26 - 31 C. Wilayah Tulung memiliki kalender musiman yang sesuai dengan kondisi musim yaitu seperti pada tabel 1.6 berikut
Tabel 1.6 Kalender musim tanam dan panen Desa Tulung De s Jan Fe b Ma r Apr Me i Jun Jul Ag u Se p Ok t Nop Musim Tanam 1 Musim Tanam 2 Musim Tanam 3 Musim Hujan Kemarau Hujan Curah Hujan Tinggi Sedang Rendah sedang Padi Pa nen Ta na am Pa nen Ta na am
Jagung Tana m pane n
Kangk u Ng Tana m pane n
Tebu pane n tana m
Kacang Hijau Tana m pan en
1. Musim tanam pertama (Rendeng) yaitu pada bulan Desember s/d Maret. Pada musim ini lahan pertanian di Tulung mayoritas ditanami padi karena pada musim ini curah hujan sangat tinggi, sehingga pengairan menjadi mudah 2. Musim tanam kedua yaitu bulan April s/d Juni, biasanya pada musim ini penduduk Tulung menanam Jagung atau kangkung karena pada musim ini curah hujan mulai turun, sehingga pengairan agak sulit. 3. Musim Tanam ketiga (Tigo) pada musim ini air cenderung sulit di dapat, pengairan sawah hanya mengandalkan air telaga, sehingga kebanyakan petani menanam jagung atau kacang hijau yang tidak membutuhkan pengairan yang banyak. 4. Sedangkan hasil pertanaian lain yang ditanam oleh petani Tulung adalah tebu. Tebu biasanya ditanam pada bulan juni-juli dan dipanen 11 bulan kemudian ketika musim giling di pabrik gula tiba.
Foto 1.8 Foto 1.9
Lahan Kacang Hijau Lahan Jagung
Foto 1.10 Foto 1.11
Lahan Kangkung Lahan Tebu Foto 1.
Lahan Padi
H. Adat Istiadat Desa Tulung Beberapa adat yang sampai kini masih dipertahankan di desa tersebut yaitu: 1. Ruwat desa Ruwat desa merupakan tradisi jawa yang masih dianut oleh penduduk Tulung. Ruwat desa adalah tradisi bancaan yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa untuk menolak bala dan membuang sangkala, dengan harapan hari-hari berikutnya penduduk dan desa itu terhindar dari bala dan murka Sang Kala Tradisi ruwat desa biasanya dilaksanakan pada pertengahan bulan Ruwah pada kalender jawa atau bulan Syaban pada penanggalan Hijriyah. Adapun acara pada ruwat desa biasanya dilakukan pada pagi hari, dimana seluruh penduduk datang ke makam desa yang dikeramatkan dengan membawa tumpeng dan sesaji lainnya. Selanjut pada malamnya di hari yang sama diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
2. Megengan Megengan merupakan perpaduan tradisi kraton Mataram yang Islami dan Majapahit yang bercorak Hindu. Tradisi ini biasanya dilakukan pada bulan ruwah kalender jawa atau bulan Syaban pada penanggalan Hijriyah. Biasanya penduduk datang ke makam leluhur menjelang bulan Puasa, mereka berkirim doa di makam keluarga dengan menabur bunga setaman Nyekar sekaligus membersihkan makam. Pada sore harinya di rumah biasanya penduduk membuat ambeng untuk dibagikan kepada tetangga sekitar. Yang tidak boleh terlewat dari ambeng tersebut adalah kue apem. Konon kue ini dapat dijadikan bantal bagi tidurnya arwah keluarga yang telah meninggal.
3. Nyusuk Nyusuk adalah tradisi mencari ikan beramai-ramai di waduk atau tambak setelah ikan dipanen. Ini dilakukan karena pasca panen, biasanya debit air surut dan masih menyisakan ikan. Alat yang digunakan sangat sederhana. Namanya susuk, bentuknya menyerupai sangkar ayam dalam ukuran kecil. Cara menggunakanya pun juga tidak terlalu susah, cukup disusukkan berulang-ulang ke tambak yang airnya nyemek- nyemek. Dan ikan akan terperangkap di dalamnya. Tradisi nyusuk itu ada yang gratis ada juga yang berbayar. Nyusuk di desa Tulung adalah gratis karena dilakukan di waduk milik desa. Karena, selain berfungsi sebagai pengairan waduk juga kerap ditanami ikan. Hasil panen ikan menjadi pendapatan asli desa, sementara masyarakat diberi kesempatan menikmatinya dengan nyusuk gratis. Pendapatannya tentu beda, sesuai dengan kepiawaiannya masing-masing. Bagi yang terampil tentu akan mendapat hasil yang lumayan.
The Happiness Project: Or, Why I Spent a Year Trying to Sing in the Morning, Clean My Closets, Fight Right, Read Aristotle, and Generally Have More Fun