Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dikenal pula istilah-istilah lain untuk kelembaban yang umum, contohnya
istilah temperatur dew point, yang diartikan sebagai temperatur dimana gas
atau udara dalam keadaan saturasi. Hubungan antara temperatur dan
kelembaban digambarkan pada gambar berikut :
Gambar C.7. Hubungan Temperatur dan Kelembaban
A
DP
B
T
A
T
DP
T
B
H
u
m
i
d
i
t
y
Temperature
Campuran udara-air pada keadaan yang temperatur dan kelembabannya
terletak pada titik A didinginkan sampai mencapai temperatur dew point-
nya (T
dp
), yang terletak pada kurva saturasi dimana proses kondensasi
akan mulai terjadi. Jika gas atau udara tersebut didinginkan lagi, maka
proses kondensasi akan terjadi untuk menjaga gas atau udara tersebut tetap
dalam keadaan saturasi. Proses pendinginan dari Ta ke Tb dilukiskan pada
garis yang dibentuk A-DP-B .
Istilah lanjut dalam kelembaban adalah humidity heat (s), yang
diartikan sebagai panas yang dibutuhkan untuk mendapatkan satuan massa
dari udara kering ditambah dengan massa dari uap air pada kondisi
temperatur yang berbeda dan tekanan tetap, sehingga :
Dimana :
= kapasitas panas spesifik uap air (1.88 kJ/kg)
Parameter-parameter lain yang juga dipertimbangkan adalah panas laten
dari evaporasi, h
lg
Dimana :
h
lg
= panas laten evaporasi pada temperature 0
o
C (273.15 K)
C
pl
= kapasitas panas spesifik (4.18 kJ/kg)
Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature)
Temperatur bola kering adalah temperatur yang umum diukur dan
digunakan. Temperatur ini diukur oleh sebuah termometer yang
menggunakan air raksa yang mempunyai bola kering pada sisi ujungnya ,
dilambangkan dengan lambang T
db
.
Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature)
Temperatur bola basah adalah temperatur dari udara yang diukur dengan
alat psychrometer, udara dihembuskan pada alat ukur ini yang memiliki
termometer yang memiliki bola diselubungi oleh kain basah. Jika udara
yang dihembuskan relatif kering, maka air akan menguap pada bola
tersebut lebih cepat dan akibatnya pembacaan pada bola basah lebih
rendah jika dibandingkan dengan pembacaan temperatur pada bola kering.
Jika udara yang dihembuskan lembab, maka proses penguapannya akan
lebih lambat sehingga mengakibatkan pembacaan temperatur bola
basahnya mendekati pembacaan temperatur bola kering. Pembacaan
temperatur bola basah ini dilambangkan dengan lambang, T
wb
.
Diagram phsycrometric
Diagram ini berhubungan denga kelembaban relatif (), temperatur
bola basah (T
wb
), temperature bola kering (T
db
) dan juga berisi informasi
tambahan seperti nilai entalpi dan volume spesifik. Dasar diagram
psychrometric diilustrasikan dalam gambar berikut :
Gambar C.8. Cara Pembacaan Diagram Psikrometrik
Temperatur bola kering (Tdb) ditunjukkan oleh garis horizontal
dan kelembaban () ditunjukkan oleh garis vertikal. Pada sisi kiri
diagramnya terdapat kurva yang disebut dengan garis saturasi. Seluruh
keadaan saturasi dari gas atau udara terletak pada kurva ini. Kurva ini
disebut juga kurva dengan nilai kelembaban relatifnya sebesar 100% dan
kurva dengan nilai selain 100% secara umum juga mempunyai pola atau
bentuk yang sama. Garis dari temperatur bola basah ditunjukkan oleh garis
yang arahnya turun ke sisi sebelah kanan, sementara untuk garis volume
spesifik bentuknya hampir mirip tetapi turunnya agak lebih curam. Untuk
garis entalpi bentuk garisnya agak sedikit parallel dengan garis temperatur
bola basah. Untuk udara dalam keadaan saturasi, nilai dari temperatur bola
kering, nilai dari temperature bola basah, dan temperatur dew point-nya
akan mempunyai nilai yang sama.
Diagram psychrometric ini dihitung dan dilukiskan pada tekanan
atmosfir standar dan untuk penggunaan diagram pdychrometric pada
tekanan yang lebih dari 1 atm, nilai datanya harus dikoreksi untuk
mengkompensasi akibat pengaruh tekanan atau didalam perhitungan kita
bisa langsung menggunakan tabel-tabel yang sudah dikekuarkan oleh
Cooling Tower Institute.
Perpindahan Panas dan Massa
Teori dari proses perpindahan panas dan massa yng umum
digunakan dan dipakai dikembangkan oleh Merkel. Teori Merkel ini
menggunakan analisis berdasarkan perbedaan potensial entalpi yang
dikenal sebagai Driving Force. Masing-masing partikel air diasumsikan
dikelilingi oleh lapisan tipis dari udara dan perbedaan entlapi antara
lapisan tipis dan udara yang mengelilinginya menghasilkan driving force
untuk terjadinya proses pendinginan. Penurunan bentuk persamaan dari
merkel dapat dijelaskan melalui gambar brikut ini :
Gambar C.9. Skema Operasi Menara Pendingin
Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Besarnya laju
aliran udara (G), laju aliran air (L), kelembaban udara () dan besarnya
kalor akibat pembebanan (q) yang nilainya adalah laju aliran kalor (Q)
dibagi dengan besarnya luasan aliran pada menara pendinginan (A). Pada
sistem pendinginan ini terjadi perpindahan kalor dan massa antara udara
sekitar yang memiliki temperatur lebih rendah dari air yang masuk ke
menara pendingin dan menyebabkan udara yang keluar menara pendingin
dan memiliki tingkat kelembabanyang lebih tinggi. Kondisi-kondisi ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kesetimbangan energy yang terjadi pada udara :
Kesetimbangan energi yang terjadi pada air :
Penggabungan dua persamaan diatas akan menghasilkan persamaan berikut :
Jumlah air yang ditambahkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan
adalah :
Dengan mensubstitusikan persamaan 3 dan persamaan 4 maka didapat :
Penggabungan persamaan 2 dan persamaan 5 akan menghasilkan :
Total perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower terdiri dari
perpindahan kalor secara difusi dan perpindahan kalor secara konveksi
yaitu :
Pada persamaan 8 ini menunjukkan perbandingan antara perpindahan
kalor secara konveksi dengan perpindahan kalor secara difusi.
Perpindahan panas sensible dari air pada temperature T ke udara pada
temperatur t dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
a = luas efektif dari permukaan air per satuan volume cooling tower
dV
= turunan pertama dari volume cooling tower
Luasan bidang perpindahan panasnya adalah :
Dimana dL adalah laju difusi uap air
Dengan menggunakan hubungan kelembaban massa maka dapat dituliskan
sebagai berikut :
Dimana : K = Koefisien perpindahan massa secara menyeluruh
Total perpindahan panas dq yang diberikan oleh persamaan 7 dan dalam
bentuk turunan pertama adalah :
Persamaan 15 dapat diubah menjadi :
*
+
[(
) (
)]
Dengan menambahkan persamaan 16 dengan C.(T-t) lalu dikurangi
dengan C.(T-t) maka akan didapat sebagai berikut :
[
)]
Karena , dimana C adalah kalor kelembaban
(humidity heat), maka :
[
)]
Pada persamaan ini, nilai
dq dapat diartikan sebagai bentuk penurunan entalpi dari air atau bentuk
kenaikan entalpi dari udara dan besar nilai keduanya adalah sama,
sehingga :
(
)
Untuk operasi cooling tower pada keadaan normal, besarnya jumlah air
yang hilang akibat penguapan lebih kecil dari 2%, sehingga didalam
perhitungan dapt diasumsikan laju aliran airnya adalah tetap sebesar L .
(
Untuk kesetimbangan energi secara keseluruhan (persamaan 3) adalah :
Dimana L =L
1
+L
2
Maka :
Dengan asumsi bahwa penguapan yang terjadi pada cooling tower
diabaikan,
maka :
Dengan menyelesaikan persamaan 20 maka didapat bentuk persamaan
menjadi :
Karena
Kemudian persamaan 22 ini dikalikan dengan G/L dan besarnya nilali C
p
untuk air adalah satu sehingga didapatkan persamaannya menjadi :
Dan untuk persamaan 21 menjadi :
Besarnya nilai
)
Dimana :
) (
Dimana :
c. Perhitungan Kemampuan Cooling tower
Besarnya nilai L/G dan KaV/L yang didapat dari pengolahan data
hasil pengujian dapat digambarkan pada grafik karakteristik cooling tower
yang diberikan oleh pabrik pembuat. Melalui besarnya nilai tersebut maka
sebuah garis harus digambarkan paralel terhadap kurva karakteristik yang
dikeluarkan pabrik pembuat. Untuk mengetahui kinerja atau kemampuan
dari suatu cooling tower dapat ditentukan dengan cara berikut ini :
Besarnya nilai L/G perpotongan yang didapat dari perpotongan garis L/G
hasil nilai pengujian dengan Garis desain approach dibagi dengan nilai
desain dari L/G. Pada nilai L/G perpotongan besarnya nilai (NTU)
test
sama
dengan (NTU)
desain
Perhitungan dengan menggunakan kurva kinerja
Dalam menghitung dengan menggunakan kurva kinerja, terlebih dahulu
harus mempunyai kurva kinerja dari cooling tower minimum, terdiri atas tiga
set kurva yang masing-masing terdiri dari 90%, 100%, dan 110% dari desain
air sirkulasi cooling tower. Masing-masing kurva mewakili temperatur bola
basah pada sumbu horizontal dan temperatur air dingin pada sumbu
vertikalnya dan mempunyai skala kenaikannya minimum 0.5
o
F dan
maksimum 5
o
F per inci. Ketiga kurva ini harus dibuat menjadi satu kurva
berdasarkan pada data-data cooling range, temperatur air dingin yang keluar
cooling tower dan sirkulasi air yang masuk pada cooling tower. Perhitungan
dari kinerja cooling tower ini adalah perbandingan perkiraan jumlah aliran air
yang diperkirakan (Q
predicteed
) dengan jumlah aliran air yang diatur (Q
adjusted
)
hasil pengujian (gpm) dan dirumuskan dengan persamaan
)
C.8 Permasalahan Kinerja Cooling Tower
Kinerja dari cooling tower akan menurun disebabkan oleh penurunan kinerja
dari proses perpindahan panas yang terjadi pada cooling tower. Faktor-faktor yang
menyebabkannya antara lain :
Terbentuknya kerak (scale)
Ketika air menguap dari cooling tower dan meninggalkan kerak pada
permukaan paking yang berasal dari mineral-mineral yang terbawa dan tidak
larut di dalam air, maka kerak yang terbentuk akan berfungsi sebagai
penghalang pada saat terjadinya perpindahan panas antara udara dan air.
Terlalu banyaknya kerak (scale) yang terbentuk juga dapat sebagai tanda
adanya masalah dalam proses water treatment.
Mampatnya Pendistrubusian Air Sirkulasi (Clogged Spray Nozzles)
Tumbuhan lumut (algae) dan endapan-endapan yang terkumpul pada basin
cooling tower dapat juga terbawa ke distribusi air (spray nozzles) dan lama-
kelamaan akan mengakibatkan beberapa spray nozzles mampat. Hal ini akan
mengakibatkan tidak meratanya pendistribusian air ke paking-paking
sehingga mengurangi permukaan kontak air dengan udara pada proses
perpindahan panas. Masalah ini juga digunakan sebagai tanda adanya
masalah pada proses water treatment dan juga adanya masalah saringan yang
mampat.
Terganggunya Aliran Udara
Kurangnya aliran udara yang masuk cooling tower akan mengurangi
jumlah perpindahan panas yang terjadi antara air dengan udara. Kurangnya
udara yang mengalir dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
o Kotoran yang terbentuk pada sisi masuk atau sisi keluar paking
o Kerusakan yang terjadi pada fan blade
o Berubahnya alignment motor dan kipas
o Kurang perawatan pada gearbox
o Turunnya kinerja fan motor
o Berubahnya besar sudut susunan fan blade
Jika berkurangnya aliran udara disebabkan oleh buruknya kinerja dari motor
atau fan, maka kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan
menyeluruh dari motor atau fan tersebut secara tiba-tiba.
Turunnya Kinerja Pompa Cooling Tower
Aliran air sirkulasi yang sesuai sangat penting sekali di dalam
pencapaian yang optimum pada proses perpindahan panas yang terjadi pada
cooling tower. Kegagalan pada bantalan pompa, kavitasi yang terjadi,
mampatnya saringan pada sisi masuk pompa, getaran berlebih yang terjadi
dan kondisi operasi yang di luar desain, semuanya itu akan menyebabkan
turunnya kinerja dari cooling tower. Selain itu juga akan mengakibatkan
kegagalan yang tiba-tiba pada pompa tersebut.