Você está na página 1de 4

Hal hal yang perlu diperiksa atau diamati dalam analisa semen adalah faktor

keadaan makroskopis meliputi warna, volume, bau, pH, viskositas dan likuefaksi. Sedangkan
faktor mikroskopis meliputi jumlah spermatozoa per ml, motilitas spermatozoa dan morfologi
spermatozoa.

Pemeriksaan Makroskopis Semen
Pemeriksaan Makroskopis semen meliputi:
Warna
Warna normal adalah putih / agak keruh. Kadang kadang ditemukan juga warna
kekuning-kuningan atau merah. Warna kekuning-kuningan mungkin disebabkan karena
radang saluran kencing atau abstinensi terlalu lama. Warna merah biasanya oleh karena
tercemar sel eritrosit (hemospermi) (WHO, 2010)
Volume
Cairan semen yang ditampung diukur dengan gelas ukur, dan dikatakan normospermi bila
volumenya normal yaitu dengan batas bawah 1,5 ml. Aspermi bila tidak keluar sperma pada
waktu ejakulasi. (WHO, 2010)
Secara kasar volume semen terdiri dari sekret kelenjar bulbouretral (3%), sekret kelenjar
prostat (20%), spermatozoa dengan cairan dari epididimis (7%), dan sisanya yang merupakan
bagian terbesar dari vesica seminalis (70%). Mengenai cara pengeluarannya, pada waktu
terjadi ejakulasi mula-mula sekret kelenjar prostat, baru spermatozoa dengan cairan dari
epididimis dan ampula, lalu yang terakhir cairan seminalis.
Volume semen sangat bervariasi antara tiap tiap pria, bahkan pada seorang pria pada
setiap ejakulasi. Faktor faktor yang mempengaruhi sangat banyak, antara lain lamanya
abstinensia, keadaan emosi ataupun rangsangan pada waktu terjadinya ejakulasi. (Edward
EW, 1995)
Bau
Spermatozoa mempunyai bau khas. Bau ini mungkin disebabkan oleh proses oksidasi dari
spermia yang diproduksi oleh prostat. Semen dapat berbau busuk atau amis bila terjadi
infeksi.
pH
Cara untuk mengetahui keasaman semen digunakan kertas pH atau lakmus, biasanya
sifatnya sedikit alkalis. Semen yang terlalu lama akan berubah pHnya.
Pada infeksi akut kelenjar prostat, pHnya berubah menjadi di atas 8, atau menjadi 7,2
misalnya pada infeksi kronis organ-organ tadi. WHO memakai kriteria normal yang lazim
yaitu 7,2 7,8. (WHO, 2010)
Viskositas
Viskositas semen diukur setelah mengalami likuifaksi sempurna (15 20 menit setelah
ejakulasi). (WHO, 2010)
Pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara:
a) Dengan pipet pasteur : semen diisap ke dalam pipet tersebut, pada waktu pipet
diangkat maka akan tertinggal semen berbentuk benang pada ujung pipet. Panjang
benang diukur, normal panjangnya 3 5 cm.
b) Menggunakan pipet yang sudah distandardisasi (Elliason). Pipet dalam posisi
tegak, lalu diukur waktu yang diperlukan setetes semen untuk lepas dari ujung
pipet tadi, angka yang normal adalah 1 2 detik.
Likuefaksi
Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami likuefaksi dalam 60 menit, walau pada
umumnya sudah terjadi dalam 15 menit. Pada beberapa kasus, likuefaksi lengkap tidak terjadi
dalam 60 menit. Hal ini bisa terjadi bila mengandung granula seperti jelly (badan gelatin
yang tidak mencair), tetapi tidak memiliki makna secara klinis. Bila hal ini ditemukan akan
sangat mengganggu dalam analisis semen, sehingga perlu dibantu dengan pencampuran
enzimatis (WHO, 2010).

Pemeriksaan Mikroskopis Semen
Pemeriksaan Mikroskopis semen meliputi:
Jumlah spermatozoa per ml
Perlu diketahui yang dimaksud dengan konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa
per ml semen. Jumlah spermatozoa total ialah jumlah seluruh spermatozoa dalam ejakulat.
Nilai batas bawah konsentrasi sperma adalah 15 x 10
6
spermatozoa per ml. sedangkan untuk
nilai batas bawah jumlah spermatozoa total adalah 39 x 10
6
spermatozoa per ejakulat (WHO,
2010).
Motilitas spermatozoa
Motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi:
1. Motilitas Progresif (PR): spermatozoa bergerak aktif, baik secara linier maupun dalam
lingkaran besar, tanpa memperhatikan kecepatan.
2. Motilitas Non-Progresif (NP) : semua pola motilitas lainnya tanpa progresifitas,
seperti berenang dalam lingkaran kecil, kekuatan flagel tak mampu menggerakkan
kepala spermatozoa, atau hanya detak flagel yang dapat diamati.
3. Imotilitas (IM): tidak ada gerakan
Nilai batas bawah untuk motilitas total (PR + NP) adalah 40%. Sedangkan nilai batas bawah
untuk motilitas progresif (PR) adalah 32% (WHO, 2010).
Morfologi spermatozoa
Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh bentuk kepala, leher, tanpa adanya
sitoplasmik droplets dan bentuk ekor. Semen yang normal mengandung setidaknya 4%
spermatozoa normal (WHO, 2010).
Parameter Pemeriksaan Nilai Batas Bawah
Volume semen (ml) 1,5 (1,4 1,7)
Total jumlah sperma (10
6
per ejakulat) 39 (33 46)
Konsentrasi sperma (10
6
per ml) 15 (12 16)
Total motilitas (PR + NP, %) 40 (38 42)
Motilitas progresif (PR, %) 32 (31 34)
Morfologi sperma (bentuk normal, %) 4 (3 4)
pH 7,2
Tabel 1. Nilai batas bawah dari karakteristik semen (disertai interval tingkat kepercayaan
95%) (WHO, 2010).


Nomenklatur untuk beberapa variabel semen
Karena kadang kadang sulit untuk menguraikan semua penyimpangan variabel semen
normal dengan kata dan angka, maka telah disusun suatu nomenklatur untuk menjelaskan
perubahan yang dibicarakan. Perlu diingat bahwa nomenklatur ini hanya menguraikan
beberapa variabel semen dan tidak menyatakan suatu hubungan sebab akibat. Dengan
catatan tersebut, maka nomenklatur ini dapat digunakan sebagai berikut: (WHO, 2010)
Nomenklatur Penjelasan
Aspermia Tidak ada semen (tidak ada atau ejakulasi retrograde )
Asthenozoospermia Persentase motil progresif (PR) spermatozoa di bawah
nilai batas bawah
Asthenoteratozoospermia Persentase dari kedua motil progresif (PR) dan
spermatozoa dengan morfologi normal di bawah nilai
batas bawah
Azoospermia Tidak ada spermatozoa saat ejakulasi
Cryptozoospermia Spermatozoa tidak terlihat dalam sediaan segar, tapi
terdapat dalam sediaan pelet disentrifugasi
Haemospermia
(haematospermia)
Adanya eritrosit ejakulasi

Leukospermia
(leukocytospermia,
pyospermia)
Adanya leukosit dalam ejakulasi di atas nilai ambang
batas
Necrozoospermia Rendahnya persentase hidup spermatozoa dan persentase
yang tinggi dari immotil spermatozoa saat ejakulasi
Normozoospermia Jumlah (atau konsentrasi, tergantung pada hasil yang
dilaporkan) spermatozoa, dan persentase progresif motil
(PR) dan spermatozoa dengan morfologi normal , sama
dengan atau di atas nilai batas bawah
Oligoasthenozoospermia Jumlah (atau konsentrasi, tergantung pada hasil yang
dilaporkan) spermatozoa, dan persentase progresif motil
(PR) spermatozoa, di bawah nilai batas bawah
Oligoasthenoteratozoospermia Jumlah (atau konsentrasi, tergantung pada hasil yang
dilaporkan) spermatozoa, dan persentase dari kedua
semakin motil (PR) dan spermatozoa dengan morfologi
normal, di bawah nilai batas bawah
Oligoteratozoospermia Jumlah (atau konsentrasi, tergantung pada hasil yang
dilaporkan) spermatozoa, dan persentase spermatozoa
dengan morfologi normal, di bawah nilai batas bawah
Oligozoospermia Jumlah (atau konsentrasi, tergantung pada hasil yang
dilaporkan) spermatozoa di bawah nilai batas bawah
Teratozoospermia Persentase spermatozoa dengan morfologi normal di
bawah nilai batas bawah
Tabel 2. Nomenklatur karakteristik semen (WHO, 2010).


Referensi
1. WHO. 2010. WHO laboratory manual for the examination and processing of human
semen, 5th ed. WHO Press, Geneva
2. Edward, EW. Semen Evaluation in Reproductive Medicine and Surgery. By Mosby
Year Book. Inc. St Louis 1995 : 526 -45.

Você também pode gostar