Você está na página 1de 16

TUGAS SEJARAH FISIKA

TENTANG
TOKOH ABAD PERTENGAHAN
ABU BAKAR MUHAMMAD IBNU
ZAKARIA AL-RAZI
DI SUSUN
O
L
E
H
NAMA : HANA DAFOROSA R SIAGIAN
NIM : 4123321021
PRODI / KELAS : PEND. FISIKA / EKS A 2012
MATA KULIAH : SEJARAH FSIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014


TOKOH ABAD PERTENGAHAN
ABU BAKAR MUHAMMAD IBNU ZAKARIA AL-RAZI
A. PENDAHULUAN
Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi, yang disebut dengan Al-Razi adalah
seorang ilmuwan muslim yang memiliki profesi sebagai seorang dokter, dosen, fisikawan,
kimiawan, sekaligus seorang filosof. Di bidang filsafat Al-Razi memiliki pemikiran yang
sangat orisinil dan mandiri, yang dalam beberapa hal berbeda dari alur pemikiran kebanyakan
ulama muslim pada masanya. Para filosof dan pemikir muslim pada umumnya berusaha
menyelaraskan pemikirannya dengan agama, sementara Al-Razi dikenal sebagai sosok yang
memilih jalan filsafat untuk mendekati berbagai persoalan, termasuk persoalan keagamaan .
Secara teoritis, filsafat Al-Razi memungkinkan untuk dikembangkan sebagai landasan
yang dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru di bidang pendidikan. Pola yang dapat
ditempuh adalah dengan menjadikannya sebagai pijakan dalam memahami persoalan-
persoalan mendasar dalam pendidikan, mengingat ada kenyataan bahwa problem-problem
utama filsafat juga merupakan problem utama pendidikan.
Dalam hal ini filsafat Al-Razi harus diposisikan sebagai pandangan hidup (way of life)
atau pandangan dunia (world view) yang memuat konsep-konsep pemikiran tentang dasar
realitas atau kebenaran yang diyakini dan ditempatkan sebagai realitas yang senyatanya.
Pemahaman atas realitas mendasari rumusan tentang cita-cita ideal kehidupan sebagai bagian
dari tujuan hidup yang diharapkan adanya. Nilai-nilai kebenaran yang diyakini diupayakan
dapat ditanamkan dalam kehidupan kemasyarakatan, baik dalam tatanan sosial, budaya,
politik, ekonomi, hukum, maupun berbagai aspek kehidupan lainnya melalui berbagai cara, di
antaranya melalui proses pendidikan.
Secara fungsional filsafat Al-Razi juga dapat dijadikan dasar perumusan teori-teori
pendidikan yang lebih spesifik. Pemikiran Al-Razi yang mengkaji hal-hal di balik dunia fisik
memberikan bekal pemahaman tentang hakekat, makna dan tujuan hidup, yang menjadi
bagian integral dari tujuan pendidikan.
Filsafat Al-Razi juga memberikan bekal pemahaman tentang hakekat manusia, yang
membantu pemahaman potensi-potensi psikis. Di dunia pendidikan, pemahaman kejiwaan
penting artinya untuk dapat memberi perlakuan yang tepat terhadap subyek didik dalam
proses pendidikan.
Pemikiran epistemologi Al-Razi memberi gambaran tentang sumber, metodologi serta
jenis pengetahuan, termasuk sistem nilai yang harus diajarkan. Hakekat ilmu atau
pengetahuan yang menjadi substansi pendidikan ditentukan oleh pandangan epistemologi
yang digunakan. Karena itu pandangan ini terkait dengan filsafat moral yang menyajikan
konsep kebenaran berkenaan dengan tata nilai, sebab dalam tataran praktis ilmu tidak dapat
dilepaskan dari nilai.

B. PEMBAHASAN
1. Biografi Al-Razi
Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Al-Razi.
Al-Razi dikenal sebagai dokter, filsuf, kimiawan, dan pemikir bebas (250-313 H/864-
925 M atau 320 H/932 M), oleh orang Latin dipanggil Rhazes, dilahirkan di Rayy,
dekat Teheran (pen: Iran) sekarang. Al-Razi mempunyai hubungan darah dengan
bangsa Parsi (Iran) dan lahir di zaman kejayaan Abbasiyah.
Al-Razi belajar ilmu kedokteran kepada Ali ibn Rabban Ath-Thabari. Al-Razi
belajar filsafat kepada Al-Balkhi. Al-Balkhi adalah orang yang banyak melakukan
perjalanan, menguasai filsafat dan ilmu-ilmu kuno. Beberapa orang mengatakan
bahwa Al-Razi menghubungkan dengan dirinya sendiri buku-buku filsafat Al-Balkhi.
Di kota kelahirannya, Al-Razi terkenal sebagai dokter. Karena itu, ia
memimpin sebuah rumah sakit di Rayy, ketika Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn
Azad menjadi Gubernur Rayy, dari tahun 290-296H/902-908M . Al-Razi merupakan
seorang dokter yang memiliki jiwa dan pikiran yang didasarkan pada filsafat.
Perpaduan filsafat dan kedokteran menjadikan kualitas keilmuan Al-Razi memiliki
nilai plus dibanding para pendahulunya.

2. Karya-Karya Al-Razi
Al-Razi banyak menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak,
optik, iklim, dan alkemi. Buku-buku Al-Razi menurut Ibn An-Nadim adalah 118
buku, 19 surat, 4 buku, 6 surat, dan satu makalah, jumlah seluruhnya 148 buah. Ibn
Abi Usaibiah menyebutkan 236 karyanya, tetapi beberapa di antaranya tidak jelas
pengarangnya.
Buku-buku Al-Razi yang banyak jumlahnya dikelompokkan menjadi:
a. Ilmu kedokteran
b. Ilmu fisika
c. Logika
d. Matematika dan astronomi
e. Komentar, ringkasan, dan ikhtisar
f. Filsafat dan ilmu pengetahuan hipotesis
g. Metafisika
h. Teologi
i. Alkimia
j. Atheisme
k. Campuran

Adapun karya-karya Al-Razi yang masih dapat dinikmati sampai sekarang
meskipun buku-buku tersebut dihimpun dalam satu kitab yang dikarang oleh orang
lain adalah:
a. Al-Tibb al-Ruhani
b. Al-Shirath al-Falasafiyah
c. Amarat Iqbal al Daulah
d. Kitab al-ladzdzah
e. Kitab al Ibnu al Ilahi
f. Makalah fi mabadd altalbiah
g. Al Syukur Ala Proclas

Menurut Supriyadi di antara buku Al-Razi yang dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Ath-Thib Ar-Ruhani
b. Ash-Shirat Al-Falsafiyyah
c. Amarat Iqbal Ad-Daulah
d. Kitab Al-Ladzdzah
e. Kitab Al-Ilm Al-Ilahi
f. Maqalah fi Mabad Ath-Thabiah
g. Al-Hawi fi Ath-Thibb
h. Manshiri
i. Kitab Sirr Al-Asrar
j. Muluki
k. Kitab Al-Jami Al-Kabir

3. Filsafat Al-Razi
Filsafat Al-Razi meliputi: filsafat lima kekal, filsafat rasionalis, filsafat moral.
a. Filsafat Lima Kekal
Lima ajaran kekal Al-Razi menurut Nasution (2008:18) adalah: (1) Materi,
merupakan apa yang ditangkap dengan panca indera tentang benda, (2) Ruang,
karena materi mengambil tempat, (3) Waktu, karena materi berubah-ubah
keadaannya, (4) Di antara benda-benda ada yang hidup, karena itu perlu ada ruh,
(5) Semua ini perlu pada Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
Menurut Ali ajaran lima kekal Al-Razi yaitu: (1) Al-Bari Taala, Tuhan Pencipta
Yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna. (2) An-Nafsul- Kulliyah, Jiwa Universal
yang hidup dari jasad ke jasad sampai suatu waktu menemukan kebebasan yang
hakiki. (3) Al-Hayulal-Ula, materi pertama yang dari padanya Tuhan menciptakan
dunia. Materi ini terdiri dari atom-atom yang mempunyai volume. Atom-atom ini
mengisi ruang sesuai dengan kepadatannya. Atom tanah adalah yang paling padat,
kemudian menyusul air, hawa, dan api. (4) Al-Makanul-Mutlaq, ruang yang
absolut, abadi tanpa awal dan tanpa akhir. (5) Az-Zamanul- Mutlaq, masa yang
absolut, abadi tanpa awal dan tanpa akhir.
1) Al-Bari Taala, Tuhan Pencipta Yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna.
Tuhan bersifat sempurna. Tidak ada kebijakan setelah tidak sengaja, karena itu
ketidaksengajaan tidak bersifat kepada-Nya. Kehidupan berasal dari-Nya
sebagaimana sinar datang dari matahari Tuhan mempunyai kepandaian yang
sempurna dan murni. Kehidupan ini adalah mengalir dari ruh. Tuhan
menciptakan sesuatu dan tidak ada yang bisa menandingi dan tidak ada yang
bisa menolak kehendak-Nya. Tuhan Maha Mengetahui, segala sesuatu. Tetapi
ruh-ruh hanya mengetahui apa yang berasal dari eksperimen. Tuhan
mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan membutuhkan kesenangan
materi.
2) An-Nafsul- Kulliyah, Jiwa universal yang hidup dari jasad ke jasad sampai
suatu waktu menemukan kebebasan yang hakiki.
Tuhan tidak menciptakan dunia lewat desakan apapun tetapi Tuhan
memutuskan penciptaan-Nya setelah pada mulanya tidak berkehendak tidak
menciptakannya, Tuhan menciptakan manusia guna menyadarkan ruh dan
menunjukkan kepadanya, bahwa dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya
dalam arti hakiki. Manusia tidak akan mencapai dunia hakiki ini, kecuali
dengan filsafat, mereka mempelajari filsafat, mengetahui dunia hakiki,
memperoleh pengetahuan akan selamat dari keadaan buruknya. Ruh-ruh tetap
berada dalam dunia ini sampai mereka disadarkan oleh filsafat akan rahasia
dirinya. Melalui filsafat manusia dapat memperoleh dunia yang sebenarnya,
dunia sejati atau dunia hakiki.
3) Al-Hayulal-Ula, materi pertama yang dari padanya Tuhan menciptakan dunia.
Menurut Ar-Razi kemutlakan, materi pertama terdiri dari atom-atom, setiap
atom mempunyai volum yang dapat dibentuk. Dan apabila dunia ini
dihancurkan, maka ia akan terpisah-pisah dalam bentuk atom-atom. Dengan
demikian materi berasal dari kekekalan, karena tidak mungkin menyatakan
suatu yang berasal dari ketiadaan sesuatu.
4) Al-Makanul-Mutlaq, ruang yang absolut, abadi tanpa awal dan tanpa akhir.
Menurut Ar-Razi ruang adalah tempat keadaan materi, beliau mengatakan
bahwa materi adalah kekal dan karena materi itu mempunyai ruang yang kekal.
Bagi Ar-Razi ruang terbagi menjadi dua yakni waktu universal (mutlak) dan
waktu tertentu (relatif ), ruang universal adalah tidak terbatas dan tidak
tergantung pada dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sedangkan
ruang yang relatif adalah sebaliknya.
5) Az-Zamanul- Mutlaq, masa yang absolut, abadi tanpa awal dan tanpa akhir.
Waktu adalah subtansi yang mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi membagi waktu
dua macam yakni waktu mutlak dan waktu relatif (terbatas). Waktu mutlak
adalah keberlangsungan, ia kekal dan bergerak. Sedang gerak relatif adalah
gerak lingkungan-lingkungan, matahari dan bintang gemintang.
Filsafat lima yang kekal Al-Razi tersebut mengisyaratkan bahwa di balik dunia
fana terdapat jiwa tak terbatas yaitu Tuhan sebagai Pencipta kosmos, Jiwa
Yang Mutlak yakni ruh tersebut menjelma pada alam, di mana ruh mempunyai
inti yang disebut ide atau berpikir, berupa kekuatan akal yang dipandang
sebagai pancaran Jiwa Universal (an-Nafs al-Kulliyah) Ilahi. Karena itu
kekuatan akal memungkinkan manusia mencapai kebenaran Ilahiyah.

Doktrin lima hal yang kekal (al-Qudama al-khamsah) yang menyajikan
beberapa kajian tentang waktu, ruang kehampaan, serta perpindahan jiwa memiliki
implikasi luas guna dikembangkan sebagai dasar pemahaman masalah kosmologi.
Pemahaman atas alam seisinya sebagai makrokosmos berarti memandang
semesta sebagai kesatuan kosmis, sementara manusia sebagai individu yang terdiri
dari jasmani dan rohani ditempatkan sebagai mikrokosmos, fakta tunggal yang
menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan sistem semesta. Pemahaman
keduanya mendasari pemahaman mengenai asal-usul dan arah ke mana tujuan
kehidupan akan menuju. Pemahaman masalah ini selanjutnya mendasari penentuan
sikap dalam menyikpai kehidupan ini.
Filsafat Al-Razi membantu memahami konsep penciptaan berdasarkan
pemahaman atas hakekat Tuhan, alam semesta dan manusia. Ini menjadikan
pandangan-pandangannya mencerminkan sebuah pandangan teologis tersendiri.
Dalam pandangan Al-Razi ruang semesta membentang sangat luas dan tak terbatas,
di mana Tuhan merupakan sentralnya. Tuhan adalah Dzat Yang Maha Mutlak yang
memiliki kekuasaan tak terbatas. Kekuasaan Tuhan tidak terbatasi oleh ruang
waktu.
Kehendak (iradah) Tuhan menyemarakkan kehampaan semesta dengan
menciptakan alam dari substansi sederhana menjadi substansi yang terbentuk,
kemudian dengan pancaran kehendak-Nya pula Tuhan membangkitkan gerak
dinamika alam. Kehendak Tuhan untuk mencipta telah memecah kegelapan dan
kesunyian semesta dengan dinamika gerak dan keteraturan hukum alam
(sunnatullah).
Manusia pada hakekatnya hanyalah kehidupan yang sangat terbatas
(mikrokosmos), sekedar bentukan dari materi dan ruh yang menempati ruang
terbatas di tengah ketidakterbatasan ruang dan waktu. Pada saatnya unsur materi
pada manusia, berupa jasad (fisik) akan hancur, kembali pada materi awal,
sementara ruh yang menjadi esensi jati diri manusia akan kembali pada
keabadiannya semula.
Seluruh penciptaan ini ditujukan untuk kemaslahatan ruh yang telah dibantu
bersemayam di alam materi dalam wujud manusia. Bagi manusia, perpindahan ruh
dari kehampaan ruang tak terbatas ke dalam materi yang tertentu merupakan suatu
proses penyadaran (pendidikan) dari kebodohan yang telah memalingkan dari jalan
kebenaran dan kebahagiaan (as-saadah) hakiki kepada kesenangan (al-ladzdzah)
sesaat.
Keterjebakan jiwa pada materi merupakan akibat ketidaktahuannya atas
hakekat kebahagian sejati, yang karenanya Tuhan menganugerahkan jiwa rasional
yang terpancar dari jiwa universal-Nya, sehingga memungkinkan manusia belajar
mengetahui hakekat kehidupan, dirinya, kebahagiaan, serta keharusan
meningkatkan potensi diri. Keterjebakan tersebut di sisi lain juga memberi
kesempatan ruh untuk belajar melalui pengalaman. Karena itu dapat dikatakan
bahwa kehendak Tuhan untuk menciptakan kehidupan ini tidak sia-sia (ma
khalakta hadza bathila), tetapi sebagai kesempatan untuk belajar hingga manusia
dapat memperoleh kebahagiaan hakiki.
Hidup merupakan sebuah kesempatan untuk keluar dari kebodohan menuju
kebahagiaan sejati melalui proses belajar. Untuk sampai pada kebahagiaan sejati
perlu didahului dengan proses penyadaran atas hakekat diri dan kebahagiaan.
Kebahagiaan yang tidak didahului proses penyadaran berarti kebahagiaan dalam
ketidaktahuan atau kebodohan, yang berpotensi menjerumuskan ke arah
penyimpangan, seperti halnya jiwa yang bodoh tertarik pada meteri.
Filsafat Al-Razi mengarahkan kehidupan untuk mencari kebahagiaan
hakiki, yang dapat diperoleh dengan cara membebaskan ruh dari jeratan materi.
Kebahagiaan yang ada dalam kehidupan dunia bukan kebahagiaan yang
sebenarnya, tetapi hanya kebahagiaan yang semu, bahkan diwarnai dengan rasa
sakit dan penderitaan. Namun demikian ar-Razi menilai hidup bukan suatu kesia-
siaan, melainkan sebuah kesempatan yang sangat berharga. Kebahagiaan akhirat
yakni keterbebasan jiwa dari pengaruh materi dapat diperoleh dengan
pengembangan akal secara optimal. Untuk itu diperlukan dukungan rasa yang
sehat, di mana seluruh pekerjaan tubuh memperoleh porsi perhatian yang cukup,
hingga masing-masing dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan perlakuan masing-masing unsur
jiwa secara seimbang. Ini berarti ada keterkaitan dengan cara hidup yang tepat. Al-
Razi menjadikan sifat-sifat Tuhan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan.
Tuhan adalah Dzat Yang Maha Pandai, Maha Adil dan Maha Pengasih, yang sifat-
sifat-Nya harus ditiru manusia. Manusia dituntut belajar agar menjadi pandai,
mampu bersikap adil dan bijaksana terhadap diri sendiri maupun lingkungan
sekitarnya, serta penuh kasih sayang terhadap sesama. Al-Razi mencela kehidupan
kaum hedonis yang hanya memperturutkan hawa nafsu, sekaligus mencela para
rahib dan agamawan yang memilih jalan penyerahan diri secara total dengan cara
lebih banyak menghabiskan waktu di tempat ibadah, serta mengabaikan tuntutan
hidup yang lain .
Kehidupan ideal didasarkan pada pertimbangan kesehatan jiwa dan raga
sebagai standar idealitas kehidupan. Untuk itu manusia berkewajiban memelihara
karunia Tuhan berupa fisik dan psikis dengan perlakuan seimbang. Keseimbangan
diri manusia itulah yang nantinya membentuk pribadi paripurna, yang tercermin
dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Keberhasilan individu dalam melakukan
kontrol pribadinya berarti berhasil menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial
kemasyarakatan dan keagamaan. Dalam hal ini akal memainkan beberapa fungsi:
pertama, mencari dan menemukan kebenaran hingga mampu menentukan baik
buruk tata nilai yang ada, sekaligus berperan sebagai alat kontrol pribadi agar dapat
menyesuaikan diri dengan tata nilai atau kebenaran yang diyakini. Kedua, akal
berperan dalam mengembangkan ilmu dan menciptakan berbagai perabot
(teknologi) untuk memudahkan dalam memenuhi hajat kehidupannya.
Prinsip keseimbangan juga menjadi landasan dalam tata pergaulan
kemasyarakatan, di mana demi kebaikan bersama antar anggota masyarakat perlu
dijalin hubungan saling menguntungkan dengan cara saling membantu dan bekerja
sama. Karena itu kehidupan ideal menuntut keadilan dalam kerja sama
kemasyarakatan. Adalah tidak layak bila seseorang harus membayar terlalu mahal
untuk sebuah jasa, karena hal itu berarti kerugian di satu pihak, dan sebaliknya
pelayanan terlalu besar dibanding imbalan sama halnya dengan perbudakan.

b. Filsafat Rasionalis
Nasution (2008:25) mengatakan bahwa Al-Razi adalah seorang filsuf yang
berani mengeluarkan pendapat-pendapatnya yang bertentangan dengan paham
yang dianut umat Islam, seperti tidak percaya wahyu; Al-Quran bukan mukjizat;
tidak percaya nabi-nabi; tidak percaya adanya hal-hal yang kekal dalam arti tidak
bermula dan tidak berakhir selain Tuhan.
Al-Razi adalah seorang rasionalis-religius, bukan rasionalis-liberal karena
Al-Razi masih mengakui dan mendasarkan logikanya kepada agama dan
kewahyuan.
Rasionalis Al-Razi terhadap akal tampak dalam perkataannya:
Tuhan, segala puji bagi-Nya, yang telah memberi kita akal agar dengannya, kita
memperoleh sebanyak-banyak manfaat; inilah karunia terbaik Tuhan kepada kita.
Dengan akal, kita melihat segala yang berguna bagi kita dan yang membuat hidup
kita baik dengan akal, kita dapat mengetahui yang gelap, yang jauh, dan yang
tersembunyi dari kita... dengan akal pula, kita dapat memperoleh pengetahuan
tentang Tuhan, suatu pengetahuan tertinggi yang dapat kita peroleh.... Jika akal
sedemikian mulia dan penting, kita tidak boleh melecehkannya; kita tidak boleh
menentukannya, sebab ia adalah penentu, atau kita tidak boleh mengendalikannya,
sebab ia adalah pengendali, atau memerintahnya, sebab ia adalah pemerintah;
tetapi kita harus merujuk kepadanya dalam segala hal dan menentukan segala
masalah dengannya; kita harus sesuai dengan perintahnya.
Pernyataan Al-Razi tersebut menunjukkan bahwa manusia lahir dengan
kemampuan yang sama untuk meraih pengetahuan, yaitu manusia dikarunia akal.
Manusia menjadi berbeda karena perbedaan dalam menggunakan kemampuan
akalnya, ada yang menggunakannya untuk belajar, ada yang mengabaikannya, dan
ada juga yang menggunakannya untuk kehidupan praktisnya. Al-Razi merupakan
rasionalis murni yang tidak menempatkan wahyu atau intuisi mistis untuk
memperoleh pengetahuan. Hanya dengan akal logislah manusia dapat memperoleh
pengetahuan dan perilaku terpuji.
Dari perkataan Al-Razi tersebut dapat diketahui bahwa Al-Razi adalah
seorang rasionalis murni yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya
pada wahyu dan perlunya nabi-nabi. Al-Razi berkeyakinan bahwa akal manusia
kuat untuk mengetahui yang baik serta apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan
untuk mengatur hidup manusia di dunia ini. Manusia dalam pendapatnya, pada
dasarnya mempunyai daya berpikir yang sama besarnya, dan perbedaan timbul
karena berlainan suasana perkembangannya.
Para nabi menurut pendapatnya, membawa kehancuran bagi manusia,
dengan ajaran-ajaran mereka yang saling bertentangan. Bahkan ajaran-ajaran itu
menimbulkan perasaan benci-membenci di antara umat manusia yang terkadang
meningkat menjadi peperangan agama. Walaupun demikian Al-Razi juga
mengakui kenabian sebagaimana Al-Razi menyatakan: Semoga Allah
melimpahkan salawat kepada ciptaan-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad dan
keluarganya dan semoga Allah melimpahkan salawat kepada sayid kita, kekasih
kita, dan penolong kita di hari kiamat, Muhammad, semoga Allah melimpahkan
kepadanya salawat dan salam yang banyak selamanya.
Semua agama dikritiknya. Orang tunduk agama, menurut pendapatnya,
karena tradisi, kekuasaan yang ada pada pemuka-pemuka agama, dan karena
tertarik pada upacara-upacara yang mempengaruhi jiwa rakyat yang sederhana
dalam pemikiran. Al-Quran baik dalam bahasa dan gaya manapun dalam isi tidak
merupakan mukjizat. Al- Razi lebih mementingkan buku-buku filsafat dan ilmu
pengetahuan daripada buku-buku agama. Tetapi sungguhpun Al-Razi menentang
agama pada umumnya, Al-Razi bukan seorang ateis, malahan seorang monoteis
yang percaya pada keberadaan satu Tuhan, sebagai penyusun dan pengatur alam
ini.
Dalam filsafatnya mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, Al-Razi
memandang kesenangan manusia sebenarnya ialah kembali pada Tuhan dengan
meninggalkan alam materi. Untuk kembali ke Tuhan, ruh harus terlebih dahulu
disucikan dan yang dapat menyucikan ruh ialah ilmu pengetahuan dan berpantang
mengerjakan beberapa hal. Pemahaman al-Razi dekat menyerupai zahid (

)
dalam hidup kebendaan. Tetapi Al-Razi menganjurkan jangan terlalu mencari
kesenangan. Manusia harus menjauhi kesenangannya yang dapat diperoleh hanya
dengan menyakiti orang lain atau bertentangan dengan rasio. Tetapi sebaliknya
manusia jangan pula sampai tidak makan atau berpakaian, tetapi makan dan
berpakaian sekedar untuk memelihara diri.
Kepercayaan Al-Razi terhadap kemampuan akal menjadikan pandangannya
tentang agama juga didasarkan pada pendekatan rasional. Ajaran-ajaran agama
tidak dipahami sebagai dogma-dogma mati yang harus diterima begitu saja.
Keyakinan atas kebenaran dan urgensi agama didasarkan pada alasan-alasan yang
bisa diterima akal sehat. Karena itu, Al-Razi banyak menyoroti dogma-dogma
agama yang dipandang bertentangan dengan akal sehat maupun petunjuk Allah
yang sebenarnya. Al-Razi mengajak manusia untuk membebaskan diri dari hal-hal
irasional, sebagaimana tujuan studi filsafat semula, yakni menemukan kebenaran
dan membebaskan manusia dari mitologi supernaturalisme di bawah bendera
rasionalisme.

c. Filsafat Moral
Al-Razi memiliki andil yang sangat besar dalam ilmu akhlak. Al-Razi
melihat kenikmatan dan kesengsaraan sebagai dasar kehormatan dan kehinaan.
Kehormatan dapat dikatakan sebagai kehormatan karena manfaatnya mengalahkan
kejelekkan yang ditimbulkannya. Atau dengan kata lain, kenikmatan yang
diperolehnya dapat mengalahkan kesengsaraan yang ditimbulkannya. Kehormatan
dan kehinaan tidak memiliki nilai tertentu.
Kebahagiaan diartikan sebagai kembalinya sesuatu yang hilang karena
kemudlaratan yang akan diperoleh bilamana akal berhasil mengendalikan berbagai
kecenderungan jiwa secara berimbang. Keseimbangan tersebut tercermin dalam
cara hidup seseorang di lingkungan masyarakatnya yang tidak hanya mengejar
kesenangan dunia (hedonis), serta tidak menghabiskan waktu untuk kepuasan
spiritual.
Prinsip keseimbangan juga menjadi dasar tata hubungan kemasyarakatan,
mengingat manusia dipandang sebagai makhluk sosial, yang tidak dapat hidup
secara layak tanpa bantuan orang lain. Manusia hanya mampu melakukan jenis
pekerjaan tertentu, yang karenanya kehidupan antar warga masyarakat hanya dapat
disempurnakan dan diorganisasikan dengan baik melalui kemauan untuk saling
menolong, bekerja sama, serta saling setia
Adapun pikiran Ar-Razi tentang moral, sebagaimana tertuang dalam
bukunya Al-Thib al-Ruhani dan al-Sirah al-falsafiyyah, bahwa tingkah laku pun
mesti berdasarkan pada petunjuk rasio. Hawa nafsu haruslah berada pada kendali
akal dan agama. Ia memperingatkan bahaya minuman khamar yang dapat merusak
akal dan melanggar ajaran agama, bahkan dapat mengakibatkan menderita
penyakit jiwa dan raga yang pada gilirannya akan menghancurkan manusia .
Nafsu dinyatakan sebagai kecenderungan alamiah dalam diri manusia,
berupa dorongan biologis maupun psikis untuk mencari kesenangan dan kelezatan
tanpa adanya pertimbangan tentang berbagai konsekuensi yang mungkin timbul.
Akal mampu memberi jalan keluar atas berbagai persoalan, serta dapat mengangkat
derajat manusia ke tingkat yang paling agung. Akal yang bersumber pada jiwa
rasional dan Ilahiyah memberikan pertimbangan dari aspek material maupun
spiritual, sehingga menjangkau berbagai konsekuensi duniawi maupun ukhrawi.
Karena itu kebaikan untuk kelas manusia terletak pada pengendalian nafsu
hingga jiwa yang penuh nafsu terbiasa tunduk dan mengikuti jiwa rasionalnya.
Kebaikan yang hanya didasarkan pada pemuasan kesenangan dan nafsu jasmani
adalah kebaikan untuk kelas binatang (al-bahaim). Binatang hanya memiliki
kebutuhan untuk memenuhi nafsu secara bebas tanpa tuntutan tanggung jawab atau
konsekuwensi tertentu yang harus ditanggung. Jiwa yang berkembang dalam diri
binatang hanya jiwa nafsu saja. Kelebihan fisik binatang kurang memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Karena itu kebaikan
tidak dapat didasarkan atas pemenuhan kesenangan badaniah belaka. Bila kebaikan
diukur dengan pemenuhan kepuasan jasmaniyah, maka binatang lebih mulia dari
pada manusia, bahkan lebih mulia dari Tuhan yang tidak memiliki nafsu jasmani.
Dusta adalah suatu kebiasaan buruk. Dusta dibedakan kepada dua: untuk
kebaikan yang bersifat terpuji, dan untuk kejahatan yang bersifat tercela. Jadi, nilai
dusta terletak pada niat. Demikian pula dengan kekikiran, nilainya terletak pada
alasan melakukannya. Bila kikiran tersebut disebabkan rasa takut menjadi miskin
dan rasa takut akan masa depan, maka hal itu tidaklah buruk. Karena itu, harus ada
pembenaran apabila kikiran orang tersebut mempunyai alasan yang dapat diterima,
maka ini bukanlah kejahatan. Tetapi bila yang terjadi justru sebaliknya maka hal
yang demikian haruslah diperangi.

C. KESIMPULAN
Al-Razi mempunyai nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi. Al-
Razi dikenal sebagai dokter, filsuf, kimiawan, dan pemikir bebas ( 250-313 H/864-925 M
atau 320 H/932 M ), oleh orang Latin dipanggil Rhazes, dilahirkan di Rayy, dekat Teheran
sekarang.
Al-Razi banyak menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak, optik, iklim,
dan alkemi. Filsafat Al-Razi meliputi filsafat lima kekal, filsafat rasionalis, dan filsafat moral.
Filsafat lima kekal Al-Razi yaitu: (1) Al-Bari Taala, Tuhan Pencipta Yang Maha Tinggi dan
Maha Sempurna. (2) An-Nafsul- Kulliyah, Jiwa Universal. (3) Al-Hayulal-Ula, materi
pertama. (4) Al-Makanul-Mutlaq, ruang yang absolut. (5) Az-Zamanul- Mutlaq, masa yang
absolut. Filsafat rasional Al-Razi menunjukkan bahwa Al-Razi adalah seorang rasionalis
religius yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan perlunya
nabi-nabi. Al-Razi berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui yang baik serta
apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan untuk mengatur hidup manusia di dunia ini.
Manusia dalam pendapatnya, pada dasarnya mempunyai daya berpikir yang sama besarnya,
dan perbedaan timbul karena berlainan suasana perkembangannya. Filsafat Al-Razi
mengajarkan bahwa kenikmatan dan kesengsaraan sebagai dasar kehormatan dan kehinaan.
Kehormatan dapat dikatakan sebagai kehormatan karena manfaatnya mengalahkan
kejelekkan yang ditimbulkannya. Atau dengan kata lain, kenikmatan yang diperolehnya dapat
mengalahkan kesengsaraan yang ditimbulkannya. Kehormatan dan kehinaan tidak memiliki
nilai tertentu.

Sumber : http://mufaesa.blogspot.com/2011/11/makalah-al-razi.html
TUGAS
TUGAS 1
Kritisi isi artikel tersebut ( bagian pendahulan, hasil, kesimpulan dan beri
pendapatmu )
Jawaban
Pada bagian pendahuluannya, bahasanya mudah dimengerti, dan tidak bertele
tele.
Pada bagian pembahasan, bagian biografi Al- Razi, bahasanya mudah dimengerti,
dan dijelaskan secara rinci.
Bahasa yang digunakan pada bagian pembahasan terlalu rumit sehingga pembaca
sulit mengerti.
Pada bagian pembahasan tentang filsafat Al-Razi, bahasanya sangat rumit
sehingga sulit dimengerti, sebaiknya bahasa yang digunakan lebih
disederhanakan.
Pada bagian kesimpulan sudah tepat dan singkat dan sudah mencakup inti dari
artikel tersebut.
TUGAS 2
Jawablah pertanyaan dibawah ini :
a. Mengapa anda memilih artikel / jurnal tersebut?
Jawaban :
Menurut saya artikel ini sangat menarik, karena pada bidang filsafat Al-Razi
memiliki pemikiran yang sangat orisinil dan mandiri, yang dalam beberapa hal
berbeda dari alur pemikiran kebanyakan ulama muslim pada masanya. Para filosof
dan pemikir muslim pada umumnya berusaha menyelaraskan pemikirannya
dengan agama, sementara Al-Razi dikenal sebagai sosok yang memilih jalan
filsafat untuk mendekati berbagai persoalan, termasuk persoalan keagamaan .

b. Mengapa jurnal / artikel tersebut begitu penting?
Jawaban :
Artikel ini begitu penting karena dengan adanya artikel ini kita mengetahui salah
satu tokoh yang menginspirasi, Al-Razi adalah seorang ilmuwan muslim yang
memiliki profesi sebagai seorang dokter, dosen, fisikawan, kimiawan, sekaligus
seorang filosof. Filsafat Al-Razi memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
landasan yang dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru di bidang pendidikan.

c. Tuliskan 2 pokok pikiran yang anda dapat dari membaca artikel / jurnal tersebut !
Jawaban :
1) Al-Razi merupakan seorang dokter yang memiliki jiwa dan pikiran yang
didasarkan pada filsafat. Perpaduan filsafat dan kedokteran menjadikan
kualitas keilmuan Al-Razi memiliki nilai plus dibanding para
pendahulunya.
2) Al-Razi merupakan tokoh yang tidak percaya kepada wahyu dan adanya
Nabi seperti yang dijelaskan dalam kitabnya (kritik terhadap agama-agama
dan nabi). Al-Razi juga tidak hanya mengkritisi injil dan kitab suci lainnya,
bahkan ia juga mengkritisi al-Quran berikut kemukjizatannya.
Al-Razi adalah termasuk seorang Rasionalis murni, ia hanya mempercayai
terhadap kekuatan akal dan menjadikan akal diatas segala-galanya namun ia
tetap berTuhan dan tidak percaya pada kekuatan wahyu dan adanya
kenabian. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui
yang baik serta yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan untuk mengatur
hidup manusia di dunia ini.

d. Buatlah 3 soal pilihan berganda dengan 4 option dan 1 buah soal essai dengan
jawabannya !
Jawaban :
1) Filsafat apa saja yang dikemukakan oleh Al-Razi, kecuali....
A. Filsafat Moral
B. Filsafat Lima Kekal
C. Filsafat Rasionalis
D. Filsafat Pendidikan
JAWABAN : D

2) Siapakah filsuf yang berani mengeluarkan pendapat-pendapatnya yang
bertentangan dengan paham yang dianut umat Islam, seperti tidak percaya
wahyu, Al-Quran bukan mukjizat, tidak percaya nabi-nabi, tidak percaya
adanya hal-hal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir selain
Tuhan....
A. Abu Musa Jabir bin Hayyan
B. Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi
C. Abu Ali Muhammad Al-Hassan Ibnu Al-Haitam
D. Ali ibn Rabban Ath-Thabari
JAWABAN : B

3) Karya - karya Al-Razi yang masih dapat dinikmati sampai sekarang meskipun
buku-buku tersebut dihimpun dalam satu kitab yang dikarang oleh orang lain,
kecuali....
A. Al-Hayulal-Ula
B. Al-Tibb al-Ruhani
C. Al-Shirath al-Falasafiyah
D. Amarat Iqbal al Daulah
JAWABAN : A

4) Apa saja ajaran filsafat lima kekal menurut Al-Razi?
Jawaban :
Ajaran lima kekal Al-Razi yaitu:
Al-Bari Taala, Tuhan Pencipta Yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna.
An-Nafsul- Kulliyah, Jiwa Universal yang hidup dari jasad ke jasad
sampai suatu waktu menemukan kebebasan yang hakiki.
Al-Hayulal-Ula, materi pertama yang dari padanya Tuhan menciptakan
dunia. Materi ini terdiri dari atom-atom yang mempunyai volume. Atom-
atom ini mengisi ruang sesuai dengan kepadatannya. Atom tanah adalah
yang paling padat, kemudian menyusul air, hawa, dan api.
Al-Makanul-Mutlaq, ruang yang absolut, abadi tanpa awal dan tanpa akhir.
Az-Zamanul- Mutlaq, masa yang absolut, abadi tanpa awal dan tanpa
akhir.

Você também pode gostar