Você está na página 1de 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan
bangsa, karena itu perlu pembinaan terencana dan terarah sedini mungkin,
bahkan sejak dalam kandungan. Pembinaan ini dilaksanakan dengan
meningkatkan kepedulian dan perhatian semua fihak, khususnya ibu, bapak,
keluarga dan lingkungan. Penggunaan ASI Eksklusif bagi bayi merupakan hal
yang sangat penting dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) sejak
dini. ASI adalah makanan terbaik , berkualitas, bernilai gizi yang sesuai
dengan kebutuhan bayi, higienis dan siap pakai serta menunjang pertumbuhan
dan perkembangan optimal bayi.
ASI adalah air susu ibu yang merupakan makanan paling sempurna
bagi bayi, karena mengandung semua zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
untuk tumbuh kembang bayi. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja
tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6
bulan kecuali obat dan vitamin. Tidaklah berlebihan jika ASI Eksklusif
sebagai modal kecerdasan, anak yang cerdas akan dapat menjadi sehat dan
tumbuh kembang dengan optimal (Rinaningsih, 2007).
Manfaat dan keunggulan ASI dapat dilihat dari segi nutrisi yang
terkandung sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
hiegines, tersedia zat kekebalan, sterilitas lebih terjamin, ekonomis dan
menjalin hubungan batin dan cinta kasih antara ibu dan anaknya. Pemberian
ASI Eksklusif akan mendukung tumbuh kembang bayi , sehat jasmani, rohani
dan cerdas diiringi dengan rasa cinta kasih ibu dan keluarga (Mochtar, 2007).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002
2003 diperoleh data jumlah pemberian ASI tanpa tambahan lain pada bayi usia
2 bulan hanya mencakup 64% dari bayi yang ada. Presentase tersebut
menurun seiring dengan bertambahnya usia, yakni 46% pada bayi usia 2-3
bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Keadaan yang lebih memprihatinkan

1
13% bayi dibawah usia 2 bulan pemberian ASI disertai susu formula
sedangkan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.
Bayi yang mendapat ASI secara Eksklusif akan tumbuh sehat dengan
kenaikan berat badan 500-1000 gram setiap bulan dan ASI akan mempunyai
kekebalan lebih bagi bayi, mengurangi resiko obesitas dimasa mudanya.
Dimana obesitas akan meningkatkan resiko penyakit seperti hipertensi,
diabetus militus, jantung koroner.
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2005) tingkat
pencapaian ASI Eksklusif profil kabupaten/ kota di Jawa Tengah tahun 2005
rata-ratanya adalah 27,49%, terjadi peningkatan jika dibanding dengan tahun
2004 yang hanya mencapai 20,18%. Pencapaian ini dirasakan masih sangat
rendah dibanding dengan target yang diharapkan 80% yang mendapat ASI
secara Eksklusif.
Hasil survey pendataan keluarga sadar gizi (Kadarzi) tahun 2009 oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, yang mengambil sampel 1020 bayi umur
0-6 bulan, diperoleh 324 (31,76%) bayi yang diberi ASI secara eksklusif.
Sedangkan pencapaian di Puskesmas Siwuluh mengambil sampel 20 bayi usia
0-6 bulan hanya diperoleh 1 (5%) yang diberi ASI secara Eksklusif. Sedang
pengumpulan data pada desa Luwungragi tahun 2010, pada 10 ibu menyusui
didapat 1 (10%) yang memberikan ASI eksklusif (Profil Kesehatan Kabupaten
Brebes, 2009).
Kenyataan dilapangan menunjukan adanya berbagai hambatan atau
permasalahan terhadap rendahnya pemberian ASI Eksklusif. Faktor ibu seperti
kurangnya pengetahuan tentang manfaat menyusui secara eksklusif, adanya
penyakit tertentu (Tuberculosis, Hepatitis), kurangnya atau tidak adanya
dukungan suami kepedulian keluarga dan masyarakat dalam menyukseskan
pemberian ASI Eksklusif, lemahnya informasi/ promosi tentang pemberian
ASI Eksklusif oleh tenaga kesehatan. Penyebab lain yang sangat berpengaruh
pada penurunan pemakaian ASI Eksklusif adalah gencarnya promosi susu
formula pengganti ASI yang menawarkan keunggulan semu.
Pemberian ASI Eksklusif yang rendah perlu ditingkatkan , melalui
strategi yang melibatkan semua anggota masyarakat, baik dari instansi
pemerintah secara lintas sektor maupun organisasi non pemerintah, organisasi
masyarakat, organisasi profesi dan pendidikan dini kepada remaja disekolah
maupun dalam keluarga. Yang tidak kalah penting adalah adanya dukungan
dari keluarga khususnya dari suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada
ibu menyusui. Suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam
suatu keluarga dan mempunyai peranan yang penting dimana sangat dituntut
bukan hanya sebagai pencari nafkah, akan tetapi suami sebagai motivator
dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan
keluarga (Chaniago, 2002).

B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut Apakah ada hubungan dukungan suami dengan praktek pemberian
ASI eksklusif di desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten
Brebes?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan suami dengan praktek pemberian ASI
eksklusif, di desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan dukungan suami terhadap praktek pemberian ASI
eksklusif.
b. Mendiskripsikan praktek pemberian ASI eksklusif.
c. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan praktek pemberian
ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu yang menyusui bayi 6 12 bulan
Menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pemberian ASI eksklusif
2. Bagi Suami
Menambah dukungan terhadap istri untuk memberikan ASI eksklusif.
3. Bagi petugas kesehatan ( petugas gizi )
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan materi penyuluhan
tentang ASI eksklusif pada ibu hamil, ibu menyusui dan suami.
4. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan kebijakan dalam meningkatkan promosi penyuluhan
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif bagi ibu hamil, ibu
menyusui dan para suami.

Você também pode gostar