Você está na página 1de 1

Travelers diarrhea merupakan suatu penyakit self-limiting yang berhenti sendiri, tidak

memerlukan terapi atau profilaksis. Kuman penyebab bervariasi sesuai geografi wilayah dan
pathogen spesifik harus dicari serta dipastikan, meskipun umumnya pathogen yang paling sering
menyebabkan infeksi adalah enterotoxigenic E.coli (ETEC), enteroaggregative E.coli (EaggEC),
dan campylobacter spp. Infeksi virus sebagai kausa diare, terutama rotavirus, sangat mungkin
pula lebih sering dari yang selama ini diketahui.
Meskipun profilaksis dengan kuinolon dianjurkan kepada para pelancong dengan resiko
tinggi (misalnya mereka yang terinfeksi HIV, pasien inflammatory bowel disease, diabetes
mellitus, penyakit jantung dalam pemakaian diuretic, serta mereka yang dalam terapi anti-ulkus
yang poten), resiko dan beban biayanya juga harus dipertimbangkan. Efek samping berkaitan
dengan antibiotic profilaksis, seperti fotosensivitas, rash/alergi, diare terkait antibiotic, dan mual,
dapat saja lebih berat dari pada potensi manfaat yang diharapkan untuk pencegahan travellers
diarrhea. Profilaksis lain yang terbukti efektif adalah doksisiklin dan trimetoprin-sulfametoxazol
(TMP-SMX), namun saat ini pemakaiannya terbatas karena meningkatnya resistensi. Umumnya
kasus-kasus travellers diarrhea berespon efektif sangat cepat terhadap terapi antibiotic.
Perhatian khusus terhadapa makanan dan air harus diutamakan karena infeksi pathogen seperti
crystoporydium saat ini belum dapat diterapi.
Pada pasien dengan gejala yang berat dan/atau diare berdarah, 1-3 hari pemberian
quinolon (norfloxacin 2X400 mg/hari, ciprofloxacin 2X500 mg/hari, atau ofloxacin 2X300
mg/hari, selama 3 hari), TMP-SMX (2X160/800 mg, selama 3 hari), atau azithromisin 500 mg
qd, selama 3 hari, dianjurkan sesuai dengan pola resisten antibiotika local. Obat antimotilitas
dapat mengurangi gejala, dan meskipun pemberiannya aman bersama antibiotic , tampakya
hanya sedikit membantu efektivitasnya.
Diare merukapan manifestasi klinis yang paling sering ditemukan pada penyakit tropic
infeksi gastrointestinal. Di Negara berkembang, rotavirus diperkirakan merupakan penyebab
sekitar 60% penyakit diare. Pada infeksi bakteri, yang paling cukup sering adalah campylobacter,
yersinia, dan salmonella. Shigella merupakan kausa utama disentri bakteri, menyebabkan 15%
kematian akibat kasus diare. Kolera dan vibrio spp masih berkaitan dengan timbulnya kejadian
wabah.

DP : Marcellus Simadibrata K, Achmad Fauzi. 2009.Penyakit Tropic Infeksi Gastrointestinal
Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , jilid I, edisi 5, internaPublishing, Jakarta

Você também pode gostar