Você está na página 1de 1

Praktis Berkantor dari Jalanan

Teknologi mendukung metode kerja


di luar kantor. Hemat ruang plus
meningkatkan produktivitas.
Technopolis, hal 18
FOTO-FOTO : MI / PANCA SYURKANI
HARGA FANTASTIS: Seorang perajin sedang memilih mebel kayu jati tua yang akan diperbaiki di salah satu bengkel mebel di kawasan Kemang Timur, Jakarta Selatan, Kamis (29/7).
HALAMAN 17
SABTU, 31 JULI 2010
Home & Living
Di tengah merebaknya
furnitur modern massal
dengan dominasi
gaya simpel, pilihan
furnitur tua seakan
memberi kehidupan
dalam ruang.
DOK SXC HU
Bermain Kombinasi Perabot Tua dan Modern
SIAPA bilang perabot interior rumah
harus seragam? Mix and match tidak
hanya berlaku dalam busana, tapi juga
dalam menata ruang dalam. Berikut
beberapa kiat dari www.homedesignnd.
com untuk mulai bermain kombinasi
furnitur tua dan baru Anda:
Satukan nuansa ruang dengan warna
yang senada. Kursi tua bisa saja
disandingkan dengan coffee table
modern. Kuncinya, gunakan warna
yang senada untuk satu ruang guna
memberi kesan menyatu.
Pasang benda seni yang bersifat
abstrak dan kontemporer untuk
mengimbangi furnitur tua dengan
yang modern. Lukisan kontemporer,
misalnya, dapat memberi sentuhan
modern dalam ruang meskipun fur-
nitur lain bergaya kuno.
Pilih satu objek yang berfungsi seba-
gai penghubung antara perabot yang
tua dan baru. Misalnya, pilih kursi
dari bahan akrilik tapi dengan bentuk
yang konvensional. Siluetnya dapat
menghadirkan masa lalu, tapi dengan
materi dan warna yang mo dern.
Con toh perabot peng hubung lain
dapat diambil dari bentuk lampu,
chandelier, dan patung.
Ciptakan nuansa modern dari pera-
bot kuno dengan menggunakan
warna yang menyala. Misalnya meja
tua dilapis taplak modern berwarna
hijau muda, atau kursi tua dengan
bahan pelapis dudukan yang modern
dan bermotif kontemporer.
Usahakan menata semua perabot
campuran ini secara seimbang, tapi
tidak perlu matched. Untuk perabot
dengan gaya dan bentuk yang ber-
variasi, penataannya perlu simetris
agar menyeimbangkan desainnya
yang berbeda.
Selalu perhatikan ukuran saat me-
madupadankan furnitur. Bentuk dan
desainnya memang berbeda, tapi usa-
hakan ukuran dan tingginya serupa.
Terapkan objek furnitur kuno dengan
cara yang berbeda. Misalnya daun
pintu tua dengan ukiran dapat digu-
nakan sebagai partisi pembatas ruang
atau sebagai meja.
Menggunakan kembali lemari tua,
apalagi yang diwariskan orang tua,
bisa juga digolongkan cara hidup
hemat. Namun, semua kembali ke-
pada kebutuhan dan selera. Ehow.
com menguraikan, furnitur tua bisa
digunakan lagi dengan fungsi yang
Wendy Mehari
K
ETIKA pintu lemari itu
dibuka, harum jati merebak.
Bentuknya sederhana, kotak
seperti biasa. Warnanya pun
alami, warna kayu jati.
Namun, ada yang istimewa dari
lemari biasa itu. Setiap ukuran serta
bentuknya seakan menyimpan cerita.
Beberapa orang mungkin tidak me-
lirik lemari kuno yang biasa seperti
ini. Namun, buat beberapa orang lain,
perabot jati antik menjadi harta dalam
tatanan ruang dalam di rumah mereka.
Laksmi salah satunya. Ia mengaku
terkesan--dan tergoda--saat melihat
deretan lemari tua yang dijajarkan di
beberapa toko di sepanjang Jalan Ke-
mang Timur Raya, Jakarta.
Aku memang suka lemari-lemari
begini, tua, dari kayu jati, daripada
perabot yang modern minimalis yang
lagi banyak beredar, kata ibu rumah
tangga berusia 29 tahun yang tinggal
di Bintaro, Tangerang, ini.
Baginya, perabot tua dari kayu jati
memberi kesan etnik dalam ruang.
Apa ya, kesannya di rumah juga lebih
hangat gitu, seperti ada jiwanya, jelas-
nya lebih lanjut.
Laksmi juga mengaku memiliki dua
buah lemari jati yang diperoleh dari
almarhumah neneknya. Oh iya, aku
punya dari nenekku, ada lemari pajang-
an tinggi gitu, pintunya kaca, atasnya
melengkung. Sekarang sih dipakai un-
tuk menyimpan pajangan, ditempatkan
di ruang tamu, kata dia.
Satu lagi, sebuah lemari pendek
de ngan pintu kaca, yang kini digu-
nakannya sebagai penyimpan buku.
Kira-kira dari tahun 1960-an, menurut
mamaku, tambahnya.
Warna alami dan kekuatan mate-
rial adalah dua faktor yang dikagumi
Laksmi dari perabot kuno itu. Itu
benar-benar langsung dari nenekku,
baru aku nish ulang kira-kira setahun
lalu. Masih kuat dan bagus banget,
ujarnya.
Diturunkan
Menurunkan perabot tua dari ge-
nerasi ke generasi seperti yang dilaku-
kan neneknya kepada Laksmi kerap
dilihat Arsal, penjual perabot kuno di
salah satu toko di Kemang Timur itu.
Biasanya, menurut Arsal, orang tua
memberikan beberapa furnitur tua
kepada anak-anak mereka saat mereka
hendak pindah rumah. Tapi sayang
banget sih, paling-paling dari tiga
anak, misalnya, hanya satu yang nerima
perabot tua begini. Dua lainnya enggak
suka, jadi dijual deh, terang Arsal di
tokonya yang bernama Junghans. Lebih
lucu lagi, kata Arsal, ada orang yang
kerap tidak menginginkan perabot tua
dengan alasan ada hantunya.
Perabot kuno buangan seperti itu
yang kemudian ditumpuk Arsal dan
dijual kembali. Ya, misalnya seperti ini
kondisinya, kata dia menunjuk sebuah
lemari baju satu pintu dengan tinggi
sekitar 170 cm dan lebar 1 meter. Selu-
ruh bagiannya dibuat dari kayu jati de-
ngan warna alami. Pegangan pintunya
juga dari kayu, berbentuk silinder yang
dipasang vertikal, menempel pada per-
mukaan daun pintu. Tempat kuncinya
saja yang kosong, membentuk lubang
pada pintu. Desainnya polos, tanpa
banyak detail. Hanya prol alur kayu
selebar 3 cm yang dipasang vertikal di
tengah ukuran lebarnya.
Saat pintu lemari dibuka, beberapa
ambalan tampak masih kokoh. Rasanya
tidak ada yang perlu dirapikan lagi.
Lemari kuno itu masih siap digunakan.
Ini belum diapa-apain nih. Biasanya
orang akan minta ganti kunci, mungkin
mengganti pegangan pintunya juga,
lalu dipoles ulang. Didempul dan
dipernis lagi, terang Arsal. Lemari itu
dihargai Arsal Rp1,5 juta.
Di sebelahnya, ada sebuah lemari
berpintu tiga dalam desain sama
polosnya, ditawarkan dengan harga
Rp2,5 juta. Panjangnya yang berkisar 2
meter dibagi menjadi tiga daun pintu.
Pintu paling kanan dan kiri dibuka
dengan engsel ayun, sedangkan pintu
tengahnya dibuka dengan rel geser.
Menawan.
Lemari-lemari berdesain polos itu,
menurut Arsal, bergaya art deco. Bia-
sanya dari tahun 1950-an dan setelah-
nya, kata dia.
Ia memberi harga yang lebih tinggi
untuk lemari-lemari yang dikatakannya
dari zaman Belanda. Sebuah lemari satu
pintu dengan lebar 90 cm, misalnya.
Bagian atas dan sisi kanan kirinya ber-
hias ukiran.
Kalau yang itu bisa Rp5 jutaan.
Lebih tua, lebih rumit, dari tahun
1940-an atau sebelumnya, terangnya.
Beberapa pintunya memang sudah
agak sulit dibuka, seperti lekat (seret).
Namun, semua dapat diperbaiki agar
berfungsi kembali.
Selain lemari, toko Arsal juga dipenuhi
tumpukan perabot lain. Meja tulis kuno,
lemari dapur serta kursi beralas duduk
jati tebal berbentuk lingkaran dan san-
daran berbentuk persegi juga dari jati,
dengan rangka besi.
Personal
Arsal mengakui perkembangan
furnitur dengan gaya modern meng-
geser keberadaan furnitur tua yang
dijualnya. Tapi peminatnya masih
banyak kok. Bule banyak juga yang
nyari, ujarnya.
Ia juga masih memperoleh barang
dari orang-orang yang sudah tak lagi
menginginkan lemari dan perabotan
kuno. Iya, masih ada saja yang menjual
perabotnya. Ya mungkin karena ingin
menggantinya jadi perabotan yang
modern ya, enggak tahu deh, tutur
Arsal terkekeh.
Masalah kekuatan material, furnitur-
furnitur kuno seperti ini jelas lebih
tangguh. Wah, kalau dibandingkan,
kekuatannya sih jauh. Ini kan jati
asli. Umurnya juga puluhan tahun,
terangnya.
Selera dan nilai personal mungkin
lebih berperan. Laksmi, misalnya,
merasa ada nilai kenangan dari lemari-
lemari tua. Dari peninggalan neneknya
itu, ia merasa ada suasana kenangan
bersama sang nenek.
Enggak ada niat sama sekali untuk
menjual atau membuangnya. Sayang
banget, ujarnya.
Beberapa toko penjual perabot tua
yang berada dalam koridor jalan ini
memang lebih seperti gudang atau
bengkel furnitur ketimbang ruang pa-
mer. Perabot tua saling ditumpuk dan
dibariskan saling menempel, menyisa-
kan jalur sempit kepada orang untuk
bisa melihat-lihat.
Beberapa bahkan menumpuknya
di tepi jalan. Namun, untuk penikmat
furnitur tua, ruang sempit seperti itu
adalah surga. (M-5)
miweekend@mediaindonesia.com
Dari Buangan Jadi Incaran
baru. Misalnya lemari yang dulunya
digunakan sebagai lemari pakaian
bisa digunakan untuk menyimpan
barang di garasi. Meja makan tua da-
pat digunakan lagi sebagai coffee table
dengan memotong kakinya sehingga
meja menjadi lebih rendah.
Jika memang selera Anda terfokus
pada furnitur modern, furnitur tua
bisa dijual kepada pengumpul lemari
bekas atau kepada rekan, bahkan
dapat Anda iklankan di internet. Per-
hatikan juga, mungkin saja perabot
tua yang Anda miliki memiliki nilai
sejarah dan dapat dihargai lebih.
Bila mau, donasikan perabot-perabot
tua kepada orang-orang yang mem-
butuhkan. Misalnya ke panti asuhan
atau panti jompo, atau tempat iba-
dah. (Wey/M-6)

Você também pode gostar