KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA TEKNIK Gorontalo, 12 Februari 2014 Permen PU No. 35/M/PR/2006 tanggal 27 Desember 2006 Tentang Peningkatan penggunaan Asbuton Spesifikasi Teknis Bina Marga Spesifikasi Umum Tahun 2010 Revisi 2 Spesifikasi Khusus/Interim Jenis-jenis Produk Asbuton sebagai bahan campuran beraspal antara lain: 1. Asbuton yang diproses (Tipe IIA) (Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revi-2) 2. Asbuton Lawele Granular/butir olahan (Pabrikan) sebagai bahan campuran beraspal panas (Spesifikasi Khusus) Asbuton Lawele Granular/butir olahan (Pabrikan) sebagai bahan Lapisan penetrasi Makadam (Spesifikasi Khusus) 3. Asbuton Butur Seal (Lapis Asbuton butir utara) (Spesifikasi Khusus)
PENDAHULUAN
Asbuton yang diproses atau aspal tipe II-A adalah Aspal yang dimodifikasi dengan bitumen Asbuton hasil semi ekstraksi yang masih mengadung mineral, dicampur dengan aspal minyak hingga memenuhi persyatan yang dibutukan (spesifikasi) Implementasi dalam rancangan/Design Mix Formula (DMF), mineral Asbuton yang tercampur bitumen diperhitungkan sebagai bahan pengisi menggantikan/menambahkan sebahagian bahan pengisi dalam rancangan campuran. Agar kadar aspal optimum tetap terpenuhi dalam campuran, maka harus ditambahkan aspal senilai besarnya nilai mineral yang disubtitusikan sebagai pengganti/penambah filler.
Asbuton granular/butir Lawele (pabrikasi), digunakan sebagai bahan pengikat campuran beraspal Panas. kadar bitumen dalam butiran Asbuton pada campuran beraspal diperhitungkan sebagai subtitusi/pengganti sebahagian fungsi aspal keras/minyak Pen 60. Aplikasi Asbuton Granular Lawele pada campuran beraspal, dicampur dengan kombinasi antara agregat, AGL dan Aspal Keras dengan komposisi, maksimum 15% Asbuton ditambah minimum 1,5 % aspal keras pen 60 dari total berat campuran (Spesifikasi Interim, 2011). CBA Asbuton ini untuk lalu lintas sedang lalu lintas rencana 10 Thn. < 6x10^6 ESA,1 Jalur
Asbuton Butir Lawele: Lakukan ekstraksi, mis. didapat kadar aspal 30 % maka, anggapan pertama kadar aspal = 30% x 15% = 4,5 % + 1,5 % = 6 %(maksimum) Untuk mendapatkan kadar optimum campuran lakukan tes Marshall dengan membuat variasi kebawah dan keatas, mis: 7 %, 6 %, 5 %, 4 %, Gradasi hasil ekstraksi digabungkan dengan gradsi Agregat gabungan Asbuton granular/butir Lawele pabrikasi digunakan sebagai bahan pengikat (penggati aspal keras) dengan cara dihamparkan diatas agregat pokok kemudian diatas agregat pengunci dipadatkan lapis demi lapis. (digunakan untuk Lalu lintas ringan, maksimum 5 ton dengan Lalu lintas rencana < 500.000 ESA) Persyaratan :
0,3 0,05 13 1 19 1 5 1 10 1 PRINSIP PENGERJAAN: 1 TABURKAN AGREGAT POKOK 2 PADATKAN AGREGAT POKOK TDM 6-8 TON, 2-4 LINTASAN 3 SEMPROTKAN ASPAL UNTUK PRE COATED 4 TABURKAN ASBUTON B 50/30 5 TABURKAN AGREGAT PENGUNCI, TINGGA RONGGA TERISI ASBUTON 6 PADATKAN AGREGAT PENGUNCI 7 SEMPROTKAN ASPAL UNTUK PRE COATED 8 TABURKAN ASBUTON B 50/30 9 TABURKAN AGREGAT PENUTUP 10 PADATKAN AGREGAT PENUTUP Agregat pokok Agregat pengunci Agregat penutup Aaspal/Pre coated Aasbuton 50/30
Butur Seal adalah lapis tipis Asbuton B 50/30 yang dihampar diatas lapis pondasi atau diatas perkerasan beraspal lama, diperuntukkan untuk ruas-ruas jalan yang melayani LHR maksimum 400 kendaraan/hari/2arah dengan 10% kendaraan berat untuk lalu lintas rencana < 300.000 ESA. Asbuton yang digunakan adalah Asbuton B 50/30 hasil olahan (pabrikasi) dan harus memenuhi Spesifikasi Khusus.
Diatas perkerasan lama Asbuton B 50/30 (ukuran max butir 9,5 mm) tebal diatas perkersan lama 1 0,2 Cm, 9-12 kg/m2; untuk diatas Pondasi 2 0,3 Cm, Lap.1 = 6-9 kg/m2 , lap. 2 = 9- 12 kg/m2 (dipadatkan) Lapis resap atau lapis perekat (emulsi) Lapis Pondasi . atau diatas Lapis perkerasan beraspal lama.
PERENCANAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS DENGAN ASBUTON
Campuran beaspal panas dengan Asbuton butir, kandungan bitumen Asbuton butir, dianggap bisa keluar dan sebagai subtitusi menggantikan sebahagian kadar aspal yang digunakan dalam campuran Kombinasi aspal, agregat dan filler (bila perlu) yang dicampur secara panas, hangat atau dingin.
Sifat-sifat mekanis campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya.
FRIKSI diperoleh dari ikatan antar butir agregat, kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan.
KOHESI diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Karena itu kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat aspal dan agregat pembentuknya.
Lapis aus (Asphalt Concrete Wearing Course, AC-WC) diameter agregat maks 19 mm, tebal nominal minimum 4 cm
Lapis antara (Asphalt Concrete Binder Course, AC-BC) diameter agregat maks 25 mm, tebal lapis minimum 6 cm
Lapis Pondasi (Asphalt Concrete Base Course, AC-Base) diameter agregat maks 37,5 mm, tebal lapis minimum 7,5 cm Lapis tipis aspal beton, Lataston (Hot Rolled Sheet, HRS) Lapis aus (Hot Rolled Sheet-Wearing Course, HRS-WC) diameter agregat maks 19 mm, tebal nominal minimum 3 cm Lapis Pondasi (Hot Rolled Sheet-Base, AC Base) diameter agregat maks 19 mm, tebal nominal minimum 3,5 cm Lapis tipis aspal pasir, Latasir (Sand Sheet, SS) Kelas A diameter agregat maks no.4 (4,78 mm) tebal nominal minimum 1,5 cm Kelas B diameter agregat maks lolos, 9,5 mm, tebal nominal minimum 2 cm
Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm) Latasir Kelas A SS-A 1,5 Latasir Kelas B SS-B 2,0 Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0 Lapis Pondasi HRS-Base 3,5 Laston Lapis Aus AC-WC 4,0 Lapis Antara AC-BC 6,0 Lapis Pondasi AC-Base 7,5
Tebal Nominal: Spesifikasi Teknis 2010 Revisi-2 Diameter Agg. Max (mm) 19/4.78 19/9.50 19.00 19.00 19 25 37.5 Stabilitas yang cukup, lapisan beraspal harus mampu mendukung beban lalu-lintas yang melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan deformasi plastis selama umur rencana. Durabilitas atau keawetan yang cukup, lapisan beraspal harus mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, serta gesekan antara roda kendaraan dengan permukaan perkerasan jalan. Kelenturan atau fleksbilitas yang cukup, lapisan beraspal harus mampu menahan lendutan akibat beban lalu- lintas dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar tanpa mengalami retak. Cukup kedap air (impermeabilitas), lapisan beraspal cukup kedap air sehingga tidak ada rembesan air yang masuk ke lapis pondasi di bawahnya. Kekesatan (skid resistance) yang cukup, lapisan permukaan beraspal harus cukup kesat terutama pada kondisi basah, sehingga tidak membahayakan pemakai jalan (kendaraan tidak tergelincir atau selip). Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), lapisan beraspal harus mampu menahan beban berulang dari beban lalu-lintas tanpa terjadi kelelahan berupa alur selama umur rencana. Kemudahan kerja (workability), yaitu lapisan beraspal harus mudah dilaksanakan, mudah dihamparkan dan dipadatkan. Kualitas Aspal, aspal yang digunakan sesuai kondisi lapangan (beban lalu lintas dan temperatur lapangan). Kualitas Agregat, agregat yang digunakan memenuhi persyaratan Volumetrik Campuran yang dihampar cukup baik, VMA, VFB atau kadar aspal dan VIM sesuai dengan rancangan Lapis Resap Pengikat dan atau Lapis Perekat yang baik, kualitas dan penyemprotan yang merata dan waktu setting yang cukup PEMBUATAN RANCANGAN CAMPURAN BERASPAL (DMF) DENGAN ASBUTON Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi-2 mempersyaratkan, sebelum penghamparan campuran beraspal, penyedia jasa harus terlebih dahulu: 1. Menunjukkan semua usulan metode kerja 2. Membuat rancangan campuran dan menguji campuran percobaan: a. di Laboratorium (pengujian DMF) b. di Instalasi pencampuran (AMP) dan c. Penghamparan campuran percobaan 3. Diawali dengan pengujian sifat-sifat bahan: a. Agregat dan pengisi (filler) b. Aspal c. Aditif
Pemilihan tipe Aspal & gradasi agregat campuran atau penyesuaian gradasi Buat benda uji Marshall dengan perkiraan Kadar aspal optimum. Pb. Benda uji : -1,00%; -0,50%; +1,00% dan +1,50% Persyaratan Marshall VMA, VIM, VFA, MQ, MF dan MS. Tentukan kadar aspal (KA) pada VIM antara 3%-6% (Mrshall) Buat benda uji pada kadar aspal optimum dan satu diatas dan dibawah dengan perbedaan kadar aspal 0,5% masing-masing 2 buah. Padatkan sampai mencapai kepadatan mutlak atau metode Marshall 2 x 400 tumbukan Kepadatan Mutlak VIM RD syarat tentukan Kadar Aspal Optimum dgn Bachar OK Tidak Tidak YA YA YA YA Bagan Alir Kegiatan Perencanaan Campuran Pemilihan Tempat Row Material Kualitas dan kuantitas cukup dan memenuhi syarat Lokasi Row material yang terpilih pastikan jumlan material cukup Row material harus memenuhi syarat kualitas yang dibutuhkan Tersedia akses jalan menuju lokasi Tambang Jarak dari lokasi kegiatan tidak terlalu jauh Ada izin pengolahan tambang C dari pemerintah. Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 3407:2008 Maks.12 % Abrasi dengan mesin Los Angeles Campuran AC bergradasi kasar SNI 2417:2008 Maks. 30% Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya Maks. 40% Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 % Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm) DoTs Pennsylvania Test Method, PTM No.621 95/90 1
Angularitas (kedalaman dari permukaan 10 cm) 80/75 1
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Perbandingan 1 :5 Maks. 10 % Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %
Pengujian Standar Nilai Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60 % Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1 % Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 Cm SNI 03-6877-2002 Min. 45 Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 Cm Min. 40 Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (Limestone dust Calcium Carbonate, CaCO3), kapur padam (hydrated lime), semen atau mineral yang berasal dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Jika digunakan Aspal modifikasi dari jenis Asbuton yang diproses maka bahan pengisi yang ditambahkan haruslah berasal dari mineral yang diperoleh dari Asbuton tersebut Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-41-4142-1996 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya, kecuali untuk mineral Asbuton. Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 100 (150 micron) tidak kurang dari 95% terhadap beratnya. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dari berat total agregat 1. Jenis asbuton butir: - Lawele Granular Asphalt (LGA) - Buton Granular Asphalt (BGA) 2. Jenis asbuton hasil ekstraksi: - Asbuton hasil semi ekstraksi - Asbuton hasil full ekstraksi Bitumen 3. Aspal yang dimodifikasi dengan Asbuton yang diproses (spesifikasi 2010 revisi-2) Tentukan spesifikasi jenis campuran Pastikan hasil produksi stone crusher memenuhi fraksi agregat yang dibutuhkan Gabungkan fraksi bahan agregat dengan cara Grafis, analitis atau menggunakan komputer. Sesuaikan dengan spesifikasi campuran dan gradasi agregat gabungan memenuhi persyaratan gradasi gabungan berupa amplop (spec 2010 Revisi-2)
Ukuran Ayakan (mm) % Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC) Gradasi Senjang 3
1. Laston (AC) bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami deformasi yang lebih tinggi dari biasanya seperti pada daerah pengunungan, gerbang tol atau pada dekat lampu lalu lintas. 2. Lataston (HRS) bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi senjang dapat digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat diperoleh. 3. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.01 0.10 1.00 10.00 100.00 P e r s e n
b e r a t
l o l o s ,
%
Ukuran Saringan, mm HRS.WC.S.maks HRS.WC.S.min HRS.WC.S.S.maks HRS.WC.S.S.min Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran aspal dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,4 % terhadap berat aspal. Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Bila stabilitas Marshall sisa setelah perendaman selama 24 jam pada suhu 60 OC. 90% maka anti pengelupasan tidak perlu digunakan. Penyediaan aditif dibayar terpisah dari pekerjaan aspal.
4. Penentuan kadar aspal optimum perkiraan Pb = 0,035 a + 0,045 b + K c + F Keterangan : Pb = Perkiraan kadar aspal terhadap campuran, persen berat terhadap campuran a = Persen agregat tertahan saringan 2,36 mm b = Persen agregat lolos saringan 2,36 mm dan tertahan 0,075 mm c = Persen agregat lolos saringan 0,075 mm K = 0,15 untuk agregat lolos saringan 0,075 mm antara 11 -15 persen 0,18 untuk agregat lolos saringan 0,075 mm antara 6 10 persen 0,20 untuk agregat lolos saringan 0,075 mm kurang dari 5 persen F = 0 2,0 persen, didasarkan pada tinggi rendahnya penyerapan agregat. Dalam keadaan data tidak ada bisa dipergunakan nilai 0,7
Persamaan Campuran Rancangan 5. Benda Uji Buat benda uji dengan minimum lima variasi kadar aspal Dua kadar aspal diatas nilai P b Satu pada kadar aspal Pb Dua kadar aspal dibawah nilai P b 6. Berat Jenis Maksimum Campuran Lakukan pengujian berat jenis maksimum (Gmm) pada kadar aspal perkiraan (P b ) sesuai dengan (SNI 03-6893-2002).
7. Pengujian Marshall Lakukan pengujian dengan menggunakan alat Marshall sesuai dengan SNI 06-2489-1991 8. Hitung Rongga Dalam Campuran Rongga diantara mineral agregat (VMA) Rongga dalam campuran (VIM) Rongga terisi aspal (VFB) 9.Grafik Kadar Aspal VS parameter Marshall dan Kepadatan Mutlak Kepadatan (gr/cc) Stabilitas (kg) Kelelehan (mm) Hasil bagi Marshall (kg/mm) Rongga diantara mineral agregat (VMA) (%) Rongga dalam campuran (VIM Marshall) (%) dan VIM Kepadatan Mutlak (%) Rongga terisi aspal (VFB) (%)
10. Rentang Kadar Aspal Pada grafik tersebut (point 9) gambarkan rentang kadar aspal yang masing-masing parameter memenuhi persyaratan spesifikasi Tentukan bahwa kadar aspal rencana berada pada titik tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh rentang kadar aspal 11 Stabilitas Sisa Buat 6 buah benda uji Marshall pada kadar aspal Optimum Tiga benda uji dilakukan rendaman dalam air 60C selama 24 jam, 3 benda uji dilakukan sesuai (SNI 06-2489-1991) Sifat-sifat Campuran Laston 2
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi (6)
Kadar Aspal Efektif (%) 4,5 4,2 4,2 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)
Rongga dalam campuran (%) (2)
Min. 3,0 Maks. 5,5 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250 (1)
Maks. - - Pelelehan (mm) Min. 3 4,5 (1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (3)
Min. 90 Rongga dalam campuran (%) pada
Kepadatan membal (refusal) (4)
Min. 2,5 Stabilitas Dinamis, lintasan/mm (5) Min. 2500
V I M VIMPRD VMA VFB Stabilitas Kelelehan MQ KADAR ASPAL OPT : 5.8 % SPESIFIKASI ACWC1 G R A F I K P E R C O B A A N M A R S HA L L 2.220 2.240 2.260 2.280 2.300 2.320 2.340 2.360 2.380 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 Kadar aspal ( %) K e p a d a t a n
(
g r / c c
) 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 20.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 Kadar aspal ( %) V
) VIM Marshall VIM PRD 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 Kadar aspal ( %) Kepadatan (gr/cc) Rongga diantara Agrgat (%) (VMA) Rongga terisi aspal (%) (VFB) Rongga dalam campuran (%) (VIM Marshall) Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan mutlak Stabilitas (kg) Kelelehan (mm) Hasil bagi Marshall (kg/mm) Kadar aspal Rencana Sifat-sifat campuran 4 Rentang kadar aspal yang memenuhi Spesifikasi 5 6 7 8 Rentang yang memenuhi parameter Campuran Beraspal 12. Rumusan Campuran Kerja Setelah Design Mix Formula (DMF) disetuji Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton, untuk setiap jenis campuran diproduksi dengan AMP, dihampar dengan peralatan dan prosedur yang sesuai
Sebelum percobaan pencampuran di instalasi Asphalt Mixing Plant (AMP), terlebih dahulu diperiksa kelaikan operasi AMP atau dengan menujukkan sertifikasi kelaikan AMP dan kelaikan, kesesuaian peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan penghaparan dan pemadatan campuran.
a. Kalibrasi AMP Lakukan kalibrasi Cold Bins, untuk menetukan besar bukaan masing-masing pintu bin sesuai kebutuhan setiap fraksi agregat Lakukan pemeriksaan ayakan yang terpasang di AMP Lakukan perhitungan kebutuhan agregat untuk masing-masing Hot Bins Tetapkan garis-garis petujuk sesuai kebutuhan berat material masing-masing bin, termasuk berat kebutuhan aspal di skala timbangan. Kontrol semua alat pengukur temperatur yang ada pada dryer, penampung aspal dan di Pugmill Catat lamanya pencampuran, hingga diperoleh campuran yang homogen dan semua agregat terselimuti aspal. Periksa temperatur campuran aspal setelah dituang ke dalam bak Dump Truck. Campuran yang ada dalam Dump Truck harus tertutup sebelum pengiriman ke lapangan untuk di hampar agar temperatur tetap terjaga.
a. Kalibrasi AMP Tentukan lokasi overlay (misalkan: bagi 4 segmen, 1,2,3 dan 4) Bersihkan dari kotoran/debu dengan konpressor Lakukan pengukuran 8 titik elevasi pada eksisting masing-masing segmen (1,2,3 dan 4) (pengukuran awal) Lakukan penyemprotan Prime Coat/Tack Coat Atur penempatan alat; mulai dari finisher, alat pemadat besi (breakdown rolling), alat pemadat karet (intermediate rolling) dan alat pemadat roda tiga (finishing rolling) Lakukan penghamparan campuran dengan finisher Ukur ketinggian gembur hamparan campuran, 8 titik masing-masing segmen 1,2,3 dan 4 (letaknya sama pada pengukuran awal)
Lakukan pemadatan dengan menetapkan variasi jumlah lintasan/passing pada lokasi yang telah di tetapkan, (misalnya 12 passing pada segmen 1, 14 passing pada segmen 2 dan 16 passing pada segmen 3, 18 pada segmen 4) Lakukan pengukuran ketinggian elevasi setelah pemadatan pada masing-masing segmen 1,2 dan 3, 4 (dititik yang sama pada pengukuran gembur dan pada eksisting (pengukuran awal)) Lakukan core drill dimasing- masing titik pengukaran pada segmen 1,2,3 dan 4 pada titik pengukuran Cari nilai susuk dari pemadatan dan Cari nilai kepadatan masing-masing hasil core drill pada lokasi 1,2,3 dan 4. Kepadatan yang memenuhi adalah kepadatan yang sama atau lebih besar dari kepadatan DMF.
Mis. 12 Passing Mis. 14 Passing Mis. 16 Passing Mis. 18 Passing Trial : 4 Trial : 3 Trial : 1 Trial : 2 - Uji Coba Penghamparan Trial : 1 Trial : 2 Trial : 3 Trial : 4 Hasil Pemadatan Lapangan (Passing) 12 14 16 18 Derajat Kepadatan 97.009 98.063 98,520 98,609 Spesifikasi Teknik 98 % (DMF-Lab) - Jumlah Passing Direkomendasikan adalah : 14 Passing dan Tebal Gembur 6 Cm Tebal Gembur (Cm) 6,10 5,95 5,93 5.81 Tebal padat (Cm) 5.30 5.05 4,83 4.61 Susut setelah dipadatkan 0.8 0,90 1,10 1,20 13. Trial Compaction 90.0 91.0 92.0 93.0 94.0 95.0 96.0 97.0 98.0 99.0 100.0 4.80 4.90 5.00 5.10 5.20 5.30 5.40 10 12 14 16 18 K e p a d a t a n
K e t e b a l a n
Pasing Pasing Kepadatan Pasing 12 14 16 18 Ketebalan 5.30 5.05 4.83 4.61 Kepadatan 97.009 98.063 98.520 98.61 Ambil contoh campuran hasil produksi AMP secukupnya (di belakang paving). Lakukan pengujian Marshall & refusal cari sifat- sifat campuran, bandingkan dengan hasil DMF, minmal 12 benda uji. Lakukan ekstrakasi dari campuran tersebut Periksa kadar aspal yang dihasilkan produk AMP Periksa gradasi agregat, bandingkan dengan hasil DMF Bila hasilnya sama atau mendekati DMF, dan masih dalam batas tolerasi seperti dipersyaratkan pada Tabel (6.3.3.(2) maka campuran dinyatakan memenuhi syarat kriteria spesifikasi.
Bila hasil pengujian trial mix di AMP dan uji penghamparan memenuhi semua kriteria atau dibawah kriteria DMF tetapi masih memenuhi syarat kriteria spesifikasi (2010 Revisi-2), maka hasil trial mix ini akan disahkan menjadi Job Mix Formula (JMF) atau menjadi rumusan campuran kerja (Job Standard Density) dan dijadikan dasar pembayaran pekerjaan pengaspalan.