Você está na página 1de 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sampel
2.1.1 Anilin (C
6
H
5
NH
2
)
Anilin (C
6
H
5
NH
2
) merupakan golongan amina aromatik. Senyawa amina
aromatik banyak digunakan dalam pembuatan zat warna, pestisida, plastik,
kosmetik, dan obat-obatan. Senyawa amina aromatik umumnya sangat polar
sehingga mudah larut dalam air. Selain itu, sifat lain dari amina aromatik yang
sangan mendapat perhatian adalah sifat toksik dan karsinogen (Gusmita, dkk.,
2013).
Anilin mampu bereaksi dengan metanol dan dengan dibantu asam sulfat,
akan membentuk N metil dan N,N dimetilanilin. Anilin dapat
dikonversikan menjadi difenilamina apabila ia dipanaskan bersama anilin
hidroklorida. Di dalam industri, anilin digunakan sebagai katalis reaksi reduksi
dari senyawa nitrobenzena (Othmer, 1998a).

2.1.2 Asam Sulfat (H
2
SO
4
)
Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk
mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan
pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian, waktu yang diperlukan untuk
mendekstruksi masih cukup lama. Campuran asam sulfat pekat dengan kalium
sulfat pekat akan menaikan titik didih asam sulfat pekat sehingga dapat
mempertinggi suhu dekstruksi sehingga proses dekstruksi lebih epat.
Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk
mempercepat proses dekstruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang
kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu dekstruksi
sampel yaitu pada suhu 350
o
C, dengan demikian komponen yang dapat
terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti
penentuan kadar abu lebih baik (Kristianingrum, 2012).


2.2 Reaksi Substitusi
Reaksi substitusi terjadi apabila sebuah atom atau gugus yang berasal dari
pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi
substitusi dapat terjadi pada atom karbon jenuh atau tak jenuh.
CH
3
CH
2
-OH + HBr CH
3
CH
2
-Br + H
2
O




Gambar 2.1 Reaksi Substitusi
(Budimarwanti, 2011)

1. Reaksi Substitusi Nukleofilik
Pada reaksi substitusi nukleofilik atom/ gugus yang diganti mempunyai
elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah
suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif.
Reaktivitas relatif dalam reaksi substitusi nukleofilik dipengaruhi oleh
reaktivitas nukleofil, struktur alkilhalida dan sifat dari gugus terlepas.
Reaktivitas nukleofil dipengaruhi oleh basisitas, kemampuan mengalami
polarisasi, dan solvasi.
2. Reaksi Substitusi Elektrofil
Benzena memiliki rumus molekul C6H6, dari rumus molekul tersebut
seyogyanya benzena termasuk golongan senyawa hidrokarbon tidak jenuh.
Namun ternyata benzena mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan senyawa
hidrokarbon tidak jenuh. Beberapa perbedaan sifat benzena dengan senyawa
hidrokarbon tidak jenuh adalah diantaranya bahwa benzena tidak mengalami
reaksi adisi melainkan mengalami reaksi substitusi. Pada umumnya reaksi yang
terjadi terhadap molekul benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik, hal ini
disebabkan karena benzena merupakan molekul yang kaya elektron.
Ada 4 macam reaksi substitusi elektrofilik terhadap senyawa aromatik,
yaitu:
a. Halogenasi : X
2
+ Ar H Ar-X + HX
Asam Lewis
b. Nitrasi : HNO
3
+ Ar H Ar-NO
2
+ H
2
O
c. Sulfonasi : H
2
SO
4
+ Ar H Ar- SO
3
H + H
2
O
(Budimarwanti, 2011).
Suatu gugus yang terikat pada karbon memungkinkan diganti dengan gugus
yang lain melalui salah satu dari tiga cara: (a) dengan substitusi serempak, (b)
dengan eliminasi diikuti dengan adisi, dan (c) dengan adisi diikuti dengan eliminasi.
Cara yang terakhir (yaitu cara c) hanya untuk karbon tak jenuh.
Pada substitusi serempak, pereaksi dapat sebuah nukleofil (reaksi S
N2
) atau
sebuah elektrofil (reaksi S
E2
). Atom atau radikal tidak mensubtitusi langsung pada
karbon.
1. Reaksi S
N2
. Secara umum reaksi dapat dinyatakan seperti berikut :



Gambar 2.2 Reaksi S
N2
(Firdaus, 2012)
Dengan Nu: adalah suatu nukelofil dan Gp adalah suatu gugus pergi. Karakter utama
proses tersebut adalah:
a. Reaktivitas relatif gugus-gugus pergi yang berbeda adalah adalah I > Br > Cl
>> F. Gugus-gugus sulfat dan sulfonat adalah gugus reaktif karena kedua gugus
pergi tersebut masing-masing adalah anion dari asam kuat.
b. Atom karbon di mana substitusi terjadi mengalami inversi konfigurasinya
karena nukleofil menyerang dari sisi yang lurus berlawanan dengan arah ikatan
gugus pergi.
c. Beberapa nukleofil dan reaksinya terhadap alkil halida (RX).
d. Urutan reaktivitas gugus gugus alkil halida primer > sekunder > tersier, hal
ini terjadi paling tidak karena naiknya efek rintangan sterik untuk mendekati atom
karbon yang lebih tersubstitusi.
2. Reaksi S
E2
. Karbon mengalami substitusi elektrofil bimolekuler (reaksi S
E2
)
jika dia terikat pada atom elektropositif kuat, yaknik logam. Sebuah reaksi khas
untuk ini adalah terjadi pada suatu organo raksa bromin.
H
2
SO
4


Gambar 2.3 Reaksi S
E2

(Firdaus, 2012)
Reaksi ini terjadi mempertahankan konfigurasi pada kabon, bertentangan dengan
inversi (pembalikan) konfigurasi yang karakteristik untuk reaksi S
N2
.
3. Reaksi S
Ni
. Alkohol yang mewakili subtituen aromatik beraksi dengan tionil
klorida menghasilkan senyawa klorida yang sesuai dengan mempertahankan
konfigurasi atom karbon yang tadinya mengikat hidroksil. Reaksi ini terjadi melalui
klorosulfit yang terurai melepaskan sulfurdioksida menghasilkan pasangan ion dan
kemudian membentuk kloridanya (Firdaus, 2011).

2.3 Sulfonasi
Pada proses sulfonasi, terjadi pembentukan surfaktan. Sulfonasi adalah proses
kimia yang memasukan gugus sulfonat SO
3
H atau garamnya atau sulfonil halida,
missal SO
2
Cl ke dalam suatu senyawa organik. Gugus ini dapat terikat dengan atom
C atau N (Rahman dan Galih, 2013).
Proses sulfonasi menghasilkan produk turunan yang terbentuk melalui reaksi
kelompok sulfat atau sulfonat dengan minyak asam lemak (fatty acid), ester dan
alkohol, dan lemak (fatty alcohol). Proses sulfonasi dapat dilakukan terhadap minyak
yang mempunyai ikatan jenuh dan tak jenuh, ataupun gugus hidroksil pada
molekulnya. Pada dasarnya, reagent yang bekerja pada reaksi sulfonasi adalah SO
3
,
yang dapat diperoleh pada reagent gas SO
3
, oleum (SO
3
H
2
SO
4
), NaHSO
3
, ataupun
H
2
SO
4
(Mansur, dkk., 2007).

2.4 Asam Sulfanilat
Asam sulfonil merupakan produk hasil sulfonasi yang merupakan asam organik
dari golongan asam sulfonat, atau sering disebut juga asam p-amino benzena sulfonat
atau asam sulfanilat yang diperoleh dari meraksikan anilin dengan asam sulfat pekat.
Asam sulfonil dianggap sebagai ion amfoter (zat yang mampu menunjukkan dua sifat
yang saling berlawanan). Zat ini terbentuk dari pemanasan anilin sulfat pada suhu
200 C (Dewi, 2011).

Você também pode gostar