Você está na página 1de 4

Nama : Yudik Yuliyanto

Nim : 12501241039
Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lahir karena kemajemukan dan
perbedaan yang dipersatukan oleh kesadaran kolektif untuk hidup sebagai bangsa
yang merdeka dan berdaulat. Perjuangan panjang bangsa untuk bersatu, diwarnai
oleh kepahitan dan perjuangan fisik yang panjang dari generasi pendahulu bangsa
untuk merdeka. Bukan merupakan hal yang mudah bagi para pendiri Negara
menyepakati Pancasila, yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa, dan
menetapkannya sebagai dasar negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan ideologi, pandanagn dan
falsafah hidup yang harus dipedomani bangsa Indonesia dalam penyelengaraan
kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan cita-cita
proklamasi kemerdekaan. Nilai-nilai luhur yang terkandung didalam nya
merupakan nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa Indonesia dan
memiliki nilai dasar yang diakui secara universal dan tidak akan berubah oleh
perjalanan waktu.
Seiring dengan perjalanan waktu dan sejarah bangsa, kini apa yang telah
diperjuangkan para pendiri dan pendahulu bangsa tengah menghadapi ujian
keberlangsungannya. Globalisasi dan euphoria reformasi yang sarat dengan
semangat perubahan telah mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan generasi
penerus bangsa ini dalam menyikai berbagai permasalahan aktual bangsa. Nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila semakin terkikis dan terdegradasi oleh
derasnya nilai-niali baru yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa.
Munculnya berbagai kasus kerusuhan di beberapa tempat di Indonesia
menunjukkan bahwa potensi konflik tak segera selesai dengan terbukanya keran
demokratisasi yang juga memberikan peluang bagi meluasnya potensi konflik.
Belum lama ini konflik besar kembali terjadi. Kali ini menimpa Lampung Selatan,
tepatnya di wilayah Kalianda. Dalam kasus ini, soal pelecehan seksual yang
diduga sebagai pemicu konflik, yang telah menelan belasan korban jiwa ini,
sebenarnya hanyalah puncak dari gunung es.
Dilihat dari akar penyebabnya, kasus Lampung dalam batas-batas tertentu
dapat dikatakan bersifat klasik yang melibatkan beberapa etnis tertentu. Hal ini
mengingat secara kasat mata pihak-pihak yang berkonflik memiliki keterkaitan
kuat dengan kedua etnis yang terlibat, yakni etnis Lampung dan Bali. Sejak
kehadirannya, etnis Bali dipandang membawa persoalan tersendiri bagi sebagian
masyarakat Lampung. Gugus persoalan ini mencakup legitimasi kehadiran
masyarakat Bali yang dipandang masih bermasalah karena menempati wilayah
yang belum sepenuhnya diizinkan ataupun karena perbedaan adat kebiasaan dan
agama. Hal ini terjadi terutama di Lampung Selatan dan Lampung Utara. Meski
secara kultural sebenarnya kedua etnis itu memiliki kearifan lokal yang dapat
diandalkan untuk menciptakan kerukunan dan mencegah konflik, tetapi dalam
berbagai kasus konflik terlihat bahwa kearifan lokal itu seolah sirna.
Situasi di Lampung ini cerminan bahwa nilai-nilai pancasila makin
terpinggirkan. Alih-alih dikaitkan keharusan kedewasaan berperilaku, masalah
kehormatan diri justru jadi alasan pembenaran untuk menempuh cara apa pun
sejauh itu dianggap dapat menjaga harga diri. Sementara respons dari kalangan
Bali menunjukkan bahwa nilai-nilai kedamaian dan toleransi yang dianut juga
tidak mampu bekerja dengan sempurna. Di sini, persoalan klasik kecemburuan
sosial antara pribumi dengan pendatang telah cukup membutakan akal sehat
dan menjadi rumput kering yang berpotensi membara manakala menemukan
pemantiknya.



Di mana peran Negara?
Lepas dari itu, kasus kerusuhan Lampung ini sebenarnya dapat segera
tertanggulangi dengan baik jika aparat keamanan, dalam hal ini kepolisian, dapat
memainkan peran yang lebih signifikan. Sebagai institusi yang menetapkan peran
preventif (pencegahan) sebagai bagian tugas pokoknya, kepolisian seharusnya
sejak dini dapat mendeteksi dan mengantisipasi potensi apa yang akan terjadi ke
depan. Dengan sederet institusi pelengkap untuk mendeteksi segenap potensi
negatif yang ada di masyarakat, kepolisian jelas salah satu institusi yang
seharusnya dapat memimpin dalam soal-soal yang terkait dengan keresahan
masyarakat. Apalagi kenyataan bahwa kasus Lampung terakhir ini bukanlah kasus
yang benar-benar baru sebab memiliki preseden di awal tahun ini yang cukup
terang benderang.
Solusi jangka pendek adalah segera menyelesaikan persoalan itu secara
tepat, dengan sesedikit mungkin menimbulkan resistensi dari kalangan yang
terlibat. Di sini diperlukan kerja sama banyak pihak. Tidak saja dari kalangan
masyarakat, tokoh-tokoh, ataupun ormas, tetapi juga aparat dan pemerintah,
termasuk pengadilan. Kegagalan pada level ini kerap akan cenderung memberikan
preseden negatif dan memperburuk situasi.
Dalam konteks jangka menengah, solusi yang mungkin adalah
memperbaiki kinerja dan profesionalisme aparat keamanan agar dapat lebih
sensitif dan efektif mencegah serta menyelesaikan rangkaian konflik sejak dini.
Dalam konteks jangka panjang, jelaslah bahwa persoalan segregasi
primordial dan disparitas ekonomi yang selalu jadi biang keladi kemunculan
konflik harus dapat direduksi semaksimal mungkin.
Harus diakui secara jujur, era reformasi yang membawa semangat
perubahan dan keterbukaan telah membawa banyak perubahan positif maupun
negative bagi kehidupan nasional, Keterbukaan dan kebebasan individu yang
merupakan cirri demokrasi barat semakin mendominasi pola pikir, sikap, dan
tindak generasi penerus bangsa. Semangat gotong royong yang terkandung dalam
pancasila semakin ketersampingkan. Tata nilai baru yang belum sepenuhnya
dipahami dan diterima oleh bangsa Indonesia telah mengakibatkan disharmonisasi
hubungan vertical maupun horizontal diantar masyarakat Indonesia yang
majemuk.
Berbagai permasalahan bangsa yang terjadi akhir - akhir ini, disebabkan
semakin lunturnya toleransi atas perbedaan dan kemajemukan di antara komponen
bangsa. Permasalahan ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena akan
melemahkan sendi - sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, diperlukan kembali komunikasi politik yang didasarkan atas
kesadaran kolektif bangsa untuk mempertahankan nilai - nilai pancasila



Sumber :
http://theindonesianjournalist.com/pancasila-dasar-atau-pilar/
http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=35193
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/11/02/mcueey-mensos-
konflik-lampung-butuh-pemulihan-jangka-panjang
http://www.antaranews.com/berita/341818/peneliti-konflik-lampung-menyangkut-
sejarah-sosiologis

Você também pode gostar