Você está na página 1de 7

0

TUGAS JOURNAL READING



Koreksi Astigmatisma pada Operasi Katarak
dengan Lensa Rayner Toric Intraokuler





Disusun Oleh :
Yayu Puji Astuti
110.2010.295

Pembimbing : dr. Helmi, Sp.M

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 11 Agustus 13 September 2014
RSUD Kota Cilegon



Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2014


1

Latar Belakang:
Operasi katarak semakin dianggap sebagai suatu prosedur refraksi.
Kornea silindris dapat dikurangi dengan menyisipkan sebuah lensa intraokuler
toric (T-IOL).
Rayner T-flex T-IOLs telah dilisensikan dalam mengoreksi astigmatisma
Metode:
Penelitian retrospektif
Dilakukan di Oxford Eye Hospital & Radclife Hospital, United Kingdom
46 mata dari 34 pasien disisipkan T-IOLs.
Astigmatisma dianalisis menggunakan power vectors.
Hasil:
72% pasien telah memiliki visus 6/9 atau lebih tanpa bantuan,
42% memiliki silinder sisa <0,25 dioptri (D)
78% memiliki silinder sisa <1,5 D, kemudian dibandingkan dengan 6,9% pada
pasien yang belum operasi.
Kesimpulan:
Lensa Rayner T-flex dapat diandalkan untuk mengoreksi kornea silinder.

Pendahuluan:
Penglihatan astigmatisma secara signifikan meningkat 15% dari semua pasien
menjalani operasi katarak.
Refraksi astigmatisma ditentukan oleh komponen kornea dan lensa.
Operasi katarak akan menghilangkan lenticular
Insisi yang digunakan pada fakoemulsifikasi sedikit mempengaruhi astigmatisma
karna kecilnya ukuran sayatan.
Rayner T-flexT-IOLs (Rayner, Hove, England) telah dilisensi diEropa untuk
digunakan pada kornea astigmatisma.
Lensa tsbt lensa akrilik hidrofilik didesain secara single-piece plate-
haptic,memiliki stabilitas rotasi maksimal karena mekanismenya yang unik dalam
mengkompresi haptics dalam kapsul.
2

Lensa ini dirancang dalam 2 diameter optik:
573 T dengan optik 5,75 mm lensa bertenaga tinggi
623 T dengan optik 6,25 mm lensa bertenaga rendah dan menengah.
Lensa dipilih menggunakan kalkulator online, Raytrace
Setelah data keratometri dimasukkan kemudian dapat disimpulkan kornea
astigmatisma dan hasil refraksi yang diinginkan
Lensa disuntikkan melalui injektor sekali pakai melalui luka yang berukuran 3 mm
dan memiliki tanda linear pada permukaan anterior untuk mengoreksi tindakan bedah

Gambar 1. Lensa Toric Intraoculer in situ dengan garis penanda pada sumbu axis
Tujuan:
Untuk mengaudit penggunaan Rayner T-IOLs pada rumah sakit pendidikan yang besar untuk
praktek klinis.
Metode:
Pasien dengan keratometri silinder > 0.75 D, menjalani operasi katarak di bawah
perawatan peneliti pasien ditawarkan menggunakan T-IOLs.
Sebelum operasi, hasil koreksi terbaik dicatat dan refraksi subjek didokumentasikan.
Keratometri dilakukan oleh master IOL (Master IOL V5.2.1, Carl Zeiss, Jerman).
Data Keratometri dan hasil refraksi dimasukkan ke dalam Rayner toric kalkulator, dan
lensa yang dipilih dinetralkan baik pada spheris /silinder mencapai keseimbangan
spheris dengan nol sedekat mungkin.
Sebelum operasi mata ditandai di ruang anestesi, pasien duduk tegap dengan
kepala dalam posisi netral.
Meridian vertikal ditandai dengan tinta pada posisi jam 6 dan 12 di sisi kornea dari
limbus.
Selama operasi, alat pengukur Mendez digunakan untuk menandai garis axis lensa.
3

Pasien kemudian menjalani fakoemulsifikasi dibawah anestesi subtenon dengan insisi
kornea 2,75 mm ditempatkan pada 120 .
Luka diperpanjang sampai 3,0 mm untuk menyuntikkan T-IOL .
Kemudian axis ditempatkan sesuai perhitungan kalkulator Rayner.
Setelah semua visikoelasitas diangkat, digunakan benang jahit nilon ukuran 10.0
untuk mengamankan insisi utama sehingga meminimalkan risiko rotasi lensa pasca
operasi.
Pasca operasi, semua pasien mendapatkan deksametason 0,1% dan kloramfenikol
tetes selama 3 minggu.
Jahitan kornea diangkat pada minggu ke-2 di bawah anestesi topikal.
Sumbu axis dikonfirmasi pada slit lamp tetapi secara formal tidak diukur.
Hasil:
Sebanyak 46 mata, 34 pasien menjalani implantasi T-IOL.
Dari 46 mata, 24 pasien
Dari 46 mata, 24 mata kanan
Usia rata-rata penduduknya 66,68 ( 12,4) tahun = populasi katarak normal.
35 operasi dilakukan oleh konsultan (CKP), dan sisanya dilakukan oleh peserta
pelatihan junior, menggunakan metode yang sama, di bawah pengawasan oleh CKP.
Tidak ada komplikasi operasi.
Refraksi
Tabel 1. Analisa power vector pre operasi dan post operasi dengan uji t berpasangan
Silinder keratometri
pre operasi
Silinder
Refraksi
post operasi
P value
J
o
(D) -0,81 0.85 0.09 0.42 < 0.0001
J
45
(D) -0.06 0.57 -0.05 0.36 0.9417
Sebagian besar pasien membutuhkan silinder <1 D pasca operasi,
Rata-rata membutuhkan silinder > 0,2 D.
4

Tajam Penglihatan:









6/6 atau lebih 6/9 atau lebih 6/12 atau lebih 6/24 atau lebih
Gambar 2. Pengukuran tajam penglihatan 3 bulan post operasi

Presentasi Perubahan Silinder:
Tabel 2. Silinder sisa post operasi dihitung sebagai persentase silinder pre operasi
Silinder
Preoperasi
Jumlah sampel Perubahan mean
%
Perubahan
minimum %
Perubahan
maximum %
<1,5D 13 30 53 -66 100
1,5- 2 D 7 75 26 25 100
2 D 26 79 29 -11 100

Diskusi:
T-IOLs telah mendapatkan reputasi dalam mengoreksi astigmatisma moderat - tinggi.
Koreksi efektif astigmatisma bergantung pada keakuratan keratometri, pilihan lensa
yang tepat, dan teknik penyisipan yang sempurna dengan tidak ada rotasi pasca
operasi.









5

Setiap kesalahan harus diperbaiki dengan pembedahan secara awal jika dibutuhkan .
Biometri yang akurat penting untuk setiap operasi katarak. Tiap variasi dari 100 m
panjang aksial diubah menjadi 0,28 D dari variasi power lensa spheris yang dipilih.
keratometri harus akurat, tidak hanya perhitungan power spheris dan silinder yang
berasal dari data tetapi juga sumbu penempatan lensa.
Viestenz et al rotasi (atau torsi) 3 dari mata terdapat pada 36% pasien. Rotasi
terbanyak tercatat 11.5.
Sumbu kornea yang diperoleh melaui komputerisasi keratometer belum tentu
merupakan sumbu yang tepat Master Zeiss IOL dianggap sebagai standar emas
untuk keratometri.
Semua hasil statistik pada tulisan ini berdasarkan keratometri pra operasi dan refraksi
astigmatisma pasca operasi.
Dalam kasus kami, lensa Rayner disisipkan menggunakan injektor single melalui luka
3 mm.
Panjang luka dan konstruksi memainkan peranan yg penting dalam terjadinya
astigmatisma kornea pasca operasi
luka yang lebih pendek sedikit mempengaruhi astigmatisma dibandingkan luka yang
> panjang.
Pada saat penulisan, lensa Rayner T-flex hanya bisa diinjeksi melalui luka berukuran
>3 mm.
Audit dilakukan secara retrospektif dalam praktek klinis dimana topografi kornea
tidak diukur sebelum operasi katarak dibutuhkan pengukuran topografi kornea baik
sebelum operasi dan pasca operasi untuk menyesuaikan SIA.
Penandaan kornea pre operasi harus dilakukan ketika pasien berada pada posisi
vertikal untuk menghindari cyclotorsion saat telentang, namun tetap ada kecil
kemungkinan kesalahan pada tahap ini.
Metode penandaan kornea selama operasi dan teknik insersi bertujuan untuk
meminimalkan kesalahan lebih lanjut.
Pengangkatan viskoelastik juga penting untuk mencegah rotasi pasca operasi di
dalam kantong, sebelum kontraksi kapsuler terjadi.
Setiap kesalahan derajat rotasi dari sumbu lensa toric kehilangan 3,3% dari daya
astigmatismatiknya.
Dengan rotasi 30, dapat menghilangkan kekuatan toric.
Stabilitas rotasi lensa ini belum secara formal dipelajari dalam artikel ini.
6

Namun, dalam seri kasus ini, menunjukkan bagaimana manfaat elemen dari lensa
toric bisa hilang, baik melalui ketidakakuratan bedah ataupun rotasi pasca operasi.
Chang rotasi lensa pasca operasi lebih sering pada mata miopi atau pasien dengan
diameter kantong kapsul yang lebih besar.
Pada penelitian ini diekslusikan pasien dengan astigmatisma ireguler, cangkok kornea
sebelumnya, atau keratoconus untuk mengurangi bias.
Meskipun berpotensi tidak akurat, hasil penelitian ini menunjukkan Rayner T-flex T-
IOL dapat digunakan dengan baik dalam praktek rutin pada pasien astigmatisma.
Hampir, 75% pasien mampu mencapai standar british driving dengan visus pasca
operasi yang tidak dikoreksi.
Kami juga mampu mengurangi silindris >1.5 D dari 77% pra-bedah hingga 7%
dengan menyisipkan T-IOL.
Meskipun ukuran sampel kecil, penelitian ini mampu menghasilkan hasil yang
konsisten pada pasien yang memiliki silindris awal yang lebih besar
Untuk perbaikan lebih lanjut pada hasil refraksi dengan T-IOLs teknik baru untuk
mengkonfirmasikan sumbu silindris, fingerprinting sidik jari dan wavefront
aberrometry
Kesimpulannya lensa Rayner menawarkan solusi sederhana namun efektif untuk
pengobatan kornea silindris pada pasien yang menjalani operasi katarak

Penutup:
Peneliti melaporkan tidak ada konflik yang berarti selama penelitian ini
.

Você também pode gostar