Você está na página 1de 33

BAB 1

PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dinilai
sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau evaluasi tindakan
operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut the American College of Emergency
Physicians states dalam melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan memiliki prinsip awal
dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan menyediakan terapi pada pasien-pasien dengan
trauma yang tidak dapat di duga sebelumnya serta penyakit lainnya.
1
Perbaikan pada saat pra rumah sakit dan perawatan gawat darurat dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien.

Penilaian awal pada pasien-pasien trauma dapat dibedakan
menjadi penilaian primer primary survey!, penilaian sekunder secondary survey!, dan
penilaian tersier tertiary survey!. Penilaian primer dilakukan dalam "-# menit yang memuat
$B%&' ( airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
1
)rauma atau perlukaan dalam medis adalah hilangnya kontinuitas jaringan yang
disebabkan karena adanya kekuatan dari luar atau kekerasan, yang menurut sifat dan
penyebabnya dapat diakibatkan karena mekanik, fisika ataupun kimia.
",*

)rauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh benda-benda runcing atau benda
dengan tepi tajam yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh. )rauma tajam dikenal
dalam tiga bentuk, yaitu luka iris atau luka sayat, luka tusuk atau luka bacok. &alam laporan
dari Pusat Pengendalian Penyakit tersebut, kematian akibat kekerasan+trauma tajam
didefinisikan sebagai kematian akibat kesengajaan kekuatan fisik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun terhadap kelompok ataupun masyarakat.
*,,,#
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing yang bervariasi.
-ambaran umum luka yang diakibatkan oleh trauma tajam adalah tepi dan dinding luka yang
rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau
titik.
"
)rauma tajam dapat membuat kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong
yang biasa disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak yang memiliki kecepatan rendah,
sedangkan luka tembak dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan transfer energi kinetik
yang lebih besar terhadap organ-organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa
temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan
lainnya. Perlunya dilakukan sebelum tindakan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan
1
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
1,.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Trauma
2.1.1. Definisi
)rauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. )rauma atau perlukaan
dalam medis adalah hilangnya kontinuitas jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan
dari luar atau kekerasan.
",*
2.1.2. Jenis Jenis
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, trauma dapat dibedakan atas trauma yang
bersifat (
a. /ekanik
1.
)rauma tumpul
/emar
/emar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit+kutis akibat
pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.
0uka lecet
0uka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda
yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda
tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit
0uka robek
/erupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit
teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan
terjadi robekan pada kulit.
*
".
)rauma tajam
0uka iris+sayat
0uka iris mempunyai gambaran kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak
melebihi panjang luka.
0uka tusuk
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perikiraan benda penyebabnya,
apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut lancip dan
yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu.
Bila kedua sudut lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam
bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan
kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh
kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.
0uka bacok
0uka bacok memiliki gambaran mirip luka iris, yaitu kedua sudut lancip dan
dalam luka tidak melebihi panjang luka.
*
*.
)rauma tembakan senjata api
*
3
b. 1isika
1.
2uhu
".
0istrik dan petir
*.
Perubahan tekanan udara
,.
$kustik
#.
3adiasi
*
c. Kimia
1.
$sam kuat
".
Basa kuat
*
2.2. Trauma Tajam
2.2.1. Definisi
)rauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh benda-benda runcing atau benda
dengan tepi tajam yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh.
,,#

)rauma tajam dikenal dalam tiga bentuk, yaitu luka iris atau luka sayat, luka tusuk
atau luka bacok.
,
2.2.2. Epidemi!"i
2ebuah laporan dari Pusat Pengendalian Penyakit melaporkan kematian akibat
kekerasan terjadi pada 14 negara selama tahun "554. &alam laporan tersebut, kematian
akibat kekerasan didefinisikan sebagai kematian akibat kesengajaan kekuatan fisik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun terhadap kelompok ataupun masyarakat. )rauma tajam
menyumbang 1,.6 dari semua kasus bunuh diri, yang terdiri dari #1,*6 kasus senjata api,
dan "",16 kasus pencekikan atau gantung diri, dan 17,,6 kasus keracunan. 2edangkan
1",16 trauma tajam dari semua kasus pembunuhan yang terdiri dari 4#,76 kasus senjata api
dan ,,46 dari kasus trauma tumpul.
*
2.2.#. E$i!"i
Penyebab terjadinya trauma tajam akibat adanya kekuatan fisik terhadap diri sendiri,
orang lain atau kelompok seperti kejadian bunuh diri, pembunuhan ataupun kecelakaan.
*

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing yang bervariasi dari alat-
alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, bahkan
tepi kertas atau rumput.
"
2.2.%. &e'anisme Trauma
Biomekanik trauma adalah proses+mekanisme kejadian pada saat sebelum, saat dan
sesudah kejadian. Keuntungan mempelajari biomekanik trauma adalah dapat mengetahui
4
bagaimana proses kejadian dan memprediksi kemungkinan bagian tubuh atau organ yang
terkena cedera.
4
$namnesis yang berhubungan dengan fase ini adalah (
a.
)ipe kejadian trauma, misalnya tabrakan kendaraan bermotor, jatuh atau trauma+luka
tembus.
b.
Perkiraan intensitas energi yang terjadi, misalnya kecepatan kendaraan, ketinggian dari
tempat jatuh, kaliber atau ukuran senjata.
c.
8enis tabrakan atau benturan yang terjadi pada penderita seperti mobil, pohon, pisau,
dan lain-lain.
4
/ekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut ( tumpul, tembus, termal dan
ledakan (blast injury. Pada semua kasus diatas terjadi pemindahan energi (transfer energy
ke jaringan, atau dalam kasus trauma termal terjadi perpindahan energi panas+dingin! ke
jaringan.
4
Pemindahan energi (transfer energy digambarkan sebagai suatu gelombang kejut yang
bergerak dengan kecepatan yang bervariasi melalui media yang berbeda-beda. )eori ini
berlaku untuk semua jenis gelombang seperti gelombang suara, gelombang tekanan arterial,
seperti contoh shoc! wave yang dihasilkan pada hati atau korteks tulang pada saat terjadi
benturan dengan suatu objek yang menghasilkan pemindahan energi. $pabila energi yang
dihasilkan melebihi batas toleransi jaringan, maka akan terjadi disrupsi jaringan dan terjadi
suatu trauma.
4

2.2.(. Dia"nsa
-ambaran umum luka yang diakibatkan oleh trauma tajam adalah tepi dan dinding
luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk
garis atau titik.
"
Perbedaan antara trauma tajam dengan trauma tumpul,yaitu (
#
)rauma )ajam )umpul
a. Bentuk luka )eratur )idak teratur
b. )epi luka 3ata )idak rata
c. 8embatan jaringan )idak ada $da
d. 3ambut 9kut terpotong )idak ikut terpotong
e. &asar luka Berupa garis atau titik )idak teratur
f. 2ekitar luka )ak ada luka lain $da luka lecet atau memar
2.2.). Ta$a!a'sana Peripera$if
5
:perasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. 1ase preoperasi
adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalankan operasi dibuat dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi.
.
Pemeriksaan preoperatif merupakan semua pemeriksaan yang dilakukan seperti
anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologi, dan lain-lain! dalam rangka
mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan yang baik selama periode pre operatif adalah
menurunkan risiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah.
7
2ebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain.
.
2elain itu pasien juga dilakukan penilaian primer primary survey!, penilaian sekunder
secondary survey!, dan penilaian tersier tertiary survey!. Penilaian primer dilakukan dalam
"-# menit yang memuat $B%&'( airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
$pabila fungsi dari tiga sistem pertama mengalami gangguan, resusitasi harus segera
dilakukan.
7,;
/eskipun terdapat urutan $B%&', tetapi penilaian ini harus dilakukan secara
simultan. Kemudian, monitoring dasar perlu dilakukan termasuk elektrokardiografi 'K-!,
pengukuran tekanan darah, serta saturasi oksigen. 2etelah dilakukan penilaian primer, maka
dilanjutkan penilaian sekunder, kemudian penilaian tersier.
;,15
)ujuan Pemeriksaan Prabedah (
1. Pengumpulan data pasien
". /enentukan masalah yang ada
*. /eramalkan penyulit yang akan terjadi
,. /elakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang mungkin terjadi
#. /enetukan status fisik pasien
4. /enentukan obat dan teknik anestesi
.. /enentukan premedikasi
1"
2.2.6.1. Primary Survey
1. Airway
2tabilisasi dan mempertahankan jalan napas selalu menjadi prioritas utama. $pabila
pasien dapat berbicara, maka jalan napas biasanya bebas, tetapi pada pasien yang tidak
sadar, maka perlu dipastikan jalan napasnya. )anda-tanda yang penting pada obstruksi jalan
napas meliputi snoring, gurgling, stridor, dan gerakan dada yang paradoks. $danya benda
asing perlu dipikirkan pada pasien-pasien yang tidak sadar. Penanganan jalan napas
6
lanjutan intubasi endotrakeal, krikotiroidotomi, serta trakeostomi! diindikasikan apabila
terdapat apnue, obstruksi yang persisten, luka kepala berat, trauma maksilofasial, luka
tembus di leher, atau luka pada dada yang hebat.
15
2elain jalan napas, pada airway, perlu diperhatikan tentang kemungkinan luka pada
servikal. )erdapat lima kriteria yang meningkatkan kecurigaan akan adanya fraktur servikal
( 1! nyeri di leher, "! nyeri hebat di tempat lain, *! tanda atau gejala neurologis, ,!
intoksikasi, dan #! hilangnya kesadaran di tempat kejadian. 1raktur servikal harus
dicurigai apabila terdapat salah satu dari kriteria tersebut, meskipun tidak terdapat luka
pada daerah di atas klavikula. <ntuk manuver yang aman dilakukan adalah dengan
menggunakan manuver jaw"thrust untuk mencegah hiperekstensi leher. Pasien-pasien yang
tidak sadar disertai dengan trauma berat, maka harus dipikirkan risiko terjadinya aspirasi,
sehingga jalan napas harus segera diamankan dengan menggunakan bantuan endotracheal
tube '))! maupun trakeostomi.
15,11
)rauma pada daerah laring akan memperberat keadaan. 0uka terbuka bisa berhubungan
dengan perdarahan dari pembuluh darah besar di daerah leher, obstruksi dari hematoma
maupun edema, emfisema subkutis, dan luka servikal. )rauma laring tertutup lebih tidak
jelas, tetapi dapat ditandai dengan adanya krepitasi pada daerah leher, hematoma, disfagia,
hemoptisis, atau kesulitan berbicara. $pabila sulit untuk dilakukan ')), maka trakeostomi
dapat dipertimbangkan.
15,11
". #reathing
Penilaian tentang ventilasi akan paling baik dilakukan dengan pendekatan loo!, listen,
and feel. $oo!, lihat tanda-tanda sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, ketinggalan
bernapas, atau luka tembus di dada. $isten, dengar ada atau tidaknya suara napas. %eel,
untuk emfisema subkutis, pendorongan trakea, maupun fraktur iga. Klinisi wajib memiliki
kecurigaan yang besar terhadap adanya pneumothora!s tension dan hemotoraks, terutama
pada pasien-pasien dengan distress nafas. &rainase pleura mungkin diperlukan sebelum
rontgen dada bisa didapatkan.
11
2ebagian besar pasien-pasien yang mengancam nyawa memerlukan bantuan atau
kontrol nafas. #ag"valve devices akan menyediakan ventilasi yang adekuat segera setelah
intubasi dan saat transportasi pasien. Penilaian tentang analisa gas darah arteri $-&$!
diperlukan untuk menilai konsentrasi oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
11
*. Circulation
7
Penilaian untuk sirkulasi berdasarkan pada denyut nadi, tekanan+volume, tekanan darah,
dan tanda-tanda dari perfusi jaringan. )anda-tanda yang bisa dijumpai apabila terdapat
sirkulasi yang tidak adekuat, antara lain( takikardi, pulsasi nadi yang lemah hingga tidak
teraba, hipotensi, serta ekstremitas yang pucat, dingin, atau sianosis. Prioritas utama untuk
mengembalikan sirkulasi yang adekuat adalah dengan menghentikan perdarahan, kedua
adalah dengan menggantikan volume intravaskular. =enti jantung selama transportasi ke
rumah sakit atau segera setelah luka tembus maupun tumpul pada toraks merupakan suatu
indikasi torakotomi emergensi.
11
<ntuk kontrol perdarahan, harus diketahui asal perdarahan, kemudian lakukan tekanan
di daerah luka tersebut. 0uka pada daerah ekstremitas biasanya dapat dengan mudah
dikontrol dengan melakukan penekanan. Pada pasien-pasien dengan trauma berat, maka
perlu dipikirkan tentang syok. 2yok yang sering terjadi pada pasien trauma adalah syok
hipovolemik. 3espon fisiologis yang dapat terjadi adalah takikardi, perfusi jaringan yang
kurang, dan penurunan dari tekanan nadi, hipotensi, takipnue, serta delirium. =ematokrit
dan hemoglobin bukanlah menjadi tolak ukur utama untuk menggambarkan jumlah
perdarahan akut. Pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil seperti ini, perlu
dipertimbangkan monitoring tekanan darah arteri secara invasif. Pada hipovolemia berat,
maka denyut nadi dapat terasa hilang saat fase inspirasi.
15
<ntuk kepentingan resusitasi dan cairan, maka diperlukan 9>-kateter nomor besar 1,-
14 -! pada vena yang mudah didapatkan. /eskipun terbukti bahwa pemasangan jalur
sentral akan memberikan informasi yang penting terkait status volume pada pasien, mereka
akan sangat memakan waktu dan memiliki risiko komplikasi yang mengancam nyawa
pneumotoraks!, sehingga jalur perifer menjadi pilihan utama untuk resusitasi awal.
15
<ntuk pemilihan cairan, kristaloid adalah cairan yang tersedia dengan cepat dan lebih
murah. 3esusitasi memerlukan jumlah yang lebih banyak, karena sebagian besar dari cairan
kristaloid tidak bertahan lama di dalam kompartemen intravaskular. Koloid jauh lebih
mahal dibandingkan dengan kristaloid, tetapi lebih efektif dan lebih cepat dalam
mengembalikan volume intravaskular. $kan tetapi, defisit cairan interstisial terkait dengan
syok hipovolemik lebih baik diberikan cairan kristaloid, atau kombinasi antara koloid dan
kristaloid. 2edangkan untuk darah, akan cukup memakan waktu untuk cross"match, yakni
sekitar ,#-45 menit, sehingga bukan menjadi pilihan utama.
15
,. &isability
8
'valuasi untuk disabilitas memerlukan penilaian neurologis yang cepat. Karena tidak
ada waktu untuk menggunakan sistem -%2, maka sistem $>P< lebih digunakan, yaitu(
Awa!e, 'erbal response, Painful response, (nresponsive.
15
#. Exposure
Buka pakaian pasien untuk memeriksa luka yang terdapat pada tubuhnya. )n"line
immobili*ation harus digunakan jika terdapat kecurigaan adanya luka pada tulang
belakang.
15
2.2.6.2. Secondary Survey
Penilaian sekunder hanya dilakukan apabila $B% sudah dalam kondisi stabil. Pada
penilaian sekunder, pasien diperiksa dari ujung kepala hingga ujung kaki head"to"toe
examination! dan pemeriksaan lainnya dilakukan radiografi, laboratorium, prosedur
diagnostik lainnya!. Pemeriksaan kepala meliputi luka pada kulit kepala, mata, dan telinga.
Pemeriksaan neurologis meliputi -%2 dan evaluasi dari fungsi motorik dan sensorik
termasuk refleks-refleks. Pupil yang berdilatasi maksimal tidak selamanya menandakan
kerusakan otak yang ireversibel. Pemeriksaan dada, lakukan auskultasi dan inspeksi
kembali untuk melihat fraktur maupun fungsi dari pernapasannya ketinggalan bernapas!.
=ilangnya suara napas dapat dicurigai adanya suatu pneumotoraks yang perlu dilakukan
pemasangan chest tube. =al yang serupa, suara jantung yang menjauh, tekanan nadi yang
sempit narrow pulse pressure!, serta vena leher yang distensi dapat menunjukkan adanya
tamponade jantung, yang perlu dilakukan perikardiosentesis. Pemeriksaan abdomen
meliputi inspeksi, auskultasi, serta palpasi. Pemeriksaan ekstremitas meliputi fraktur,
dislokasi, dan pulsasi perifer. Pemasangan kateter serta ?-) juga dilakukan.
15,11
$nalisis dasar laboratorium termasuk darah lengkap, elektrolit, gula darah, blood
urea nitrogen B<?!, serta kreatinin. $-&$ juga sangat membantu. 1oto toraks harus
segera dilakukan pada semua pasien dengan trauma hebat. Kecurigaan adanya fraktur
servikal harus dievaluasi dengan memeriksakan ketujuh vertebra servikalis. Pemeriksaan
lainnya berupa 1$2) dapat dilakukan untuk menilai adanya perdarahan intraperitoneal
maupun tamponade jantung.
1"
2.2.6.3. Tertiary Survey
Beberapa pusat menyarankan adanya penilaian tersier untuk mencegah adanya
luka yang terlewatkan. 2ekitar "-#5 6 dari luka trauma dapat terlewatkan di penilaian
primer dan sekunder, terutama pada trauma multipel. =al ini dapat dilakukan dalam ", jam
9
pertama. 'valuasi yang lebih lama ini dapat menyebabkan pasien menjadi lebih sadar,
sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih baik, memberikan informasi yang lebih detail
tentang mekanisme injuri, serta penyakit-penyakit penyerta.
11,1"
2.2.).%. Peni!aian ASA
<ntuk menentukan prognosis, American +ociety of Anesthesiologists $2$!
membuat klasifikasi berdasarkan status fisik pasien pra anestesi yang membagi pasien
kedalam # kelompok atau kategori sebagai berikut (
-
$2$ 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi.
-
$2$ ", yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena
penyakit bedah maupun penyakit lainnya. %ontohnya pasien batu ureter dengan
hipertensi sedang terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan leukositosis dan febris.
-
$2$ *, yaitu pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diaktibatkan
karena berbagai penyebab. %ontohnya pasien apendisitis perforasi dengan septik semia,
atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia miokardium.
-
$2$ ,, yaitu pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam
kehidupannya.
-
$2$ #, yaitu pasien tidak diharapkan hidup setelah ", jam walaupun dioperasi atau
tidak. %ontohnya pasien tua dengan perdarahan basis krani dan syok hemoragik karena
ruptura hepatik. Klasifikasi $2$ juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat ' @ emergency!, misalnya $2$ 1 ' atau 999 '.
1"
2.#. Te'ni' Anes$esi pada Trauma Tajam Kepa!a
)rauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian akibat trauma, dimana angka
mortalitasnya dapat mencapai #56. ,lasgow Coma +cale -%2! penting dinilai pada pasien
trauma untuk mengetahui prognosis pasien, dimana angka kematian pada pasien dengan -%2
dibawah ; sekitar *#6. )rauma intraabdominal, trauma toraks, fraktur tulang panjang, dan
kerusakan spinal juga harus diperhatikan karena dapat terjadi bersamaan pada pasien dengan
trauma kepala. )ujuan pembedahan dan tatalaksana anestesi pada trauma kepala adalah untuk
mencegah kerusakan neuronal dan kerusakan sekunder. Kerusakan sekunder meliputi (
1. 1aktor sistemik, seperti hipoksemia, hiperkapnia atau hipotensi
". )imbulnya hematoma epidural, subdural, dan intraserebral
*. Peninggian tekanan intrakranial
1*

)atalaksana pada trauma tajam kepala yang dapat dilakukan adalah kraniektomi diikuti
dengan debridemen. &ebridemen adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga
luka menjadi bersih. &ebridemen pada trauma tajam kepala biasanya dapat dilakukan secara
elektif.
1*
)eknik anestesi yang digunakan adalah anestesi umum, dimana anestesi umum
10
biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan
waktu pengerjaan yang panjang. $nestesi umum adalah menghilangkan rasa sakit seluruh
tubuh secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Kedalaman anestesi
harus dimonitor terus menerus oleh pemberi anestesi agar tidak terlalu dalam sehingga
membahayakan jiwa penderita, tetapi cukup adekuat untuk melakukan operasi.
1,
-uedel membagi kedalaman anestesi dalam , stadium seperti berikut(
1. 2tadium 9 stadium analgesi atau stadium disorientasi!
2tadium ini dimulai sejak diberikan anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium
ini operasi kecil bisa dilakukan.
1,
". 2tadium 99 stadium delirium atau stadium eksitasi!
2tadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai nafas teratur. &alam stadium ini
penderita bisa meronta-ronta, pernafasan ireguler, pupil melebar, refleks cahaya positif,
gerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi, tonus otot meninggi, refleks fisiologi masih
ada, dapat terjadi batuk atau muntah, kadang-kadang keluar urin dan defekasi. 2tadium
ini diakhiri dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata dan selanjutnya nafas
menjadi teratur. Keadaan ini dapat dikurangi dengan memberikan premedikasi yang
adekuat, persiapan psikologi penderita, dan induksi yang halus dan tepat.
1,
*. 2tadium 999 stadium operasi!
2tadium ini dimulai dari nafas teratur sampai paralise otot nafas. 2tadium ini dibagi
menjadi , plane(

Plana 9( &ari nafas teratur sampai berhentinya gerakan bola mata. &itandai dengan
nafas teratur, nafas torakal sama dengan abdominal. -erakan bola mata berhenti,
pupil mengecil, refleks cahaya dijumpai, lakrimasi meningkat, refleks faring dan
muntah menghilang, tonus otot menurun.
1,

Plana 99( &ari berhentinya gerakan bola mata sampai permulaan paralisa otot
interkostal. &itandai dengan pernafasan teratur, volume tidal menurun, frekuensi
nafas meningkat, mulai terjadi depresi nafas torakal, pupil mulai melebar dan
refleks cahaya menurun, refleks kornea menghilang, dan tonus otot makin
menurun.
1,

Plana 999( &ari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise seluruh otot
interkostal. &itandai dengan pernafasan abdominal lebih dominan dari torakal
karena terjadi paralisis otot interkostal, pupil makin melebar, refleks cahaya
menghilang, tonus otot makin menurun.
1,

Plana 9>( &ari paralise semua otot interkostal sampai paralise diafragma. &itandai
dengan paralise otot interkostal, pernafasan lambat dan ireguler serta tidak adekuat,
11
terjadi jer!y karena terjadi paralise diafragma, tonus otot makin menurun hingga
terjadi flaccid, refleks spinkter ani negatif.
1,
,. 2tadium 9> stadium overdosis atau stadium paralisis!
2tadium ini dimulai dari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. 2tadium ini
ditandai dengan hilangnya semua refleks, pupil dilatasi, terjadi respiratory failure diikuti
dengan circulatory failure.
1,
2.#.1. Premedi'asi
Premedikasi merujuk kepada pemberian obat-obatan pada periode 1-" jam sebelum
induksi anestesi dilakukan. )ujuan premedikasi secara umum adalah(
/enghilangkan kecemasan dan ketakutan
=al ini dapat diatasi dengan psikoterapi, yaitu dengan menjelaskan tindakan
pembedahan pada pasien. $pabila ketakutan tetap terjadi setelah penjelasan diberikan,
maka perlu diberikan obat ansiolitik seperti benAodiasepin.
1,
/engurangi sekresi
<ntuk mengurangi produksi sekresi dari glandula yang ada di faringeal dan bronkial
dapat diberikan obat antikolinergik. Pemberian obat antikolinergik disarankan pada
pasien yang akan dilakukan intubasi fiberoptik secara sadar atau sebelum penggunaan
ketamin.
1,
/emperkuat efek hipnotik dari agen anestesia umum sedasi!
:bat-obatan seperti barbiturat atau beberapa opioid menghasilkan sedasi namun tidak
mempunyai efek ansiolisis. Pada umumnya tindakan ini dilakukan pada pasien
pediatrik.
1,
/engurangi mual dan muntah pasca operasi
=al ini sering diakibatkan karena pemberian obat-obatan opioid selama dan setelah
tindakan bedah. Biasanya obat antiemetik diberikan sebagai premedikasi. )etapi
sebenarnya lebih efektif jika diberikan intravena selama penderita dalam keadaan
teranestesi.
1,
/enimbulkan amnesia
Pada beberapa keadaan, terutama pada pasien anak-anak, perlu dibuat suatu keadaan
amnesia selama periode perioperasi oleh karena pengalaman yang tidak menyenangkan
selama tindakan pembedahan. $nterograde amnesia hilangnya ingatan dari segala
tindakan setelah pemberian obat! dapat dihasilkan oleh obat golongan benAodiasepin
seperti midaAolam, loraAepam, atau diaAepam.
1,
/engurangi volume dan meningkatkan keasaman isi lambung
Pada pasien dengan risiko terjadinya muntah dan regurgitasi misalnya pasien darurat
dengan lambung penuh!, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengosongan lambung
dan meningkatkan p= dari sisa isi lambung. Pengosongan lambung dapat diperkuat
12
dengan pemberian metoklopramid, sedangkan untuk meningkatkan p= dapat digunakan
sodium sitrat.
1,
/enghindari terjadinya refleks vagal
Premedikasi dengan antikolinergik pada situasi yang menyebabkan terjadinya vagal
bradikardi, seperti pada pasien dengan denyut jantung lambat yang diberikan
propofol.
1,
/embatasi respon simpatoadrenal
9nduksi anestesi dan tindakan laringoskopi intubasi dapat mengakibatkan rangsangan
aktivitas simpatoadrenal, yang ditandai dengan takikardi, hipertensi, dan peningkatan
konsentrasi katekolamin plasma. Pada penderita hipertensi atau penyakit jantung
iskemik perlu diberikan premedikasi dengan B-bloker atau klonidin.
1,
)abel 1. :bat-obatan yang sering digunakan untuk premedikasi
1,
-olongan ?ama obat &osis mg! 3ute
BenAodiasepin
'fek( $nsiolisis, sedasi,
dan amnesia
&iaAepam #-"5 :ral
1luraAepam 1#-*5 :ral
0oraAepam "-, :ral, 9/
/idaAolam "-# 9/+9>
)riaAolam 5,1"#-5,"#5 :ral
)ransCuiliAer
'fek( $ntiemetik
&roperidol 5,4"4-",# 9/+9>
$ntihistamin &ifenhidramin "#-.# :ral, 9/+9>
=idrokAisin #5-155 9/
:pioid
'fek( $nti nyeri, sedasi
1entanil 5,5#-5," 9/+9>
=idromorfon 1-" 9/+9>
/orfin #-1# 9/+9>
/eperidin #5-155 9/+9>
$ntikolinergik
'fek( $ntisialagogue
mengurangi sekresi!,
sedasi, amnesia,
pencegahan bradikardia
$tropin 5,"-5,4 9/+9>
-likopirolat 5,"-5,4 9/+9>
2kopolamin+hyosin 5,"-5,, 9/+9>
-astrokinetik /etoklopramid 15-"5 :ral, 9/+9>
="-agonis 2imetidin *55 :ral, 9/+9>
"-agonis
'fek( menurunkan
aktivitas notadrenergik
sentral
Klonidin 5,"-5,, :ral
#-=) agonis
'fek( antiemetik
:ndansentron ,-7 9/+9>
13
2umber( 2oenarjo dkk. "51*. Anestesiologi. 2emarang( Bagian $nestesiologi dan )erapi
9ntensif 1akultas Kedokteran <niversitas &iponegoro
Premedikasi khusus untuk kraniotomi pada trauma kepala biasanya tidak ada, namun
premedikasi dapat diberikan apabila diperlukan untuk mencapai tujuan premedikasi secara
umum.
1#
)abel ". Penanganan preoperatif pada pasien dengan trauma kepala
1#
2umber( 8affe, 3.$. et al. "55;. $nesthesiologistDs /anual of 2urgical Procedures, ,th ed.
Philadelphia( 0ippincott Eilliams F Eilkins
2.#.2. Indu'si
14
Pemberian anestesi dimulai dengan induksi, yaitu memberikan obat sehingga penderita
tidur. 9nduksi secara umum dapat dilakukan dengan cara inhalasi, intravena, intramuskuler atau
perrektal. Pada operasi yang waktunya pendek, cukup dengan induksi saja. )etapi untuk
operasi jangka lama, kedalaman anestesi perlu dipertahankan dengan memberikan obat terus
menerus dengan dosis tertentu. =al ini disebut dengan maintenance atau pemeliharaan.
1,
)abel *. 9nduksi dan maintenance selama operasi pada trauma kepala
1#
2umber( 8affe, 3.$. et al. "55;. $nesthesiologistDs /anual of 2urgical Procedures, ,th ed.
Philadelphia( 0ippincott Eilliams F Eilkins
)abel ,. Pemantauan saat operasi
1#
15
2umber( 8affe, 3.$. et al. "55;. $nesthesiologistDs /anual of 2urgical Procedures, ,th ed.
Philadelphia( 0ippincott Eilliams F Eilkins
16
2.#.#. Terapi *airan pre+pera$if dan in$rapera$if
)erapi cairan intraoperatif meliputi penyediaan kebutuhan cairan dasar dan penggantian
sisa defisit pre-operatif serta kehilangan cairan intraoperatif. 9dealnya, darah yang hilang harus
digantikan dengan cairan kristaloid atau koloid untuk mempertahankan volum intravaskular
tetap normovolemia hingga saat dimana diperkirakan risiko anemia lebih berat daripada risiko
transfusi. Pada batas tersebut, kehilangan darah selanjutnya diganti dengan transfusi darah.
1.
8umlah cairan yang harus diberikan dapat dihitung sebagai berikut(
1. )entukan derajat perdarahan preoperatif
)abel 4. &erajat perdarahan berdasarkan American College of +urgeons Advanced -rauma $ife
+upport Program for Physicians tahun "51"
17
>ariabel Kelas 9 Kelas 99 Kelas 999 Kelas 9>
Kehilangan darah G.#5 ml
G1#6 'B>H
.#5-1#55 ml
1#-*56 'B>
1#55-"555 ml
*5-,56 'B>
I"555 ml
I,56 'B>
?adi J+menit! G155 155-1"5 1"5-1,5 I1,5
)ekanan darah ?ormal ?ormal /enurun /enurun
)ekanan nadi ?ormal atau
meningkat
/enurun /enurun /enurun
?afas J+menit! 1,-"5 "5-*5 *5-,5 I*#
<:P cc+jam! I*5 "5-*5 #-1# &apat diabaikan
2tatus mental +lightly anxious .idly
anxious
Anxious,
confused
Confused,
lethargic
H'B>( Estimated blood volume
2umber( &avid dkk. "51,. )nitial Evaluation of the -rauma Patient. &ikutip dari(
http(++emedicine.medscape.com+article+,*,.5.-overview K&iakses tanggal * 2eptember
"51,L
". /enentukan estimated blood volume 'B>!
)abel .. 'B> menurut umur
1.
<mur 'B> Estimated #lood 'olume
?eonatus
Prematur ;# ml+kg BB
%ukup bulan 7# ml+kg BB
Bayi 75 ml+kg BB
&ewasa
0aki-laki .# ml+kg BB
Perempuan 4# ml+kg BB
2umber( Perhimpunan &okter 2pesialis $nestesiologi dan 3eanimasi 9ndonesia. "55;.
Panduan -atala!sana -erapi Cairan Perioperatif. 8akarta( PP 9&2$9
Penggantian cairan(
- Kristaloid ( * kali volume darah yang hilang
- Koloid ( sesuai volum darah yang hilang
17
- )ransfusi darah ( whole blood @ M=b J BB J #
untuk P3% setengah dari whole blood
8ika preoperasi =b cukup =b I7 g6!, maka pertimbangan transfusi durante operasi
dilakukan jika mencapai maximal allowable blood loss.
1.
%ara menghitung maximal allowable blood loss(
1#
=itung 'B>
=itung volum sel darah merah 3B%>! berdasarkan =t preoperatif
=itung 3B%> pada kadar =t *56 3B%>*56!
=itung 3B%> yang hilang 3B%> lost @ 3B%> preop N 3B%>*56!
.aximal allowable blood loss @ 3B%> lost J *
Perkiraan jumlah kehilangan darah dan cairan selama pembedahan(
-
8umlah darah di tabung penghisap
-
Perkiraan jumlah darah yang terserap pada kain kasa bedah dan duk(
Kasa ,J, cm dapat menampung 15 ml darah, sedangkan duk alas operasi yang basah
dapat menampung 155-1#5 ml darah. <ntuk lebih akurat, kasa dan duk alas operasi
dapat ditimbang sebelum dan sesudah penggunaan.
-
Kehilangan cairan karena redistribusi internal dan evaporasi
1.
)abel 7. Kebutuhan cairan tambahan karena redistribusi internal dan evaporasi
1.
&erajat keparahan trauma operasi Kebutuhan cairan tambahan
/inimal misal( hernioraphy! 5-" ml+kg BB
2edang misal( kolesistektomi! "-, ml+kg BB
Berat misal( reseksi usus! ,-7 ml+kg BB
2umber( Perhimpunan &okter 2pesialis $nestesiologi dan 3eanimasi 9ndonesia. "55;.
Panduan )atalaksana )erapi %airan Perioperatif. 8akarta( PP 9&2$9
2.#.%. Peni!aian Ps$ Anes$esia
2etelah pasien dilakukan anestesi dan masuk ruang pemulihan, dokter harus menilai
patensi jalan nafas, saturasi oksigen, vital sign, kecukupan cairan, kesadaran, nyeri, pergerakan,
serta fungsi organ hepar dan ginjal!. 0ama tinggal di ruang pemulihan tergantung dari teknik
anestesi yang digunakan. Pasien dikirim ke 9%< )ntensive Care (nit! apabila hemodinamik
tidak stabil dan perlu support inotropik, serta membutuhkan ventilator. Pasien yang stabil dapat
keluar dari ruang pemulihan. 2alah satu penilaian yang dapat dilakukan adalah dengan Aldrete
+core, dimana skor O; berarti dapat keluar dari ruang pemulihan.
1,
)abel ;. Aldrete +core
1,
18
2umber( 2oenarjo dkk. "51*. $nestesiologi. 2emarang( Bagian $nestesiologi dan )erapi
9ntensif 1akultas Kedokteran <niversitas &iponegoro
BAB #
LAP,-AN KASUS
)anggal /asuk "# $gustus "51,
Eaktu 55.5*
?ama =2
3./. 55.41.*..,"
#.1. Anamnesis
9dentitas Pribadi
?ama ( =2
8enis Kelamin ( 0aki-laki
<sia ( 1, tahun
2uku Bangsa ( Batak
$gama ( Kristen
$lamat ( &esa ?auli Kec. 2igumpar Kab. )oba 2amosir
2tatus ( Belum /enikah
Pekerjaan ( Pelajar
)anggal /asuk ( "# $gustus "51,
#.2. -i.a/a$ Perja!anan Pen/a'i$
8enis Kelamin, <mur, Berat Badan ( 0aki - laki, 1, tahun, ,5 kg
Keadaan <mum( )ertusuk bambu di kepala
)elaah ( =al ini dialami pasien P 1" jam sebelum masuk 32=$/. $walnya
pasien dengan temannya berburu burung dengan menggunakan bambu, tidak sengaja
19
temannya mengarahkan bambu ke arah pasien dan tidak sengaja menancapkan bambu
ke kepala pasien dan pasien sempat di bawah ke rumah sakit =oras 9nsani /edan dan di
rujuk ke 32 =$/.. 2aat tertusuk pasien kondisi sadar. 3iwayat mual Q!, muntah Q!,
frekuensi "J, isi apa yang dimakan dan diminum, riwayat kejang -!, riwayat keluar
darah dari hidung Q!. B$K Q! dan B$B Q! normal.
3iwayat Penyakit )erdahulu ( -.
3iwayat Penggunaan :bat ( -
#.#. Patient Assessment
1. Primary +urvey
2ign &iagnosis )reatment =asil Eaktu
Airway %lear - 8alan ?afas
$man
55.5*
$oo! ( :bstruksi -!, debris -!
$isten ( +noring -!, ,argling -!,
Crowing -!
%eel ( gerakan udara Q!
Breathing $dekuat - 2at :
"
(
;;6
33 ( 17 J+i
55.5,
$oo! ( gerakan dinding dada Q!
$isten ( aus. vesikuler Q!, 2uara
)ambahan -!
%eel ( hipersonor -!, hiposonor -!
Ciculation )akikardi 9>1& 32ol
"5 gtt+i
2irkulasi
$man
55.5#
Pulsasi karotis ( Q! =3 ( 155 J+i
PP! $kral ( =angat+Pucat+Kering
)+> ( kuat+cukup , %3) ( G " detik.
)&( 155+#5 mm=g
=asil lab(
&arah 0engkap "# $gustus "51,!
- =b+=t+0eu+)romb ( 1*.75+*;.45+1*.5"+"55.555
- P)+aP))+))+9?3 ( "1.#1,."!+ *4..*4.5!+ 1#.7 1..#!+ 1.,;
- 1ibrinogen ( 145 1#5-,55!
- &-dimer ( 175 G#55!
- K-& ad 3andom ( ;#
- ?a+K+%l ( 1*;+*,;+15#
- <reum+ Kreatinin ( "".5#+5,,4
Disailty %ompos
/entis
- - 55.54
Kesadaran ( %ompos mentis
-%2 ( '
,
/
4
>
#
Pupil ( isokor R *mm+*mm
3c( Q + Q
!"#osure +tab
wound o/t
frontal
midline
Pembersihan
pinggiran luka
Pinggiran
luka bersih
55.15
0uka tusuk bambu di daerah
frontal
20
". +econdary +urvey
$namnesa dengan kriteria $/P0'(
- Allergic ( )idak dijumpai
- .edication ( )idak dijumpai
- Past )llness ( )idak dijumpai
- $ast .eal ( 1".55 E9B tanggal ",+7+"51,
- Event ( )ertusuk bambu
+ign &iagnose )reatment 3esult )ime
Kepala(
- 0uka tusuk bambu di
daerah frontal
- Kesadaran ( compos
mentis, -%2 ( 1#
" Pupil isokor R * mm+*
mm, 3% Q+Q
- Perdarahan tidak dijumpai
- )elinga dan hidung dalam
batas normal
- /ulut( 2+-+%( -+-+-, /0P(1
- 1raktur maksila dan
mandibula tidak dijumpai
+tab wound
o/t frontal
midline
Pembersihan
pinggiran luka
Pinggiran luka
bersih
55.15

1oto 2chedel Kepala ( Kesan soft tissue dan skull bone intact
%)-2%$? Kepala
21
1raktur pada os nasal dan dinding sinus etmoidalis kiri dengan hematosinus etmoidalis kiri dan
subgaleal hematoma sekitar. )ak tampak perdarahan intra serebral.
&ada (
9nspeksi ( :bstruksi -!,
debris -!, gerakan dinding
dada Q!, simetris Q!, 33
"5 J+i
Perkusi( 2onor
Palpasi ( 'ufremitus, fraktur
-!
$uskultasi ( >esikuler Q!,
suara tambahan( -
8antung dalam batas normal
&alam
batas
normal
:
"
" 0+i 2tabil
2at :
"
( ;;6
33 ( "5 J+i
55."5
1oto )oraks
9nterpretasi (
Position P$, klavikula simetris, trakea medial,
22
skapula normal, inspirasi maksimal kosta depan #-4, kedua sudut %ostophrenicus F
cadiorphrenicus tajam, effusi pleural F perikardial -!, %)3 ( Q ,7 6.
Kesan foto toraks ( ?ormal
$bdomen(
9nspeksi( simetris
Palpasi( soepel
Perkusi( timpani
$uskultasi( peristaltik Q!
//)( 1".55 E9B
",+57+"51,
&alam
batas
normal
- - 55."#
Pelvis(
<:P ( "555 ml
Kateter ( Q!
Earna ( Kuning
?ormal Kateter /onitoring
<:P Q!
55."4
'kstremitas(
$kral( =angat+merah+kering
%3) G"S normal!
)& 155+.5 mm=g
?adi 155 J+i, regular, t+v
cukup
2a:
"
;;6
)emp *.,5
o
%
:edem -!, fraktur -!
)akikardi 9>1& 3sol "5
gtt+i
2tabil
=3 .5J+i
55.".
#.%. Terapi Emer"ensi
)nformed Consent untuk anestesi
Puasa dilanjutkan
Pasang 9> line ( abocath "5 - dan threeway
/edikasi
2ite of 'ntry :bat
:ral -
'nteral ?-)! -
23
9ntravenous 9>1& 32ol "5 gtt+9
9nj. %eftriaJone 1 gr+1"jam+iv
9nj. Ketorolac *5 mg+ 7 jam +iv
9nj. 3anitidin #5 mg+iv
9nj. -entamycin 75 mg+1" jam+ iv
9nj. /etronidaAole #55 mg+7 jam+iv
9ntramuskular -
3ektal -
#.(. Time Se$uence
#.). Krn!"i ,perasi
#.0. Persiapan A!a$+A!a$ dan ,1a$+,1a$
24
2(2342231%
Pasien datang ke 32<P =$/ pada pukul 55.5*
E9B
102342231%
Pasien dikonsulkan ke &epartemen $nestesi pada
pukul 5".*5 E9B
142342231%
:perasi mulai pukul 5#.1# E9B
2elesai pukul 54.1# E9B 1 jam !
&iagnosis ( 2tab Eound o+t 1rontal /idline ec. Bambu
)indakan ( 'ktraksi corpus alienum Q %raniotomy &ebridement
P2 $2$ ( 1
)eknik $nestesia ( -$-'))
Posisi ( 2upine
#.4. Te'ni' Anes$esi
=ead up *5
2uction aktif
Preoksigenasi 70t+mnt selama *-# menit
Premedikasi dengan midaAolam " mg, 9nj. 1entanyl 155 ug
2ellick maneuver 9nduksi propofol 155 mg eye lid refleks -! sleep non
apnea!
9njeksi rocuronium #5 mg sleep apnea 9ntubasi ')) 4, cuff Q!, 2P kanan @
kiri fiksasi eksternal sellick dihentikan
9nhalasi $nestesi dengan sevoflurane 1 N " 6, :" " 0tr+mnt ( $ir " 0tr+mnt
#.5. Pre+perasi
Pr1!em Lis$
- Pasien emergensi ?P: sejak direncanakan operasi
- =itung 'B> dan 'B0 pasien untuk transfusi darah durante op, 'B> .5 J ,5@
"755 cc, 'B0 15 N "5 N *5 @ "75 m0N #45 m0N 7,5 m0.
- Pasien dengan =t *;6 sedangkan =t optimal target pada pasien head injury I
**6
&ni$rin"
B1 ( airway( clear, 33( "5 J+mnt, 2P( ves, 2)(-, snoring+gargling+crowing( -+-+-, /0P(1,
-0( bebas, alergi+asma+batuk+sesak( -+-+-+-
B" ( akral( =+/+K, )&( 115+.5 mm=g, =3( 155 J+mnt, )+>( kuat+cukup, turgor normal
B* ( sens( %/, pupil isokor T( * mm+*mm 3%(Q+Q
B, ( kateter urin terpasang , <:P( 5.# cc+kgBB+jam, warna kuning
B# ( $bdomen soepel,peristaltik Q!, //) ( 1".55 E9B ",+57+"51,
B4 ( oedem -!,2tab wound o+t frontal midline
25
#.13. Duran$e ,perasi
Pr1!em Lis$
- =ead 9njury -%2 1# ( %egah secondary brain injury
Pertahankan normovolemik, cegah hipoksia, cegah hiperkarbia, cegah nyeri,
anestesi cukup, head up *5U
:bservasi Patensi Airway, vital sign dan -%2
- :perasi daerah kepala, ')) tertutup doek ( fiksasi kuat, pasang prekordial,
perhatikan pressure manometer dan 2p:".
- :perasi potensial perdarahan V siapkan darah, pasang abocath dengan bore besar
dan pastikan lancar serta hitung 'B> dan 'B0.
&ni$rin"
&urante :perasi
0ama operasi ( 1 jam
)& ( ;5-1*5+ 45-75 mm=g
=3 ( 45-7# J+i
2p:" ( ;7 N 155 6
%airan ( Pre op @ 32ol 1555 cc
&urante op @ 32ol "#5 cc 1#55 cc
Perdarahan Q #5 cc
Penguapan Q /aintenance ( " cc Q " cc ! W ,5 kg @ 145 cc+jam
<:P ( #5 cc+jam warna kuning jernih
26
t
-ambar ( 0uka )usuk Bambu
#.11. Ps$ ,perasi
Pr1!em Lis$
-
Posisi head up *5
5
-
/onitoring cairan hematokrit dipertahankan I**6 dan produksi urine 5,#-1
cc+kg BB+jam
-
Pertahankan normokapni *# N ,# mm=g
-
Pertahankan %PP dimana /$P I ;5
-
=indari kejang dengan pemberian fenitoin profilaksis 155 mg+7 jam selama 1
minggu post operasi
-
Potensial terjadi infeksi antibiotik yang adekuat
-
?yeri post :peratif pemberian analgetik poten
-
'valuasi -%2
-
/elakukan ekstubasi dengan menilai bahwa pasien sudah mulai sadar, dan
nafas adekuat
&ni$rin"
B1 ( $irway clear, 33(17 J+i 2P( vesikuler,2)-!,snoring-!,gurgling-!, crowing -!.
B" ( $kral ( =+/+K, )& 115+75 mm=g, =3 ( ." J+i, )+>( Kuat+ cukup, reguler,
temp *. %
B* ( 2ens ( -%2 1# ',>#/4!, pupil isokor T *mm+*mm, 3% Q+Q
B, ( <:P Q!, volume #5 cc , warna kuning.
B# ( $bdomen 2oepel, peristaltik -!, mual-! muntah -!
B4 ( luka operasi tertutup verban di kepala
27
#.12. Terapi Ps$ ,perasi

Bed rest, =ead up *5


o

2uplementasi :" ?asal kanul " 0+i

9>1& 3 2ol *5 gtt+ menit

9nj. Ketorolac *5 mg+ 7 jam

9nj. Paracetamol 1555 mg + 4 jam

9nj. %eftriaJone 1 gr+7 jam

%ek &arah lengkap


#.1#. 6!!. up7
T"! S , A P
2( A"us$us
231%
?yeri
pada luka
Q!
B1($irway(clear,
pernafasan spontan,
33( "5J+i
2p(>esikuler
B"($kral(=+/+K,
)&115+.5mm=g,
=3( ;4 J+i,)+>(
Kuat+ cukup, reguler,
temp *..1
B*(2ens(%/,pupil
isokor T *mm+*mm,
3% Q+Q
B,(<:PQ!,volume
155 cc, warna
kuning.
B#(abdomen kesan
soepel, peristaltik Q!
B4( oedem
pretibial-! , fraktur
-!
Post
&ebridement =5
Q Penetrating
2tab wound
9>1& 32ol "5 gtt+i
9nj. Ketorolac *5
mg+iv
2) A"us$us
1
Sep$em1er
231%
?yeri
pada luka
Q!
berkurang
&alam batas normal Post
&ebridement Q
Penetrating 2tab
wound
9>1& 32ol "5 gtt+i
9nj. %eftriaJon 1
gr+1" jam
9nj. 3anitidin "#
28
mg+1" jam
9nj. Ketorolac 1#
mg+7 jam
2+#
sep$em1er
231%
2tabil &alam batas normal Post
&ebridement
%efadroJil " J #55
mg
3anitidine "J1#5 mg
P%) 1J#55 mg
#
Sep$em1er
231%
2tabil &alam batas normal :pen depressed
frontal
%efadroJil "J#55 mg
" minggu!
Paracetamol * J #55
mg
Pasien pulang hari ini
DISKUSI DAN PE&BAHASAN
&ilaporkan seorang anak laki N laki, usia 1, tahun, datang ke 32<P =$/ dengan
keluhan tertusuk bambu di kepala. =al ini dialami pasien P 1" jam sebelum masuk 32 =$/.
$walnya pasien dengan temannya berburu burung dengan menggunakan bambu, tidak sengaja
temannya mengarahkan bambu ke arah pasien dan tidak sengaja menancapkan bambu ke
kepala pasien dan pasien sempat di bawah ke rumah sakit =oras 9nsani /edan dan di rujuk ke
32 =$/. 2aat tertusuk pasien kondisi sadar. 3iwayat mual Q!, muntah Q!, frekuensi "J, isi
29
apa yang dimakan dan diminum, riwayat keluar darah dari hidung Q!. B$K Q! dan B$B Q!
normal.
2aat datang ke 32<P =$/, airway clear, breathing adekuat dengan laju napas "5 J+i,
circulation stabil dengan %3) G" detik, akral teraba hangat, pucat, dan kering, frekuensi nadi
155 J+i, tekanan+volume kuat dan cukup, tekanan darah 155+#5 mm=g, disability kesadaran
baik, dan no eJposure. Pasien dikonsulkan untuk tindakan anestesi dan persiapan untuk
dilakukan tindakan ektraksi corpus alienum dan craniotomy debridement.
Pasien didagnosis dengan 2tab Eound o+t 1rontal /idline ec. Bambu, dimana pada
pasien dijumpai keluhan utama tertusuk bambu di kepala, dan pada pemeriksaan fisik abdomen
dijumpai sopel dan dijumpai peristaltik.
2etelah dilakukan penanganan awal yang meliputi primary survey, secondary survey,
dan tertiary survey, pasien kemudian dilakukan tindakan ektraksi corpus alienum dan
craniotomy debridement kemudian pasien di pindahkan ke ruangan bedah syaraf 3$, untuk
pemantuan lebih lanjut, berdasarkan follow up kondisi pasien baik.
DA6TA- PUSTAKA
1. $merican %ollege of 2urgeons %ommitte on )rauma. "55,. Advanced -rauma $ife
+upport for &octors (A-$+, 0
th
Ed. <nited 2tates of $merica.
". 2jamsuhidayat, 2., 8ong, E.&. "55,. #u!u Ajar )lmu #edah, Ed.1 2 -rauma dan
#encana. 8akarta ( '-%, ;5-;1.
*. $nggiat, '. "511. $o!asi Cedera (3egio Penyebab 4ematian (tama Pada 4ecela!aan
$alu $intas Pengendara 3oda &ua #ermotor Pada -ahun 1556 &i 4ota .edan.
&ikutip dari ( http(++repository.usu.ac.id+handle+1"*,#4.7;+"1,". K&iakses tanggal 1
2eptember "51,L.
30
,. Prahlow, 8.$., "51,. %orensic Autopsy of +harp %orce )njury. &ikutip dari (
http(++emedicine.medscape.com+article+147557"-overviewXshowall K&iakses tanggal *
2eptember "51,L.
#. 2atyo, $.%. "554. Aspe! .edi!olegal $u!a pada %orensi! 4lini!. &ikutip dari (
http(++repository.usu.ac.id+bitstream+1"*,#4.7;+1#4*4+1+mkn-des"554-
6"56"7;6";.pdf K&iakses tanggal * 2eptember "51,L.
4. 2udiharto. "51". #iome!ani! -rauma. &ikutip dari (
http(++bppsdmk.depkes.go.id+bbpkjakarta+wp-content+uploads+"51"+5*+B9:/'K$?9K-
)3$</$.pdf K&iakses tanggal * 2eptember "51,L.
.. 2meltAer, 2.%., Bare, B.-., "55". #u!u Ajar .edi!al #edah. Edisi 7. 'olume 1. 8akarta(
'-%
7. Brunner and 2uddart. "55#. #u!u Ajar 4eperawatan #edah. Edisi 7. 8akarta( '-%.
;. /organ, -.'., /ikhail, /.2., /urray, /.8.. "554. Clinical Anesthesiology, 8th Ed.
<nited 2tates of $merica( 0ange.
15. =ughes, 2.%.$., "554. A-$+ +econdary +urvey .nemonic2 9as .y Critical Care
Assessed Patient:s Priorities or ;ext .anagement &ecision< Emerg .ed =. Aug 155>?
1@(72 >>AB>>1. &ikutip dari ( http(++www.ncbi.nlm.nih.gov+pmc+articles+P/%"#4,17.+
K&iakses tanggal * 2eptember "51,L.
11. %arter, '.$., Eaterhouse, 0.8., Kovler, /.0., "51". Adherence to A-$+ Primary and
+econdary +urveys during Pediatric -rauma 3esuscitation. &ikutip dari (
http(++www.resuscitationjournal.com+article+25*55-;#."6"71"6";55*1.-4+fullteJt
K&iakses tanggal * 2eptember "51,L.
1". Yogaswara, &. "511. Pemeri!saan Pra #edah. &ikutip dari (
http(++www.academia.edu+"",#.;#+'JaminationZbeforeZ2urgery K&iakses tanggal *
2eptember "51,L
1*. /organ F /ikhail. "51*. Clinical Anesthesiology, #
th
ed. <2( /c -raw =ill 'ducation
1,. 2oenarjo dkk. "51*. Anestesiologi, "
nd
ed. 2emarang( Bagian $nestesiologi dan )erapi
9ntensif 1akultas Kedokteran <niversitas &iponegoro
1#. 8affe, 3.$. et al. "55;. AnesthesiologistCs .anual of +urgical Procedures, ,
th
ed.
Philadelphia( 0ippincott Eilliams F Eilkins
14. 1irman. "51,. Prevalensi .ual dan .untah Pasca Anestesi (mum pada #edah Ele!tif
di 3+(P 9. Adam .ali! .edan -ahun 15A@. &ikutip dari(
http(++repository.usu.ac.id+handle+1"*,#4.7;+,11,7 K&iakses tanggal * 2eptember
"51,L
1.. Perhimpunan &okter 2pesialis $nestesiologi dan 3eanimasi 9ndonesia. "55;. Panduan
-atala!sana -erapi Cairan Perioperatif. 8akarta( PP 9&2$9
31
17. &avid dkk. "51,. )nitial Evaluation of the -rauma Patient. &ikutip dari(
http(++emedicine.medscape.com+article+,*,.5.-overview K&iakses tanggal * 2eptember
"51,L
32
33
33

Você também pode gostar