Você está na página 1de 68

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

STEP 7 TRAUMA DAN KEBUTAAN


1. Mengapa mata kanannya kabur setelah beberapa saat terkena kock dan
VOD 3/60 disertai injeksi cilier +?
VOD/ VOS 6/6 (NORMAL VISUS) Jika ditulis Visus 6/6, artinya angka 6 di
atas (pembilang) menunjukkan kemampuan jarak baca penderita,
sedangkan angka 6 di bawah menunjukkan kemampuan jarak baca orang
normal

VOD 3/60 px visus sentral dengan hitung jari
3 jarak optotype dengan probandus dimaan probandus dapat melihat
jelas adalah 3m
60 jarak orang normal dapat membaca jelas adalah 60m

Penurunan visus bisa karena 3 hal :
- Kelainan refraksi anomalia (miopi, hipermetropi,astigmatisma,
presbiopi)
- Kelainan media refrakta (katarak pada lensa)
- Kerusakan saraf (retinopati apabila terjadi pada macula penglihatan
menjadi terganggu )
Pada scenario penurunan visus pada mata kanan karena terkena kock
mengenai media refrakta (kornea,Humor aquous,lensa dan corpus viterum)

Injeksi silier (+)
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Hiperemi konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh
darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah.

Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episclera atau
perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka terlihat warna merah
pada mata yang sebelumnya berwarna putih

Mata merah karena melebarnya pembuluh darah konjungtiva , yang
terjadi pada peradanga mata akut missal konjungtivitis, keratitis,
iridosiklitis
INJEKSI
KONJUNGTIVA
INJEKSI SILIAR/
PERIKORNEAL
INJEKSI EPIKLERA
Asal a. konjungtiva
posterior
a. siliaris a. siliaris longus
Penyebab Pengaruh mekanis,
alergi, infeksi pd
konjungtiva
Radang kornea,
tukak kornea, benda
asing pd kornea,
radang jaringan
uvea, glaukoma,
endoftalmitis/
panoftalmitis

Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen
anterior
intraokuler
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Lokalisasi Konjungtiva Dasar dr konjungtiva episklera
Warna Merah Ungu Merah gelap
Arah aliran/
lebar
Ke perifer Ke sentral Ke sentral
Jk konjungtiva
dgerakkan
Ikut bergerak Tdk bergerak Tdk ikut bergerak
Sekret + - -
Penglihatan/
visus
Normal Menurun Sangat turun
Penyakit Konjungtiva Kornea. Iris,
glaukoma
Glaukoma,
endoftalmiis,
panoftalmitis

Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI


Biomekanisme traumanya bagaimana ?


[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA




[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


- Soemarsono. Contusio Oculi. Cermin Dunia Kedokteran 1999;15:32-4
- Colby K. Blunt injuries to the eye. The Merck Manuals.2007 (website
www.merckmanuals.com)

Bagaimana mekanisme reflek pd mata ?apakah reflek itu bisa di ajarkan ?
Tingkat kewaspadaan tiap orang berbeda-beda sehingga berpengaruh
juga pada refleknya.

2. Apa interpretasi dari kornea udem + dan hifema 1/3 inferior ?
Mata mempunyai system pelindung cukup baik seperti :
- Rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar, reflek
memejam atau mengedip
- Kerusakan pada mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan
- Trauma dapat mengenai jaringan pada mata : kelopak, konjungtiva,
kornea,uvea, lensa, retina, papil saraf optic dan orbita.
Edem kornea
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

- Trauma tumpul pada mata diakibatkan benda yang keras atau benda
yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat menegnai mata dengan
keras (kencang) ataupun lambat.
- Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea, bahkan hingga ruptur basement
Descement.
- Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan
terlihatnya pelangi di sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.
- Edema kornea akut terjadi akibat disfungsi endotel kornea local atau
difus.Biasanya terkait dengan pelipatan pada membran Descemet dan
penebalan stroma.Rupturnya membran Descemet biasanya terjadi
vertikal dan paling sering terjadi akibat trauma kelahiran. Pasien akan
mengeluhkan penglihatannya yang kabur dan terlihat pelangi di sekitar
lampu. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasido positif.
4

- Edema kornea berat dapat mengakibatkan masuknya sel radang dan
neovaskularisasi ke dalam stroma kornea.Pengobatan yang diberikan
adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam
hipertonik 2 8%, glukose 40%, dan larutan albumin.Bila terdapat
peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamid
- Komplikasi dari edema kornea berat adalah kerusakan membran
Descemet yang lama dan mengakibatkan keratopati bulosa yang akan
memberikan rasa sakit dan penurunan tajam penglihatan aibat
astigmatisme iregular.

Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2011






[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Lapisan kornea

Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam.
Edema interstisial dalah edema yang terjadi di substania propria yang
membentuk kekeruhan seperti cincindengan batas tegas berdiameter 2
3 mm.
Lipatan membrana Bowman membentuk membran seperti lattice.
Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan
akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel
robek maka akan terjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea,
sehingga kornea menjadi edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil,
maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi.
Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan
oleh adanya segmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat
terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi
jarang menyebabkan perforasi
Hilman H. Setyowati EE, Hamdanah. Ilmu Penyakit Mata I. SMC press,
1998. Dan Soemarsono. Contusio Oculi. Cermin Dunia Kedokteran
1999;15:32-4

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pada kasus ini apakah pecahnya arteri ciliaris dapat menyebabkan
kematian ?
HIFEMA

- Adalah darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul ysng merobek pembuluh darah iris atau badan siliar
- Terkumpulnya darah dibilik mata anterior (depan) yaitu daerah di antara
kornea dan iris yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah yang terkumpul di bilik
mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan bercampur
dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih
Etiologi
Penyebab atau etiologi hifema
Trauma tumpul pada mata: banyak terjadi karena cedera olah raga, jatuh,
atupun perkelahian
o Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata,
misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan
koroid dimana jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh
darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan yang berada di
kamera anterior dan akan tampak dari luar timbunan darah karena
gaya berat yang akan berada di bagian terendah
Tumor mata (retinoblastoma)
Prosedur pembedahan yang salah (trabekuloplasty dan iridectomy)
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Penyakit sickle cell
Pertumbuhan abnormal pembuluh darah mata (contohnya juvenile
xanthogranuloma)
Neovaskularisasi iris
o Neovaskularisasi disebabkan oleh iskemi pada segmen posterior yang
sering dikaitkan dengan penyakit neovaskular pada diabetes. Terjadi
akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Pembuluh darah yang
baru ini mudah sekali untuk pecah


COA, mengotori permukaan dalam
kornea teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan
tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin
merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan.
Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis
plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi.
Plasmin memecah fibrin bekuan darah yang sudah terjadi mengalami
disolusi
debris peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan
aliran uveaskleral
erdarahan
primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya
lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus
dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena
resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak
mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih
kembali. Darah pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel
darah merah melalui kanalis Schlemm dan permukaan depan iris. Penyerapan
melaui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim
fibrinolitik yang berlebihan di daerah ini.
penumpukkan hemosiderin pada COA,
dapat masuk ke lapisan kornea, kornea jadi berwarna kuning, dan disebut
hemosiderosis atau imbibisi kornea. Imbibisi kornea dapat dipercepat terjadinya,
disebabkan oleh hifema yang penuh disertai glaukoma, dimana glukoma ini
terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik
mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan trabekula, sehingga
terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa sakit pada
mata.
dalam badan kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus
tidak tampak, dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema
sedikit, ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular
masih normal. Sedangkan perdarahan yang mengisi setengah COA dapat
menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraocular
Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila
didiamkan akan dapat menimbulkan ptisis bulbi dan kebutaan.


Grade pada hifema ini ditentukan oleh banyaknya perdarahan dalam bilik
mata depan bola mata, yaitu:
o Tingkat 1: kurang dari volume bilik mata depan yang terlihat.
o Tingkat 2: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat
o Tingkat 3: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

o Tingkat 4: pengisian sempurna dari bilik mata depan yang terlihat.
(Eight ball hifema)

GRADE ANTERIOR
CHAMBER
FILLING
DIAGRAM BEST PROGNOSIS
FOR 20/50
VISION OR
BETTER
-
Microhyphema
- Circulating red
blood cell by
slitlamp exam
only


- 90 percent
- I - Kurang dari 33
percent


- 90 percent
- II - 33-50 percent


- 70 percent
- III - Lebih dari 50
percent


- 50 percent
- IV - 100 percent


- 50 percent



Tanda dan gejala hifema,
antara lain:
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

a. Pandangan mata kabur
b. Penglihatan sangat menurun
c. Kadang kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis
d. Pasien mengeluh sakit atau nyeri
e. Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
f. Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
g. Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
h. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
i. Pupil tetap dilatasi (midriasis)
j. Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.
k. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea
l. Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
m. Sukar melihat dekat
n. Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
o. Anisokor pupil
p. Penglihatan ganda (iridodialisis)

Terjadi middilatasi pada pupil
Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior pewarnaan
darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia (trauma tumpul pada
uveakelumpuhan sphincter dari iris sehingga pupil menjadi lebar/
midriasis menjadi sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau
akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil istirahat untuk
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia) dan
iridodialisis (keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya/ terjadi robekan
sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang
diplopia, pupil lonjong pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal
iris yang terlepas)

PENANGANAN MEDIS

Mengapa perlu tirah baring dengan kepala lebih tinggi ?
Konservatif
o Tirah baring (bed rest total)
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi
kepala diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30 -
45 (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan
darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita
mengevaluasi jumlah perdarahannya.
Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring
sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan
bila menemui kasus traumatik hifema. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan
absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi
timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.
Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari
mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering
sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak.
Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian
bawah bilik mata depan
o Bebat mata
Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada
persesuaian pendapat di antara para sarjana. Edward-Layden
lebih condong untuk menggunakan bebat mata pada mata
yang terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola
mata yang sakit. Bila mungkin kedua mata ditutup untuk
memberika istirahat pada mata.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua
mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa
tidak enak, dengan akibat penderita (matanya) tidak istirahat.
Akhirnya Rakusin mengatakan dalam pengamatannya tidak
ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian
bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi
maupun prognosis dari tajamnya penglihatannya.
obat-obat anti perdarahan ?
Pemakaian obat-obatan
o Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema
tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan
perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi
yang timbul.
o Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:

Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara
oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan atau
menghentikan perdarahan,
Misalnya : Anaroxil, Adona AC,Coagulen, Transamin,
vitamin K, dan vitamin C.
Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat
anti fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid
sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan
pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki
diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian
diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat
dihindarkan.
Pemberiannya 4 kali 250mg dan hanya kira-kira 5
hari jangan melewati satu minggu oleh karena
dapat timbulkan gangguan transportasi cairan
COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio
kornea.
Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran
tekanan intraokular.
Midriatika Miotika
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-
obat golongan midriatika atau miotika, karena masing-
masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian
sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat
absorbsi,tapi meningkatkan kongesti dan midriatika
akan mengistirahatkan perdarahan.
Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan
komplikasi iridiocyclitis.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian
midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval
30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi
perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu
obat saja.
Ocular Hypotensive Drug
Semua ahli menganjurkan pemberian acetazolamide
(Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana
ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.
Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra
okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam.
Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun,
tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa
yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea
Bila tekanan intra okular turun sampai normal,
diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari.
Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan
darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan
juga parasentesa.
Kortikosteroid dan Antibiotika
Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan
mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder
dibanding dengan antibiotik.
Obat-obat lain
Sedatif diberikan bilamana penderita gelisah. Bila
ditemukan rasa sakit diberikan analgetik atau
asetozalamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola
mata naik
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti
asetaminofen dengan atau tanpa kodein.
Perawatan Operasi
o Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma
sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan
tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-
operasi selama 3 - 5hari.
o Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila
tekanan bola mata maksimal lebih dari 50 mmHg selama 5 hari atau
tekanan bola mata maksimal lebih dari 35 mmHg selama 7 hari.
o Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila
tekanan bola mata rata-rata lebih dari 25 mmHg selama 6 hari atau
bila ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.
o Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia
anterior perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema
difus bertahan selama 9 hari.
o Untuk cegah timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada
pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non operasi
selam 3-5 hari. Atas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan
traumatic hyphaema, sedang Rakusin menganjurkan tindakan
operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan tinggi
perdarahannya bilik depan bola mata.
Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari
keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut :
o Empat hari setelah onset hifema total
o Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)
o Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih
selama 4hari (untuk mencegah atrofi optic)
o Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari COA selama 6 hari
dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal blood staining)
o Hifema mengisi lebih dari COA yang menetap lebih dari 8-9 hari
(untuk mencegah peripheral anterior synechiae)
o Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun
ukurannya dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari
24 jam. Jika Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih
selama 4 hari, pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi
mencatat atrofi optic pada 50 persen pasien dengan total hifema
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

ketika pembedahan terlambat. Corneal blood staining terjadi pada
43% pasien. Pasien dengan sickle cell hemoglobinopathi diperlukan
operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol dalam 24 jam
Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :
o Parasentesis ocular
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan
mengeluarkancairan/darah dari bilik depan bola mata dengan
teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus
ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya
bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari
bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar
seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam
fisiologis. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak
perlu dijahit. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun
dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam
COA pada hari 5-9.
- Ilyas, Sidarta. 2002 Trauma Tumpul Mata :Ilmu Penyakit Mata.Jakarta
: Sagung Seto, Hal: 263-6.
- Vaughan, Daniel, G. 2000. Trauma:Oftamologi Umum edisi ke-
14.Jakarta : Widya Medika. Hal: 380,384.
- Nurwasis, dkk. 2006.Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF IlmuPenyakit
Mata: Hifema pada Rudapaksa Tumpul. Hal 137-139.Penerbit: FK
Unair, Surabaya.

Pada injeksi ciliaris, terjadinya pada vena atau arteri ?
Mana yang lebih berpengaruh pada hifema, pembuluh darah mana yang
pecah ?

Bisa atau tidak nervus cranialis mengalami neuropati ?
3. Bagaimana mekanismenya trauma ini bisa menyebabkan kebutaan ?
Kebutaan adalah kondisi kurang persepsi visual karena faktor fisiologis atau
neurologis.

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-
public-health/2283000-penyebab-kebutaan/#ixzz1xmehLbdc
TRAUMA HIFEMA Hemosiderosis kornea
o Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam
bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm
sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.
Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di
daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk
hemosiderin.
o Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke
dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning
hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong
dengan keratoplasti.
o Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang
penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada
perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan
intraokuler.
o Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi
kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2
tahun). Insidensinya 10%.3
o Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi
yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan
kebutaan
Pilger IS. Medical treatment of traumatic hyphema. Surv Ophthalmol.
1975 Jul-Aug;20(1):2834.
dr. Admadi Soeroso, Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Rudapaksa
(TraumaticHyphaema) Bagian llmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret/RSU Mangkubumen Surakarta

1. Jenis kebutaan?
klasifikasi kebutaan menurut WHO?
Buta menurut WHO:
1) kategori 1 : rabun atau penglihatan <6/18
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

2) kategori 2 : rabun, tajam penglihatan <6/60
3) kategori 3 : buta sosial
tajam penglihatan <3/60
lapang pandangan <10
4) kategori 4 : buta
tajam penglihatan <1/60
lapang pandangan <5
5) kategori 5 : buta dan tidak ada persepsi sinar.
Ilmu Penyakit Mata. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002.

Reaksi penderita thd kebutaan?
1. Jelaskan stadium dari kebutaan?
a. Stadium shock
Kejiwaan labil (bisa bunuh diri)
b. Stadium depresi
Perasaan menyalahkan
Putus asa, ragu-ragu
Ingin bunuh diri
c. Stadium menerima kecacatan
Perhatikan bantuan dan hambatan utk kondisi ini

Akibat yg muncul akibat kebutaan?
2. Jelaskan akibat dari kebutaan?
a. Produktivtas kerja menurun
Untuk pengobatan
Mengganggu pekerjaan
b. Beban & biaya hidup
Untuk pengobatan
Untuk perawatan
c. Beban keluarga
Penderita harus dibantu untuk kegiatan sehari-hari
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

d. Beban pemerintah
i. Harus sediakan fasilitas :
Pendidikan khusus
Lapangan kerja khusus
Xerofalmia
Glaukoma
Retinopati diabetik
Retinopati hipertensi
Trakoma
Katarak
(Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran,
Airlangga)
1. Kongenital
Pendarahan retina pada waktu lahirpada bayi yang lahir sulit
mis.vacum,tang forceps menekan kepalaperdarahan otak
perdarahn mata
Refraksi anomali dioptri meningkat pada 1 mata
Katarak kongenital karena cahaya tidak masuk ke macula lutea
amblyopiakalau sudah terjadi nistagmus diperbaiki pun
percuma
Strabismus, kalau juling lama-lama terjadi strabismus amblyopia
Nistagmus retina tidak bisa berfungsi dengan baik amblyopia
nistagmus
2. Obat / bahan kimia
Obat malaria Quinine bisa menyebabkan visus 0
Methyl alkohol visus turun drastis
Ethambutol (obat anti TB)
3. Kebutaan simulasi kebutaan semu umumnya pada remaja putri yang
minta perhatian
4. Penyakit sistemik : meningitis, ensefalitis,hipertensi,DM,tumor intra cranial
5. Penyakit mata : trachoma,trauma fisis,chemis,tajam,catarak,glaukoma

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

3. Bagaimana cara mendiagnosis terjadinya kebutaan?
Unsur-unsur diagnosa
a. Menunjukkan proses/ kelainan/ kejadian
b. Lokalisasi proses
c. Perjalanan penyakit
d. Causa
e. Komplikasi

terapi yang dapat dilakukan pada orang buta?(medis dan psikis)
Rehabilitasi tuna netra yang tidak dapat diperbaiki lagi yaitu :
Memberi dorongan, menghindari terjadinya depresi.
Memelihara, menggunakan indra lain se intensif mungkin, dimana ia
dapat mengenal lingkungan sekitarnya melalui pendengaran, perasaan,
perabaan, pembauan dan sebagian besar melalui ilham.
Pendidikan khusus (misalnya menggunakan huruf braille dan mendirikan
sekolah anak buta)
Lapangan kerja yang sesuai.
Kerja sama/toleransi masyarakat dan pemeliharaan khusus.
Usaha menolong orang yang sudah buta.
Pedoman rehabilitasi tunanetra adalh BERDIKARI Hidup dengan
menggunakan indra sisa seoptimal mungkin.
Ilmu Penyakit Mata. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002.

4. Pemeriksaan apa saja yang digunakan untuk menegakkan diagnosis ?
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA



5. Apa saja kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada trauma,selain
yang ada pada scenario?jelaskan!
Komplikasi hifema
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah
perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping
komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio
retina,katarak dan iridodialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung
pada tingginya hifema.
Berikut in komplikasi yang ada dari Hifema
Perdarahan sekunder
o Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan
insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder
ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan
lanjutan dari perdarahan primernya.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

o Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer.
Terjadi pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma
inisial dan selalu bervariasi sebelum 7 hari post-trauma.
Glaukoma sekunder
o Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan
oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan
darah.
o Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata
oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula
sehingga terjadinya glaukoma.
o Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar
berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan
pengaliran cairan mata
Hemosiderosis kornea
o Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam
bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm
sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.
Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di
daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk
hemosiderin.
o Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke
dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning
dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat
ditolong dengan keratoplasti.
o Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang
penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada
perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan
intraokuler.
o Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi
kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2
tahun). Insidensinya 10%.3
o Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang
bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan
Sinekia Posterior
o Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.
Komplikasi ini akibat dari iritis atau iridocyclitis. Komplikasi ini jarang
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

pada pasien yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering
terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hifema.
Atrofi optik
o Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.
Uveitis
o Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea,
uveitis. Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan
siliar yang mungkin juga masuk ke dalam badan kaca (corpus
vitreum) sehingga pada funduskopi gambaran fundus tak tampak dan
ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak.
o Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman
penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih
normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan
gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular sehingga mata
terasa sakit oleh karena glaukoma.
o Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah karena
tekanan intraokular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun
lagi.
- Pilger IS. Medical treatment of traumatic hyphema. Surv Ophthalmol.
1975 Jul-Aug;20(1):2834.
- dr. Admadi Soeroso, Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat
Rudapaksa (TraumaticHyphaema) Bagian llmu Penyakit Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSU Mangkubumen Surakarta
6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam trauma ?
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai
yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
1) Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis
dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen
2) Saluran Lakrimalis
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai
ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
3) Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva
4) Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana
bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar
dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.
5) Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena
fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea
menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini
dapat menurunkan visus
6) Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena
daya akomodasi tisak adekuat.
7) Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil
agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap
selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
8) Pupil
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil
sehingga pupil menjadi midriasis
9) Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada
rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang
dalam badan kaca bisa juga teri oblaina retina.
http://dcolz.wordpress.com/2010/12/28/askep-pasien-trauma-mata/

Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
A. Fisik atau Mekanik
a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,
membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
b) Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan
peralatan pertukangan.
c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan
trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata.
Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.

B. Khemis
a) Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih
lantai, kapur, lem (perekat).
b) cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

C. Fisis
a) Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b) Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

http://basilners.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-trauma-
mata.html
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

TRAUMA MATA
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata mash sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata
dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus bola mata
3. Trauma kimia
4. Trauma radiasi
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah
atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.
Trauma dapat mengenai jaringan mata : kelopak, konjungtiva, kornea,
uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.

TRAUMA KIMIA
1. Etiologi
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan
pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern.
2. Bahan kimia
Dibedakan
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat
dibedakan dalam bentuk:
Trauma Asam
Trauma Basa atau Alkali.
Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada:
pH,
Kecepatan,
Jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata.
Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan
alkali cepat dapat merusak dan menembus
kornea.
3. Pengobatan
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.
lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera
harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.
Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih
lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.
Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia
pada saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan
asam berat.
Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat
blefarospasme berat.
Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang
untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat
pH 4.5% untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapat benda
asing penyebab luka tersebut.
Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah
antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit.
Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang
biasanya sempurna setelah 3-7 hari.
4. Klasifikasi

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Trauma Asam
a) Etiologi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga
organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat).
b) Patofisiologi
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan
hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan
konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa
sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.
c) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena
secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan
melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.
Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga
tajam penglihatan tidak banyak terganggu.

Trauma Basa atau Alkali
1) Patofisiologi
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang
sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat
kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada
trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen
kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi
proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik
soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu
7 detik.
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan
menambah bertambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang
menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga
akan berakhir dengan kebutaan penderita.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

2) Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :
Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis
pungtata
Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel
kornea
Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan
lepasnya epitel kornea
Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
3) Pengobatan
Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya
melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi
dilakukan selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling
sedikit 60 menit segera setelah trauma.
Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat
basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan
untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke
tujuh.
4) Penyulit
Penyulit yang dapat timbul trauma alkali adalah
Ssimblefaron,
Kekeruhan kornea,
Edema dan neovaskularisasi kornea,
Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata.
TAMBAHAN:
Trauma Kimia pada Mata
DEFINISI

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau
basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.
5


Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7
yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata.Tingkat keparahan
trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat
penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit
berbeda.
5

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan
pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari
alat-alat rumah tangga.Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus
segera dilakukan.
3


EPIDEMIOLOGI

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma.75% dari kelompok tersebut
buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang
mengancam penglihatan setiap tahunnya.Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di
amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat
bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan
pekerjaan terjadi setiap tahunnya.
1,2


Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali
lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral,
dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar
(84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa
antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan
oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry
(USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja
dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur
rata-rata 31 tahun.
2


ETIOLOGI

Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan
oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang
bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan
dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.
6

2. Apakah reaksi kimia yg tjd pada mata (asam dan basa)
3. Patogenesis tjd kerusakn bola mata akibata trauma basa?
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,
sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari
zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh
zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat
kimia basa.
5


Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion
fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada
jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.
5


Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka
kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga
mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel
kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa.
7

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi
tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja.Koagulasi protein ini terbatas pada
daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai
jaringan yang lebih dalam.
8



Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam


[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida,
zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat
ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin
merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam
Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap
aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.
6,9


Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida,
zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat
ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin
merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam
Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap
aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.
6,9


Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan
basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat
untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai
retina.Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi.
5

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali
9



Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali
9

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.
Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan
disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan
mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh
basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat
kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea
akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan
sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau
neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen
aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga
kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan
penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi
perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan
puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai
terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila
terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea.
Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar
glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan
penting dalam pembentukan jaringan kornea.
5


Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari
es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam
rumah tangga, soda kuat.
6,9


PATOFISIOLOGI

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase
kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-
hal sebagai berikut:
Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus.
Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan
konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan
persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan
dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan
kerusakan iris dan lensa.
Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan
untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:
Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran
dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus
Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis
kolagen yang baru.
10

KLASIFIKASI

Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan
yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma.Klasifikasi ini juga
bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta
indikasi penentuan prognosis.Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat
kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga
untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda).
10

Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak
jelas dan sudah terdapat iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari limbus (prognosis
sangat buruk)
11

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas hilangnya epitel pada kornea
dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa, dan tekanan intra okular.

Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d)
derajat 4
10


DIAGNOSIS

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis
dan pemeriksaan fisik dan penunjang.Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan
dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga
hanya diperlukan anamnesa singkat.

Gejala Klinis

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat.Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial
kornea.Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan
yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.
8


Anamnesis

Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta
kapan terjadinya trauma tersebut.
6,12


Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi.Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi
secara tiba tiba.Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila
terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.
8


Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat
kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.Obat
anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman
dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi,
pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan
dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular,
konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek
epitel yang menetap dan berulang.
7,12

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus dilakukan
sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau
slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk
dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular.
7,12


Gambar 5 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH
7


DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis,
konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.

4. Tindakan yg pertama kali jika ada truma kimia?
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

5. Pengelolaan dg trauma kimia?

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri.Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah
sekuele jangka panjang.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang
tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma
kimia mencakup:

Penatalaksanaan Emergency
10


Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit.Makin lama makin baik.Jika perlu dapat diberikan
anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.Irigasi dalam
waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang
konstan.

Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata.Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.

Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).

Penatalaksanaan Medikamentosa

Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-
obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya
ulkus kornea.
8,10


Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil.Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas.Untuk itu steroid
hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason
0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA


Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh
fibroblas kornea.Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam.Untuk dosis
sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder.Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus.Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).

Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi
respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10
hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.

Pembedahan
10



Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan
forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus
kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau
dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.
6. Komplikasi trauma kimia?

KOMPLIKASI

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan
jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa
pada mata antara lain:
10


1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,
lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering
menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan
peningkatan pHcairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat.
Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar
masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup
6. Entropion dan phthisis bulbi


Gambar Simblefaron


Gambar Phthisis bulbi

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

PROGNOSIS

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab
trauma tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma
kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya
adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.
8


Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat
menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi).
Reaksi inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya
glaukoma sekunder.
8


Gambar Cooked Fish Eye Appearance
8


KESIMPULAN

[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH
< 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya
memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-
bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk
secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan,
bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi
protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam
tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata
adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat.Trauma kimia merupakan
satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan
yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan
segera samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat
terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dll.Selain itu dilakukan juga
upaya promotif dan preventif kepada pasien.Menurut data statistik 90% kasus
trauma dapat dicegah.Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan
pelindung yang tepat.


7. Pembagian trauma mekanik?
- Tumpul
Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan
benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada
dinding bola mata

2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma
terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai ke
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

bola mata. Baik kontusio maupun konkusio dapat menimbulkan
kerusakan jaringan berupa kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan
robekan jaringan. Menurut Duke-Elder, kontusio dan konkusio bola
mata akan memberikan dampak kerusakan mata, dari palpebra sampai
dengan saraf optikus.

- Tajam

2. Trauma tumpul
1. Trauma Tumpul Pada Mata
1) Etiologi
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau
benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata
dengan keras (kencang) ataupun lambat.
2) Tanda
Hematoma kelopak
a) Definisi dan etiologi
Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau
penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya
pembuluh darah palpebra.
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat
pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat akibat pukulan
tinju, atau benda-benda keras lainnya. Keadaan ini memberikan
bentuk yang menakutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya
ataupun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain di
belakangnya.
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang dipakai,
maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata.
Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat.
Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya
a.oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua ronggo orbita
melaiui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut
karena dibatasi septum orbita kelopak maka akan berbentuk
gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kaca
mata.
b) Penatalaksanaan
Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres
dingin untuk menghentikan perdarahan clan menghilangkan
rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah
dapat dilakukan kompres hangat ,pada kelopak mata.

2. Trauma Tumpul Konjungtiva
Tanda
Edema konjungtiva
a. Definisi dan etiologi
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi
kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma
tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva
secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka
keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada
konjungtiva.
Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra
tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap
konjungtiva.
b. Penatalaksanaan
Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk
mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir
konjungtiva.
Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga
cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
Hematoma subkonjungtiva
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

a. Etiologi
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti
arteri konjungtiva clan arteri episklera. Pecahnya pembuiuh
darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranil
(hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah
yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan
dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose,
konjungtiva meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat
tertentu.
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu
dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan
konjungtiva atau skjera. Kadang-kadang hematoma
subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk
seperti perforasi bola mata.
b. Tanda
Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita
dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma.
Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai
tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva
maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari
kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.
c. Pengobatan
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan
kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau
diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

3. Trauma Tumpul Pada Kornea
Tanda
Edema kornea
a. Definisi dan etiologi
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membrane
Descemet.
b. Tanda dan gejala
Edema komea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan
terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
dilihat.
Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya
serbukan sel radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan
stroma kornea.
c. Pengobatan
Larutan hipertonk seperti naCl 5% atau larutan garam hipertonik
2-8%, glucose 40% dan larutan albumin.
Peninggian tekanan bola mat maka diberikan asetazolamid.
Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki
tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mungkin
akibat kerjanya menekan korneF9a terjadi pengurangan edema
kornea.
d. Penyulit
Terjadinya kerusakan M. Descemet yang lama sehingga
mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan
keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat
astigmatisme iregular.
Erosi kornea
a. Definisi dan etiologi
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel komea
yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.
Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam
waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan
cepat dan menutupi defek epitel tersebut.
b. Tanda dan gejala
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak
kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata
berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan
penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila
diberi pewarnaan fluoresein akan berwama hijau.
Pada erosi komea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang
timbul kemudian.
c. Pengobatan
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa-tajam
penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati
bila memakai obat anestetik topikal untuk menghilangkan rasa
sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan
epitel.
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau
dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika
seperti antibiotika spektrum luas neosporin, kioramfenikol dan
sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang
mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikioplegik aksi-
pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup
bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan
tertutup kembali setelah 48 jam.
Erosi kornea rekuren
a. Etiologi
Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak
membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel yang menutup
kornea akan mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi.
Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat
bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi
kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membran basal
epitel kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya
membran basal yang rusak akan kembali normal setelah 6
minggu.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

b. Pengobatan
Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea
sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk
membentuk membran basal kornea.
Pengobatan biasanya dengan memberikan sikioplegik untuk
menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala
radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam
bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh
epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak
terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh
permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi
kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid.
Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi
rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan
epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak
mata.

4. Trauma Tumpul Uvea
Tanda dan gejala
lridoplegia
a. tanda dan gejala
Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan
otot sfingter pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar
atau midriasis.
Pasien akan sukar melilhat dekat karena gangguan akomodasi,
silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil.
Pupil terlilhat tidak sama besar atau anisokoria dan bentulk pupil
dapat menjadi iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pada pasien iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk
mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian
roboransia.
lridodialisis
a. etiologi
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris
sehingga bentuk pupil menjadi berubah.
b. Tanda dan gejala
Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.
Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya
iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema.
Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan
pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang
terlepas.
Hifema
a. Definisi dan etiologi
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi
akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau
badan siliar.
b. Tanda dan gejala
Pasien akan mengeluh sakit, di sertai dengan epifora dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun.
Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian
bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh
ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat
iridoplegia(lumpuhnya m.sp) dan iridodialisis (robeknya iris pada
daerah insersionya).
c. Pengobatan
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat
tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi,
dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat
penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit
glaukoma.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit
tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk.
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan di
lakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda
inhibisi komea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna
hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema
akan berkurang.
d. Komplikasi
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah
trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut
hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena
perdarahan lebih sukar hilang.
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan
siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi
gangguan pengaliran cairan mata.
Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi
yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis buibi dan
kebutaan.
Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan
leukemia dan retinoblastoma.
e. Bedah Pada Hifema
Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan
mengeluarkan darah atau nanah dari bilik mata depan,
dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm
dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan
iris. Biasanya biia dilakukan penekanan pada bibir luka
maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila, darah
tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas
dengan garam fisiologik.
Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu
dijahit.
Iridosiklitis
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

a. Definisi
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga
menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior.
b. Tanda dan gejala
Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah di
dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil yang
mengecil dengan tajam penglihatan menurun.
Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid
topikal. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan
steroid sistemik.
Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk
persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.

5. Trauma Tumpul Pada Lensa
Tanda dan gejala
Dislokasi fensa
a. Definisi
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa.
Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula Zinn yang akan
mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.
Subluksasi lensa
a. Etiologi
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn
sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga
terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula
Zinn yang rapuh (Sin( Marphan).
b. Tanda dan gejala
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang.
Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa
iridodonesis.
Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa elastis
akan meniadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan
sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi
sempit pada mata mudah terjadi glaukoma sekunder.
c. komplikasi
Subluksasi dapat mengakibatkan glaukoma sekunder dimana
terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang
mencembung.
d. Pengobatan
Bila tidak terjadi penyulit subluksasi lensa seperti glaucoma atau
uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi
kacamatar koreksi yang sesuai.
Luksasi lensa anterior
a. Etiologi
Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma
maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan.
Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan
terjadi gangguan pengaliran ke cairan bilik mata sehingga akan
timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.
b. Tanda dan gejala
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai
sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme.
Terdapat injeksi siliar yang berat, edema komea, lensa di dalam
mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
Tekanan bola mata sangat tinggi.
c. Pengobatan
Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim
pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih
dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan
bola matanya.
Luksasi lensa posterior
a. Etiologi
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi
lensa posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

ekuator, lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan
tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.
b. Tanda dan gejala
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangan
akibat lensa mengganggu kampus.
Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia.
Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untulk
jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
c. Penyulit
Lensa yang terialu lama berada pada polus posterior dapat
menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa
glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik.
d. Pengobatan
Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya
secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.
Katarak Trauma
a. Etiologi
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi
ataupun tumpul terlilhat sesudah beberapa hari ataupun tahun.
Pada trauma tumpul akan terlilhat katarak subkapsular anterior
ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti
bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak
(imprinting) yang disebut cincin Vossius.
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi
epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus
besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak
dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam
bilik mata depan.
b. Tanda dan gejala
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa
yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat
memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat
korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut
sebagai cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi
aktif akan terlilhat mutiara Elsching.
c. Pengobatan
Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya.
Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan
kemungkinan terjadinya ambliopia. Untulk mencegah ambliopia
pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau
sekunder.
Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat
ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit
seperti glaukama, uveitis dan lain sebagainya maka segera
dilakulkan ekstraksi lensa.
d. Penyulit
Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia
tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering
pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglilhatan.
Keadaan ini dapat disertai perdarahan. ablasi retina, uveitis atau
salah letak lensa.
Cincin Vossius
a. Definisi
Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cincin
Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di
belak pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang
merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa
sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari.
b. Tanda dan gejala
Cincin hanya menunjukkan. tanda bahwa mata tersebut telah
mengalami suatu trauma tumpul.

6. Trauma Tumpul Retina dan Koroid
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Tanda
Edema retina dan korold
a. Etiologi dan tanda
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina
penglihatan akan sangat menurun.
Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-
abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang
sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana
terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada
keadaa akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah.
Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema
makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi
edema makula atau edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi
edema luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli
berwarna abu-abu.
Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa
waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat
tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
Ablasi retina
a. Etiologi
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina
koroid pada penderita, ablasi retina. Biasanya pasien telah
mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti
retina tipis akibat rel semata, miopia, dan proses degenerasi
retina lainnya.
b. Tanda dan gejala
Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput
seperti tabir mengganggu lapang pandangannya. Bila terkena
atau ter daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pada pemeriksaan funduskopi, akan terlihat retina yang berm
abu-abu dengan pernbuluh darah yang terlihat terangkat dan
berkelok.
Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-
putus.
c. Pengobatan
Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat
untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata.
Trauma Koroid
Ruptur koroid
a. definisi
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang
dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya
terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di
sekitar papil saraf optik.
b. Tanda dan gejala
Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula
lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar
dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka
akan terlihat bagian ruptur berwarna putih Karena sklera dapat
dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

7. Trauma Tumpul Saraf Optik
Tanda
Avulsi papil saraf optik
a. Etiologi
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari
pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil
saraf optik.
b. Tanda dan gejala
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglilhatan
yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan.
c. Pengobatan
Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina
dan saraf optiknya.
Optik neuropati traumatik
a. Etiologi
Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik,
demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.
b. Gejala dan tanda
Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat
reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada
retina.
Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan penglihatan
warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal
beberapa minggu sebelum menjadi pucat.
c. DD
Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata
adalah trauma retina, perdarahan badan kaca, trauma yang
mengakibatKan kerusakan pada kiasma optik.
d. Pengobatan
Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu dengan memberi
steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu
dipertimbangkan untuk pembedahan.
TRAUMA BENDA ASING
8. Apa yg anda ketahui dg benda asing/ corpus alineum?
3. Benda Asing Intraokular
1. Benda asing magnetik intraokular
Diagnosis
Anamnesis
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pada keadaan diduga adanya benda asing magnetik intraokular
perlu diambil riwayat terjadinya trauma dengan baik.
Tanda dan gejala
Benda asing intraokular yang magnetik ataupun tidak akan
memberikan gangguan pada tajam penglihatan. Akan terlihat
kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera penglihatan. Akan
terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera yang
merupakan tempat jalan masuknya benda asing ke dalam bola
mata.
PP
Bila pada pemeriksaan pertama lensa masih jernih maka untuk
melihat kedudukan benda asing di dalam bola mata dilakukan
melebarkan pupil dengan midriatika.
Pemeriksaan funduskopi sebaiknya segera di lakukan karena bila
lensa terkena maka akan lensa menjadi keruh secara perlahan-
lahan sehingga akan memberikan kesukaran untuk melihat
jaringan belakang lensa.
Pemeriksaan radiologik akan memperlihatkan bentuk dan besar
benda asing yang terletak intraokular. Bila pada pemeriksaan
radiologik dipakai cincin Flieringa atau lensa kontak Comberg
akan terlihat benda bergerak bersama dengan pergerakan bola
mata.
Untuk menentukan letak benda asing ini dapat dilakukan
pameriksaan tambahan lain yaitu dengan metal locator.
Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk pemeriksaan yang
lebih menentukan letak clan gangguan terhadap jaringan sekitar
lainnya.
Pengobatan
Pengobatan pada benda asing intraokular ialah dengan
mengeluarkannya dan dilakukan dengan perencanaan
pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih berat
terhadap bola mata.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Mengeluarkan benda asing melalui jalan melewati skiera
merupakan cara untuk tidak merusak jarinan lain.

TRAUMA FISIK
9. Apa saja yg bisa tjd pada trauma fisik?

4. Trauma Radiasi Elektromagnetik
Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah
Sinar inframerah
Sinar ultraviolet
Sinar X dan sinar terionisasi
Trauma Sinar Infra Merah
a) Patofisiologi
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap
gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan.
Kerusakan ini da terjadi akibat terkonsentrasinya sinar
inframerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan
di tempat pemanggangan kaca akan menggeluarkan sinar infra
merah. Bila seseorang berada pada jarak kaki sela satu menit di
depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midria maka
suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula
yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga
berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi
sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan
eksfoliasi kapsul lensa.
b) Factor resiko terkena
Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada
pekerja industri gelas dan pemanggangan logam.
c) DD
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial,
katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.
Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sement
ataupun permanen.
d) Pengobatan
Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi
kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini.
Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah terbentuk
jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala
radang yang timbul.
Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)
a) Definisi
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak
terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.
b) Patofisiologi
Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja las, dan
menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas
salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar
ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada
kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan
nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah
beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam
penglihatan yang menetap.
c) Tanda dan gejala
Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan
keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata
sangat sakit mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir,
fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.
Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya,
yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji
fluoresein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura
paipebra.
Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi
berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan
memberikan kekeruhan pada komea. Keratitis dapat bersifat
akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran
keratitisnya menjadi berat.
d) Pengobatan
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal,
analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya
sembuh setelah 48 jam.
Sinar lonisasi dan Sinar X
a) Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:
Sinar alfa yang dapat diabaikan
Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
Sinar gama dan
Sinar X
b) Patofisiologi
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan
rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi
dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka.
Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel
secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari set
germinatif lensa tidak menjadi jarang.
Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang
diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan,
mikroaneuris mata, dan eksudat.
Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang
mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati.
Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis
ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut
konjungtiva atrofi set goblet yang akan mengganggu fungsi air
mata.
c) Pengobatan
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA

Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal dengan
steroid 3 kali sehari dan sikioplegik satu kali sehari.
Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan
pembedahan.

7. DD hifema ? sudah dijawab di no 2

Você também pode gostar

  • ANEMIA BAYI
    ANEMIA BAYI
    Documento9 páginas
    ANEMIA BAYI
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Refkas DBD
    Refkas DBD
    Documento35 páginas
    Refkas DBD
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • ANEMIA PENCEGAHAN
    ANEMIA PENCEGAHAN
    Documento41 páginas
    ANEMIA PENCEGAHAN
    Eka Putra Prayoga
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Thypoid Aries Bu Tina 2
    Refkas Thypoid Aries Bu Tina 2
    Documento14 páginas
    Refkas Thypoid Aries Bu Tina 2
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Pengaruh Seng Pada Hiperbilirubinemia
    Pengaruh Seng Pada Hiperbilirubinemia
    Documento5 páginas
    Pengaruh Seng Pada Hiperbilirubinemia
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Dss
    Refkas Dss
    Documento27 páginas
    Refkas Dss
    Ridwan Adiansyah
    Ainda não há avaliações
  • MORBILI Case
    MORBILI Case
    Documento16 páginas
    MORBILI Case
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Hiperbilirubinemia PDF
    Hiperbilirubinemia PDF
    Documento11 páginas
    Hiperbilirubinemia PDF
    Rosa Lina
    75% (4)
  • Elsa PPT Anemia DR Nia
    Elsa PPT Anemia DR Nia
    Documento40 páginas
    Elsa PPT Anemia DR Nia
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • CBD BRPN
    CBD BRPN
    Documento16 páginas
    CBD BRPN
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Gnaps
     Refkas Gnaps
    Documento42 páginas
    Refkas Gnaps
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Adb New
    Adb New
    Documento4 páginas
    Adb New
    SaRah AmiThia SaRi BuLan
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Kawasaki
    Refkas Kawasaki
    Documento41 páginas
    Refkas Kawasaki
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Penyuluhan DBD Leaflet
    Penyuluhan DBD Leaflet
    Documento3 páginas
    Penyuluhan DBD Leaflet
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • CBD Tiphoid
    CBD Tiphoid
    Documento19 páginas
    CBD Tiphoid
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Disentri
    Refkas Disentri
    Documento44 páginas
    Refkas Disentri
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Morbili Aries
    Morbili Aries
    Documento18 páginas
    Morbili Aries
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • CBD Kejang Demam
    CBD Kejang Demam
    Documento20 páginas
    CBD Kejang Demam
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • CBD DHF DR Aan
    CBD DHF DR Aan
    Documento7 páginas
    CBD DHF DR Aan
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Case Based Discussion Morbili Aries
    Case Based Discussion Morbili Aries
    Documento9 páginas
    Case Based Discussion Morbili Aries
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • PR Bu Nia Tabel
    PR Bu Nia Tabel
    Documento4 páginas
    PR Bu Nia Tabel
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Hiperbilirubinemia PDF
    Hiperbilirubinemia PDF
    Documento11 páginas
    Hiperbilirubinemia PDF
    Rosa Lina
    75% (4)
  • PR Bunia Oral
    PR Bunia Oral
    Documento3 páginas
    PR Bunia Oral
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Refkas BRPN ARIES Fixxxx - Docx - 2
    Refkas BRPN ARIES Fixxxx - Docx - 2
    Documento20 páginas
    Refkas BRPN ARIES Fixxxx - Docx - 2
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Reading Anak Zemb
    Jurnal Reading Anak Zemb
    Documento38 páginas
    Jurnal Reading Anak Zemb
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Refkas Tifoid ARIES New 2
    Refkas Tifoid ARIES New 2
    Documento39 páginas
    Refkas Tifoid ARIES New 2
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Penyuluhan Aries Fixx
    Penyuluhan Aries Fixx
    Documento3 páginas
    Penyuluhan Aries Fixx
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Ikterus Pada Bayi
    Ikterus Pada Bayi
    Documento27 páginas
    Ikterus Pada Bayi
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Jaga AYU
    Laporan Jaga AYU
    Documento14 páginas
    Laporan Jaga AYU
    Picha Pichi
    Ainda não há avaliações
  • CBD Hiperbilirubin Setia Hilmi Mustajabah
    CBD Hiperbilirubin Setia Hilmi Mustajabah
    Documento20 páginas
    CBD Hiperbilirubin Setia Hilmi Mustajabah
    Muhammad Kemal Thoriq
    Ainda não há avaliações