1. Mengapa mata kanannya kabur setelah beberapa saat terkena kock dan VOD 3/60 disertai injeksi cilier +? VOD/ VOS 6/6 (NORMAL VISUS) Jika ditulis Visus 6/6, artinya angka 6 di atas (pembilang) menunjukkan kemampuan jarak baca penderita, sedangkan angka 6 di bawah menunjukkan kemampuan jarak baca orang normal
VOD 3/60 px visus sentral dengan hitung jari 3 jarak optotype dengan probandus dimaan probandus dapat melihat jelas adalah 3m 60 jarak orang normal dapat membaca jelas adalah 60m
Penurunan visus bisa karena 3 hal : - Kelainan refraksi anomalia (miopi, hipermetropi,astigmatisma, presbiopi) - Kelainan media refrakta (katarak pada lensa) - Kerusakan saraf (retinopati apabila terjadi pada macula penglihatan menjadi terganggu ) Pada scenario penurunan visus pada mata kanan karena terkena kock mengenai media refrakta (kornea,Humor aquous,lensa dan corpus viterum)
Hiperemi konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.
Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episclera atau perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih
Mata merah karena melebarnya pembuluh darah konjungtiva , yang terjadi pada peradanga mata akut missal konjungtivitis, keratitis, iridosiklitis INJEKSI KONJUNGTIVA INJEKSI SILIAR/ PERIKORNEAL INJEKSI EPIKLERA Asal a. konjungtiva posterior a. siliaris a. siliaris longus Penyebab Pengaruh mekanis, alergi, infeksi pd konjungtiva Radang kornea, tukak kornea, benda asing pd kornea, radang jaringan uvea, glaukoma, endoftalmitis/ panoftalmitis
Lokalisasi Konjungtiva Dasar dr konjungtiva episklera Warna Merah Ungu Merah gelap Arah aliran/ lebar Ke perifer Ke sentral Ke sentral Jk konjungtiva dgerakkan Ikut bergerak Tdk bergerak Tdk ikut bergerak Sekret + - - Penglihatan/ visus Normal Menurun Sangat turun Penyakit Konjungtiva Kornea. Iris, glaukoma Glaukoma, endoftalmiis, panoftalmitis
Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI
Biomekanisme traumanya bagaimana ?
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
- Soemarsono. Contusio Oculi. Cermin Dunia Kedokteran 1999;15:32-4 - Colby K. Blunt injuries to the eye. The Merck Manuals.2007 (website www.merckmanuals.com)
Bagaimana mekanisme reflek pd mata ?apakah reflek itu bisa di ajarkan ? Tingkat kewaspadaan tiap orang berbeda-beda sehingga berpengaruh juga pada refleknya.
2. Apa interpretasi dari kornea udem + dan hifema 1/3 inferior ? Mata mempunyai system pelindung cukup baik seperti : - Rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar, reflek memejam atau mengedip - Kerusakan pada mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan - Trauma dapat mengenai jaringan pada mata : kelopak, konjungtiva, kornea,uvea, lensa, retina, papil saraf optic dan orbita. Edem kornea [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
- Trauma tumpul pada mata diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat menegnai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat. - Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea, bahkan hingga ruptur basement Descement. - Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi di sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif. - Edema kornea akut terjadi akibat disfungsi endotel kornea local atau difus.Biasanya terkait dengan pelipatan pada membran Descemet dan penebalan stroma.Rupturnya membran Descemet biasanya terjadi vertikal dan paling sering terjadi akibat trauma kelahiran. Pasien akan mengeluhkan penglihatannya yang kabur dan terlihat pelangi di sekitar lampu. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasido positif. 4
- Edema kornea berat dapat mengakibatkan masuknya sel radang dan neovaskularisasi ke dalam stroma kornea.Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2 8%, glukose 40%, dan larutan albumin.Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamid - Komplikasi dari edema kornea berat adalah kerusakan membran Descemet yang lama dan mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan rasa sakit dan penurunan tajam penglihatan aibat astigmatisme iregular.
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2011
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Lapisan kornea
Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edema interstisial dalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperti cincindengan batas tegas berdiameter 2 3 mm. Lipatan membrana Bowman membentuk membran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan terjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi. Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanya segmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan perforasi Hilman H. Setyowati EE, Hamdanah. Ilmu Penyakit Mata I. SMC press, 1998. Dan Soemarsono. Contusio Oculi. Cermin Dunia Kedokteran 1999;15:32-4
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pada kasus ini apakah pecahnya arteri ciliaris dapat menyebabkan kematian ? HIFEMA
- Adalah darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul ysng merobek pembuluh darah iris atau badan siliar - Terkumpulnya darah dibilik mata anterior (depan) yaitu daerah di antara kornea dan iris yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih Etiologi Penyebab atau etiologi hifema Trauma tumpul pada mata: banyak terjadi karena cedera olah raga, jatuh, atupun perkelahian o Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid dimana jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan yang berada di kamera anterior dan akan tampak dari luar timbunan darah karena gaya berat yang akan berada di bagian terendah Tumor mata (retinoblastoma) Prosedur pembedahan yang salah (trabekuloplasty dan iridectomy) [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Penyakit sickle cell Pertumbuhan abnormal pembuluh darah mata (contohnya juvenile xanthogranuloma) Neovaskularisasi iris o Neovaskularisasi disebabkan oleh iskemi pada segmen posterior yang sering dikaitkan dengan penyakit neovaskular pada diabetes. Terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Pembuluh darah yang baru ini mudah sekali untuk pecah
COA, mengotori permukaan dalam kornea teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin memecah fibrin bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi debris peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral erdarahan primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali. bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali. Darah pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui kanalis Schlemm dan permukaan depan iris. Penyerapan melaui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan di daerah ini. penumpukkan hemosiderin pada COA, dapat masuk ke lapisan kornea, kornea jadi berwarna kuning, dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea. Imbibisi kornea dapat dipercepat terjadinya, disebabkan oleh hifema yang penuh disertai glaukoma, dimana glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan trabekula, sehingga terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa sakit pada mata. dalam badan kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus tidak tampak, dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema sedikit, ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Sedangkan perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraocular Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ptisis bulbi dan kebutaan.
Grade pada hifema ini ditentukan oleh banyaknya perdarahan dalam bilik mata depan bola mata, yaitu: o Tingkat 1: kurang dari volume bilik mata depan yang terlihat. o Tingkat 2: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat o Tingkat 3: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
o Tingkat 4: pengisian sempurna dari bilik mata depan yang terlihat. (Eight ball hifema)
GRADE ANTERIOR CHAMBER FILLING DIAGRAM BEST PROGNOSIS FOR 20/50 VISION OR BETTER - Microhyphema - Circulating red blood cell by slitlamp exam only
- 90 percent - I - Kurang dari 33 percent
- 90 percent - II - 33-50 percent
- 70 percent - III - Lebih dari 50 percent
- 50 percent - IV - 100 percent
- 50 percent
Tanda dan gejala hifema, antara lain: [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
a. Pandangan mata kabur b. Penglihatan sangat menurun c. Kadang kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis d. Pasien mengeluh sakit atau nyeri e. Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme f. Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra g. Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen h. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan i. Pupil tetap dilatasi (midriasis) j. Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma. k. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea l. Kenaikan TIO (glukoma sekunder ) m. Sukar melihat dekat n. Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil o. Anisokor pupil p. Penglihatan ganda (iridodialisis)
Terjadi middilatasi pada pupil Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea. Kadang-kadang terlihat iridoplegia (trauma tumpul pada uveakelumpuhan sphincter dari iris sehingga pupil menjadi lebar/ midriasis menjadi sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil istirahat untuk [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia) dan iridodialisis (keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya/ terjadi robekan sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang diplopia, pupil lonjong pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas)
PENANGANAN MEDIS
Mengapa perlu tirah baring dengan kepala lebih tinggi ? Konservatif o Tirah baring (bed rest total) Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30 - 45 (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan o Bebat mata Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para sarjana. Edward-Layden lebih condong untuk menggunakan bebat mata pada mata yang terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Bila mungkin kedua mata ditutup untuk memberika istirahat pada mata. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa tidak enak, dengan akibat penderita (matanya) tidak istirahat. Akhirnya Rakusin mengatakan dalam pengamatannya tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi maupun prognosis dari tajamnya penglihatannya. obat-obat anti perdarahan ? Pemakaian obat-obatan o Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. o Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:
Koagulansia Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC,Coagulen, Transamin, vitamin K, dan vitamin C. Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intraokular. Midriatika Miotika [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat- obat golongan midriatika atau miotika, karena masing- masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi,tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja. Ocular Hypotensive Drug Semua ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler. Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea Bila tekanan intra okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga parasentesa. Kortikosteroid dan Antibiotika Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotik. Obat-obat lain Sedatif diberikan bilamana penderita gelisah. Bila ditemukan rasa sakit diberikan analgetik atau asetozalamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata naik [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti asetaminofen dengan atau tanpa kodein. Perawatan Operasi o Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non- operasi selama 3 - 5hari. o Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata maksimal lebih dari 50 mmHg selama 5 hari atau tekanan bola mata maksimal lebih dari 35 mmHg selama 7 hari. o Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata rata-rata lebih dari 25 mmHg selama 6 hari atau bila ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea. o Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus bertahan selama 9 hari. o Untuk cegah timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hari. Atas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan traumatic hyphaema, sedang Rakusin menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan tinggi perdarahannya bilik depan bola mata. Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut : o Empat hari setelah onset hifema total o Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu) o Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4hari (untuk mencegah atrofi optic) o Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari COA selama 6 hari dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal blood staining) o Hifema mengisi lebih dari COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk mencegah peripheral anterior synechiae) o Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari, pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50 persen pasien dengan total hifema [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
ketika pembedahan terlambat. Corneal blood staining terjadi pada 43% pasien. Pasien dengan sickle cell hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol dalam 24 jam Tindakan operasi yang dikerjakan adalah : o Parasentesis ocular Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkancairan/darah dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9. - Ilyas, Sidarta. 2002 Trauma Tumpul Mata :Ilmu Penyakit Mata.Jakarta : Sagung Seto, Hal: 263-6. - Vaughan, Daniel, G. 2000. Trauma:Oftamologi Umum edisi ke- 14.Jakarta : Widya Medika. Hal: 380,384. - Nurwasis, dkk. 2006.Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF IlmuPenyakit Mata: Hifema pada Rudapaksa Tumpul. Hal 137-139.Penerbit: FK Unair, Surabaya.
Pada injeksi ciliaris, terjadinya pada vena atau arteri ? Mana yang lebih berpengaruh pada hifema, pembuluh darah mana yang pecah ?
Bisa atau tidak nervus cranialis mengalami neuropati ? 3. Bagaimana mekanismenya trauma ini bisa menyebabkan kebutaan ? Kebutaan adalah kondisi kurang persepsi visual karena faktor fisiologis atau neurologis.
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology- public-health/2283000-penyebab-kebutaan/#ixzz1xmehLbdc TRAUMA HIFEMA Hemosiderosis kornea o Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. o Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. o Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. o Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun). Insidensinya 10%.3 o Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan Pilger IS. Medical treatment of traumatic hyphema. Surv Ophthalmol. 1975 Jul-Aug;20(1):2834. dr. Admadi Soeroso, Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Rudapaksa (TraumaticHyphaema) Bagian llmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSU Mangkubumen Surakarta
1. Jenis kebutaan? klasifikasi kebutaan menurut WHO? Buta menurut WHO: 1) kategori 1 : rabun atau penglihatan <6/18 [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
2) kategori 2 : rabun, tajam penglihatan <6/60 3) kategori 3 : buta sosial tajam penglihatan <3/60 lapang pandangan <10 4) kategori 4 : buta tajam penglihatan <1/60 lapang pandangan <5 5) kategori 5 : buta dan tidak ada persepsi sinar. Ilmu Penyakit Mata. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002.
Reaksi penderita thd kebutaan? 1. Jelaskan stadium dari kebutaan? a. Stadium shock Kejiwaan labil (bisa bunuh diri) b. Stadium depresi Perasaan menyalahkan Putus asa, ragu-ragu Ingin bunuh diri c. Stadium menerima kecacatan Perhatikan bantuan dan hambatan utk kondisi ini
Akibat yg muncul akibat kebutaan? 2. Jelaskan akibat dari kebutaan? a. Produktivtas kerja menurun Untuk pengobatan Mengganggu pekerjaan b. Beban & biaya hidup Untuk pengobatan Untuk perawatan c. Beban keluarga Penderita harus dibantu untuk kegiatan sehari-hari [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
d. Beban pemerintah i. Harus sediakan fasilitas : Pendidikan khusus Lapangan kerja khusus Xerofalmia Glaukoma Retinopati diabetik Retinopati hipertensi Trakoma Katarak (Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran, Airlangga) 1. Kongenital Pendarahan retina pada waktu lahirpada bayi yang lahir sulit mis.vacum,tang forceps menekan kepalaperdarahan otak perdarahn mata Refraksi anomali dioptri meningkat pada 1 mata Katarak kongenital karena cahaya tidak masuk ke macula lutea amblyopiakalau sudah terjadi nistagmus diperbaiki pun percuma Strabismus, kalau juling lama-lama terjadi strabismus amblyopia Nistagmus retina tidak bisa berfungsi dengan baik amblyopia nistagmus 2. Obat / bahan kimia Obat malaria Quinine bisa menyebabkan visus 0 Methyl alkohol visus turun drastis Ethambutol (obat anti TB) 3. Kebutaan simulasi kebutaan semu umumnya pada remaja putri yang minta perhatian 4. Penyakit sistemik : meningitis, ensefalitis,hipertensi,DM,tumor intra cranial 5. Penyakit mata : trachoma,trauma fisis,chemis,tajam,catarak,glaukoma
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
3. Bagaimana cara mendiagnosis terjadinya kebutaan? Unsur-unsur diagnosa a. Menunjukkan proses/ kelainan/ kejadian b. Lokalisasi proses c. Perjalanan penyakit d. Causa e. Komplikasi
terapi yang dapat dilakukan pada orang buta?(medis dan psikis) Rehabilitasi tuna netra yang tidak dapat diperbaiki lagi yaitu : Memberi dorongan, menghindari terjadinya depresi. Memelihara, menggunakan indra lain se intensif mungkin, dimana ia dapat mengenal lingkungan sekitarnya melalui pendengaran, perasaan, perabaan, pembauan dan sebagian besar melalui ilham. Pendidikan khusus (misalnya menggunakan huruf braille dan mendirikan sekolah anak buta) Lapangan kerja yang sesuai. Kerja sama/toleransi masyarakat dan pemeliharaan khusus. Usaha menolong orang yang sudah buta. Pedoman rehabilitasi tunanetra adalh BERDIKARI Hidup dengan menggunakan indra sisa seoptimal mungkin. Ilmu Penyakit Mata. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002.
4. Pemeriksaan apa saja yang digunakan untuk menegakkan diagnosis ? [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
5. Apa saja kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada trauma,selain yang ada pada scenario?jelaskan! Komplikasi hifema Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina,katarak dan iridodialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema. Berikut in komplikasi yang ada dari Hifema Perdarahan sekunder o Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
o Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma inisial dan selalu bervariasi sebelum 7 hari post-trauma. Glaukoma sekunder o Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah. o Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma. o Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata Hemosiderosis kornea o Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. o Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. o Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. o Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun). Insidensinya 10%.3 o Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan Sinekia Posterior o Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema. Komplikasi ini akibat dari iritis atau iridocyclitis. Komplikasi ini jarang [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
pada pasien yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hifema. Atrofi optik o Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular. Uveitis o Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea, uveitis. Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang mungkin juga masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum) sehingga pada funduskopi gambaran fundus tak tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. o Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma. o Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah karena tekanan intraokular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi. - Pilger IS. Medical treatment of traumatic hyphema. Surv Ophthalmol. 1975 Jul-Aug;20(1):2834. - dr. Admadi Soeroso, Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Rudapaksa (TraumaticHyphaema) Bagian llmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSU Mangkubumen Surakarta 6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam trauma ? Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai : 1) Palpebra Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen 2) Saluran Lakrimalis [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata. 3) Congjungtiva Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva 4) Sklera Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury. 5) Kornea Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus 6) Lensa Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat. 7) Iris Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis. 8) Pupil [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis 9) Retina Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri oblaina retina. http://dcolz.wordpress.com/2010/12/28/askep-pasien-trauma-mata/
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu A. Fisik atau Mekanik a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel. b) Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan. c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
B. Khemis a) Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat). b) cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
C. Fisis a) Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. b) Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
TRAUMA MATA Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata mash sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut 1. Trauma tumpul 2. Trauma tembus bola mata 3. Trauma kimia 4. Trauma radiasi Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata : kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.
TRAUMA KIMIA 1. Etiologi Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern. 2. Bahan kimia Dibedakan [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk: Trauma Asam Trauma Basa atau Alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada: pH, Kecepatan, Jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak dan menembus kornea. 3. Pengobatan Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit. Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam berat. Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat. Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing penyebab luka tersebut. Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit. Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari. 4. Klasifikasi
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Trauma Asam a) Etiologi Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat). b) Patofisiologi Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam. c) Pengobatan Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.
Trauma Basa atau Alkali 1) Patofisiologi Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
2) Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam : Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%. 3) Pengobatan Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh. 4) Penyulit Penyulit yang dapat timbul trauma alkali adalah Ssimblefaron, Kekeruhan kornea, Edema dan neovaskularisasi kornea, Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata. TAMBAHAN: Trauma Kimia pada Mata DEFINISI
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. 5
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata.Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. 5
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga.Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera dilakukan. 3
EPIDEMIOLOGI
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat trauma.75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya.Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya. 1,2
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun. 2
ETIOLOGI
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7. 6
2. Apakah reaksi kimia yg tjd pada mata (asam dan basa) 3. Patogenesis tjd kerusakn bola mata akibata trauma basa? [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa. 5
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik. 5
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa. 7
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja.Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam. 8
Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. 6,9
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. 6,9
Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi. 5
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali 9
Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali 9
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea. 5
Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat. 6,9
PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan: Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal- hal sebagai berikut: Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbus. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea. Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensa. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut: Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen yang baru. 10
KLASIFIKASI
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma.Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan prognosis.Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda). 10
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik) Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik) Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat iskemik limbus (prognosis kurang) Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari limbus (prognosis sangat buruk) 11
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas hilangnya epitel pada kornea dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa, dan tekanan intra okular.
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang.Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora, blefarospasme, dan nyeri berat.Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam. 8
Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut. 6,12
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba.Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan. 8
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang. 7,12
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular. 7,12
Gambar 5 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH 7
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata, terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis, konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.
4. Tindakan yg pertama kali jika ada truma kimia? [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
5. Pengelolaan dg trauma kimia?
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:
Penatalaksanaan Emergency 10
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit.Makin lama makin baik.Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata.Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat- obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea. 8,10
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil.Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas.Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam.Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder.Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.
Pembedahan 10
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan: [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea. Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal. Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut: Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan simblefaron. Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva. Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata. Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi. Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk. 6. Komplikasi trauma kimia?
KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain: 10
1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu. 2. Kornea keruh, edema, neovaskuler 3. Sindroma mata kering [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pHcairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik. 5. Glaukoma sudut tertutup 6. Entropion dan phthisis bulbi
Gambar Simblefaron
Gambar Phthisis bulbi
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan. 8
Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder. 8
Gambar Cooked Fish Eye Appearance 8
KESIMPULAN
[MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan- bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dll.Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien.Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah.Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
7. Pembagian trauma mekanik? - Tumpul Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata
2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai ke [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
bola mata. Baik kontusio maupun konkusio dapat menimbulkan kerusakan jaringan berupa kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. Menurut Duke-Elder, kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak kerusakan mata, dari palpebra sampai dengan saraf optikus.
- Tajam
2. Trauma tumpul 1. Trauma Tumpul Pada Mata 1) Etiologi Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat. 2) Tanda Hematoma kelopak a) Definisi dan etiologi Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya. Keadaan ini memberikan bentuk yang menakutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain di belakangnya. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya a.oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua ronggo orbita melaiui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kaca mata. b) Penatalaksanaan Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan clan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat ,pada kelopak mata.
2. Trauma Tumpul Konjungtiva Tanda Edema konjungtiva a. Definisi dan etiologi Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. b. Penatalaksanaan Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut. Hematoma subkonjungtiva [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
a. Etiologi Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva clan arteri episklera. Pecahnya pembuiuh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranil (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat tertentu. Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau skjera. Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata. b. Tanda Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli. c. Pengobatan Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
3. Trauma Tumpul Pada Kornea Tanda Edema kornea a. Definisi dan etiologi [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membrane Descemet. b. Tanda dan gejala Edema komea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea. c. Pengobatan Larutan hipertonk seperti naCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glucose 40% dan larutan albumin. Peninggian tekanan bola mat maka diberikan asetazolamid. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan korneF9a terjadi pengurangan edema kornea. d. Penyulit Terjadinya kerusakan M. Descemet yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisme iregular. Erosi kornea a. Definisi dan etiologi Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel komea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut. b. Tanda dan gejala [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwama hijau. Pada erosi komea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian. c. Pengobatan Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa-tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spektrum luas neosporin, kioramfenikol dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikioplegik aksi- pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam. Erosi kornea rekuren a. Etiologi Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
b. Pengobatan Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea. Pengobatan biasanya dengan memberikan sikioplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid. Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.
4. Trauma Tumpul Uvea Tanda dan gejala lridoplegia a. tanda dan gejala Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melilhat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. Pupil terlilhat tidak sama besar atau anisokoria dan bentulk pupil dapat menjadi iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pada pasien iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia. lridodialisis a. etiologi Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. b. Tanda dan gejala Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas. Hifema a. Definisi dan etiologi Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. b. Tanda dan gejala Pasien akan mengeluh sakit, di sertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia(lumpuhnya m.sp) dan iridodialisis (robeknya iris pada daerah insersionya). c. Pengobatan Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit glaukoma. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan di lakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda inhibisi komea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. d. Komplikasi Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis buibi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukemia dan retinoblastoma. e. Bedah Pada Hifema Parasentesis Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya biia dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila, darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit. Iridosiklitis [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
a. Definisi Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior. b. Tanda dan gejala Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik. Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.
5. Trauma Tumpul Pada Lensa Tanda dan gejala Dislokasi fensa a. Definisi Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula Zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. Subluksasi lensa a. Etiologi Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn yang rapuh (Sin( Marphan). b. Tanda dan gejala Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa elastis akan meniadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata mudah terjadi glaukoma sekunder. c. komplikasi Subluksasi dapat mengakibatkan glaukoma sekunder dimana terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung. d. Pengobatan Bila tidak terjadi penyulit subluksasi lensa seperti glaucoma atau uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kacamatar koreksi yang sesuai. Luksasi lensa anterior a. Etiologi Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran ke cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya. b. Tanda dan gejala Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema komea, lensa di dalam mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. c. Pengobatan Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola matanya. Luksasi lensa posterior a. Etiologi Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
ekuator, lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli. b. Tanda dan gejala Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangan akibat lensa mengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untulk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. c. Penyulit Lensa yang terialu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik. d. Pengobatan Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa. Katarak Trauma a. Etiologi Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlilhat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlilhat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan. b. Tanda dan gejala Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlilhat mutiara Elsching. c. Pengobatan Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untulk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukama, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakulkan ekstraksi lensa. d. Penyulit Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglilhatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan. ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa. Cincin Vossius a. Definisi Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cincin Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di belak pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari. b. Tanda dan gejala Cincin hanya menunjukkan. tanda bahwa mata tersebut telah mengalami suatu trauma tumpul.
6. Trauma Tumpul Retina dan Koroid [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Tanda Edema retina dan korold a. Etiologi dan tanda Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina penglihatan akan sangat menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu- abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaa akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu. Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel. Ablasi retina a. Etiologi Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina koroid pada penderita, ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat rel semata, miopia, dan proses degenerasi retina lainnya. b. Tanda dan gejala Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput seperti tabir mengganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau ter daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pada pemeriksaan funduskopi, akan terlihat retina yang berm abu-abu dengan pernbuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus- putus. c. Pengobatan Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata. Trauma Koroid Ruptur koroid a. definisi Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. b. Tanda dan gejala Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih Karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
7. Trauma Tumpul Saraf Optik Tanda Avulsi papil saraf optik a. Etiologi Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. b. Tanda dan gejala [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglilhatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. c. Pengobatan Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya. Optik neuropati traumatik a. Etiologi Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. b. Gejala dan tanda Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat. c. DD Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah trauma retina, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatKan kerusakan pada kiasma optik. d. Pengobatan Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan. TRAUMA BENDA ASING 8. Apa yg anda ketahui dg benda asing/ corpus alineum? 3. Benda Asing Intraokular 1. Benda asing magnetik intraokular Diagnosis Anamnesis [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pada keadaan diduga adanya benda asing magnetik intraokular perlu diambil riwayat terjadinya trauma dengan baik. Tanda dan gejala Benda asing intraokular yang magnetik ataupun tidak akan memberikan gangguan pada tajam penglihatan. Akan terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera penglihatan. Akan terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera yang merupakan tempat jalan masuknya benda asing ke dalam bola mata. PP Bila pada pemeriksaan pertama lensa masih jernih maka untuk melihat kedudukan benda asing di dalam bola mata dilakukan melebarkan pupil dengan midriatika. Pemeriksaan funduskopi sebaiknya segera di lakukan karena bila lensa terkena maka akan lensa menjadi keruh secara perlahan- lahan sehingga akan memberikan kesukaran untuk melihat jaringan belakang lensa. Pemeriksaan radiologik akan memperlihatkan bentuk dan besar benda asing yang terletak intraokular. Bila pada pemeriksaan radiologik dipakai cincin Flieringa atau lensa kontak Comberg akan terlihat benda bergerak bersama dengan pergerakan bola mata. Untuk menentukan letak benda asing ini dapat dilakukan pameriksaan tambahan lain yaitu dengan metal locator. Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk pemeriksaan yang lebih menentukan letak clan gangguan terhadap jaringan sekitar lainnya. Pengobatan Pengobatan pada benda asing intraokular ialah dengan mengeluarkannya dan dilakukan dengan perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih berat terhadap bola mata. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Mengeluarkan benda asing melalui jalan melewati skiera merupakan cara untuk tidak merusak jarinan lain.
TRAUMA FISIK 9. Apa saja yg bisa tjd pada trauma fisik?
4. Trauma Radiasi Elektromagnetik Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah Sinar inframerah Sinar ultraviolet Sinar X dan sinar terionisasi Trauma Sinar Infra Merah a) Patofisiologi Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini da terjadi akibat terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan menggeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak kaki sela satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midria maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa. b) Factor resiko terkena Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam. c) DD [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid. Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sement ataupun permanen. d) Pengobatan Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini. Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah terbentuk jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul. Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las) a) Definisi Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM. b) Patofisiologi Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. c) Tanda dan gejala Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura paipebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada komea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat. d) Pengobatan Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam. Sinar lonisasi dan Sinar X a) Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk: Sinar alfa yang dapat diabaikan Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan Sinar gama dan Sinar X b) Patofisiologi Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari set germinatif lensa tidak menjadi jarang. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi set goblet yang akan mengganggu fungsi air mata. c) Pengobatan [MODUL PENGLIHATAN/LBM5/SGD18] AFRINA LUSIA
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal dengan steroid 3 kali sehari dan sikioplegik satu kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.