Você está na página 1de 19

1

Struktur yang Terkait ketika Perut Begah Tidak BAB


dalam Sistem Pencernaan Manusia
Dian Nurul Hikmah 102012292
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : dian.nurulhikmah@yahoo.com

Pendahuluan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam
mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang
terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
Selain itu, pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur yang
komplek diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang
diproduksi di dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem
pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan
anus. Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua
organ tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari
molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas
tubuh manusia.
1
Dalam makalah ini kasus yang dihadapi adalah seorang bapak berusia 50 tahun mengeluh
perut begah dan tidak BAB. Maka pembahasan dalam makalah akan berisi tentang struktur
yang berperan. Yaitu lebih menekankan kepada organ yang berperan seperti usus halus, usus
besar, rectum dan anus.


2

Struktur yang Berperan
Makroskopik
1,2


Gambar 1. System Saluran Pencernaan.
1

a. Gaster
Struktur anatomis gaster mempunyai 2 muara yaitu cardia ( oesophagus gaster ) dan
pylorus ( gaster duodenum ). Gaster mempunyai 2 tepi yaitu curvatura minor ( cekung ke
kanan atas ) dan curvaturamajor ( cembung ke kiri ). Permukaan gaster terdiri dari facies
anterior dan facies posterior. Lekukan pada gaster adalah incisura cardiaca ( peralihan
oesophagus pada curvatura major ) dan incisura angularis yang merupakan batas bagian
vertikal dan horizontal pada curvatura minor. Bagian bagian gaster terbagi menjadi Fundus ,
corpus dan pylorus ( pars pylorica ventriculi ) yang dibedakan menjadi anthrum pyloricum
dan canalis pyloris. Pendarahan gaster oleh A. Gastrica sinistra, Aa. Gastricae berves,
memperdarahi fundus ventriculi dan A. Gastroepiploica ( gastro omentalis ) sinistra,
memperdarahi curvatura major dan omentum majus.
4

Gambar 2. Struktur gaster.
1

3

Vena gaster mengikuti jalannya arteri.
2
1. Darah dari v. Gastrica dextra dan sinistra dialirkan ke dalam v.porta.
2. Darah dari v. Gastrica brevis. V. Gastroepiploica sinistra, dialirkan ke dalam
v.Lienalis yang bergabung dengan v. Mesenterica superior menuju v. Porta.Getah
bening : Nnll. Gastroomentalis. Getah bening terdapat pada pembuluh nadi sepanjang
curvatura major dan minorakan dialirkan ke dalam nnll. Coeliaca.
Persarafan oleh sistem saraf otonom

1. Parasimpatis berasal dari N. X anterior dan posterior
2. Simpatis berasal dari nervi spinales T6 - T9 melalui plexus coeliacus
danmendistribusikan melalui anyaman saraf di sekitar a. Gastrica dan a.
Gastroomentalis.

b. Hati
Dilapisi oleh peritoneum kecuali yang berbatasan dengan diaphragma.

Bare area/ area
Nuda. Terdiri 2 lobus yakni lobus sinister dan dexter.

Lobus dexter terbagi 2: lobus caudatus
dan lobus Quadratus.

Batas lobus dexter dan sinister adalah alur yang di tempati lig.
tereshepatis & lig. venosum arantii.
2
Terdiri dari 3 facies.
2

a. Facies diaphragmatica, berbatasan langsung dengan permukaan bawah paru dan
jantun impressio cardiac.
b. Facies visceralis adalah facies inferior.
c. Facies superior/ bare area. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus
yang kaya akan pembuluh darahyang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah oleh
kandung empedu.

c. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
5
Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu.
3

4

1. Asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2. Pulau pankreas, menghasilkan hormone. Bagian-bagian pankreas yakni caput
pancreas, collum pancreas, corpus pancreas, dan cauda pancreas. Endokrin pankreas
banyak terdapat di cauda pancreas terdapat pulau-pulau Langerhans .Saluran
bercabang-cabang pada pankreas disebut herring bone.
Pendarahan pankreas:
Arteri: A. pancreatico duodenale superior (cabang A. gastroduodenalis), A.
pancreaticoduodenalis inferior (cabang A. mesenterica superior).
Vena: darah dialirkan ke dalamV. lienalis dan V. mesenterica superior.

d. Vesica fellea
Sesuai perpotongan batas lateral M. Rectus abdominis dan arcus costae dextra. Vesica
fellea diliputi peritonium, kecuali bagian yang melekat pada hepar. Bagian bagiannya
terdiri dari fundus vesica fellea, corpus vesica fellea dan collum vesica fellea. Saluran
empedu adalah ductus cysticus. Mucosa ductus cysticus mempunyai lipatan berbentuk spiral
/valvula spiralis Heisteri. Ductus cycsticus bersama-sama saluran empedu intra hepatal
membentuk ductus choledochus. Ductus choledochus berjalan dalam lig. Hepatoduodenale
bersama-sama v. Porta dan a. Hepatica propia. Vesica Felea diperdarahi oleh a. Cystica.

e. Lien
Terletak pada intra peritoneal, pada regiohypochondrica sinistr, setinggi iga 9,10,11.
Sumbu panjang sesuai iga 10. Proyeksi pada dinding abdomen kira-kira 4 cm sebelah kiri
garis tengah dan setinggi ujung processus spinosus vertebra Th 9- L1 sampai linea axillaris
media sinistra.
Fungsi lien :
1. Membersihkan darah
2. Reservoir darah
Lien diperdarahi oleh a.lienalis dan mempunyai pembuluh balik v.lienalis.

5

f. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum dalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
4
Pendarahan oleh A. gastroduodenalis cabang A. hepatica communis, A. pancreatico
duodenalis superior, anterior, & posterior memperdarahi duodenum.bagian.proximal, A.
pancreaticoduodenalis inferior, anterior & posterior cabang A. mesenterica superior
memperdarahi duodenum bagian distal dan Vena mengikuti arteri mengalirkan darah ke
dalam V. porta sebagian tidak langsung melalui V. mesenterica superior dan v. Lienalis.
4

g. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
4
Kolon asendens (kanan)
Mulai dari junctura ileo colica, flexura colli dextra.
Vascularisasi :
a. Arteri: A. ileocolica & A. colica dext. cabang A. mesenterica sup.
b. Vena: V. ileocolica &V. colica dextra , v. mesenterica superior
c. Getah bening : Nnll paracolica, Nnll mesenterica superior.
d. Innervasi : plexus mesentericus superior.

Kolon transversum
Dari flexura colli dextra-flexura colli sinistra
Vascularisasi
a. Arteri: A. colica media, cabang a. mesenterica superior, A. colica sinistra, cabang
a.mesenterica inferior.
b. Vena: V. mesenterica superior
c. Getah bening: Nnll. colica media, Nnll. mesenterica superior



6

Kolon desendens (kiri)
Letak : retro peritoneal, dari flex.coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra
Vaskularisasi : A. colica sinistra, cab. A. mesenterica inferior.

Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Berbentuk huruf S , kemudian menjadi rectum rectosigmoid junction 15 cm dari anus.
Vascularisasi : a. sigmoideae, cab. A. mesenterica inferior.

h. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus.

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens.

Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
4

Anus

merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus.

Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphincter.
5
Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.
5

Pendarahan A. rectalis superior : cabang A. mesenterica superior, A. rectalis media, A.rectalis
inferior.

Struktur Mikrokopik
3,4
A. Gaster
Mengandungi epitel mukosa selapis torak tanpa sel goblet. Seluruh permukaanmukosa
gaster terdapat gastric pits atau foveola gastrica. Pada lamina propriaterdapat kelenjar di
cardia, fundus maupun pilorus. Kelenjar ini mulai dari dasar gastric pit meluas kearah tunika
muskularis mukosa. Pada kelenjar fundus terdapat 4 macam sel yaitu :
6


a. Chief cell
Merupakan sel terbanyak, berbentuk piramid, inti di basal, oval dan kromatin agak
padat. Pada bagian apikal sel terdapat butir-butir zymogen yang mengandung pepsinogen
7

b. Parietal cell/ Oxyntic cell/ HCL cell
Menghasilkan HCL dan faktor intrinsik lambung, bentuk oval/poligonal, banyak
terdapat pada korpus kelenjar Inti bundar 1-2 dan sitoplasma asidofil.
c. Mucous Neck cell
Bentuk sel kubus atau torak rendah ,sitoplasma bergranula halus pucat (mengandung
musigen), lebih pucat dari chief cell, mucigen dari epitel permukaan lebih kental dan
tergolong neutral polysacharida.
d. Argentafin cell/ enterochromafin cell/ enteroendocrine cell
Dapat dilihat dengan pewarnaan perak atau garam chromium (berwarna kuning
kecoklatan). Di gaster terdapat beberapa sel enteroendokrin yang mensekresi
serotonin,histamin, gastrin dan enteroglukagon. Sel paneth dan sel argentafin sedikit sekali,
terdapat limfonodus solitarius, tunika muskularis longitudinal membentuk 3 pita
longitudianal hingga taenia coli.
B. Pankreas
Merupakan kel eksokrin dan endokrin ,epitel duktus ekskretorius bervariasi dari torak
rendah bersel goblet- kubus, Duktus interklarisnya (isthmus) panjang-panjang dan epitelnya
selapis gepeng. Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel asinus parotis.
5
C. Hepar
Diliputi kapsula Glissoni. Septa membagi hepar menjadi lobuli. Porta hepatis berisi
pembuluh limfe, pembuluh empedu, V.Portae dan A.Hepatika. Unit fungsional hepar ialah 1
lobulus dan berbagai unit pada hati (lobulasi), 2 Lobulus klasik - V. sentralis sumbunya,
portal triad sudutnya Lobulus portal - Portal triad sumbunya, v sentralis sudutnya. Asinus hati
berbentuk belah ketupat, v. sentralis di kedua ujungnya, aksisnya yaitu jaringan ikat tepi
lobulus klasik.

D. Usus halus
Dibagi dalam 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Terdiri dari epitel selapis
torak dan sel goblet. Sel torak pada bagian apikalnya terdapat brush border/mikrovili yang
memperluas permukaan absorptif. Juga mengandung enzim enzim pencernaan (alkaline
8

fosfatase, maltase, dll). Semakin ke distal semakin banyak mengandungi sel goblet. Usus
halus juga mengandungi vili interstinal. Sepanjang membran mukosa terdapat glandula
intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosa simpleks, yang bermuara diantara vili intestinalis.
Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di bagian apikalnya mengandung granula eosinofilia.
Sel-sel cryptus menggantikan sel-sel epitel permukaan yg rusak.
E. Colon
Tunika mukosa tidak mengandung plica sirkularis dan vili intestinal. Sel goblet
banyak diantara sel epitel ada Cryptus Lieberkuhn. Tunika mukosa tidak mengandung plica
sirkularis dan vili intestinal. Sel paneth dan sel argentafin sedikit sekali. Terdapat limfonodus
solitarius dan tunika longitudinal membentuk 3 pita longitudinal/taenia coli.

F. Rektum
Bagian sebelah bawah disebut Anal Canal. Mukosa mempunyai lipatan longitudinal
Rectal collumn (Anal column,Collumn of Morgagni) berakhir kira 2 inchi dari orrificium
anal. Epitel selapis torak dan terdapat cryptus. Pertemuan rektum dengan anus disebut Linea
Pectinata.

G. Anus
Tunica submukosa mengandung banyak pembuluh darah, saraf, dan badan vater
Pacini.

Pembuluh-pembuluh vena membentuk plexus hemmoroid.

Tunica Muskularis
Mukosa/ lapisan longitudinal membentuk musculis dilator ani internus.Tunica musckularis
sirkular menebal pada ujungnya membentuk musculus Sphincter ani internus.

Di luar lapisan
otot ini terdapat jaringan otot lurik Musculus Sphincter ani externus.

Epitelnya berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk,memiliki folike rambut, dan kelenjar sebasea.


Fungsi dan Mekanisme Pencernaan.
6

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Dalam kasus ini sitem pencernaan yang lebih ditekankan yaitu pencernaan yang terjadi mulai
dari lambung, hati, pankreas, empedu, usus halus, usus besar, rectum dan anus.

9

Mekanisme Kerja dan Fungsi Sistem Pencernaan Lambung
Lambung merupakan organ yang besar dapat menyimpan keseluruhan makanan yang
dimakan dalam satu waktu, maka kita tidak perlu makan terus-menerus. Lambung
dapat meregang untuk menampung sekitar 2 liter makanan dan air. Epithelium yang
melapisi ceruk-ceruk dalam pada dinding lambung mensekresikan getah
pencernaan, cariran pencernaan yang bercampur dengan makanan. Dengan komsentrasi
HCl yang tinggi, getah lambung mempunyai pH sekitar 2. Fungsi asam tersebut adalah
memecahkan matriks ekstraseluler yang mengikat sel satu sama lain pada materi
daging dan tumbuhan. Asam itu juga membunuh sebagian besar bakteri yang tertelan
bersama dengan makanan.
Di dalam getah lambung juga terdapat pepsin, enzim yang memulai hidrolisis pr
otein. Pepsin memecah ikatan peptide yang berdekatan dengan asam amino tertentu,
sehingga memotong-motong protein menjadi polipeptida yang lebih kecil. Pepsin dapat
bekerja dalam suasana yang sangat asam. pH getah lambung yang rendah
mendenaturasi protein dalam makanan, yang meningkatkan pemaparan ikatan peptidanya
ke pepsin.

Sel chief yang berlokasi di ceruk-ceruk lambung mensintesis dan mensekresikan
pepsin
dalam bentuk inaktif yang disebut pepsinogen. Sel-sel parietal yang juga berada
diceruk mensekresikan HCl, yang mengubah pepsinogen menjadi pepsin aktif. Ketika
sudah banyak pepsinogen yang diaktifkan oleh HCl, terjadi suatu rentetan kimia karena
pepsin itu sendiri dapat mengaktifkan molekul pepsinogen yang lain. Karena HCl dan
pepsinogen disekresikan dari jenis sel yang berbeda, kedua zat itu tidak
bercampur samia keduanya dibebaskan masuk ke dalam lumen lambung. Suatu lapisan
mucus yang disekresikan oleh sel epithelium akan membantu melindungi lapisan
lambung agar tidak ter cerna oleh pepsin.
Sekitar 20 detik sekali, isi lambung dicampur melalui kerja kontraksi otot
polos. Sebagai akibat pencampuran dan kerja enzim, makanan yang baru ditelan akan
menjadi bubur nutrient yang disebut kimus. Pada sebagian besar waktu, lambung akan
menutup pada salah satu ujung nya. Pembukaan dari esophagus sampai ke lambung,
lubang jantung, secara nor mal berdilatasi hanya ketika sebuah bolus yang digerakkan
oleh peristaltis sampai. Kadang aliran balik kimus dari lambung ke dalam ujung
esophagus yang lebih rendah akan menyebabkan rasa terbakar pada jantung (heart burn).
Lubang jantung akan membuka sekali-sekali dengan datangnya gelombang peristaltis
10

yang mengirimkan bolus. Pada pembukaan dari lambung ke usus halus terdapat sfingter
pylorik, yang membantu mengatur aliran kim ke dalam usus halus. Dibutuhkan 2
sampai 6 jam setelah makan untuk mengosongkan lambung karena kimus dialir kan
sedikit-sedikit.


Mekanisme Kerja dan Fungsi Sistem Pencernaan Usus Halus
Usus halus (small intestine) adalah bagian saluran pencernaan yang paling
panjang. Usus halus adalah organ dimana sebagian besar hidrolisis enzimatik makromolekul
dalam makanan ter jadi. Organ ini juga bertanggung jawab dalam penyerapan sebagian
besar nutrient ke dalam darah.
9

Pada umumnya fungsi usus halus adalah menerima dan mengabsorbsi kimus
dari lambung. Zat makanan yang telah halus akan di absorbsi di dalam usus halus, yakni
duodenum. Disini ter jadi absorbsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin A, D, E dan K
dengan bantuan empedu dan asam folat. Emulsifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi
globulus lemak besar dalam usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak
lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk enzim. Absorbi lemak. Garam
empedu membantu absorbsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya
menembus membran sel. Pengeluaran kolesterol dari tubuh. Garam empedu berikatan
dengan kolester ol dan lesiti untuk membentuk agrgasi kecil yang disebut micelle yang
akan dibuang melalui feses.


Mekanisme Kerja dan Fungsi Sistem Pencernaan Usus Besar
Usus besar (colon) berhubungan dengan usus halus pada suatu per hubungan
berbentuk T, dimana sebuah sfingter mengontrol pergerakan materi makanan. Salah satu
tangan berbentuk T adalah sebuah kantung yang disebut saecum. Manusia memiliki
saecum yang relative kecil dengan penjuluran yang disebut appendiks, yang sesungguhnya
tidakdiperlukan.
Fungsi penting colon adalah untuk menyerap kembali air yang telah masuk ke
dalam saluran pencernaan untuk berfungsi sebagai bahan pelarut berbagai getah pencer naan.
Sebagian besar reabsospsi terjadi bersama-sama dengan penyerapa nutr ient dalam usus
halus. Colon menyelesaikan pekerjaan itu dengan menyerap kembali sebagian besar air
yang masih tetap berada didalam lumen. Buangan saluran pencernaan (feses) menjadi
lebih padat, sementara feses bergerak sepanjang colon dengan bantuan peristaltis. Per
11

gerakan itu sangat lambat dan umumnya memerlukan waktu sekitar 12 sampai 24 jam
bagi materi untuk bergerak sepanjang organ tersebut.
Bagian akhir colon disebut rektum, dimana feses disimpan sampai bisa
dikeluarkan. Antara rektum dan anus terdapat dua sfingter, yang satu bersifat sadar dan
yang satunya tidak. Sekali atau lebih setiap hari, kontraksi kuat colon itu akan menciptakan
dorongan untuk defakasi.


Mekanisme Kerja dan Fungsi Sistem Pencernaan Kandung Empedu
Fungsi utama kandung empedu adalah untuk memekatkan empedu dengan
absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang
kedap, yang terkandung dalam empedu hepatic sampai 5-10 kali dan mengurangi
volumenya 80%-90%.

Empedu disimpan dalam kandung empedu selama periode interdigestif dan diantarkan
ke duodenum setelah rangsangan makanan. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk
pengisian dan pengosongan kandung empedu adalah hormonal, neural, dan mekanikal.
Memakan makanan akan menimbulkan pelepasan hormone duodenum, yaitu
kolesistokinin (CCK), yang merupakan stimulus utama bagi pengosongan kandung
empedu. Lemak merupakan stimulus yang lebih kuat. Reseptor CCK telah dikenal
terletak dalam otot polos dari dinding kandung empedu. Motilin, sekretin, histamine,
dan prostaglandin, semua nya ter lihat mempunyai pengaruh yang berbeda pada proses
kontraksi. Faktor neural yang predominan dalam mengatur aktivitas motoris kandung
empedu adalah stimulasi kolinergik yang menimbulkan kontraksi kandung empedu.
Pengisian kandung empedu ter jadi saat tekanan dalam duktus niliaris lebih besar daripada
tekanan di dalam kandung empedu. Aliran empedu kedalam duodenum tergantung pada
koordinasi kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter oddi. Makanan merangsang
dilepasnya CCK, shingga mengurangi fase aktivitas dari sfingter oddi yang berkontraksi,
menginduksi relaksasi, oleh karena itu memungkinkan masuknya empedu ke dalam
duodenum. Lebih dari 80% asam empedu terkonjugasi secara aktif diabsorpsi dalam
ileum ter minalis. Akhirnya, kurang lebih separuh dari semua asam empedu yang diabsorpsi
dalam usus dibawa kembali melalui sirkulasi porta ke hati. Hanya sekitar 5% dari asam
empedu yang diekskresikan dalam feses.

12

Pencernaan&Penyerapan karbohidrat, lemak dan protein.
7

Karbohidrat
Pencernaan
Di dalam mulut, zat tepung dicerna oleh -amilase saliva. Tetapi, pH optimal enzim ini
adalah 6,7, sehingga kerjanya dihambat oleh getah lambung yang asam bila makanan masuk ke
lambung. Di dalam usus halus, -amilase saliva dan pankreas keduanya juga bekerja pada
polisakarida yang dimakan. Akibatnya, hasil akhir pencernaan -amilase adalah
oligosakarida : maltosa (disakarida), maltitriosa ( trisakarida ) ; beberapa polimer yang sedikit
lebih besar dengan glukosa pada ikatan 1:4, dan -dekstrin, yaitu polimer molekul glukosa yang
terdiri atas rata-rata sekitar 8 molekul glukosa dengan ikatan 1:6a.


Penyerapan
Heksosa dan pentosa cepat diserap melalui dinding usus halus. Hal yang penting adalah
bahwa semua heksosa diserap sebelum sisa makanan mencapai bagian ujung ileum. Molekul
molekul gula bergerak dari sel-sel mukosa ke dalam darah kapiler lalu masuk ke dalam vena
porta. Transpor sebagian besar heksosa secara unik dipengaruhi oleh jumlah Na+ di dalam usus
halus ; konsentrasi Na+ yang tinggi pada permukaan mukosa sel mempermudah dan konsentrasi
yang rendah menghambat influks gula ke dalam sel-sel epitel. Ini disebabkan oleh glukosa dan
Na+ menggunakan kontransporter yang sama, atau simport, sodium-dependent glucose
transporter ( SGLT, kotransporter glukosa Na+ ). Kelompok transporter ini, SGLT 1 dan SGLT
2 menyerupai transporter glukosa yang berperan pada difusi terfasilitasi karena dapat menembus
membran sel 12 kali dan mempunyai terminal COOH dan NH2 pada sisi sitoplasmik
membran. Akan tetapi, tidak ada homologi terhadap transporter seri GLUT. SGLT 1 dan
SGLT 2 bertanggung jawab pada transpor glukosa keluar dari tubuli ginjal. Oleh karena kadar
Na+ intraseluler di dalam usus halus dan sel ginjal rendah, seperti juga di dalam sel-sel lainnya,
Na+ bergerak ke dalam sel sesuai dengan beda konsentrasinya. Glukosa bergerak bersama Na+
dan dilepaskan di dalam sel. Na+ diangkut ke dalam ruang interseluler lateral, dan glukosa
diangkut oleh GLUT 2 ke dalam interstitium lalu masuk ke dalam kapiler. Jadi, transpor glukosa
merupakan contoh transpor aktif sekunder ; energi untuk transpor glukosa diperoleh tidak
langsung, melalui transpor aktif Na+ keluar sel. Ini akan mempertahankan beda
13

konsentrasi di kedua sisi batas sel luminal, sehingga lebih banyak Na+ dan akibatnya lebih
banyak glukosa yang masuk .
Mekanisme transpor glukosa juga mengangkut galaktosa. Fruktosa menggunakan
mekanisme berbeda. Penyerapannya tidak bergantung pada Na+ atau transpor glukosa dan
galaktosa; transportnya dengan difusi fasilitasi dari lumen usus halus ke dalam enterosit melalui
GLUT 5 dan keluar dari enterosit masuk ke dalam interstitium melalui GLUT 2. Sebagian
fruktosa diubah menjadi glukosa di dalam sel-sel mukosa. Pentosa diserap dengan difusi
sederhana. Insulin sedikit berpengaruh pada transpor glukosa dalam usus. Sehubungan dengan
ini, penyerapan kembali glukosa dalam tubulus kontortus proksimal ginjal ; kedua proses tidak
memerlukan fosforilasi, dan keduanya normal pada diabetes tetapi dihambat oleh obat florizin.
Kecepatan absorpsi maksimal glukosa dari usus kira-kira 120g/jam.


Protein dan asam nukleat
Pencernaaan Protein
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, di situ pepsin menguraikan
beberapa ikatan peptida. Pepsin menghidrolisis ikatan ikatan antara asam amino romatik
seperti fenillalanin atau tirosin dan asam amino kedua, sehingga hasil pencernaan
peptik adalah berbagai polipeptida dengan ukuran yang sangat berbeda Oleh karena pH
optimum untuk pepsin adalah 1,6 3,2 kerjanya terhenti bila isi lambung bercampur
dengan getah pankreas yang alkali di duodenum dan jejunum. pH isi usus halus di bagian
superior duodeni 2,0 4,0, tetapi pada bagian lain ialah kira- kira 6,5. Di usus halus,
polipeptida yang terbentuk melalui pencernaan di lambung dicerna lebih lanjut oleh
enzim-enzim proteolitik kuat yang berasal dari pankreas dan mukosa usus halus. Jadi
pencernaan akhir terhadap asam amino terjadi di 3 tempat : lumen usus halus, brush
border, dan sitoplasma sel-sel mukosa.


Penyerapan
Ada paling sedikit 7 sistem transpor yyang berbeda yang mengangkut asam amino
ke dalam enterosit. Lima darinya memerlukan Na+ dan kotransport asam amino dan Na+
dengan cara yang mirip dengan kotranspor Na+ dan glukosa. Dua dari 7 sistem transpor
14

ini membutuhkan Cl-. Pada 2 sistem, transpor tidak membutuhkan Na+ . Transpor di-
dan tripeptida ke dalam enterosit dilakukan oleh sistem yang membutuhkan H+ dan
Na+ . Sedikit sekali peptida berukuran besar yang diabsorpsi. Di dalam enterosit, asam
amino yang dilepaskan dari peptida oleh hidrolisis intrasel ditambah asam amino yang di
absorpsi dari lumen usus halus dan brush border akan diangkut keluar enterosit sepanjang
tepi basolateral melalui paling sedikit 5 sistem transpor. Dari sini, asam amino ini akan
masuk peredaran darah portal hepatik. Dua diantara sistem ini bergantung pada Na+ , dan
yang tidak. Cukup banyak peptida kecil yang juga masuk ke dalam darah portal.
Penyerapan asam-asam amino di duodenum dan jejunum berlangsung cepat
tetapidi dalam ileum lambat. Hampir 50% protein yang dicerna berasal dari makanan yang
dimakan, 25% dari protein getah pencernaan, dan 25% dari deskuamasi sel-sel mukosa.
Hanya 2-5 % protein dalam usus halus lolos dari pencernaan dan penyerapan.
Sebagian protein yang dimakan masuk ke dalam kolon dan kemudian dicerna oleh
kuman. Protein dalam feses tidak berasal dari makanan tetapi dari kuman.
Asam nukleat
Asam nukleat diuraikan menjadi nukleotida dalam usus halus oleh nuklease
pankreas, dan nukleotida itu diuraikan menjadi nukleosida dan asam fosfor oleh
enzim-enzim yang terdapat pada permukaan luminal sel-sel mukosa. Nukleosida
kemudian diuraikan menjadi unsur gula serta basa pirimidin dan purin. Unsur unsur basa
tersebut diserap dengan transport aktif.
11

Lipid
Pencernaan Lemak.
8

Kebanyakan pencernaan lemak mulai di duodenum, dengan melibatkan salah satu
enzim terpenting, yaitu lipase pankreas. Kebanyakan kolesterol makanan berbentuk ester
kolesteril, dan ester kolesteril hidrolase menghidrolisis ester-ester ini di dalam lumen usus
halus. Lemak diemulsifikasi dengan halus didalam usus halus oleh kerja garam empedu,
lesitin, dan monogliserida. Bila konsentrasi garam empedu dalam usus halus tinggi, seperti
setelah kontraksi kandung kemih, lipid dan garam empedu berinteraksi spontan
membentuk misel. Agregat agregat silindris ini mengikat lipid, dan meskipun
15

konsentrasi lipidnya berbeda-beda, umunya mengandung asam lemak, monogliserida,
dan kolesterol pada pusat hidrofobiknya. Pembentukan misel selanjutnya melarutkan
lipid dan memungkinkan mekanisme untuk transpornya ke enterosit. Jadi, misel bergerak
ke konsentrasi yang lebih rendah melalui lapisan statis ke brush border sel-sel mukosa.
Lipid berdifusi keluar dari misel, dan suatu larutan cair jenuh lipid dipertahankan
kontaknya dengan brush border sel-sel mukosa.

Penyerapan
Di dalam sel lipid lipd ini akan mengalami esterifikasi cepat, sehingga gradien
konsentrasi yang memudahkan zat masuk ke sel dipertahankan. Berbeda dengan
mukosa ileum, kecepatan penyerapan garam empedu oleh mukosa jejunum rendah, dan
sebagian besar garam empedu tetap berada dalam lumen usus halus, dan dapat digunakan
untuk pembentukan misel baru.
Nasib asam lemak di enterosit bergantung pada ukurannya. Asam lemak yang atom
karbonnya kurang dari 10-12 dari sel mukosa langsung masuk kedarah portal, dan akan
ditransport sebagai asam lemak bebas ( tanpa esterifikasi ). Asam lemak yang atom
karbonnya lebih dari 10 12 mengalami esterifikasi kembali menjadi trigliserida
dalam sel-sel mukosa. Selain itu, sebagian kolesterol yang diserap diesterifikasi.
Trigliserida dan ester kolesteril kemudian dilapisi oleh lapisan protein, kolesterol, dan
fosfolipid membentuk kilomikron. Zat ini kemudian meninggalkan sel dan masuk ke
peredaran limfatik.
Dalam sel-sel mukosa, sebagian besar trigliserida dibentuk oleh asilasi 2-
monogliserida yang diserap, terutama di dalam retikulum endoplasma halus. Akan tetapi,
sebagian trigliserida dibentuk dari gliserofosfat, yang adalah hasil katabolisme glukosa.
Gliserofosfat juga dikonversi menjadi gliserofosfolipid yang ikut berperan dalam
pembentukan kilomikron. Asilasi gliserofosfat dan pembentukan lipoprotein terjadi di
dalam retikulum endoplasma kasar. Bagian molekul karbohidrat ditambahkan pada
protein dalam aparatus golgi, dan kilomikron yang telah selesai dikeluarkan melalui
eksositosis dari bagian basal atau lateral sel.
Penyerapan asam lemak rantai panjang terutama di usus halus bagian atas, tetapi sejumlah
16

tertentu juga diserap dalam ileum. Pada masukan lemak sedang, 95% atau lebih lemak
yang dimakan diserap.

.

Hormon Pencernaan
9

Gastrin
Gastrin berasal dari sel-sel G. Stimulusnya utamanya untuk sekresi berasal dari protein di
lambung kelenjar pilorus lambung. Fungsi gastrin adalah:

Merangsang sekresi sel parietal dan sel utama
Meningkatkan motilitas lambung
Sekretin
Sekretin berasal dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama sekresinya adalah
asam di lumen duodenum. Fungsi sekretin adalah:

Merangsang motilitas illeum
Melemaskan sfingter ileosekum
Menginduksi gerakan massa si kolon
Bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus
Menghambat pengosongan lambung

Kolesistokinin
Hormon ini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Rangsangan utama sekresi
hormon ini adalah nutrien di lumen duodenum terutama produk lemak dengan tingkat yang lebih
rendah dan produk protein. Fungsi hormon ini adalah:

Merangsang sekresi NaHCO
3
encer oleh sel duktus pankreas
Merangsang sekresi empedu kaya NaHCO
3
oleh hati
Bersifat trofik bagi pankreas eksokrin
Menghambat pengosongan lambung
Gastric inhibitory peptide
Hormon ini berasal dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama sekresi hormon
ini adalah lemak, endokrinasam, hipertonisitas, glukosa, dan perenggangan di duodenum. Fungsi
hormon ini adalah:

17

Menyebabkan relaksasi sfingter oddi
Bersifat trofik bagi pankreas eksokrin
Dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang proporsi
enzim-enzim pankreas
Berperan dalam rasa kenyang
Penutup
Pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur yang
komplek diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang
diproduksi di dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem
pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus.
Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua organ
tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari molekul
kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas tubuh
manusia.Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan individu. Makanan yang
kurang bergizi dan waktu makan yang tidak teratur dapat menyebabkan kesehatan tergganggu.
Agar kita dapat memilih makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka perlu pengetahuan
tentang fungsi makanan, cara pengolahannya , dan penyajiannya.Jumlah zat makanan yang kita
makan tidak sama, tergantung kebutuhan tubuh.Kebutuhan terhadap jumlah makanan yang
dikonsumsi, jenis makanan yang dikonsumsi dan gizimakanan yang cukup harus sangat
diperhatikan terutama untuk proses pencernaan yang lancar. Mengkonsumsi makanan berserat
seperti sayur dan buah-buahan tentu sangan baik untuk tubuh kita, karena mudah diserap
sehingga proses pencernaan lancar dan juga buang air besar.









18


Daftar Pustaka
1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.p.148-52.
2. Moore KL. Sistem Digestivus. Jakarta: EGC; 2002.p.83-7.
3. Junqueira LC,Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta: EGC; 2007.p.278-307.
4. Gunawijaya FA. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta:
Penerbit Universitas Trisaksi; 2007.p.101-27.
5. Laurale S. Fisologi manusia dari sel ke sistim digestivus. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.
6. Murray RK, Granner DK. Biokimia harper dan pencernaan absorpsi. Jakarta: EGC;
2003.p.632-44.
7. Evelyn C. Anatomi dan fisiologis untuk paramedis. Jakarta: PT.Gramedia; 2009
8. Sabiston. Buku ajar bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2000.p.167-9.
9. Elizabeth J. Buku saku patofiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC;2007.p.590.












19

Você também pode gostar