Você está na página 1de 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya referat
ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada dr. R. Soerjatmono, Sp selaku pembimbing sehingga referat ini dapat
terselesaikan dengan tepat !aktu.
Referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi
kepaniteraan klinik SM" #lmu $esehatan nak RS%& $abupaten $ediri. Penulis
berharap referat ini juga dapat menjadi literatur atau sumber informasi
pembelajaran #lmu $esehatan nak khususnya mengenai penyakit lergi Susu
Sapi Pada nak.
khir kata, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari banyak
kekurangan didalam penyusunan referat ini. 'leh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang berguna demi penyusunan referat
selanjutnya.
Pare, () Mei )*()
Penulis
1
DAFTAR ISI
$T
PEN+NTR,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,..)
&"TR #S#,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,-
.. #. PEN&/%0%N,.,..,,,,,,,,,,,,,,,,,,....1
.. ##. T#N2%N P%ST$,,,...,,,,,,,,,,,,,,,..3
.. ###. $ES#MP%0N,.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,..)3
&"TR P%ST$,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)4
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber nutrisi terbaik bagi bayi baru lahir adalah air susu ibu 5S#6.
Setelah melalui masa pemberian S# se7ara ekslusif yang umumnya berlangsung
-83 bulan, bayi mulai diberikan susu formula sebagai pengganti air susu ibu
5PS#6. PS# la9imnya dibuat dari susu sapi, karena susunan nutriennya dianggap
memadai dan harganya terjangkau.
5(6
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak8anak
yang paling sering dan paling a!al dijumpai dalam kehidupan. lergi susu sapi
merupakan suatu penyakit berdasarkan reaksi imunologis yang timbul sebagai
akibat dari susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi.
5)6
/ippo7rates pertama kali melaporkan adanya reaksi terhadap susu sapi
sekitar tahun -4* SM. &alam dekade belakangan ini pre:alensi dan perhatian
terhadap alergi susu sapi semakin meningkat. Susu sapi sering dianggap sebagai
penyebab alergi makanan pada anak8anak yang paling sering. .eberapa penelitian
pada beberapa negara di seluruh dunia menunjukan pre:alensi alergi susu sapi
pada anak8anak pada tahun pertama kehidupan sekitar );. Sekitar (84; bayi
pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terkandung dalam susu
sapi. Sedangkan sekitar <*; susu formula bayi di pasar menggunakan bahan
dasar susu sapi.
5)6
Pada sumber lain dikatakan bah!a alergi terhadap protein susu sapi=Cows
milk protein allergy 5>MP6 terjadi pada )83; dari anak8anak, dengan pre:alensi
tertinggi pada usia tahun pertama. Sekitar ?*; anak telah ditunjukkan sembuh
dari >MP pada usia tahun pertama, atau <*8@*; dalam tahun kelimanya. lergi
pada susu sapi <?; akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia - tahun.
Penanganan alergi terhadap susu sapi adalah menghindari susu sapi dan makanan
yang mengandung susu sapi, dengan memberikan susu kedelai sampai terjadi
toleransi terhadap susu sapi. Perbedaan kontras antara penyakit alergi terhadap
3
susu sapi dan makanan lain pada bayi adalah bah!a dapat terjadi toleransi se7ara
spontan pada anak usia dini.
5)6,5-6,5?6,536
lergi protein susu sapi dapat berkembang pada anak8anak yang diberi
S# atau pada anak8anak yang diberi susu formula. Namun, anak8anak yang
diberi S# biasanya memiliki kemungkinan yang lebih ke7il untuk menjadi alergi
terhadap makanan lainnya. .iasanya, anak yang diberi S# dapat mengalami
alergi terhadap susu sapi jika bayi tersebut bereaksi terhadap kadar protein susu
sapi yang sedikit yang didapat dari diet ibu saat menyusui. Pada kasus lainnya,
bayi8bayi tertentu dapat tersensitisasi terhadap protein susu sapi pada S# ibunya,
namun tidak mengalami reaksi alergi sampai mereka diberikan se7ara langsung
susu sapi.
516

Pada makalah ini akan dibahas mengenai alergi susu sapi pada anak,
sehingga pemba7a dapat mengetahui dan memahami tentang definisi, manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan pen7egahan alergi susu sapi pada anak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
lergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak
organ dan sistem tubuh yang disebabkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan
keterlibatan mekanisme sistem imun.
5)6
Reaksi alergi yang terjadi ini dipro:okasi oleh protein yang ada dalam
susu sapi. Susu merupakan protein yang spesifik untuk tiap spesiesnya, karenanya
protein dalam susu sapi memang sesuai untuk usus sapi, tetapi belum tentu sesuai
dengan usus manusia. .agi kebanyakan bayi, protein susu sapi merupakan protein
asing yang pertama kali dikenalnya saat ia mendapat susu formula.
5(6
2.2 Prevalensi dan Insidensi
&alam sur:ei nasional ahli alergi anak, tingkat pre:alensi alergi susu sapi
dilaporkan -,1; di merika Serikat. Sedangkan di &enmark, pada studi kohort
dari (.41@ bayi baru lahir dari pusat $ota 'dense yang dimonitor se7ara
prospektif untuk pengembangan intoleransi terhadap protein susu sapi selama
tahun pertama kehidupan, dilaporkan besarnya insidensi dalam ( tahun adalah
),);.
536
Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bah!a 1); bayi yang
mengalami gejala akibat intoleransi protein susu sapi terjadi dalam !aktu 4 hari
54*; dalam !aktu 1 minggu6 setelah pemberian susu sapi. #ntoleransi protein
susu sapi telah didiagnosis pada (,@8),<; dari populasi umum bayi berumur )
tahun atau lebih muda di berbagai negara di Eropa bagian utara, namun kejadian
turun menjadi sekitar *,-; pada anak8anak yang berusia lebih dari - tahun.
536
2. Pa!"fisi"l"#i dan $anifes!asi Klinis
Protein susu sapi adalah salah satu dari alergen utama yang terlibat dalam
kedua jenis alergi, dan diagnosis yang tepat sangat penting untuk manajemen yang
5
tepat.
5?6
Susu sapi mengandung lebih dari )* fraksi protein. &alam dadih, dapat
diidentifikasi 1 kasein 5yaitu, S(, S), S-, S16 yang jumlahnya sekitar <*; dari
protein susu. )*; protein sisanya, pada dasarnya adalah protein glubular
5misalnya, laktoalbumin, la7toglobulin, bovine serum albumin6, yang terkandung
dalam air dadih. $asein sering dianggap kurang imunogenik karena strukturnya
yang fleksibel, tidak padat. Se7ara historis, la7toglobulin merupakan alergen
utama dalam intoleransi protein susu sapi. Namun, polisensitisasi beberapa
protein terjadi pada sekitar 4?; dari pasien dengan alergi terhadap protein susu
sapi.
536
Tabel ).( $arakteristik komponen protein pada susu sapi.
5)6
nak8anak adalah kelompok usia yang paling sering terkena penyakit ini
dan harus diikuti dengan hati8hati karena adanya komplikasi yang parah dari
pembatasan diet seperti keterlambatan pertumbuhan berat badan, k!ashiorkor,
hipokalsemia dan rakitis. #stilah Aintoleransi protein sapiA sering digunakan dalam
kasus8kasus gejala non spesifik yang dikaitkan dengan susu, apakah termasuk
jenis reaksi imun mediasi #gE atau non8#gE, mekanisme patologi ini disebabkan
oleh reaksi imun terhadap protein susu.
5?6
lergi terhadap makanan 5atau dalam hal ini susu sapi6 menga7u pada
reaksi imun terhadap protein dalam makanan dan dapat dibagi menjadi ) 5dua6
jenis mekanisme yaitu reaksi mediasi #gE dan non8#gE 5kebanyakan adalah
selular6 5gambar ).(6. Reaksi mediasi #gE dapat diketahui melalui tes diagnostik
yang telah disahkan, sedangkan reaksi imun mediasi non #gE yang dapat timbul
dalam saluran gastrointestinal belum diketahui dan dijelaskan dengan baik dan
6
PR'TE#N
>'MP'NENT
$%LE&ULAR
'EIGHT ()D*
PER>ENT+E
'" T'T0
PR'TE#N
0ER+#N#S#TS
ST.#0#TY #N
T/E
TEMPERT%RE
(** >
B 8la7toglobulin (<.- (* CCC CC
>asein )*8-* <) CC CCC
D 8la7talbumin (1.) 1 CC C
Serum albumin 34 ( C C
#mmunoglobulins (3* ) C 8
lebih sulit untuk dikenali. .eberapa reaksi dapat juga melibatkan kedua jenis
mekanisme tersebut atau bere:olusi sekunder menuju alergi mediasi #gE.
5?6
2..1 Aler#i S+s+ $ediasi I#E
A. Pa!"fisi"l"#i
lergi susu mediasi #gE terjadi ketika organisme gagal untuk
mendapatkan daya tahan 5toleransi6 terhadap alergen makanan. lergen makanan
utama pada anak8anak ialah panas, asam, dan protease yang stabil, glikoprotein
yang water soluble dengan ukuran (*84* kd. >ontohnya yaitu protein dalam susu
5kasein6, ka7ang 5:i7ilin6, dan telur 5o:umu7oid6 dan protein transfer lemak yang
tidak spesifik yang ditemukan pada buah apel 5Mald -6.
5?6
$etika antigen makanan di7erna, makanan diproses dalam usus dimana
terdapat banyak mekanisme fisik yang kompleks 5lendir, asam, sel epitel dan
asam6 dan proteksi imunologis. /ilangnya pelindung seperti keadaan netralisasi
p/ lambung dapat membuat alergi. Serupa seperti pada bayi dimana pelindung8
pelindung usus 5akti:itas en9im dan produksi #g6 masih belum matang sehingga
meningkatkan pre:alensi alergi makanan pada masa bayi.
5?6
Antigen presenting cells 5P>6, khususnya sel epitel usus dan sel
dendritik, dan sel T memiliki peran utama pada daya tahan oral melalui ekspresi
#08(* dan #081. .akteri komensal usus juga mempengaruhi respon imun mukosa.
&aya tahan dibentuk dalam )1 jam pertama setelah lahir dan memproduksi
molekul imunomudulator yang memiliki efek bermanfaat dalam pembentukan
imun respon. Studi saat ini telah menunjukan bah!a ketidakseimbangan
komposisi dari bakteri mikrobiota menjadi faktor utama terjadinya alergi, asma
atau inflammatory bowel disease.
5?6
lergi yang dimediasi #gE dimulai dari sensitisasi. lergen di7erna,
diinternalisasi dan diekspresikan pada permukaan P>. P> berinteraksi dengan
limfosit T dan menghasilkan transformasi dari limfosit . menjadi sel sekretori
antibodi. Setelah dibentuk dan dilepaskan ke sirkulasi, #gE mengikat, melalui
bagian "7, ke reseptor sel mast yang memiliki afinitas yang tinggi, meninggalkan
reseptor spesifik alergen mereka yang ada untuk berinteraksi dengan alergen di
masa depan suatu saat nanti.
5?6
7
Proses alergi yang dibentuk tanpa dimediasi oleh #gE kurang begitu
dimengerti namun fase pengenalan antigen a!al kemungkinan adalah sama, dan
merangsang reaksi inflamasi utama melalui mediasi sel T dan eosinofil, meliputi
akti:asi sitokin8sitokin yang berbeda seperti #08?.
5?6
/ubungan yang terbentuk dari sejumlah sel mast=antibodi #gE yang
berikatan dengan basophil yang 7ukup oleh alergen merangsang proses intra8
seluler, hal ini menyebabkan degranulasi sel, dengan pelepasan histamin dan
mediator peradangan lainnya.
5?6
B. $anifes!asi Klinis
lergi susu sapi ditandai oleh berbagai :ariasi manifestasi klinis yang
terjadi setelah meminum susu.
5((6
Manifestasi paling berbahaya dari reaksi
mediasi #gE akibat alergi susu ialah anafilaksis. Setelah degranulasi sel mast,
pelepasan mediator inflamasi mempengaruhi berbagai sistem organ.
5?6
+ejala
yang dapat timbul ialah pruritus, urtikaria, angio8edema, muntah, diare, nyeri
perut, sulit bernapas, sesak, hipotensi, pingsan, dan syok.
5((6,5?6
+ejala pada kulit
merupakan gejala paling sering, meskipun, sampai )*; reaksi anafilaksis dapat
mun7ul tanpa adanya manifestasi pada kulit khususnya pada anak8anak. 'nset
mun7ulnya gejala dari reaksi anafilaksis yang diinduksi makanan ber:ariasi
namun mayoritas reaksi mun7ul dalam hitungan detik sampai ( jam pertama
setelah terpapar.
5?6
&iantara gejala8gejala akibat alergi makanan, seringkali terdapat dermatitis
atopi. Memang, telah diketahui bah!a -*; anak8anak yang menderita dermatitis
atopi yang sedang sampai berat memiliki hubungan dengan alergi makanan yang
memperparah eksema. Makanan yang berpengaruh ialah susu sapi, dengan
ditemukannya #gE spesifik pada kebanyakan pasien.
5?6
Rea)si ,e-a! Rea)si La./a!
8
nafilaksis
%rtikaria akut
kut angioedema
Sesak
Rhinitis
.atuk kering
Muntah
Edema laryngeal
sma akut dengan stres
pernapasan
&ermatitis atopi
&iare kronis, diare berdarah, anemia
defisiensi besi, konstipasi, muntah kronis,
kolik
Terganggunya pertumbuhan
Enteropati dengan kehilangan protein
dengan hipoalbuminemia
Sindrom enterokolitis
Esofagogastroenteropati eosinofilik yang
diketahui dari biopsi
Tabel ).) 'nset reaksi 7epat dan lambat alergi susu sapi pada anak8anak.
5-6
+ambar ).) &ermatitis atopi pada bayi pada !ajah akibat alergi protein.
536
2..2 Aler#i S+s+ Sa-i Gas!r"in!es!inal
A. Pa!"fisi"l"#i
Mekanisme dasar yang mengarah pada alergi belum diketahui dengan
baik. .erbagai faktor, yag berhubungan dengan pasien 5faktor genetik, flora usus6
dan yang tidak berhubungan 5seperti !aktu, dosis, frekuensi eksposure alergen6
yang saling berinteraksi dengan patogenesis penyakit. lergi gastrointestinal,
kebanyakan pasien mengalami reaksi hipersensiti:itas tipe #E dengan respon yang
abnormal dari limfosit T/). Produk ini meningkatkan jumlah mediator inflamasi,
seperti #081 dan #08?, seperti kemokin, yang menyebabkan akti:asi eosinofil.
Pada beberapa pasien, alergi 7ampuran dari mediasi #gE dan non #gE dapat terjadi
dan tes diagnostik harus dilakukan untuk kedua jenis alergi tersebut.
5?6
B. $anifes!asi Klinis
9
Pasien dengan alergi susu gastrointestinal dapat mun7ul dengan berbagai
ma7am gejala, berdasarkan lokalisasi dari inflamasi 5Tabel ).-6.
5?6
Aler#i Pada
Us+s $ediasi
N"n I#E a!a+
&a.-+ran
Ge0ala1Ge0ala K".-li)asi Tes Dia#n"s!i) Ev"l+si Pena!ala)sanaan
K"li!is $a)anan
Dan S+s+
Perdarahan re7tum
dengan pengeluaran
lendir pada bayi
nemia Eliminasi diet untuk
ibu atau hydrolyzed
milk 5bayi yang tidak
diberi S#6, biopsy
kolon jika resisten
terhadap kultur feses
Resolusi
dalam 38()
bulan
&iet eliminasi
diikuti tes
pemberian ulang
setelah 3 bulan
Es"fa#+s
E"sin"fili)
Regurgitasi, refluks,
anoreksia, disfagi
atau menolak
makanan, muntah,
nyeri lambung
$egagalan
pertumbuhan,
kehilangan berat
badan, striktur
esofagus
Endoskopi, biopsy,
tes kutaneus dan
epikutaneus, diet
asam amino dan tes
pro:okasi oral
Terus
menerus ada
&iet eliminasi,
steroid sistemik
atau topi7al
5ditelan6
F""d Pr"!ein1
Ind+,ed
En!er","li!is
S2ndr".e
(FPIES*
Muntah terus8
menerus dan=atau
diare )81 jam setelah
makan=minum
0eukositosis, syok
hipo:olemik,
asidosis metaboli7,
hipotensi
Ri!ayat sugestif, tes
epikutaneus dan=atau
tes pro:okasi oral
Resolusi
dalam )8?
tahun
&iet eliminasi
diikuti tes
pemberian ulang
F""d Pr"!ein
Ind+,ed
En!er"-a!32
+ejala insidious,
abdominal
discomfort, disfagia,
kehilangan berat
badan, muntah, diare
/ipereosinofilia,
hematemesis=re7tal
bleeding, anemia
defisiensi besi,
hipoalbuminemia,
kegagalan
pertumbuhan
Endoskopi, biopsy,
tes skin pricks dan
epikutaneus, tes
pro:okasi oral
Resolusi
dalam (8)
tahun
&iet eliminasi
Tabel ).- lergi makanan mediasi non #gE
Gas!r"en!er"-a!3ies E"sin"fili)
+astroenteropathies eosinofilik didefinisikan infiltrasi eosinofil pada
dinding usus. Terdapat - 5tiga6 bentuk keadaan klinis yang dijelaskanF kolitis yang
diinduksi susu, oesophagitis eosinofilik dan entero7olitis yang diinduksi protein
makanan. Pre:alensi kelainan8kelainan tersebut semakin meningkat. &iagnosis
banding dari eosinofilia usus sangat luas dan meliputi inflamatory bo!el disease,
infeksi parasit, sindrom hipereosinofilia dan hipersensiti:itas obat. Tidak ada tes
diagnostik yang patognomonis dan diagnosis alergi eosinofilia gastroenterologi
harus berdasarkan keadaan klinis, tes kulit, biopsi dan=atau oral food challenges.
10
&"li!is A)i/a! $a)anan dan S+s+ Sa-i (Food and cows milk colitis*
lergi susu sapi merupakan salah satu penyebab yang umum dari
terjadinya kehilangan darah kronis dan anemia pada masa neonatal, dengan darah
samar atau perdarahan re7tum pada feses dan diare, meskipun begitu diare
berdarah yang masif jarang terjadi.
5<6
Pendarahan rektal merupakan gejala yang
mengkha!atirkan tetapi pada umumnya jinak dan self limiting tetapi dapat
dikaitkan dengan alergi susu pada sekitar )*; kasus. .ayi yang terkena dapat
timbul dengan pendarahan anus yang terisolasi dengan mengeluarkan lendir pada
jam pertama kehidupan, dapat melalui dalam rahim, atau sebelum - sampai 3
bulan pertama kehidupan tetapi biasanya tetap dalam kondisi umum yang sangat
baik. .iopsi rektal menunjukkan peradangan eosinofilik yang khas dengan erosi
epitel, mi7roabs7ess atau fibrosis. +ejala diakibatkan oleh protein susu sapi yang
terkandung dalam susu formula atau S#, dan setengah dari pasien ini didiagnosis
ketika menggunakan S# eksklusif.
5?6
$ebanyakan dari bayi hanya alergi terhadap susu tapi sekitar )*; juga
dapat bereaksi terhadap telur, dan protein makanan lain !alaupun jarang.
$emajuan klinis biasanya sangat baik seiring dengan perbaikan gejala dalam
!aktu lima hari setelah diet bebas susu sapi bagi ibu. .ila diet pada ibu
mengalami kegagalan, diet bebas telur juga dapat dilakukan. lergi ini biasanya
sembuh dalam beberapa bulan, sehingga pemberian susu kembali dapat dilakukan
antara 3 dan () bulan.
5?6
%es"fa#i!is E"sin"fili) (Eosinophilic oesophagitis*
Penyakit ini baru diidentifikasi dalam (? tahun terakhir dan studi
menunjukkan pre:alensi yang semakin meningkat. Penyakit ini terutama
mempengaruhi orang8orang berusia dekade kedua atau ketiga, tetapi semakin
banyak pula dilaporkan dalam literatur8literatur pediatrik. Penyakit ini
didefinisikan dengan terjadinya suatu infiltrasi eosinofil pada esofagus, dan terkait
dengan gejala refluks yang resisten terhadap terapi proton pump inhibitor 5PP#6.
5?6
Pasien biasanya mengeluhkan gejala sakit seperti ketidaknyamanan,
disfagia dan 7enderung untuk menghindari makan makanan berserat atau kering.
+ejala pada anak8anak biasanya tidak khas, seperti sakit perut, muntah atau
11
regurgitasi dan anoreksia, atau kegagalan pertumbuhan. Endoskopi dapat
menampilkan berbagai gambaran dari area normal sampai putih atau merah
merata dengan beberapa striktur esofagus, dengan aspek tra7heiformis yang khas.
.iopsi menunjukkan infiltrasi padat dari dinding oleh eosinofil 5G (?8)*=
0apang pandang6. Esofagitis ini dapat sipersulit oleh adanya stenosis esofagus dan
impaksi makanan. Eosinofilik esofagitis biasanya disebabkan oleh alergi makanan
dengan 7ampuran mediasi #gE dan non #gE, khususnya pada anak8anak dan
remaja.
5?6
#dentifikasi alergen harus dikoordinasikan dengan spesialis karena dapat
melibatkan berbagai antigen. &iet bebas unsur asam amino atau formula semi8
unsurnya dapat menyebabkan perbaikan gejala sebanyak -*84*; pada pasien ini.
Namun demikian, penggunaan steroid topikal atau sistemik sering dibutuhkan,
terutama jika makanan penyebab tidak dapat diidentifikasi se7ara jelas atau jika
peradangan sudah berlangsung lama.
5?6
En!er")"li!is 2an# Diind+)si Pr"!ein $a)anan (Food protein-induced
enterocolitis*
lergi ini dapat mun7ul dengan gejala yang luar biasa seperti muntah terus
menerus dan=atau diare lendir berdarah yang dapat membuat lemas dan syok
hipo:olemik. +ejala dapat mun7ul seringkali ) 5dua6 jam setelah makan atau
minum. nak8anak dengan gejala8gejala ini seringkali menjadi suspek terjadinya
sepsis. 2umlah hitung darah selama fase akut adalah leukositosis yang dipenuhi
oleh sel8sel muda 5neutrofil non segmen6. Mekanismenya belum jelas namun
diketahui dipengaruhi oleh reaksi mediasi #gE dan non #gE. .iopsi kolon
memperlihatkan abses kripta dengan infiltrasi inflamasi yang difus. lergi ini
dapat juga disebabkan oleh protein pada makanan daripada susu, seperti halnya
reaksi terhadap kedelai, ikan, nasi, kentang dan ayam.
5?6
Ri!ayat dari enetero7olitis yang diinduksi susu biasanya membaik setelah
usia )8- tahun, namun perubahan penyakitnya dapat lebih panjang pada pasien
dengan enterokolitis yang diinduksi protein padat. Pasien dengan manifestasi
klinis yang tidak jelas harus dilakukan tes diagnostik menggunakan endoskopi dan
biopsi yang bertujuan untuk menghilangkan diagnosis penyakit eosinofilik.
5?6
12
2.4 Dia#n"sis
Proses diagnosis alergi susu sapi pada dasarnya adalah sama dengan
proses diagnosa alergi makanan. Seperti penyakit pada umumnya, proses diagnosa
dimulai dari penelusuran dan e:aluasi ri!ayat penyakit, dilanjutkan dengan
pemeriksaan klinis se7ara seksama. /al yang khusus dilakukan dalam in:estigasi
alergi makanan adalah pembuatan 7atatan harian diet, uji eliminasi dan pro:okasi,
uji kulit, dan pemeriksaan kadar #gE.
5(6
&alam anamnesis, perhatian difokuskan pada reaksi alergi yang terjadi,
dan kaitannya dengan makanan yang dimakannya. Setelah berbagai bahan
makanan yang di7urigai menjadi penyebab alergi diperoleh, diagnosa
dikonfirmasi dengan pemeriksaan berupa uji eliminasi dan uji pro:okasi.
5(6
Prinsip uji eliminasi adalah menghindarkan bahan makanan yang menjadi
tersangka, dalam hal ini adalah protein susu sapi, selama ) minggu. &alam kurun
!aktu ini diobser:asi apakah gejala alergi yang ada berkurang atau tidak. .ila
gejala berkurang, dapat dilanjutkan uji pro:okasi untuk mengkonfirmasinya lagi,
yaitu dengan pemberian kembali bahan makanan tersebut, dan di7atat reaksi yang
terjadi. 2ika makanan tersangka memang penyebab alergi, maka gejala akan
berkurang saat makanan dieliminasi dan mun7ul kembali lagi saat dipro:okasi.
5(6
&i samping penggunaan 7ara tersebut, 7ara pemeriksaan yang dapat dipakai juga
adalah dengan pemeriksaan kadar #gE dan uji kulit. $adar #gE yang meninggi
dalam darah dapat dipergunakan sebagai petunjuk status alergi pada pasien, dan
memang kadar #gE ini seringkali didapatkan meninggi pada penderita alergi susu
sapi. .erdasarkan obser:asi yang dilakukan oleh /id:egi dkk, diduga kadar total
#gE serum dan #g+ anti887asein memiliki nilai prognostikH yaitu bila didapatkan
peningkatan pada a!al penyakit, toleransi terhadap susu sapi akan di7apai lebih
lambat atau bahkan dapat pula sifat alergi yang terjadi bersifat menetap.
5(6
%ji kulit yang dilakukan, disebut skin prick tests. Namun demikian perlu
diketahui bah!a uji kulit ini memiliki nilai prediktif positif yang rendah, karena
tingginya hasil positif palsu. #nterpretasi ini perlu diperhatikan, sebab bila
tatalaksana dilakukan berdasarkan hasil positif ini, maka dapat saja terjadi
penghindaran makanan yang sesungguhnya tidak perlu dilakukan. &i sisi lain, tes
13
ini juga memiliki nilai prediktif negatif yang tinggi, dengan demikian bila
didapatkan hasil yang negatif maka diagnosa alergi makanan dapat dianggap ke7il
kemungkinannya.
5(6
Ialau demikian dalam praktek klinisnya sehari8hari, diagnosa lebih sering
ditegakkan berdasarkan gejala dan respons klinis dari uji eliminasi dan pro:okasi.
Pemeriksaan se7ara laboratoris hanya bersifat pelengkap.

Sedangkan penggunaan
uji kulit pada anak, selain karena masalah akurasinya yang kurang, perlu juga
dipertimbangkan faktor ketidaknyamanan yang akan timbul, mengingat penderita
umumnya berusia di ba!ah )8- tahun.
5(6
Ialaupun tampaknya mudah, pada beberapa keadaan diagnosis dapat menjadi
sulit dan membingungkan. /al ini terjadi misalnya karena adanya reakti:asi dari
makanan lain. /al lain yang perlu diperhatikan adalah protein susu sapi dapat
menimbulkan alergi baik dalam bentuk murni, atau bisa juga dalam bentuk lain
seperti es krim, keju, dan kue yang menggunakan susu sapi sebagai bahan
dasarnya.
5(6
2.5 Pe.eri)saan Pen+n0an#
Selain dari manifestasi klinis yang ada, untuk mendiagnosis adanya alergi
susu sapi pada anak dapat dilakukan beberapa tes penunjang atau tes diagnostik.
.erikut ini adalah tes untuk menilai alergi terhadap susu sapi, yaituF
2.5.1 S)in Pri,) Tes! (SPT*
SPT merupakan tes yang 7epat dan tidak mahal untuk mendeteksi
sensitisasi mediasi kelainan #gE dan dapat dikerjakan pada bayi dengan baik. Nilai
prediksi negatif adalah baik 5G@?;6 dan dipastikan dengan tidak adanya reaksi
mediasi #gE. Meskipun, hasil respon yang positif tidak pasti menunjukan bah!a
makanan merupakan penyebabnya 5kurang spesifik6, dan hanya menunjukan
sensiti:itas terhadap makanan 5atopi, pada keadaan tidak adanya gejala alergi6.
5?6
SPT kurang begitu berguna pada kelainan alergi usus yang sensitif
terhadap makanan daripada alergi yang dimediasi oleh #gE. Pada alergi mediasi
non #gE, seperti "ood protein8indu7ed entero7olitis atau 7olitis akibat susu
menghasilkan hasil tes yang negatif. Meskipun begitu, SPT bergunan dalam
14
mengeluarkan diagnosis banding alergi mediasi #gE atau dalam keadaan patologi
yang disebabkan mekanisme kombinasi, khususnya esofagitis eosinofilik dimana
SPT dapat membantu mengetahui penyebab dari alergennya.
+ambar ).- Skin Pricks Test.
546
2.5.2 Atopy Patch Test
Pada tes ini, makanan diberikan selama 1< jam pada kulit menggunakan
pat7h yang tertutup. Tes positif menunjukan terjadinya eritema, indurasi dan=atau
lesi :esikulus yang mun7ul )1 81< jam kemudian pada lokasi patch. Se7ara
teoritis mekanismenya sama dengan mekanisme limfosit sel T yang serupa dengan
terjadinya mekanisme enteropati. Meskipun begitu, sel T dari lokasi yang berbeda
mengekspresikan marker a!al yang berbeda, seperti >0 5Cutaneus Lymphocyte
Antigen6 untuk kulit dan D1B48integrin untuk usus, yang mana dapat merubah
sensiti:itas dan spesifisitas dari tes. Tes ini telah diteliti pada kasus dermatitis
yang parah dimana sensiti:itasnya sekitar 3?;. Telah ditunjukkan bah!a tes ini
membantu untuk mengetahui penyebab makanan pada esofagitis pada anak8anak
tetapi seringkali hasilnya negatif pada pasien de!asa.
5?6
15
+ambar ).1 Atopy Patch Test.
5@6
2.5. Die! Eli.inasi dan Tes Tan!an#an Pe./erian $a)anan (Oral Food
Challenge*
.ila diagnosis masih belum jelas, oral food challenge merupakan standar
emas. Sebuah protokol diterbitkan oleh .o7k S pada tahun (@<< dan protokol
standar telah diusulkan oleh European 7ademy of llergy and >lini7al
#mmunology pada tahun )**1. Pasien men7erna, lebih dari ) jam, se7ara progresif
meningkatkan jumlah dari makanan yang diduga membuat alergi. Prosedur
dihentikan ketika mun7ul gejala klinis 5tes positif6 atau setelah jumlah makanan
yang dimakan sudah men7apai batasnya dan reaksi alergi tidak mun7ul. $arena
terdapat reaksi anafilaksis, tes ini harus dipimpin se7ara ketat, oleh tenaga medis
yang terlatih, dan kesiapan peralatan resusitasi. Protokol ini lama, mahal, dan
dapat menyebabkan ke7emasan atau ketidaknyamanan reaksi klinis, namun
pemeriksaan ini merupakan indikasi pasti pada pasien dengan diagnosis yang
tidak jelas.
5?6
&asar dari diagnosis foodinduced gastrointestinal allergy ialah respon
terhadap diet eliminasi, dengan timbulnya gejala yang berulang ketika diberikan
makanan atau susu. &isebabkan reaksi alergi biasanya tertunda, diet eliminasi
harus dilakukan untuk setidak8tidaknya ( 5satu6 bulan sebelum diberikan
tantangan makanan 5food challenge6. Namun, identifikasi penyebab makanan
16
seringkali berat dan dokter kadang8kadang harus meresepkan diet ketat yang
Aoligo8antigenA.
5?6
Pada beberapa sindrom alergi seperti food proteininduced enterocolitis,
tantangan pemberian makanan dapat menyebabkan reaksi klinis berbahaya yang
mengarah kepada syok hipo:olemik. 'leh karena itu, sangat dianjurkan untuk
memasang jalur intra:ena dan memiliki super:isi medis dengan fasilitas resusitasi
dan penatalaksanaan segera.
5?6
2.5.4 U0i In Vitro
&alam uji in :itro seperti E>P 5!osinophilic Cationic Protein6, tes akti:asi
basophil atau tes proliferasi limfosit tidak menunjukkan sensiti:itas atau
spesifisitas dalam mendiagnosis alergi makanan.
5?6
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Edit /id:Jgi dan rekan8
rekan 5)**(6 yang menyimpulkan bah!a normalisasi kadar serum E>P dapat
menjadi indikasi berhentinya alergi susu sapi. 'leh karena itu, pengukuran serum
E>P mungkin dapat membantu dalam menentukan !aktu yang optimal untuk
mengulang uji pemberian tantangan makanan, sehingga hasilnya akan 7enderung
lebih negatif. Penurunan kadar yang signifikan dari serum E>P ) jam setelah uji
a!al pemberian tantangan makanan dapat dijelaskan oleh fakta bah!a protein ini
dikeluarkan ke dalam lumen usus.
5((6
2.5.5 D"sis An!i/"di Ser+. I#E
Pemeriksaan kuantitif dari antibodi #gE spesifik terhadap makanan sering
menjadi langkah yang berikutnya. lergen yang diduga diikat ke matriks padat
dan dipaparkan ke serum pasien. ntibodi #gE spesifik untuk alergen mengikat ke
matriks protein dan dideteksi menggunakan antibodi spesifik sekunder pada
bagian "7 dari #gE manusia. /ampir sama dengan skin test, sensitisasi dapat
mun7ul tanpa reaksi klinis, dan tes tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis
alergi makanan tanpa adanya ri!ayat klinis alergi makanan. Meskipun begitu,
meningkatnya konsentrasi dari spesifik #gE akibat makanan berhubungan dengan
meningkatnya kemungkinan reaksi klinis.
5?6
17
Meskipun memiliki sensiti:itas yang baik, pada sebagian ke7il pasien
dengan reaksi gejala klinis alergi yang sesuai namun serum #gE spesifik akibat
makanan tidak dapat dideteksi.
5?6
2.6 Pena!ala)sanaan
2.6.1 Die! Eli.inasi
Penatalaksanaan utama alergi makanan 5dalam hal ini susu sapi6 adalah
diet eliminasi. Pasien dan keluarganya harus diajarkan untuk selalu memba7a
label makanan yang mengandung susu atau produknya 5mentega, kasein,
la7talbumin, la7toglobulin atau laktosa6.
5?6
Pada anak ke7il, diet eliminasi harus dipertimbangkan dengan hati8hati dan
memerlukan tindak lanjut medis yang terus8menerus, karena diet eliminasi se7ara
serius dapat mengganggu kualitas hidup dan membuat efek samping yang parah.
$etika alergi susu sapi didiagnosis pada bayi, dokter harus merekomendasikan
kepada orangtua penggunaan makanan pengganti susu berdasarkan e"tensively
hydrolysed susu sapi dan harus mengobser:asi pasien untuk menentukan !aktu
yang paling tepat untuk diberikan kembali susu sapi tersebut.
5?6
!"tensively hydrolysed formulas merupakan disusun oleh 7ampuran
peptida dan asam amino yang diproduksi dari kasein susu sapi atau air dadih dan
dapat ditoleransi pada @?; anak yang alergi terhadap susu. 2ika gejalanya tetap
persisten, maka dapat digunakan formula asam amino, khususnya pada anak
dengan alergi beberapa makanan dan gangguan pertumbuhan.
5?6
&ibandingkan
dengan e/", Soy formula 5S"6 atau susu kedelai merangsang reaksi yang lebih
sering pada anak8anak yang mengalami alergi protein susu sapi berusia kurang
dari 3 bulan. Soy formula dapat menginduksi terjadinya gejela8gejala
gastrointestinal.
5-6
Susu kedelai, tidak sesuai dengan kebutuhan gi9i anak8anak
se7ara sempurna. Selain itu, meskipun tidak adanya protein homolog dan reaksi
silang alergi, sekitar (*; dari reaksi mediasi #gE dan 3*; dari anak8anak reaksi
mediasi non #gE juga alergi terhadap kedelai.
5?6
$ebanyakan orang tua ingin mengganti susu sapi dengan susu binatang
mamalia lainnya atau susu kedelai. Meskipun begitu, sebenarnya setiap pasien
alergi susu sapi memiliki reaksi silang dengan susu biri8biri betina atau susu
18
kambing, lagi pula susu8susu tersebut tidak memiliki nutrisi yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan bayi dan dapat menyebabkan anemia megaloblastik
disebabkan kekurangan asam folat. .eberapa studi menyarankan bah!a susu unta
dan keledai memiliki imunitas yang lebih baik namun komposisi lainnya sangat
berbeda dari S# sehingga tidak dapat digunakan.
5?6
Susu kambing sering
menyebabkan terjadinya reaksi alergi pula lebih dari @*; anak dengan alergi
protein susu sapi, dan (?; pada susu keledai, selain itu juga memiliki harga yang
mahal. Susu binatang mamalia lainnya bukanlah pilihan nutrisi yang adekuat.
5-6
Amino acid formula 5"6 tidak bersifat alergenik, namun kekurangannya
ialah mempunyai harga yang mahal dan rasa yang tidak enak.
5-6
Nasi bersifat alergenik dan seringkali berpengaruh pada terjadinya
sindrom entero7olitis pada bayi8bayi di ustralia. Namun data yang berbeda
ditunjukan oleh efek pada pertumbuhan dari protein yang terkandung di dalam
nasi. Pada anak8anak di #tali, rice formula dapat ditoleransi pada anak dengan
alergi protein susu sapi.
5-6
#ice formula dapat digunakan sebagai pilihan pada kasus8kasus tertentu
apalagi dengan rasa yang lebih baik dan harga yang lebih murah.
5-6
&engan demikian, e"tensively hydrolysed formula adalah pengganti susu
sapi yang direkomendasikan pada kasus alergi susu bayi dan anak8anak ke7il.
5?6
2.6.2 Pen#"/a!an Dar+ra!
&okter harus memberikan penjelasan fungsi dari pengobatan darurat pada
kasus8kasus paparan yang a77idental 5tidak disengaja6. Pengobatan ini meliputi
antihistamin untuk reaksi8reaksi kulit ringan dan gastrointestinal, dan penggunaan
adrenalin yang dapat disuntik sendiri untuk reaksi sistemik atau reaksi pada
pernapasan. $ortikosteroid dapat juga diberikan untuk men7egah gejala8gejala
fase rebound dan fase lambat namun pasien harus diberikan inform 7onsent
dengan jelas tentang fase lambat tersebut dan penggunaan adrenalin yang tidak
terlambat.
5?6
19
2.6. Ev"l+si
lergi susu mediasi #gE pada anak8anak telah ditunjukkan men7apai
resolusi pada kebanyakan pasien sebelum usia - 5tiga6 tahun. 'leh karena itu, bayi
harus die:aluasi se7ara teratur oleh seorang spesialis, yang akan menentukan
!aktu yang paling tepat untuk pengenalan susu ulang. Namun, sekitar )*; dari
pasien akan tetap alergi untuk jangka !aktu yang lebih lama. "aktor prognosis
bergantung pada kadar #gE spesifik terhadap susu dan kadarnya menurun dari
!aktu ke !aktu.
5?6
2.6.4 Al#"ri!.a Pena!ala)sanaan Aler#i S+s+ Sa-i Di Ba7a3 1 !a3+n
$etika alergi pada susu sapi diketahui, bayi harus diberikan diet bebas
protein susu sapi selama )81 minggu. 1 minggu dimaksudkan untuk gejala
gastrointestinal kronis. .ayi sebaiknya diberi makan dengan e/" atau S" pada
anak8anak berusia lebih dari 3 bulan dan tanpa gejala gastrointestinal.
5-6
2ika gejalanya membaik pada diet yang ketat, pemberian tantangan
makanan sasu sapi merupakan tindakan diagnosti7 !ajib untuk menentukan
diagnosis. 2ika tes pemberian tantangan makanan positif, anak harus mengikuti
diet eliminasi dan mengulangi tes pemberian tantangan makanan setelah 3 bulan
dan pada beberapa kasus dilulang @8() bulan kemudian. 2ika tes pemberian
tantangan makanan negatif, diet yang bebas sudah dilakukan.
5-6
Susu sapi pengganti digunakan pada bayi kurang dari () bulan. Pada anak
yang alergi protein susu sapi yang lebih tua, e/" dan " kurang berguna karena
diet yang adekuat lainnya dapat didapatkan se7ara mudah.
5-6
+ejala akut yang
parah seperti edema laryngeal, asma akut dengan kesulitan respiratori, anafilaksis.
2ika terdapat salah satu dari gejala ini sebagai akibat dari alergi protein
susu sapi, bayi harus mengikuti diet bebas susu sapi. Sebagai penggantinya, e/"
atau S" atau " dapat digunakan. Penggunaan e/" dan S" harus dilakukan
diba!ah super:isi medis karena kemungkinan terjadinya reaksi alergi. 2ika
diberikan " maka " diberikan selama ) 5dua6 minggu kemudian bayi dapat
dirubah kembali S" atau e/".
5-6
Pada anak dengan gejala alergi gastrointestinal parah yang lambat dengan
pertumbuhan yang buruk, anemia atau hipoalbuminemia atau esofagogastropati
20
eosinofilik, dianjurkan untuk memulai diet eliminasi menggunakan "
kemudian diganti e/". Efek dari diet tersebut di7ek kembali dalam (* 5sepluluh6
hari untuk sindrom entero7olitis, (8- minggu untuk enteropati dan 3 minggu untuk
esofagogastropati eosinofilik.
5-6
Pada anak dengan anafilaksis dan tes #gE yang positif atau reaksi
gastrointestinal yang parah, tes pemberian tantangan makanan tidak boleh
dilakukan sebelum 38() bulan setelah reaksi alergi terakhir. nak tersebut
dilarang minum susu sapi sampai usia () bulan, tetapi pada anak dengan sindrom
entero7olitis dilatKrang diberikan susu sapi sampai usia )8- tahun.
5-6
nak dengan gejala reaksi alergi yang parah harus dirujuk ke pusat
spesialistik. e/" atau " digunakan pada anak kurang dari usia () bulan dan
pada anak lebih tua dengan gejala gastrointestinal yang parah. Pada anak dengan
usia G () bulan dengan anafilaksis, penggantian susu sapi tidak diperlukan.
5-6
Pada bayi yang diberikan S# eksklusif, gejala yang diduga berhubungan
dengan alergi protein susu sapi ialah sampir selalu reaksi mediasi non #gE sebagai
dermatitis atopi, muntah, diare, kolik.
5-6
Pada bayi dengan gejala mederat8parah, protein susu sapi, telur dan
makanan lain harus dipantang oleh ibu hanya jika terdapat ri!ayat yang jelas.
'leh karena itu, bayi tersebut harus durujuk ke klinik spesialis. &iet eliminasi
pada ibu dilakukan selama 1 minggu. 2ika tidak terdapat perbaikan maka diet
harus di stop. 2ika gejalanya membaik, dianjurkan ibu meminum susu sapi dengan
jumlah yang banyak selama ( minggu. 2ika terjadi gejala alergi, ibu harus
melanjutkan dietnya dengan diberikan siet tambahan kalsium. .ayi dapat disapih
serupa dengan bayi yang sehat, namun susu sapi harus dihindari sampai usia @8()
bulan, dan sekurang8kurangnya 3 bulan dari permulaan diet. 2ika jumlah S#
kurang, e/" dan S" 5jika usia G 3 bulan6 dapat juga diberikan.
5-6
2ika setelah diberikan susu sapi kembali gejala tidak mun7ul, maka
makanan yang sebelumnya dilarang dapat diberikan kembali satu per satu pada
ibu.
5-6
21
La)!"sa
$onsep alergi terhadap laktosa sudah sangat mendarah daging bah!a
laktosa dapat merangsang terjadinya alergi dikemukakan dalam diagnosis banding
terhadap efek samping dari makanan ketika penyebabnya tidak jelas. Reaksi alergi
terhadap laktosa telah ditunjukan oleh studi kasus yang melaporkan terjadinya
reaksi alergi yang 7epat setelah pemberian royal jelly. Pabrik8pabrik lebih senang
penggunaan laktosa dari ekstraksi susu daripada yang disintesis disebabkan alasan
harga namun jarang disebutkan pada label dari produk tersebut. Sehingga para
ahli alergi menganjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung laktosa
dikha!atirkan adanya paparan dari protein residu kepada anak yang alergi
terhadap susu sapi. Pada penelitian yang dilakukan oleh lessandro dan rekan8
rekannya 5)**-6 menemukan bah!a pemberian diet bebas laktosa atau laktosa
residu pada makanan pada anak dengan alergi terhadap susu sapi adalah tidak
perlu. Malahan, dapat terjadi ketidakseimbangan nutrisi atau defisiensi gi9i yang
dapat disebabkan oleh pembatasan diet produk susu, khususnya laktosa. Penelitian
tersebut memiliki kesimpulan bah!a pada anak yang hipersensitif terhadap susu
sapi, se7ara klinis masih memilki toleransi terhadap laktosa dan aman dikonsumsi
sebagai makanan atau sebagai obat dengan komposisi laktosa di dalamnya.
5(*6
2.8 Pen,e#a3an
Pen7egahan alergi dilakukan sedini mungkin. /al ini dapat dilakukan
sebelum anak tersensitisasi protein susu sapi, yaitu pada masa intrauterin.
Pen7egahan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi susu sapi yang hipoalergi
yaitu susu sapi partially hydroly9ed untuk merangsang pembentukan terjadinya
toleransi di masa yang akan datang. $etika reaksi alergi tetap terjadi setelah
pemberian susu yang hipoalergi, maka pemberian susu harus digantikan oleh susu
lain seperti susu kedelai.
5)6
Pada bayi, berdasarkan rekomendasi Eropa dan merika sebenarnya
bergantung pada pemberian S# eksklusif selama 183 bulan, diikuti dengan
penundaan pengenalan makanan padat pada anak dengan risiko atopik 5seperti
atopik orang tua atau saudara kandung, atau anak8anak dengan dermatitis atopik6.
Namun, studi terbaru menunjukkan bah!a bayi yang terkena alergi makanan
22
5dalam hal ini susu sapi6 pada a!al kehidupan bayi melalui rute oral 7enderung
kurang akan memiliki alergi terhadap makanan dari bayi tanpa eksposur tersebut.
lergi susu sapi seringkali terdapat pada anak yang memiliki alergi makanan
lainhya pada usia yang lebih tua. Pen7egahan dan pengobatan yang baik adalah
penting dalam men7egah alergi terhadap makanan di masa yang akan datang.
Se7ara umum terdapat - 5tiga6 fase pen7egahan terhadap alergi susu, yaituF
5)6,5?6
Pen,e#a3an Pri.er
Yang dilakukan sebelum tersensitisasi. &ilakukan sejak prenatal pada
janin dengan keluarga yang memiliki bakat dermatitis atopi. Menghindari dengan
7ara memberikan susu sapi yang hipoalergi, seperti susu sapi partially hydroly9ed,
dengan tujuan untuk merangsang toleransi dari alergi susu sapi pada masa yang
akan datang, disebabkan masih mengandung sedikit partikel dari susu sapi,
sebagai 7ontoh dengan merangsang #g+ blocking agent. Tindakan pen7egahan ini
juga dilakukan pada makanan alergi makanan lainnya, dan juga menghindari
merokok.
5)6
Pen,e#a3an Se)+nder
&ilakukan setelah sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi tidak
mun7ul. $ondisi sensitisasi ditentukan oleh pemeriksaan #gE spesifik dalam
serum atau darah tali pusat, atau dengan uji kulit. Saat tindakan yang optimal
adalah usia *8- tahun. Penghindaran dilakukan dengan 7ara mengganti susu sapi
menjadi susu sapi non alergenik, seperti susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau
pengganti susu sapi seperti susu kedelai yang tidak membuat terjadinya sensitisasi
terjadinya manifestasi penyakit alergi. S# eksklusif tampaknya juga dapat
mengurangi risiko alergi.
5)6
Pen,e#a3an Ter!ier
&ilakukan pada anak8anak yang telah mengalami manifestasi sensitisasi
dan menunjukkan penyakit alergi a!al seperti dermatitis atopik atau rinitis, tetapi
belum menunjukkan gejala alergi yang lebih berat seperti asma. Saat tindakan
yang optimal adalah pada usia 3 bulan sampai 1 tahun.
5)6
23
Penghindaran juga dilakukan dengan memberikan susu sapi hidrolisat
sempurna atau pengganti susu sapi. Penyediaan obat pre:entif seperti setiri9in,
imunoterapi, imunomodulator tidak direkomendasikan karena belum terbukti
se7ara klinis bermanfaat.
5)6
2.9 Pr"#n"sis
ntigenitas dan alergenitas protein susu sapi ini diketahui berkaitan
dengan umur < dan alergi yang terjadi kebanyakan berkurang atau menghilang di
usia )8- tahun. .ahkan ada pula yang menyatakan alergi susu sapi hanya terjadi
pada tahun pertama kehidupan. .erdasarkan inilah pada usia tersebut dapat di7oba
diberikan lagi susu sapi sedikit8sedikit dan dilihat apakah alergi susu sapi masih
ada atau tidak.
5(6,5?6
.ayi dengan alergi susu sapi memiliki risiko yang lebih besar untuk
mengalami alergi terhadap bahan makanan lain. Mereka juga memiliki risiko yang
lebih besar untuk mengalami asma atau bentuk alergi lainnya dalam usia
selanjutnya. %ntuk itu, bagi anak yang mengalami alergi susu sapi, dianjurkan
untuk menghindari makanan yang juga memiliki sifat alergenitas tinggi, seperti
ka7ang, ikan, atau makanan laut, sampai usia - tahun.1 Ialaupun demikian anak
yang memiliki alergi susu sapi tak selalu alergi terhadap daging sapi atau bulu
sapi, bahkan penelitian yang telah dilakukan hanya mendapatkan angka kurang
dari (*; dari penderita alergi susu sapi yang mengalami reaksi terhadap daging
sapi. &i samping itu, proses pemanasan maupun pengolahan juga akan semakin
menurunkan sifat alegenitas daging sapi H karenanya daging sapi yang dimasak
se7ara baik sangat jarang menimbulkan masalah pada penderita protein susu sapi.
&alam kaitannya dengan sifat alergi yang dimilikinya, berbagai penelitian
telah memperlihatkan pola hubungan berkesinambungan proses sensitisasi alergen
dengan perkembangan dan perjalanan alergi yang dikenal dengan nama allergic
march, yaitu perjalanan alamiah penyakit alergi. Se7ara klinis, allergi7 mar7h
terlihat bera!al sebagai alergi pada saluran 7erna 5umumnya berupa diare karena
alergi susu sapi6 yang akan berkembang menjadi alergi pada lapisan kulit
5dermatitis atopi6 dan kemudian alergi pada saluran napas 5asma bronkial, rinitis
alergi6.
5(6
24
BAB III
KESI$PULAN
lergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak
organ dan sistem tubuh yang disebabkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan
keterlibatan mekanisme sistem imun, yang disebabkan oleh kandungan protein di
dalam susu sapi. lergi susu sapi seringkali diduga terjadi pada pasien, disertai
banyak gejala klnis. Sindrom klinis yang terjadi sebagai akibat alergi pada susu
dapat berma7am8ma7am, meskipun demikian dapat diketahui dengan baik.
Penatalaksanaan alergi dapat dilakukan kepada bayi maupun juga kepada ibu yang
memberikan S#8nya. &an pen7egahan saat ini sudah dapat dilakukan semenjak
masih dalam kandungan.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sampson /. "ood allergy. Part #F #mmunopathogenesis and 7lini7al
disorders. 2.llergy >lin #mmunol (@@@H(*-F4(48)<
2. Sampson /. "ood allergy. Part ##F &iagnosis and management. 2.llergy
>lin #mmunol (@@@H(*-F@<(8@
3. Si7herer Sh, Sampson /. "ood hypersensiti:ity and atopi7 dermatitisF
Pathophysiology,epidemiology,diagnosis and management. 2 llergy >lin
#mmunol (@@@H(*1Fs((18s())
1. .urks I, 2ames 2M, /iegel , Iilson +, et al. topi7 dermatitis and
food hypersensiti:ity rea7tions. 2 Pediatr (@@<H(-)F(-)83
?. .ishop M2, /asting. Natural history of 7o!Ls milk allergy. >lini7al
out7ome. 2 Pediatr (@@*H((3F<3)84
3. Iilliam 0I, .o7k S0. Skin testing and food 7hallenges for e:aluation of
food allergy. #mmun and allergy 7lini7s of North mer (@@@H(@F14@8@-
4. #shi9aka $, #shi9aka T, /ornbrook MM. Physio7hemi7al properties of
human reagini7 antibody. 2 #mmunol (@33H@4F4?8<1
8. Meiger RS, Sampson /, .o7k S, .urks 2R, et al. Soy allergy in infants
and 7hildren !ith #gE asso7iated 7o!Ls allergy. 2 Pediatr (@@@H(-1F3(18))
26

Você também pode gostar