Você está na página 1de 6

ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA (ALL)

1. Definisi
Leukemia adalah suatu penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif,
yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik yang menyebabkan
infiltrasi yang progresif pada sumsum tulang (Mediarty, 2003). Leukemia Limfositik Akut
adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan
dan berubah menjadi tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang
seharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas (Rulina, 2003). Leukemia
Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering
terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dengan
puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun Leukemia Limfositik Akut
jarang terjadi (Smeltzer, 2001 : 955). Leukemia Limfositik Akut adalah leukemia yang
berkembang cepat dan progresif ditandai dengan penggantian sumsum tulang normal
oleh sel-sel blas yang dihasilkan dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang
bertransformasi maligna. Leukemia pada anak sebagian besar (95 %) merupakan
bentuk akut dan 5 % bentuk kronik (Moh. Supriatna, 2002).

2. Etiologi dan faktor resiko
Sampai sekarang penyebab leukemia tidak diketahui secara pasti pada
kebanyakan penderita, beberapa faktor resiko berhubungan terjadinya kanker darah bisa
melalui :
1. Bersifat Herediter
Ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit herediter, khususnya sindrom
down (kejadian leukemia terjadi peningkatan 20-30 kali lipat).
2. Berhubungan dengan Radiasi
Radiasi khususnya yang mengenai sumsum tulang, bersifat leukemogenik. Pada
anak-anak yang ibunya menerima sinar X abdomen selama hamil yang terdapat
peningkatan terjadinya leukemia.
3. Perubahan Kromosom
Perubahan kromosom paling banyak ditemukan pada leukemia baik yang akut
maupun yang kronik. Sekarang kelainan kromosom pada leukemia dianggap sebagai
variabel prognotik leukemia akut.
4. Kombinasi Kemoterapi Alkilasi dengan Radiasi
Biasanya dilakukan pada penderita limfoma Hodgkin yang diberi kemoterapi dengan
regimen yang mengandung alkilasi yang dikombinasi dengan radiasi mempunyai
resiko yang tinggi untuk terjadinya Leukemia Limfosit Akut (LLA).
5. Zat Kimia
Terpapar zat kimia yang kronis dapat menyebabkan displasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
6. Infeksi Virus
Pada manusia terdapat bukti yang kuat untuk etiologi virus. HTLV (The Human T
Leukemia Virus) dan retro jenis CRNA, ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan oleh
kultur pada sel penderita dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T. (Mediarty,
2003).
Kelainan kromosom dapat diidentifikasi setidak-tidaknya 80-90 % Leukemia
Limfosit Akut anak (Nelson, 2000). Abnormalitas genetika merupakan kondisi yang
memainkan peran penting dalam penyebab ALL. Hal ini meliputi kelebihan kromosom
(hyperdiploidy) atau kekurangan kromosom (hypodiploidy), translokasi kromosom
(pembentukan gen-gen yang berubah/disregulasi gen dan inaktifasi gen penekan tumor).
Abnormalitas genetika ditemukan pada sel-sel blast dari 60 % - 75 % pasien. (Whaley
and Wong,2000).

3. Epidemiologi
Lebih dari 80 % kasus, sel-sel ganas berasal dari limfosit B, sisanya merupakan
leukemia sel T. leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada
anak-anak. Walaupun demikian, 20 % dari kasus LLA adalah dewasa. Jika tidak diobati,
leukemia ini bersifat fatal. Insidensi LLA adalah 1/60.000 orang per tahun, dengan 75%
pasien berusia kurang dari 15 tahun. Insidensi puncaknya usia 3-5 tahun. LLA lebih
banyak ditemukan pada pria dari pada perempuan. Saudara kandung dari pasien LLA
mempunyai resiko empat kali lebih besar unuk berkembang mejadi LLA, sedangkan
kembar monozigot dari pasien LLA mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi
LLA.

4. Patofisiologi


5. Tanda dan gejala
Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam, anoreksia, mual, muntah
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6. Nyeri tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala
(Mansjoer, A, 2000)


6. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
- Darah Lengkap: jumlah sel eritrosit, trombosit dan leukosit
- Hapusan darah: dilihat adanya perubahan dalam jumlah sel maupun bentuk
selnya.
Kebanyakan pada penderita terdapat banyak leukosit yang belum matur yaitu
limphoblast dan jumlah trombosit serta eritrosit yang rendah.
- Kimia darah: mengukur jumlah bahan kimia tertentu dalam darah, tapi tidak
dapat digunakan untuk mendeteksi leukimia. Sedangkan pada pasien yang
sudah terkena ALL, tes ini digunakan untuk melihat adanya masalah pada
hati maupun ginjal yang disebabkan penyebaran sel-sel leukimia. Bisa juga
untuk mengetahui efek samping dari obat kemoterapi.
- Tes Koagulasi: untuk memastikan tidak adanya gangguan pada proses
pembekuan darah
b. Sum-sum tulang
Sampel dari sum-sum tulang biasanya diambil dari bagian pelvic, meskipun ada
beberapa kasus yang diambil dari sternum atau bagian tulang yang lain.
Aspirasi Sum-sum Tulang
Sampel diambil dengan menggunakan jarum kecil dan syringe yang
digunakan untuk menghisap sum-sum tulang. Meskipun sudah diberikan
anastesi lokal, akan tetapi beberapa pasien ada yang merasa nyeri ketika
sum-sum tulangnya diambil.
Biopsi Sum-sum Tulang
Biasanya dilakukan setelah aspirasi sum-sum tulang. Bagian kecil dari
tulang dan sum-sumnya diambil menggunakan jarum yang berukuran besar.
Jarum tersebut akan diputar dan ditekan kedalam tulang. Dengan
pemberian anastesi lokal, pasien akan merasa sedikit rasa tertekan pada
area pengambilan tetapi ada pula yang merasakan sedikit nyeri. Tepat
ketika biopsy selesai dilakukan, area biopsy akan ditekan untuk mencegah
perdarahan.
Kedua jenis tes ini digunakan untuk membantu mendiagnosa leukemia dan juga
sebagai perbandingan setelah penderita mendapatkan pengobatan.
c. Lumbal Pungsi
Digunakan untuk melihat adanya penyebaran dari sel leukemia pada CSF
(Cerebrospinal Fluid). Dapat juga digunakan untuk memberikan obat kemoterapi
yang gunanya untuk mencegah atau mengobati leukemia yang sudah menyebar
ke CSF.
2. Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain X-Ray, USG maupun CT Scan. Tes
ini dilakukan untuk mengetahui infeksi atau masalah lain yang terjadi pada
penderita.
a. X-Ray
Dilakukan bila curiga adanya infeksi pada paru-paru dan juga untuk melihat
pembesaran pada kelenjar getah bening.
b. Computed Tomography Scan (CT Scan)
Dilakukan bila curiga adanya pembesaran pada kelenjar getah bening atau
organ yang lainnya dan juga mengetahui adanya penyebaran sel leukemia.
c. Ultrasound (USG)
Digunakan untuk melihat keadaan kelenjar getah bening yang dapat dijangkau
dengan USG. Juga dapat digunakan untuk mengetahui pembesaran organ yang
ada diarea abdomen seperti ginjal, liver dan spleen.

7. Penatalaksanaan
Penatalsanaan utama pada penyakit kanker adalah pembedahan, kemoterapi dan
radioterapi.
1. Kemoterapi
Merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Kemoterapi dapat diberikan sesudah atau sebelum pengobatan yang utama. Ada
dua jenis kemoterapi yaitu:
a. Kemoterapi neo-adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan sebelum
pembedahan dengan tujuan untuk mengecilkan tumor sehingga lebih mudah
diangkat
b. Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan sesudah pembedahan
dengan tujuan untuk membunuh sisa sel kanker yang tertinggal.

Efek Samping: rambut rontok, mual muntah, nafsu makan menurun, lemas, risiko
tinggi terkena infeksi (akibat menurunnya jumlah leukosit)
2. Pembedahan
Pada kasus ALL terapi pembedahan tidak menjadi pilihan utama karena kanker
jenis ini menyebar pada pembuluh darah.
3. Radioterapi
Bukan merupakan bagian dari penatalaksanaan yang utama dari ALL, tapi dapat
dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
Leukemia sudah menyebar pada otak maupun cairan serebrospinal
Radioterapi dilakukan sebelum pelaksanaan transplantasi sum-sum tulang
ataupun stem cell
Mengecilkan tumor yang ada diarea trakhea karena dapat menyebabkan
gangguan pernafasan
Dapat digunakan untuk menurunkan nyeri pada tulang yang terkena
leukemia bila tidak berhasil dengan kemoterapi
Efek samping tergantung pada area yang diberikan radiasi. Yang paling mungkin
muncul adalah rasa terbakar pada kulit dan rambut rontok. Radiasi pada are
abdomen dapat menyebabkan mual, muntah maupun diare. Sedangkan pada
radiasi yang mencakup area lebih besar dapat menyebabkan kelemahan dan
penurunan jumlah leukosit yang nantinya dapat meningkatkan risiko infeksi.
4. Transplantasi
Ada dua jenis transplantasi yaitu Allogenic dan autologous. Perbedaannya terletak
pada sumber stem cellnya.
a. Allogenic Stem Cell Transplant
Pada jenis ini, stem cell berasal dari orang lain dengan catatan jaringan
keduanya (pendonor dan resipien) harus sama. Pendonor biasanya adalah
keluarga (kakak atau adik). Stem cell biasanya diambil dari sum-sum tulang
ataupun peripheral blood. Dalam beberapa kasus ada yang diambil dari darah
yang ada di umbilical cord karena terkandung banyak stem cell.
b. Autologous Stem Cell Transplant
Stem cell yang digunakan berasal dari sum-sum tulang ataupun peripheral
blood milik penderita. Sebelum diberikan, stem cell ini akan dipisah dari sel
kanker kemudian akan dibekukan selama penderita mendapatkan terapi.
Pemisahan tersebut dikenal dengan nama purging. Akan tetapi terdapat satu
masalah pada ASCT ini, yaitu susahnya untuk memisah stem cell dengan sel
kanker. Sehingga penderita masih berisiko untuk menderita leukemia kembali.

8. Pencegahan
Penting melakukan deteksi dini pada leukimia akut yaitu dengan mewaspadai adanya
pendarahan, demam berkepanjangan tanpa diketahui sebabnya,adanya benjolan tanpa
nyeri.
Pengobatan leukimia berlangsung lama,menyakitkan,menimbulkan bebrbagai efek
samping,dan mahal. Pasien dan keluarga hendaknya diberikan penjelasan yang
komprehensif terhadap penyakit dan perlu dimotivasi agar berobat dengan teratur
sesuai dengan petunjuk medis.

9. Komplikasi





DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2013. Leukemia Acute Lymphocytic (Adults). American Cancer
Society
Carpenito, L.J. 1995. Nursing Care Plans & Documentation, Nursing Diagnoses and
Collaborative Problem. Alih bahasa : Monica Ester, Setiawan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Wong, D.L & Whaley, L.F. 1999. Clinical Manual of Pediatric Nursing. St Louis. The Mosby
Company.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Você também pode gostar