Você está na página 1de 12

PROSES PEMBUATAN SABUN DAN DETERGEN DAN

PERBANDINGANNYA

1. Proses Pembuatan Sabun
Proses pembuatan sabun terdiri dari proses panjang mulai dari pengolahan
sampai pembungkusan (packaging). Produk pembersih ini biasanya terdiri 3
bentuk/wujud utama: batangan [bar], serbuk/bubuk [powder] dan cairan [liquid]
(beberapa produk cairan bahkan ada yang pekat/kental seperti jelly). Bahan baku
yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain faktor manusia dan
keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan additive yang lain,
serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan proses
produksi aktual dilapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik
yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk adalah tetap sama.
Sabun dibuat dari lemak [hewan], minyak[nabati] atau asam lemak (fatty
acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble,
biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida)
juga alternatif yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang
diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih
keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).
Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch,
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam
sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan
kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan.
Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian
dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya
endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang
lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini
dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri
yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung
dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah
sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun
cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau
minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis
seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu
ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari
ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian
dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada
umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH
4
OH.
Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan
dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat
(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang
terbuat dari alkali lemah (NH
4
OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah
yaitu 8,0 sampai 9,5.
Sabun merupakan hasil produk dari trigliserida dan NaOH yang
mempunyai produk samping berupa gliserol. trigliserida merupakan ester dari
gliserol dan tiga asam lemak. Cara mendapatkan trigliserida adalah minyak dari
tumbuhan atau hewan yang merupakan penyusun utamanya. Cara pembuatan
sabun adalah mencampurkan trigliserida dengan NaOH, reaksinya
dinamakan reaksi penyabunan (saponifikasi). Beberapa cara pembuatan sabun:
1) Proses dingin
Pembuatan sabun dilakukan pada suhu biasa.pada proses ini reaksi
penyabunan berjalan lambat.dan gliserol tidak dapat dipisahkan
2) Proses panas
Minyak terlebih dahulu dipanaskan hingga suhu 90 derajat celsius baru
ditambahkan NaOH.pada proses ini reaksi berjalan cepat.tetapi pada proses
ini gliserol tidak dapat dipisahkan
3) Proses pendidihan
Pada proses ini NaOH dan minyak dipanaskan bersama-sama. kemudian
ditambahkan larutan garam misal NaCI untuk memisahkan gliserol
1.1. Metode Metode Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode - metode untuk
menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu
digunakanlah metode metode, yang mana metode metode ini memiliki kelebihan
kelebihan dan kekurangannya masing - masing.
a) Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau
KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-
garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang
mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol
diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang
bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan
air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus
dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-
kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini
dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau
batu apung dalam pembuatan sabun gosok.
b) Metode Kontinu
Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak
hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis
seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari
salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-
asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
1.2. Pembuatan Sabun dalam Industri
1) Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak
mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan
sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun
mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu
percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut :
Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin
NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV
(NaOH)/MV(KOH)
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor
autoclave, yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan
kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave.
Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian
dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci
dengan larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci
dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin
(sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi
memisahkan sisa-sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM)
dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun
dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap untuk diproses menjadi
produk akhir.
2) Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)
yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada
sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun
butiran atau lempengan. Jenis-jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal
hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses
pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi
pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang
sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum
dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang
mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan
mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih
efisien daripadadryer sistem tunggal.
3) Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH RCOONa + H
2
O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan
asam lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan
untuk menetralisasi 1 gram asam lemak
Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih
dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut
mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan
sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut
disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi
ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun
murni kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan
sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.
4) Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm
ixer(analgamator). Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling
untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen.
Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat
pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan
potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun
batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses
pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan
tahap akhir.
2. Proses Pembuatan Detergen
Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena
mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil
benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa
digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena). Pembuatan deodecil benzena
(C
6
H
6
C
12
H
25
) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena (C
12
H
24
) dibantu
dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-Craft.
Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat
degradasi biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.
Kinerja deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik
untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam
air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak
suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul
surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran
dari kain dan mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain.
Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan. Jika kotoran berupa minyak atau
lemak maka akan membentuk emulsi minyakair dan detergen sebagai emulgator (zat
pembentuk emulsi). Sedangkan apabila kotoran yang berupa tanah akan diadsorpsi
oleh detergen kemudian mambentuk suspensi butiran tanah-air, dimana detergen
sebagai suspensi agent (zat pembentuk suspensi).
2.1. Susunan proses pembuatan detergen adalah sebagai berikut:
a) Sulfonation-sulfation
Alkilbenzen yang dimasukkan ke dalam sulfonator dengan penambahan
sejumlah oleum, menggunakan dominant bath principle (yang
ditunjukanpada gambar 29.8) untuk mengontrol panas pada proses sulfonasi
dan menjaga temperature tetap pada 55
0
C. di dalam campuran
sulfonasidimasukkan fatty tallow alcohol dan oleum. Semuanya dipompa
menuju sulfater, beroperasi juga dalam dominant bath principle untuk
menjaga suhu agar tetap pada kisaran 50
0
hingga 55
0
C, pembuatan ini
campuran dari surfactant.
b) Netralization
Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi dengan larutan NaOH
dibawah temperatur yang terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur
surfaktan. Surfaktan dimasukkan dalam penyimpanan. Bubur surfaktan,
sodium tripolipospat , dan bermacam-macam bahan aditif masuk ke dalam
crutcher. Sejumlah air dipindahkan, dan pasta campuran ini menebal oleh
tripolipospat yang terhidrasi.
Na
5
P
3
O
10
+ 6H
2
O Na
5
P
3
O
10
.6H
2
O
Sodium tripolipospat sodium tripolipospat hexahydrate
Campuran ini dipompa ke upper story, dimana campuran ini disemprotkan
dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower setinggi 24 m, melawan
udara panas dari tungku api. Butiran kering ini adalah bentuk yang dapat
diterima, ukuran dan densitas yang sesuai dapat dibentuk. Butiran yang
sudah dikeringkan di alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat
mendinginkan mereka dari 115
0
C dan menstabilkan butiran. Butiran ini
dipisahkan dalam goncangan, dilapisi, diharumkan dan menuju pengemasan.
2.2. Pembuatan Deterjen
Bahan dasarnya adalah dodekil benzena. Reaksi dilakukan dalam reaktor
bersisi kaca yang dipasang dengan mixer efisien. Dodekil benzena dimasukkan ke
dalam reaktor kaca dicampur dengan asam 22% oleum, pada suhu antara 32-46C.
Kemudian dicampurkan pada suhu 46C selama kurang lebih 2 jam sampai reaksi
selesai. Tahapan berikutnya netralisasi dengan NaOH yang memberikan 60% alkil
aril sulfonat dan 40% diluet (natrium sulfat). Adapun pembuatan deterjen dengan
berbagai jenis deterjen dilakukan sebagai berikut :
1) Detergen Anionik
Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena
mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil
benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa
digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena). Pembuatan deodecil
benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena
(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian
dilakukan reaksi Fiedel-Craft. Detergen alkil benzena yang dihasilkan
melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat degradasi biologis yang buruk
karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer. Olefin sulfat dan sulfonat
Diproses dengan tiga cara, yaitu proses oxo, proses alfol (proses ziegar),
proses WI. Welsh. Olefin direaksikan dengan karbon monoksida dan
hidrogen pada suhu 160C sampai 175C dengan tekanan 100-250 atm,
menghasilkan aldehida. Aldehida kemudian dihidrogenasi dengan bantuan
nikel sebagai katalis sehingga menghasilkan suatu senyawa alkohol.
Aldehida berkurang pada saat terbentuknya alkohol. Alkohol yang
dihasilkan dari proses oxo sebagian besar memiliki berat molekul kecil
dibandingkan berat molekul alkohol alami. Oxo-alkohol yang memiliki berat
molekul tinggi mengalami sulfonasi. Alkohol ini banyak digunakan untuk
kosmetik dan produk cairan rumah tangga (tidak digunakan untuk bahan
dasar pembuatan detergen). Proses Alfol (Proses Ziegar), pada proses ini
aluminium trietil dihilangkan dengan logam aluminium dan hidrogen untuk
menghasilkan dietilaluminium hidrida. Hidrida dihilangkan dengan etena
untuk menghasilkan 3 mol aluminium trietil. Dua pertiganya didaur ulang,
sementara sisa trietil direaksikan dengan etena untuk menghasilkan
campuran berat molekul tinggi pada aluminium alkil. Kemudian alkil
aluminium dioksidasi dan dihidrolisis dengan air untuk menghasilkan
alkohol dan aluminium hidroksida. Proses WI. Welsh, yakni alfa olefin
direaksikan dengan hidrogen bromida dengan bantuan peroksida atau cahaya
ultraviolet. Alkil bromida diubah menjadi ester melalui logam halida yang
katalisasi dengan asam organik. Ester dihidrolisis menghasilkan alkohol.
2) Deterjen kationik
Amina asetat (RNH3)OOCCH3 dihasilkan dengan menetralisasi amina
lemak dengan asam asetat dan dapat larut dalam air. Alkil trimetil
ammonium klorida (RN(CH3))3+Cl- Dihasilkan dari alkilasi lengkap
amina lemak atau tetriari amina dengan alkil halida lemak.
Reaksi :
1. R-NH2 + 3 CH3Cl RN(CH2)2Cl + HCl
2. R2NH + 2 CH2Cl R2N(CH2)2Cl + HCl
3) Deterjen Nonionik
Pembuatan detergen nonionik adalah Etilen oksida. Proses pembuatannya
dengan mereaksikan senyawa yang mengandung kelompok hidrofobik
dengan etilen oksida atau propilen oksida, dilakukan pada suhu 150-220C.
Hasil yang diperoleh dinetralkan dengan 30% asam sulfur dan asam asetat
glasial. Amina oksida Proses pembuatannya dengan mengoksidasi amina
tetriari. d. Detergen amfoterik Proses pembuatannya yaitu amina lemak dasar
(lauril amina) direksikan dengan metil akrilat untuk menghasilkan ester N-
lemak-amino propionik. Kemudian disaponifikasi dengan NaOH membentuk
garam natrium.
Reaksi : lauril amina + metil akrilat natrium lauril sarkosinat
3. Perbandingan Proses Pembuatan Sabun dan Detergen
Perbedaan detergen dengan sabun antara lain daya cuci detergen lebih kuat
dibandingkan sabun dan detergen dapat bekerja pada air sadah. Akan tetapi sabun
lebih mudah diurai oleh mikroorganisme. Molekul sabun terdiri atas dua bagian
yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik. Bagian
hidrofilik adalah bagian yang menyukai air atau bersifat polar. Adapun bagian
hidrofobik adalah bagian yang tidak suka air atau bersifat nonpolar. Kotoran yang
bersifat polar biasanya larut dalam air, sehingga kotoran jenis ini tidak perlu
dibersihkan dengan menggunakan sabun. Kotoran yang bersifat nonpolar, seperti
minyak atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan menggunakan air.
Oleh karena itu, diperlukan detergen sebagai pembersihnya.
Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar mudah larut dalam
minyak atau lemak dari bahan cucian. Ketika kamu menggosok atau memeras
pakaian membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran lepas yang
dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya berada di luar lapisan
sehingga butiran itu larut di air. Kekurangan dari sabun adalah ujung hidrofilnya
(bagian yang suka air) mudah bereaksi dengan garam-garam, misalnya kalsium
karbonat (air sadah), membentuk zat yang tidak larut. Endapan yang terjadi
membentuk lapisan kusam pada kain yang dicuci sehingga sabun kurang disukai.
Air sadah merupakan air yang mengandung garam kalsium dan magnesium yang
larut dari batuan teraliri air.
Bahan utama deterjen adalah Alkyl Benzene Sulfonat (ABS). Bahan ABS
diperoleh dari pengolahan minyak bumi. Bahan utama sabun adalah Kalium
Hidroksida (KOH) atau Natrium Hidroksida (NaOH). Perbedaan deterjen dengan
sabun yakni daya cuci deterjen lebih kuat dibandingkan sabun dan dapat bekerja
pada air sadah. Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme.
Keadaan kotor yang kita jumpai saat membuat sabun berbeda sekali
dengan kegunaan sabun yang tiada bandingnya untuk membersihkan kotoran.
Sekilas sabun adalah bahan ajaib yang bisa membersihkan segala kotoran, dia bisa
membedakan yang mana yang kotoran dan yang mana yang bukan. Dia juga bisa
menyatukan/membawa sekaligus air dan kotoran yang dilekatkan oleh badan kita
dengan keringat yang mengandung minyak, padahal kita tahu bahwa air dan
minyak tidak mungkin bersatu. Tapi bahab ajaib itu sebenarnya tidak ada. Untuk
mengetahui cara kerjanya kita harus melihat dulu susunan molekul sabun.
Molekul sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor
sabun terdiri dari bahan minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat
bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun terdiri dari minyak, maka ekor sabun
akan bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak juga. Sementara itu
kepala sabun yang terdiri dari air akan melekat dengan molekul air. Itulah
sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air sekaligus.
Kesadahan terdiri dari dua jenis yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
tetap. Kesadahan sementara disebabkan garam kalsium hidrogen karbonat
(CaHCO3) larut dalam air. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan pendidihan
dan menghasilkan zat padat putih tak larut yaitu kalsium karbonat (CaCO3) atau
kerak air. Kesadahan tetap disebabkan garam kalsium dan magnesium yang larut
dalam air. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pendidihan tetapi dengan
distilasi. saat ini dipakai detergen sebagai pengganti sabun.
Detergen mengandung zat aktif permukaan yang serupa dengan sabun,
misalnya natrium benzensulfonat (Na-ABS). Garam kalsium atau magnesium
yang larut dalam air sadah jika bereaksi dengan Na-ABS tetap larut dalam air dan
tidak mengendap. Nah, selain sabun dan detergen, dapatkah kamu menyebutkan
bahan pembersih lainnya yang sering digunakan dalam rumah tangga? Bahan
pembersih lainnya yang juga sering digunakan dalam rumah tangga adalah
pembersih lantai dan pasta gigi. Pada umumnya pembersih lantai menggunakan
bahan baku karbol atau amoniak (NH3) dan zat tambahan tertentu untuk
mengatasi bau. Kedua zat tersebut selain dapat membersihkan lantai, juga dapat
mematikan bakteri dan mikroorganisme lainnya. Pasta gigi termasuk pembersih.
Komponen utama pasta gigi adalah detergen dan abrasif (penggosok). Abrasif
yang baik harus cukup keras untuk membersihkan gigi tetapi jangan sampai
merusak email. Pasta gigi biasanya ditambahkan senyawa fluorin untuk
menguatkan email gigi dan mencegah karies.
Sabun adalah garam alkali karboksilat. Molekul sabun lebih mudah
terdegradasi oleh bakteri pengurai. Tidak bisa dipakai untuk mencuci dalam air
sadah, karena sabun akan bereaksi dengan ion Ca2+ dan Mg2+. Sabun adalah
hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Sabun biasanya
digunakan untuk membersihkan suatu product yang berhubungan langsung
dengan kulit manusia seperti sabun mandi/sabun handsoap yang membutuhkan
pelembab dalam hal ini biasanya disebut moisture jika suatu sabun memiliki
moisture makin besar maka makin lembut kulit kita menggunakannya.
Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat. Molekul detergen
harganya lebih murah dan sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai. Molekul
detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+. Deterjen adalah
campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang memiliki sifat yang dapat
menarik zat pengotor dari media. Deterjen digunakan sebagai sabun cuci pakaian.
Jika sabun yang diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
akan mengikat partikel dalam suspensi agar mudah dibawa oleh air bersih.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Soja Siti. 2014. Industri Deterjen. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/
JUR._PEND._KIMIA/196802161994022SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_i
ndustri/INDUSTRI_DETERJEN.pdf. Diakses pada tanggal 26 September
2014
Fitri, Devy. 2013. Mekanisme Pembuatan Sabun. http://devhyvhy.blogspot.com/
2013/10/mekanisme-pembuatan-sabun.html. Diakses pada tanggal 26
September 2014
Noer, Alfian. 2014. Pembuatan Sabun. http://alfiannoer2.wordpress.com/
pembuatan-sabun/. Diakses pada tanggal 26 September 2014
Pertiwi, Wiwin. 2013. Makalah Proses Pembuatan Sabun. http://wiwinprtw.
blogspot.com/2013/01/makalah-proses-pembuatan-sabun.html. Diakses
pada tanggal 26 September 2014
Prawira, Yeni. 2014. Reaksi Saponifikasi pada Proses Pembuatan Sabun.
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-
pembuatan-sabun/
Setyowati, Lusi. 2012. Sabun dan Deterjen. http://sabundandeterjen.
blogspot.com/. Diakses pada tanggal 26 September 2014
Yosi. 2012. Sabun vs Deterjen. http://teknikkimia-yosi.blogspot.com/2012/12/
sabun-vs-deterjen.html. Diakses pada tanggal 26 September 2014

Você também pode gostar

  • Peraturan Fotografi
    Peraturan Fotografi
    Documento1 página
    Peraturan Fotografi
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Konflik Dalam Organisasi (Shella)
    Konflik Dalam Organisasi (Shella)
    Documento16 páginas
    Konflik Dalam Organisasi (Shella)
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento2 páginas
    Bab I
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Surat Permohonan Pengajuan Proposal
    Surat Permohonan Pengajuan Proposal
    Documento1 página
    Surat Permohonan Pengajuan Proposal
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • BAB V - Penutup
    BAB V - Penutup
    Documento2 páginas
    BAB V - Penutup
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Surat Rekomendasi
    Surat Rekomendasi
    Documento1 página
    Surat Rekomendasi
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bab1 Otk
    Bab1 Otk
    Documento11 páginas
    Bab1 Otk
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Konflik Dalam Organisasi New
    Konflik Dalam Organisasi New
    Documento14 páginas
    Konflik Dalam Organisasi New
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Konstruksi Kimia
    Bahan Konstruksi Kimia
    Documento9 páginas
    Bahan Konstruksi Kimia
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bab1 Otk (Revisi)
    Bab1 Otk (Revisi)
    Documento17 páginas
    Bab1 Otk (Revisi)
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • OPTIMALKAN KONVERSI
    OPTIMALKAN KONVERSI
    Documento16 páginas
    OPTIMALKAN KONVERSI
    NessaSelvianyLee
    100% (1)
  • Alkilasi Termis
    Alkilasi Termis
    Documento5 páginas
    Alkilasi Termis
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Kalina Siklus
    Kalina Siklus
    Documento3 páginas
    Kalina Siklus
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Kalina Siklus
    Kalina Siklus
    Documento3 páginas
    Kalina Siklus
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Plant - Nessa
    Tugas Plant - Nessa
    Documento12 páginas
    Tugas Plant - Nessa
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento2 páginas
    Bab I
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Tugas MI
    Tugas MI
    Documento14 páginas
    Tugas MI
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento7 páginas
    Bab Ii
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Plant - Nessa
    Tugas Plant - Nessa
    Documento12 páginas
    Tugas Plant - Nessa
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento3 páginas
    Bab Ii
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • TK Gigih Sapon
    TK Gigih Sapon
    Documento10 páginas
    TK Gigih Sapon
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Korosi
    BAB IV Korosi
    Documento10 páginas
    BAB IV Korosi
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Angka Penyabunan - Gigih
    Angka Penyabunan - Gigih
    Documento3 páginas
    Angka Penyabunan - Gigih
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Pembahasan Sapon
    Pembahasan Sapon
    Documento2 páginas
    Pembahasan Sapon
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • TK Sapon Nessa
    TK Sapon Nessa
    Documento12 páginas
    TK Sapon Nessa
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Resume Paten Biodiesel Dengan Microwave
    Resume Paten Biodiesel Dengan Microwave
    Documento4 páginas
    Resume Paten Biodiesel Dengan Microwave
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Khusus Sapon Deterjen. Fix Eko
    Tugas Khusus Sapon Deterjen. Fix Eko
    Documento9 páginas
    Tugas Khusus Sapon Deterjen. Fix Eko
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan OTK Metil Ester Fix
    Laporan Pendahuluan OTK Metil Ester Fix
    Documento24 páginas
    Laporan Pendahuluan OTK Metil Ester Fix
    NessaSelvianyLee
    100% (1)
  • Metanol
    Metanol
    Documento12 páginas
    Metanol
    NessaSelvianyLee
    Ainda não há avaliações