Você está na página 1de 27

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID

REFERAT GANGGUAN MENTAL AKIBAT PRION


DISEASE





OLEH:
Azwan Bin Saari

Pembimbing:
Dr. Sukmawati

Supervisor:
Dr.Sony Teddy Lisal, Sp KJ (K)


LAPORAN KASUS PSIKOTIK
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. U
No. RM : 129847
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis-Makassar
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Tibona Mattoangin Bulukumba
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 17 Juni 2014 diantar oleh saudara pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny. Kartini
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : IRT
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Desa Tibona Mattoangin Bulukumba Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

A. Keluhan Utama
Mengamuk
A. Riwayat Gangguan Sekarang
Dialami sejak 3 bulan yang lalu bila mengamuk pasien berteriak-teriak dan melempar barang-barang yang ada
disekitarnya. Memberat sejak 1 minggu yang lalu, sebelum MRS pasien suka memakan daun-daun mentah, yang
dipikirnya adalah obat-obatan, pasien juga sering berbicara sendiri, serta mengancam anggota keluarganya.
Awalnya sekitar 4 bulan yang lalu pasien mulai mengalami perubahan perilaku tanpa sebab yang jelas, pasien
terlihat suka menyendiri dan nampak murung.
Selain keluhan diatas pasien juga sering merasa ada yang masuk kedalam otaknya dan menggigit otaknya, berupa
kucing dan gigi yang memiliki rambut panjang. Pasien sering mendengar bisikan-bisikan dan juga mengaku jika ada
orang yang ingin membunuhnya.
Sebelumnya pasien dapat bekerja dan bergaul dengan keluarganya tetapi sejak perubahan perilaku pasien sudah
berhenti bekerja dan bahkan ditinggalkan oleh istrinya. Pasien baru pertama kali dibawa berobat.
Hendaya/disfungsi :
1. Hendaya sosial : (+)
2. Hendaya pekerjaan : (+)
3. Hendaya waktu senggang : (+)
4. Faktor stressor psikososial : stressor psikososial tidak jelas.

Riwayat Gangguan Sebelumnya :
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis dan kejang.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Pasien merokok.
Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Pasien belum pernah dirawat di RSKD Prov. Sulsel.
Riwayat Kehidupan Pribadi:
Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, ditolong oleh dukun beranak di Bulukumba, pada tanggal 01 Juli
1983. Berat badan lahir tidak diketahui. Merupakan anak yang diinginkan.
Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh orangtua pasien. ASI diberikan sampai umur 6 bulan. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak
seusianya.
Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-11 tahun)
Pada masuk SD pada usia 6 tahun di Bulukumba, setamat SD pasien melanjutkan ke SMP
hingga tamat. Prestasi selama di sekolah biasa saja, pasien anak pendiam dan sabar
Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)
Setamat SMP, pasien tidak melanjutkan ke SMA karena memilih bekerja membantu kedua orangtuanya
menjadi buruh.
Riwayat Masa Dewasa :
a. Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat SMP pasien melanjutkan bekerja menjadi buruh bangunan. Pasien merupakan tulang
punggung dikeluarganya.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien pernah menikah. Tetapi 2 bulan setelah perubahan perilaku pasien istrinya meninggalkannya.
c. Riwayat Kehidupan sosial
Setelah pulang bekerja sebagai buruh, biasanya pasien pergi bergaul
dengan teman-teman di sekitar rumahnya.
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam, dan menjalankan kewajiban agama dengan baik.
Riwayat Keluarga
Pasien anak ketiga dari empat bersaudara (,,{},). Orangtua pasien bekerja sebagai petani.
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gangguan yang sama.
Situasi Kehidupan Sekarang
Sejak bercerai dengan istrinya pasien tinggal bersama keluarganya, pasien memiliki satu orang anak. Anaknya
diasuh oleh istrinya.
Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit


PEMERIKSAAN FISIK DAN
NEUROLOGI

Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekwensi pernafasan 24
kali/menit, suhu tubuh 36,8 C, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernigs sign (-)/(-),
pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi
motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak
ditemukan refleks patologis.


PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki, memakai baju kaos putih dengan sedikit corak pada bagian dada kiri, celana pendek kecoklatan,
menggunakan topi di bagian kepala serta selalu membawa handuk berwarna orange di lilitkan di bagian leher pasien. perawakan
sedang dan perawatan diri cukup baik.
Kesadaran
Berubah
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tenang
Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan spontan, dengan intonasi biasa.
Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif
Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : Baik
b. Jangka Sedang : Baik
c. Jangka Pendek : Baik
d. Jangka Segera : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup
5.Pikiran Abstrak : Baik
6.Bakat Kreatif : Belum diketahui
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Cukup baik
D.Gangguan Persepsi
1.Halusinasi
Halusinasi auditorik : mendengar suara bisikan yang mengomentari pasien.

Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas cukup, kontinuitas lancar, kadang assosiasi longgar dan tidak didapatkan
hendaya berbahasa.
Isi Pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Waham bizzar : Pasien meyakini ada seperti gigi yang berambut panjang yang selalu ingin
menggigit otaknya sehingga otaknya menjadi encer
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Pasien menyangkal dirinya sakit (Tilikan 1)
H. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Laki-laki umur 31 tahun, masuk rumah sakit untuk pertama kali, keluhan
mengamuk. Dialami sejak 3 bulan yang lalu bila mengamuk pasien berteriak-teriak dan
melempar barang-barang. Memberat 1 minggu yang lalu, pasien suka memakan daun-daun
mentah dan juga sering berbicara sendiri, serta mengancam anggota keluarganya. Awalnya
sekitar 4 bulan yang lalu pasien mulai mengalami perubahan perilaku tanpa sebab yang
jelas, pasien terlihat suka menyendiri dan nampak murung. Selain keluhan diatas pasien
juga sering merasa ada yang masuk kedalam otaknya dan menggigit otaknya, berupa
kucing dan gigi yang memiliki rambut panjang. Pasien sering mendengar bisikan-bisikan
dan juga mengaku jika ada orang yang ingin membunuhnya. Pasien ditinggal oleh istrinya
sejak perilakunya mulai berubah. Pasien baru pertama kali dibawa berobat.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan seorang lelaki, wajah
sesuai umur, postur tubuh sedang, kulit sawo matang, rambut berombak, memakai baju
putih dan celana coklat, perawatan diri cukup. Kesadaran berubah, psikomotor tenang,
pembicaraan spontan, irelevan, intonasi biasa, sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif.
Mood sulit dinilai, afek tumpul, empati tidak dapat dirabarasakan. Konsentrasi dan
perhatian cukup, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri sendiri cukup baik. Pada
proses pikir produktivitas cukup, kontinuitas lancar, kadang assosiasi longgar dan tidak
ditemukan adanya hendaya dalam berbahasa. Gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik mendengar suara bisikan Terdapat gangguan isi pikir berupa adanya waham
bizzar yaitu ada gigi yang menggigit otaknya sehingga otaknya mengencer. Pengendalian
impuls terganggu, uji daya nilai terganggu, norma sosial dan penilaian realitas terganggu.
Pasien tidak merasa sakit dan secara umum yang diutarakan oleh pasien dapat dipercaya.

EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna yaitu berupa pola perilaku mengamuk, berteriak dan melempar
barang-barang disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan
keluarga serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita berupa
halusinasi auditorik mendengar suara bisikan dan waham bizzare sehingga didiagnosis Gangguan
Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya kelainan,
sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan didiagnosis
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan afek yang
tumpul, halusinasi auditorik mendengar suara bisikan dan halusinasi visual melihat perempuan
berambut panjang serta waham bizzar yang perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan, sehingga
memenuhi diagnosis Skizofrenia (F20). Pada pasien ini sangat menonjol gejala waham bizzar dan
waham somatik sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III) diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0)


Aksis II
Dari informasi yang didapatkan, pasien termasuk orang yang pendiam dan sabar dan seorang pekerja keras.
Data yang didapatkan belum cukup untuk mengarahkan pasien ke salah satu ciri kepribadian.
Aksis III
Tidak ada diagnosa
Aksis IV
Stressor Psikososial tidak diketahui
Aksis V
GAF Scale saat ini : 50-41 gejala berat, disability berat
DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
maka pasien memerlukan psikofarmakoterapi.
Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa waham bizar serta halusinasi auditorik yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi suportif.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga perlu
dilakukan sosioterapi.

PROGNOSIS
Dubia
RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi :
Haloperidol 5 mg 3x1/2
Trihexypenydhl 2 mg 2x1
Chlorpromazine 100mg 0-0-1
B.Psikoterapi
Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien dengan cara membantu pasien
memahami penyakitnya serta memberikan penjelasan tentang manfaat
pengobatan serta efek samping yang akan ditimbulkan selama pengobatan dan
memotivasi pasien untuk meminum obat secara teratur. Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien
dan pentingnya dukungan keluarga untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien sehingga pasien tidak sendiri dalam melewati masa-masa
sulit dihidupnya.

Diskusi Pembahasan
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang beragam dan berubah-ubah dan sangat
mengganggu, sebuah kumpulan gejala psikopatologi yang melibatkan fungsi kognitif,
emosi, persepsi, dan aspek perilaku lainnya. Berdasarkan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders IV edisi Text Revision (DSM IV-TR) skizofrenia paranoid dapat
ditegakkan apabila memenuhi kriteria berikut :
Preokupasi dengan waham atau halusinasi dengar yang menonjol
Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), skizofrenia
Paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria :
Halusinasi atau waham harus menonjol
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik tidak
nyata.
Halusinasi pendengaran berupa ancaman atau perintah terhadap pasien
atau halusinasi tanpa bentuk verbal. Halusinasi penciuman atau pengecapan rasa atau
bersifat seksual.
Waham yang berupa dikendalikan, dipengaruhi, passivity atau kejar
Medikasi dari antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi
intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan
psikososial umumnya lebih efektif pada saat penderita berada dalam fase
akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan memberikan
penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan menciptakan
suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan pasien.
Pada pasien ini diberikan antipsikotik generasi pertama yang potensial
tinggi yakni haloperidol. Obat antipsikotik generasi pertama bekerja
dengan memblok reseptor D2 di jalur mesolimbik dopamin pathways
sehingga menurunkan hiperaktivitas dopamin dengan demikian obat ini
efektif untuk gejala positif seperti halusinasi dan waham. Haloperidol
memiliki afinitas yang kuat terhadap reseptor D2, lebih lemah antagonis
reseptor kolinergik dan histamin. Kadar puncak plasma haloperidol dicapai
dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian oral dan dalam waktu 20 menit
setelah pemberian intramuskular. Waktu paruhnya antara 10-12 jam.
Diekskresi dengan cepat melalui urine dan tinja dan berakhir dalam 1
minggu setelah pemberian. Dosis haloperidol dapat dimulai dari 1 atau 2
mg dengan pemberian 2 atau 3 kali perhari, kemudian peningkatan dosis
disesuaikan dengan gejala yang belum terkontrol, dosis yang efektif antara
5-20 mg.

Pemberian haloperidol harus diawasi dengan baik, karena salah satu
efek samping pemberian obat antipsikotik khususnya golongan tipikal
seperti haloperidol adalah menimbulkan gejala-gejala
ekstrapiramidal. Jika pada pasien terdapat gejala tersebut, maka
pemberian obat Trihexyphenidil dianjurkan untuk memperbaiki gejala
ekstrapiramidal tersebut. Chlorpromazine diberikan pada malam hari
sebagai efek sedative, agar pasien tidak gelisah dan dapat tidur
dimalam hari.
REFERAT
GANGGUAN MENTAL AKIBAT PRION
DISEASE
DEFINISI
Gangguan mental akibat prion disease adalah gangguan mental
organik yang disebabkan penyakit prion. Seseorang itu dikatakan
gangguan jiwa bila adanya klinis yang bermakna, gejala klinis tersebut
menimbulkan penderitaan (distress) seperti rasa nyeri, tidak nyaman
dan dll, gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Prion disease yang juga dikenali sebagai
spongiform ensefalopati menular (transmissible spongiform
encephalopathies, TSEs) merupakan penyakit neurodegenerasi yang
progresif.
Epidemiologi
Meski merupakan penyakit prion yang paling umum pada manusia,
Creutzfeldt-Jakob masih jarang dan hanya terjadi pada sekitar
1:1.000.000 orang, yang biasanya menjangkiti orang antara usia 45
75, kebanyakan muncul pada orang antara usia 6065. Pengecualian
dalam hal ini adalah Creutzfeldt-Jakob varian (vCJD) yang kini dikenali,
yang terjadi pada orang berusia muda.
2

CDC memonitor kejadian Creutzfeldt-Jakob di Amerika Serikat melalui
tinjauan berkala atas data kematian nasional. Menurut CDC,
Creutzfeldt-Jakob terjadi sedunia dalam tingkat 1:1.000.000
penduduk per tahun. Penyakit ini paling banyak ditemukan pada
pasien antara usia 5565, namun kasus ini dapat terjadi pada orang
yang berusia lebih dari 90 tahun dan kurang dari 55 tahun.
Etiologi
disebabkan oleh prion, sehingga sering disebut sebagai penyakit
prion. Prion merupakan sejenis protein yang ada di dalam otak yang
terjadi akibat perubahan bentuk normal protein prion ke bentuk yang
tidak normal. Prion yang tidak normal ini akan terakumulasi didalam
otak dan merubah protein prion normal yang lain sehingga apabila
terakumulasi di dalam otak akan menyebabkan kerusakan otak
Penyakit prion lainnya termasuk Creutzfeldt-Jakob disease
(CJD), Sindrom Gerstmann-Strussler-Scheinker (GSS), insomnia
familial fatal dan kuru pada manusia, juga ensefalopati spongiform
sapi yang umum dikenal sebagai penyakit sapi gila, chronic wasting
disease (CWD) pada rusa, dan scrapie pada domba.
Tipe-tipe penyakit prion yang
menyebabkan gangguan mental
Penyakit Creutzfeldt-Jakob (Ensefalopati Spongiform Subakut) - adalah
suatu kelainan otak yang ditandai dengan penurunan fungsi mental yang
terjadi dengan cepat, disertai kelainan pergerakan. Penyakit ini terutama
menyerang dewasa, diatas 50 tahun. Penyakit yang mirip Creutzfeldt-Jakob
terjadi pada domba (Skrepi) dan sapi (Penyakit Sapi Gila). Penularan infeksi
bisa terjadi karena memakan jaringan hewan yang terinfeksi
Penyakit Gerstmann-straussler-scheinker - adalah penyakit prion yang
menyebabkan tidak berkoordinasinya otot disertai kemunduran fungsi
mental yang lambat. Penyakit tersebut fatal, biasanya terjadi sekitar 5
tahun. GSS slalu terjadi demensia global gejala lainnya adalah gangguan
serebral. Biasanya, gejala awal adalah janggal dan tidak tenang ketika
berjalan. Otot kejang lebih sering terjadi dibandingkan penyakit
creutzfeldt-jakob. Berbicara menjadi sulit, dan terbentuk demensia.
Nystagmus (gerakan cepat pada mata dalam satu arah, diikuti dengan
lambat kembali ke posisi awal), kebutaan, dan tuli bisa terjadi. Kehilangan
koordinasi otot.
Kuru - adalah penyakit prion yang menyebabkan merosotnya fungsi
mental yang cepat dan kehilangan koordinasi otot. Penyakit ini terjadi
pada penduduk asli Papua pada dataran New Guinea dan
berhubungan dengan ritual endocannibalism. Pada Kuru diawali
dengan gejala prodormal. Tanda utamanya adalah ataksia serebral
pogresif, tremor dan gerakan involunter Gejala-gejala termasuk
kehilangan koordinasi otot dan kesulitan berjalan. Tangan dan kaki
menjadi kaku, dan otot kejang. Gerakan tanpa sengaja yang tidak
normal, seperti gerakan yang berulang-ulang, menggeliat lambat atau
menghentak keras pada anggota gerak dan badan, bisa terjadi (kuru
berarti menggigil). Emosi bisa berubah tiba-tiba dari sedih sekali
sampai senang sekali dengan tiba-tiba tertawa meledak-ledak
Gambaran Klinis
gejala prodormal nonspesifik seperti ansietas, gangguan tidur, dan
penurunan berat badan, nyeri kepala dan kelemahan umum
Demensia - penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian
gangguan penglihatan
halusinasi
Kejang
hiperestia dan atrofi optic (Gangguan mental dan mioklonus),
Penyakit pyramidal dan ekstrapyramidal
Cerebellar ataxia
Corticol blindness penglihatan bisa kabur dan sampai buta)
Diagnosis
Menurut PPDGJ-III Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)
F02.1 mempunyai trias yang dapat mengarah ke penyakit ini, yaitu :
Demensia yang progresif merusak
Penyakit pyramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus
Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
Pemeriksaan tambahan :
EEG memberikan hasil yang khas. - Elektroensefalogram memberikan
hasil gelombang pseudoperiodik tajam.
5

Analisa CSF mendapatkan hasil yang khas yaitu adanya protein 14-3-
3 (CJD).
Penatalaksanaan

belum ditemukan cara yang efektif untuk mengobati prion
obat-obatan untuk mengendalikan perilaku yang agresif (misalnya
obat penenang, anti-psikosa)
terapi suportif
terapi okusional
nutrisi yang bagus
fisioterapi
terapi bicara dan bahasa
Prognosis

semua penyakit prion berakibat fatal dan progresif.
umumnya penderita sCJD mengalami kematian kurang dari satu
tahun, sedang penderita vCJD lebih lama yaitu 7-22 bulan sejak gejala
pertama kali muncul.
Beberapa penyakit prion genetic dapat berlangsung 20 tahun lebih

Você também pode gostar