Você está na página 1de 3

Opini

Andai Aku Menjadi Wartawan Kampus


Oleh: Hijriatu Sakinah, Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, UAD,
Yogyakarta.

Ini berawal dari khayalan konyolku, namun tiada jenuh menggelitik kepala,
berkali-kali mengaung di telinga: apa yang terjadi andaikan akua menjadi wartawan
kampus? Mungkinkah? Namun aku mencoba sedikit saja berbaik sangka, pejamkan
mata dan menarik nafas dalam-dalam, seonggok khayalan bak menari riang di depan
mataku.
Jika aku kelak menjadi wartawan kampus? Aku ingin berkarir dengan banyak
karya. Aku ingin menjadi perantara dan saksi, perantara penyalur aspirasi dari rakyat
sang penguasa tertinggi Negara terhadap para pejabat dan pemimpin negeri yang saat
ini tengah mengalami degradasi moral serta pengikisan ketaatan pada sistem sosial.
Bisa menjadi saksi berbagai peristiwa antara rakyat dan politik. Aku ingin memeluk
bumi, merasakan semua rasa lalu kutuang dan abadikan ke dalam kertas putih bertinta
dengan media bahasa. Aku bisa menuangkan pikiran, ide-ide gagasan serta
pengalaman-pengalaman baik pengalaman diri pribadi maupun pengalaman dari luar
pribadi.
Dari pengalaman dan mimpi tentang jurnalis membuatku ingin bangkit
menciptakan perubahan pada masyarakat yang mengalami penindasan serta tidak
mendapatkan haknya. Inilah awal mula yang meneguhkan hati ini untuk menjadi
seoarng wartawan.
Perkembangan zaman semakin maju, sehinggga teknologi dan media yang ada
mampu mempermudah informasi ke muka publik dengan ruang lingkup yang lebih
luas dengan cepat. Salah satunya sebut saja media cetak POROS UAD, yang
merupakan media massa penting bagi publikasi dan transformasi antara kampus dan
masyarakat. Dengan UKM ini, maka mahasiswa dan masyarakat yang peduli
terhadap kampus akan mendapatkan informasi penting sebagai media pendidik mulai
dari persoalan agama, politik, ekonomi, hukum, pendidikan, dan lain-lain. Dengan
begitu, segala macam dinamika kampus dan masyarakat akan selalu dapat
dipublikasikan sehingga terciptalah peran pers yang edukatif.
Melalui kegiatan ini, eksistensi mahasiswa sebagai agen perubahan dan
kontrol sosial (agent of change and control) dapat terimplementasikan dengan baik.
Selain itu, wadah pers ini juga bisa menjadi wahana efektif bagi mahasiswa dalam
mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro serta mengenyampingkan
kesejahteraan rakyat. Hal ini mengingat, salah satu peran pers selain edukasi adalah
menjadi alat control terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Tepat tanggal 29 Agustus 2014, aku dan kawan-kawan mendaftarkan diri di
Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Sekolah Tinggi Universitas Ahmad Dahlan.
Kemudian pada tanggal 07 September 2014, kami melalui dua tahap tes yakni tes
wawancara dan tertulis. Pada test tulis kami mendapat tugas tentang opini. Menulis
opini berarti menyebarluaskan gagasan. Bagiku ini adalah tantangan perdana
menyusun dan merangkai kata demi kata, mulai berusaha menambah bekal
pengetahuan seputar dunia jurnalistik. Tahap pertahap aku pelajari tentang jurnalistik.
Aku mulai mengenal dan membaca berbagai info serta berita walau hanya melalui
media internet.
Menjadi wartawan tidak bisa dianggap remeh. Tugas yang diemban sebagai
wadah pencerah dan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang dinamika yang
terjadi di bangsa, baik itu pemerintah maupun rakyat itu sendiri. Meski demikian hal
itu tidak mematahkan impian untuk bergabung di UKM POROS UAD sebagai
wartawan kampus, kini sampailah diambang pintu. Setelah menjalani beberapa
proses, mungkin kelak aku harus berbagi dengan waktu kuliah. Namun karena niat
dan semangat untuk tidak sekedar bermimpi, sehingga walau banyak tugas kuliah,
tugas dari UKM pers mahasiswa UAD juga bisa diselesaikan. Membuat OPINI dalam
waktu kurang dari sepekan, Alhamdulillah opini perdanaku bisa terselesaikan.

Você também pode gostar